Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI (Update Part 15!) Pengalaman yang Mengubah Hidupku Bersama Mama dan Tante Lia

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jgn dibiarkan mnjd kentang goreng suhu.. lanjutken
 
Ini dia kelanjutan ceritanya yang ane janjikan...:haha:


Part 2: Permainan Dimulai


Merasa tidak nyaman, aku memutuskan keluar dari gubuk untuk mengobrol dengan Pak Simo. Aku memulai percakapan basa-basi. Hingga pada akhirnya sampailah ke percakapan yang mengubah hidupku.

“Kalian gak mungkin bisa keluar dari hutan ini”, ujar Pak Simo mengagetkanku.

”Maksud bapak?”, tanyaku penasaran.

“Kamu pasti sadar kan… Kendaraan kalian ada di tengah hutan, bukan di atas jalan”, jawabnya dengan suara parau dan datar.

Aku mulai bergidik.

”Ada kekuatan gaib yang membawa kalian ke sini, makanya saya bilang kalian harus kulonuwun melewati hutan ini”, ujarnya lagi membuatku kian memucat.

“Terus kami harus bagaimana pak?”, tanyaku setengah bergetar.

“Kalian saat ini berada 15 kilo dari jalan, mau lewat jalan kaki pun butuh seharian, itupun kalau kalian tidak kesasar”, ujarnya lagi.

“Terus, kenapa bapak bisa tinggal di sini?’’, tanyaku.

“Hmm…ceritanya panjang, tapi katakanlah ini hal turun temurun yang harus kami lakukan dan katakanlah musuh kami banyak sehingga harus tinggal di sini”, jawabnya sambil menghisap lintingan tembakau dalam-dalam.

“Terus bapak bisa bantu kami keluar dari sini?’’, tanyaku setelah terdiam beberapa saat.

“Dengan syarat”, jawabnya. “itupun jika kamu mau”, lanjutnya lagi.

“Hmmm…asal gak memberatkan saya mau pak, kami juga bawa uang yang cukup lho pak”, ujarku terbata-bata.

“Kami biasa hidup tanpa uang nak, kami ora butuh uang kalian”, ujarnya dengan mimik misterius.

“Terus saya harus bagaimana pak?”, tanyaku setengah mengharap.

”Hmmm…. kita akan melakukan beberapa permainan menyenangkan. Nah, empat wanita itu syarat permainanannya”, jawabnya tegas.

“Maksudnya pak?”, tanyaku penasaran.

“Dari tadi saya perhatikan kamu selalu menatap anak dan istri saya”, ujarnya.

Wah, berabe juga kalau aku harus mengawini mereka walau memang kuakui mereka cukup manis dengan potongan tubuh aduhai.

“Sampeyan suka mereka?”, tanyanya.

”Ya suka sih pak, tapi….”, belum selesai ku menjawab, tetapi sudah disanggah oleh lelaki tua itu.

“Saya gak meminta kamu menikahi anak saya” potongnya seolah-olah tahu apa yang aku pikirkan.

”Terus bagaimana pak?”, tanyaku lagi.

“Sampeyan mau ngentotin Asih sama istri saya?”, tanyanya dan membuatku seolah terloncat dari kursi reot itu.

Dalam hati sebenarnya di usia remaja yang sarat hormon ini, aku ingin sekali mencoba merasakan kenikmatan tubuh seorang wanita, tidak hanya sekedar bermasturbasi menyaksikan adegan film porno, atau hanya bisa berliur mendengarkan kisah teman-teman yang telah merasakannya. Pucuk di cinta ulam tiba pikirku.

“Tapi pak, bagaimana dengan mama dan tante saya? Bagaimana kalau saya ketahuan?” Tanyaku

“Sebagai sesama lelaki….”, ia menghisap dalam rokoknya lalu menoleh ke dalam, ke arah dipan di mana mama dan Tante Lia tidur. ”Mereka cantik dan montok, apakah sampeyan keberatan kalau saya ngentotin mereka?’’

Aku kaget dan merinding, pertanyaannya bagaikan guntur yang tengah menyambar-nyambar di luar. ”Aaaa…”, ucapanku terpotong,

”Ya kalau sampeyan keberatan, silahkan cari jalan keluar sendiri,’’ tukasnya.

Aku dihadapkan buah simalakama, walau di dalam hati jujur saja penasaran juga bagaimana tubuh telanjang mama dan Tante Lia. Mereka berdua memang wanita matang yang cukup cantik dengan potongan tubuh yang bisa menjadi bahan onani lelaki manapun, tapi mereka adalah keluargaku. Shit…apa yang harus kulakukan? Pak Simo seolah-olah menunjukan siapa yang tengah berkuasa dengan santai terus menghisap rokoknya . Setelah pertarungan sisi baik versus sisi buruk, akhirnya aku mengangguk setuju.

“Dengan syarat, bapak tidak akan menyakiti mama dan tante saya kan?, lanjutku.

Pak Simo tak berkata apapun tapi langsung masuk ke dalam rumah menuju dipan di mana anak dan istrinya tidur dan membangunkan mereka, ”Ayo nyambut gawe, kamu layani mas mu, kowe ngalih, bantu kulo”, ujar Pak Simo. Aku mengikuti Pak Simo masuk ke dalam. Tak lama, istri Pak Simo bangkit mengikuti Pak Simo yang berjalan ke arah belakang rumah.

Asih, anak gadisnya segera mendekatiku dengan wajah tanpa ekspresi kemudian mendorong tubuhku hingga terduduk di dipan dan dia meloroti celanaku. Aku sangat gugup, karena ini adalah pengalaman pertamaku bermain dengan seorang wanita. Penisku yang sudah menegang langsung dijilat oleh Asih secara perlahan mulai dari pangkal hingga kepalanya. Asih melakukannya dengan senyum nakalnya. Aku keenakan tetapi aku berusaha tidak medesah karena takut mama dan tanteku bangun. Asih memainkan penisku di wajahnya, seperti mennyapu penisku ke seluruh bagian wajahnya. Semakin bergairahlah aku. Kemudian Asih memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Asih tampak menikmatinya. Permainannya sangat menggairahkan. Kulumannya, hisapannya, permainan lidahnya, genggaman tangannya dan gerakan maju-mundurnya di penisku membuatku tidak tahan lagi. Permainanku dengan Asih membuat dipan reot ini berderit-derit. Aku sudah tak peduli lagi jika seandainya mama dan Tante Lia terbangun, karena nafsu ini sudah berada diubun-ubun. Akhirnya aku menembakan spermaku di dalam mulutnya. Asih mengeluarkan penisku dari mulutnya kemudian menunjukkan spermaku yang ada di mulutnya, kemudian dia memainkan air mani itu di mulutnya, hingga layaknya orang berkumur dan akhirnya menelannya. Asih menunjukkan kepadaku mulut kosongnya setelah menelan spermaku. Aku tersenyum dan semakin bernafsu.

Selintas kulirik mama dan tante yang masih terlelap nyenyak, dada mereka yang penuh itu naik turun seiring tarikan nafas. Tiba-tiba kulihat Pak Simo kembali masuk diikuti istrinya, Bu Sekar membawa sebuah tungku dan kendil kecil, seolah tak mempedulikanku, mereka mendekati dipan yang ada di depan ku, sontak ruangan gubuk itu dipenuhi aroma kemenyan. Bu Sekar lantas berjalan berkeliling memutari dipan mama dan Tante Lia sementara Pak Simo hanya berdiri sambil komat-kamit seperti membaca mantra. Kemudian Pak Simo duduk bersimpuh di antara mama dan tante, meniupkan asap kemenyan ke wajah mama dan Tante Lia, kemudian memercikan sedikit air di sekujur tubuh mereka berdua. Usai melakukan ritual, perlengkapannya kemudian dibawa istri Pak Simo ke belakang. Semuanya tak lepas dari pandanganku. Lagipula, jarak antar dipan itu tidak lebih dari 1,5 meter saja sehingga aku bisa melihat jelas apa yang ada di dipan sana.

[HIDE] [/HIDE]

Dan inilah saat yang aku tunggu, di seberang sana, dengan perlahan Pak Simo melepaskan ikatan kemben di dada mama, lalu menurunkannya ke bawah. Perlahan payudara mama tersingkap. Wow ternyata sangat besar dan indah pikirku. Semakin ke bawah aku bisa melihat perut mama yang agak berlemak tetapi tidak gendut, lalu bayangan hitam tumpukan rambut di pangkal pahanya yang masih terbungkus celana dalam berwarna merah. Perlu kalian ketahui, lipatan perut mama yang khas ibu-ibu itu sangat menggoda. Pak Simo melepaskan dengan kasar celana dalam mama kemudian menghirupnya dalam-dalam, kemudian dilemparkannya begitu saja ke lantai. Baru kali ini kulihat secara nyata tubuh telanjang seorang wanita. Mataku nanar memperhatikan betapa tubuh mama demikian indah, bahkan di usianya yang 42 tahun. Bagaimana tidak, payudaranya membusung besar dengan puting coklat tua, perutnya yang putih mulus naik turun seiring tarikan nafas, dan yang kian membuat aku ingin segera menyetubuhi Asih yang kini sedang mengocok penisku yang sedikit layu adalah gundukan vagina mama yang menyembul dan ditumbuhi rambut kemaluan yang lebat.

[HIDE] [/HIDE]

Tapi itu bukan satu-satunya pemandangan indah yang kusaksikan. Setelah menelanjangi mama, Pak Simo berjalan ke sisi dipan berikutnya, dengan segera ia lepaskan kain kemben, kain hijab yang tadi digunakan tante untuk menutupi dadanya, dan juga celana dalam hitam yang dipakai Tante Lia. Kembali mataku berpesta pora menyaksikan tubuh wanita separuh baya yang juga tak kalah indah dengan tubuh mama. Anehnya, tidak ada perlawanan dari mama dan tante. Tampaklah dua gunungan indah dari mama dan tanteku serta bulu kemaluan yang cukup lebat. Payudara tante terlihat lebih besar dari punya mama tetapi punya mama terlihat lebih kencang. Hanya berjarak 1,5 m dari tempat penisku dikocok Asih, aku dapat melihat jelas seluruh pemandangan indah kedua tubuh wanita sedarahku itu, termasuk rekahan bibir vagina keduanya, meski ditutupi bulu kemaluan yang cukup lebat. Pemandangan itu membuat aku semakin bernafsu.

Pak Simo dengan kasar mulai meremas-remas kedua bukit kembar tante dan membetot ringan, lalu mengusap-usap perutnya yang putih dan mulus terus ke bawah pusar di mana semak belukar hitam tumbuh lebat, kemudian dia beringsut ke ujung dipan, melebarkan kedua paha Tante Lia, lalu merunduk tepat di ujung segitiga hitam selangkangan tante, dan mulai mengecap dan menjilati organ kewanitaanya. Sampai kemudian tante kelihatan mulai bergerak gelisah, meski mata masih terpejam, dan mulutnya mulai mengelarkan suara rintihan, yang mulanya lirih namun semakin keras erangannya ketika Pak Simo mulai mengorek-ngorek vagina tante dengan jemarinya. Semakin lama gerakan jari Pak Simo semakin cepat. Tak hanya itu, pada awalnya Pak Simo hanya memasukkan satu jarinya, namun kini sudah ada tiga jari Pak Simo yang bergerak maju mundur di dalam liang vagina Tante Lia. Semakin cepat Pak Simo menggerakan jarinya, semakin kencang pula rintihan Tante Lia. Suasana erotis bercampur magis memenuhi seantero rumah gubug itu, suara rintik hujan dipadu erangan rintihan dan kecipak beradunya kelamin dan sayup-sayup suara dalang wayang kulit dari radio butut bagai orkestra yang memacu berahi. Tindakan cabul itu berakhir ketika tubuh Tante Lia mengejang karena mendapat orgasme hingga badannya melengkung ke atas serta cairan kewanitaannya menyembur dengan hebat dari dalam rekahan bibir vaginanya, membasahi seluruh tangan Pak Simo.

Sadar nafsuku sudah membara kembali, Asih bangkit dan membuka kembennya. Tampaklah payudara yang besar untuk seusianya. Mataku berpesta pora menyaksikan payudaranya yang ranum dan berukuran lumayan itu, lalu terus ke bawah ke bagian pinggulnya yang membulat hingga bagian delta di antara dua pahanya yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat. Asih mengarahkan tanganku agar hinggap di atas gunung kembarnya yang kenyal dan tanpa komando segera kuremas-remas dan kupilin-pilin putingnya. Sementara Asih dengan wajah setengah tertunduk menatap ke ar
ah selangkanganku yang berada dalam genggaman tangannya. Rasanya aku bisa orgasme saat itu pula. Wajahnya kemudian mendekat ke arahku dan ia mulai melumat bibirku, dengan segera balas kulumat bibirnya yang agak tebal namun seksi itu, dan memeluknya erat hingga payudara kenyal itu merapat di dadaku.

Kami berciuman dan beradu lidah sambil meremas payudaranya kemudian aku turun ke payudarnya. Kujilati semua bagian payudaranya sambil meremas payudara lainnya. Kemudian aku turun ke vaginanya. Baunya yang harum seperti air kembang membuatku semakin bernafsu. Awalnya aku hanya mencium bibir vagina itu, tapi lama kelamaan aku mulai menjilat bahkan memasukan lidahku ke dalam lubang vaginanya. Asih mendorong tubuhku berbaring di atas dipan. Dengan sabar ia telentangkan aku, lalu merangkak di atas tubuhku, kembali melumat bibirku. Ia kemudian bangkit berdiri, berjalan ke arah wajahku lalu dengan perlahan berjongkok di atasnya, ia mengangguk seolah-olah menyuruhku menikmati liang senggamanya yang merekah merah, aroma asing namun membangkitkan gairah berahi memenuhi hidungku, dan tanpa sadar aku mulai menjilati permukaan vaginanya dengan rakus. Matanya hanya terpejam menikmati ulahku. Tapi sebuah keanehan terjadi, kembali batang penisku seperti dikulum seseorang, aku mencoba bangkit untuk melihat apa yang terjadi, Asih dengan pengertian berlutut sebentar… terkejut bukan kepalang mendapati istri Pak Simo alias ibunya Asih tengah mengulum dan mengunyah kontolku, BH putih lusuhnya sudah melorot sebatas perut, payudaranya yang jauh lebih besar dari milik anaknya berayun-ayun dengan putingnya yang keras menyapu kedua pahaku. Aku tak pernah membayangkan pengalaman seks pertamaku bisa sedahsyat ini, dipuasi sekaligus ibu dan anak.

Aku terus menjilati bibir vagina Asih sementara di bagian bawah tubuhku, ibunya sibuk menghisap dan menjilat batang kemaluan dan biji pelirku. Ia merintih-rintih pelan saat menikmati masuknya lidah dan jariku di dalam vaginanya. Sambil menjilat kemaluan Asih, tak lupa aku kumainkan payudaranya. Payudaranya yang berguncang keras mengundangku untuk menangkap dan meremas-remasnya. Sementara itu, mulut Bu Sekar yang masih mengulum penisku kupompa keras sehingga dipan itu berderit-derit. BH-nya yang tadi melorot sekarang sudah lepas tidak tahu kemana. Bulir-bulir keringat mulai muncul di permukaan kulit kami bertiga, suasana dingin malam itu menjadi hangat. Kemudian aku merasa tidak sabar lagi ingin memasukan penisku ke dalam lubang vagina Asih, tetapi ketika aku ingin bangkit untuk merubah posisiku dan Asih agar kubisa menyetubuhinya, dapat kurasakan gerakan Asih yang menolak tindakanku. Ia dengan sengaja menekan dadaku dengan tangannya dan juga mempercepat gesekan bibir kemaluannya yang masih hinggap di mulutku. Dalam hati aku heran mengapa dia menolaknya.

Disaat yang bersamaan, Pak Simo terlihat sudah puas bermain-main dengan tubuh Tante Lia. Pak Simo bangkit berdiri berjalan memutar menuju di mana mama tidur, meninggalkan tubuh Tante Lia yang masih kelojotan akibat digempur Pak Simo. Kini giliran ibu kandungku yang akan menerima tindakan cabul lelaki asing, di depan anaknya pula. Pak Simo mulai meremas-remas payudara mama, dan juga memilin-milin putingnya, lalu ia merunduk, menghisap, dan menggigit-gigit ringan mutiara kecoklatan di puncak gunung itu, wajah mama kelihatan mengernyit. Tangan mama direntangkan ke atas kepala, lalu ia hirup ketiak putih mama dengan dalam. Setelah puas, kembali tangan-tangan kekar Pak Simo merayapi sekujur tubuh bugil mama, dan berakhir hinggap di rerumputan hitam di bawah pusar mama, menyisiri bulu-bulu kemaluan lebat itu sebelum tiga jari-jemarinya mulai menggali dalam-dalam lubang di mana aku lahir 18 tahun lalu. Dan itu memacu ledakan orgasmeku, kurangkul erat-erat Asih yang masih jongkok diatas wajahku, lalu semburan demi semburan cairan hangat memenuhi setiap milimeter rongga mulut seorang istri dari lelaki tua yang tengah sibuk merendahkan kehormatan ibu kandungku. Sensasi nikmat itu terus berlanjut sampai kurasakan tak ada lagi tetesan sperma yang mengalir keluar, lalu aku bangkit meninggalkan tubuh Asih dan Bu Sekar dan seolah tak mempedulikannya. Aku terduduk asyik menyaksikan adegan bagaimana tubuh telanjang mama digarap Pak Simo.

Sama seperti Tante Lia tadi, kini mama mulai merintih-rintih dan tubuhnya bak cacing kepanasan bergerak kesana kemari, sementara matanya juga masih terpejam seolah-olah masih berada di alam mimpi. Aku berinisiatif untuk merekam permainan mama dengan Pak Simo dengan hp ku, kuharap ini bisa menjadi kenang-kenangan dan dapat kunikmati video ini jika aku ingin bermasturbasi. Tiba-tiba Asih turun dari dipan dan berlutut di hadapanku… dan hap… ia menjilati sekujur penisku yang masih diselaputi sperma seolah-olah ingin membersihkannya, aku hanya bisa termangu menikmatinya sampai kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan ke bagian belakang rumah. Rekaman ku berakhir ketika mama orgasme hingga badannya melengkung keatas serta menyemburkan cairan kewanitaan dari vaginanya dengan sangat derasnya. Tak kupercaya mama bisa melakukan squirting dengan sangat hebat pula. Pak Simo hanya terkekeh-kekeh mesum.

Pak Simo kini mengangkat betis mama dan ditumpangkan di pundaknya, sehingga pinggul mama terdongak ke atas, lalu ia beringsut ke depan dan makin tinggi mengangkat bagian bawah tubuh mama hingga vagina mama tepat di depan mulutnya, dan dengan rakus ia jilati liang senggama ibu kandungku itu, mama yang seperti orang kayang itu mulai menceracau ribut. Pemandangan sensual itu membuat senjata biologisku yang tadinya layu mulai bangkit kembali secara perlahan. Dan malam itu kejutan belum berakhir, ibunya Asih muncul dari belakangku mendekatiku, dan sebeleum ia duduk menemaniku, ia tanggalkan satu-satunya alat penutup tubuhnya, kain sarung batik lusuh itu jatuh pelan ke permukaan lantai, yang segera ia pungut untuk di letakan di atas bantal. Mataku nanar menyaksikan tubuh semok berbalut kulit sawo matang itu dengan payudara besar dan vagina yang bulu kemaluannya telah dicukur habis duduk mendekat disampingku, dan tanpa tedeng aling-aling langsung meraup batang penisku dan mengusap-usapnya pelan. Dan aku pun mulai berani juga mulai meremas-remas payudara montok yang jauh lebih besar dari milik anak gadisnya, munkin sebesar punya mama, lalu menjamah lubang senggamanya dan mengutil-ngutil klitorisnya, membuat matanya merem-melek dan nafasnya mulai mendesah.

Di dipan lain, Pak Simo menurunkan tubuh mama, lalu bangkit berdiri melepaskan celana sontog yang mirip celana pakaian silat, batang kemaluannya yang besar yang melebihi ukuran milikku itu telah mengacung berdiri dengan gagahnya. Ia menaiki dipan lalu mengangkangi dada mama, dengan menjambak rambut mama, ia arahkan kepala mama hingga ujung kepala penisnya menyundul bibir mama…mata mama membelalak, seperti orang bingung…

[HIDE] [/HIDE]

”Ayo nduk, emuten!!”, perintah Pak Simo dengan wibawa, mama yang dalam matanya seperti ada penolakan namun seperti terhipnotis mulai mengulum penis lelaki asing itu, ia melirikku dan matanya seperti terkejut menyaksikanku duduk telanjang didampingi istri Pak Simo yang juga dalam keadaan bugil dan sibuk mengocok-ngocok batang kemaluan puteranya. Dan hal itu membuat mama terbatuk-batuk, lalu melepaskan paksa penis Pak Simo.

”Rendy? Kamu ngapain? Apa-apaan ini…to…mmff’’, ucapannya terhenti ketika Pak Simo dengan paksa menyumpalkan kembali batang kemaluannya ke mulut mama, membuat mama kembali tersedak dan terbatuk-batuk….kembali ia berontak melepaskan diri…ia melirik ke arah Tante Lia…

”Lia…tolo…mmfff”, kembali Pak Simo memaksa mama mengoral kemaluannya, air mata mama sampai menetes, tetapi Pak Simo dengan kasar terus mendesak-desakan penis besarnya ke rongga mulut mama, bagai menikmati kekuasaan mencabuli seorang wanita di depan anak kandungnya, tampak kemudian mulutnya seperti merapal suatu mantra dan membuat mama tak lagi berontak. Perasaanku sendiri tak karu-karuan, antara kasihan dan nafsu, namun agaknya yang terakhirlah yang dominan, apalagi melihat kini seolah-olah mama lah yang rakus menghisap-hisap penis Pak Simo.
 
Terakhir diubah:
Puas mengobrak-abrik mulut mama, Pak Simo merangkak mundur, membuka lebar-lebar kedua paha ibu kandungku yang kini dengan pasrah menanti dieksekusi. Lalu dengan posisi setengah duduk ia paksa mendesakkan penis besar itu ke mulut vagina mama, dan karena sangat besar membuat proses penetrasi berjalan lambat, mama sampai membelalakan mata dan mengerang seperti mengejan sampai akhirnya benda keras itu tertelan sepenuhnya. Agak lama pria tua membiarkan kelaminnya berdiam dalam genggaman vagina mama, sepertinya ia menikmati betul hal itu, sampai kemudian mulai menariknya ke belakang pelan, lalu dimasukkan kembali. Setiap gerakan membuat mama merintih dan meringis dan mulai menggigiti jemarinya, sementara Pak Simo kian aktif mengayunkan pantatnya maju mundur seaktif tangan-tangannya yang dengan kasar meremasi payudara montok mama, dan kulihat batang kejantanannya berkilauan basah tanda telah diselaputi lendir vagina ibu kandungku.

[HIDE] [/HIDE]

“Ssssh…ampuun pak, ohhh…puaskan aku pak…terusss..nnnggh”, rintihan mama mulai nakal.

Mendengarnya, lelaki tua itu mulai melecehkan mama. “Dasar lonte ga guna, haus kontol kamu ya?”

“Ssshhh ahhhh teruss… ahhhh” desah mama kenikmatan.

“Kamu haus kontol? Mau kontol?”, desak Pak Simo.

“Ahhh aku haus kontol oohhh aku mau kontol…”, jawab mama yang sedang terbakar nafsunya.

“Hahaha dasar lonte”, hardik Pak Simo.

Kata-kata Pak Simo membuatku marah karena mamaku disamakan dengan lonte atau pelacur, namun marahku ini tertutup oleh nafsuku yang membara. Hal itu juga membuatku merasa iri melihat pria tua itu menikmati tubuh indah perempuan yang telah melahirkanku, dan timbul perasaan dendam di dadaku sehingga kulampiaskan dendamku pada istrinya yang sedang berlutut mengulum penisku. Kutarik paksa kedua tangannya untuk menjepit kedua payudaranya dari luar dan tanpa ba bi bu langsung kutusukkan batang kejantananku ke jepitan payudaranya. Langsung kugenjot penisku diantara gunung kembar Bu Sekar. Rumah gubuk itu kembali diramaikan simfoni sensual…erangan mama dan isteri Pak Simo sahut menyahut mengiringi suara eranganku dan pria paruh baya itu. Keringat mulai membanjiri tubuh-tubuh yang terlibat persetubuhan terlarang malam itu. Aku semakin cepat menggenjot penisku diantara jepitan payudara Bu Sekar.

“Ahh.. Mamaaa.. mamaaa… desahku tanpa sadar. Saat itu aku sungguh bernafsu hingga membayangkan sedang dijepit payudara mama yang montok itu. Aku mempercepat genjotanku dan ketika nafsuku sudah dipuncak,…Crooottt…

“Mamaaa….” Aku berejakulasi untuk kesekian kalinya. Sperma ku menyembur membasahi payudara dan wajah Bu Sekar bahkan ada yang hinggap di rambutnya. Bu Sekar hanya menatapku sambil tersenyum sensual dan jari-jarinya bergerak nakal mencari sperma yang berceceran di tubuhnya, kemudian dijilatilah hingga bersih jemarinya yang mengkilat karena spermaku. Setelah itu Bu Sekar tak lupa membersihkan sekujur batang penisku dengan menjilati dan mengulumnya. Aku hanya bisa duduk menikmatinya hingga kemudian Bu Sekar bangkit dan pergi ke bagian belakang rumah meninggalkanku yang masih menonton aksi cabul Pak Simo dengan mamaku.

Sekian menit kemudian, Pak Simo mencabut penisnya, menimbulkan seperti suara angin keluar dari vagina mama, kemudian memutar tubuh mama dan menarik pinggangnya hingga menungging, lalu kembali liang senggama mama mendapat tusukan dahsyat alat kelamin pria bukan suaminya itu. Payudaranya yang menggantung bergondal-gandul hebat setiap kali Pak Simo menyodokan batangnya. Kepalanya terdongak karena rambutnya dijambak dan mulutnya kembali merintih-rintih ribut setengah menjerit.

“Ssssh…ampuun pak, ohhh…hamili lonte ini pak…terusss..nnnggh”, rintihan mama mulai tidak masuk akal.

“Hahaha sekarang kamu minta dihamili, Dasar anjing!”, hardik Pak Simo.

“Ssshhh ahhhh tolong pak saya pengen hamil ahhhh” jerit mama.

Aku tidak percaya mama bisa mengatakan kata-kata tak pantas seperti itu. Aku pun kemudian ingin melakukan hal yang sama, aku memaksa Bu Sekar menungging, pantatnya yang bahenol itu kugigiti hingga puas, ia hanya cekikikan ringan, lalu saat lubang vagina tembemnya ingin kugali dengan batang penisku, Asih yang baru kembali dari belakang tiba-tiba mendorong tubuhku dengan cepat hingga rebah. Sepertinya dia mencegah penisku masuk ke lubang persenggamaan ibunya. Segera Asih menjepit penisku diantara kedua payudaranya dan memainkan jepitannya. Kembali suara kecipak kelamin beradu memenuhi seantero ruangan. Payudara Bu Sekar yang masih setia menggantung disampingku segera kutangkap dan kuremas-remas sekeras-kerasnya. Di dipan lain, mama tiba-tiba mengejang dan menjerit panjang, dan Pak Simo pun seolah memberi jeda waktu menghentikan hentakannya membiarkan mama menikmati orgasmenya. Mama terus menggeram hingga kemudian tubuhnya kembali rileks dan kembali terguncang-guncang dahsyat akibat dientot dari belakang.

Menyaksikan bagaimana ibu kandungku payudaranya bergoyang-goyang dan mengalami orgasme di depan mataku sendiri, menimbulkan sensasi dahsyat dan membuatku tak mampu mencegah menyemprotkan air mani di dalam remasan payudara Asih. Lama kunikmati ejakulasi itu sampai akhirnya aku terduduk lemas meninggalkan payudara Asih, sedangkan ibunya kembali membersihkan seluruh batang kemaluanku dengan hisapan mulut dan jilatan lidahnya hingga ke lubang anusku. Mereka kemudian beranjak ke belakang meninggalkan aku sendirian menyaksikan adegan dahsyat persetubuhan terlarang ibuku dan Pak Simo. Aku kembali merekam aksi mereka. Sebenarnya ada yang mengganjal di pikiranku, aku penasaran kenapa Asih melarang untuk menyetubuhi dirinya dan ibunya. Tapi rasa penasaran itu kupendam dalam dalam, karena aku harus berkonsentrasi menonton mama dan tanteku dicabuli oleh seorang laki-laki tua.

Di dipan seberang sana, kulihat tubuh mama berkilauan cahaya temaram lampu akibat basah oleh keringat.

”Ooouch…teruss pak, puaskan aku lagi …ahhhss”, rintihnya saat liang senggamanya mulai digali kembali dengan penis Pak Simo yang oversize itu.

“Hmmm…aku tahu sampean ra tahu dipuasi suami sampean toh?”, gumam Pak Simo diantara dengusan nafasnya.

Aku baru sadar kenapa mama bisa seliar itu, mungkin karena mama sudah lama tidak merasakan nikmatnya liang senggamanya diterobos dan diobrak-abrik dengan sebuah penis semenjak papa meninggal 7 tahun lalu.

Mama melirik ke arah belakang dengan mata sendu dan mengangguk.

“Sampean minta dipuasi nduk?’’, tanya Pak Simo sambil terus mengayunkan pinggulnya.

Mama kembali mengangguk dan merintih…, “nnnggh…puasi aku pak…ooohh hamili aku pak”.

Aku tak tahu mama dalam keadaan sadar atau tidak karena tengah terkena mantra hipnotis Pak Simo, tetap saja membuat senjata biologisku kembali mengacung tegak, lelaki normal manapun siapa yang tak akan terangsang melihat tubuh bugil wanita seksi usia 42 tahun itu, tak terkecuali anak kandungnya, yaitu aku. Sekian menit kemudian, mama kembali mengejang dan berteriak genit ketika orgasmenya datang kembali. kembali Pak Simo terdiam sekian detik hingga orgasme mama reda. Namun kemudian ia mencabut batang penisnya dari vagina mama, dan kembali suara seperti kentut keluar dari kemaluan mama yang kemudian rebah terbaring tengkurap dengan nafas masih terengah-engah.

“Sekarang, giliran adikmu itu minta dipuasi”, ujar Pak Simo sambil beringsut ke sebelah mama dimana Tante Lia masih tertidur.

Ia menekuk lutut tante dan melebarkan pahanya, setengah terduduk kembali ia desakan kepala senjata biologisnya yang masih dibasahi cairan vagina mama kepada wanita bukan istrinya itu, Tante Lia. Sama seperti mama tadi, benda keras itu agak tersendat masuk pusat kewanitaan tante, membuat Tante Lia pun terbangun dengan wajah meringis. Ia agak bingung sesaat dan sama seperti mama tadi, ia mulai panik dan mengutuk-ngutuk…

”Apa-apaan ini, jangan kurang ajar, pergiii…tolo…mmmff”, suaranya terputus karena mulutnya dibekap tangan Pak Simo.

”Sssst tenang nduk, tenang,’’ ajaib, setelah tangan Pak Simo dilepas, kini hanya rintihan keenakan keluar dari mulut tante.

Tangan Pak Simo segera mampir dan meremas-remas kuat bukit kembar tante yang lebih besar dari punya mama itu. Kembali ayunan pinggul pria tua itu menghentak-hentak dahsyat menghasilkan suara becek gesekan kelamin.

“Ooouch…teruss pak…aahss..puaskan aku pak….jangan berhenti…aahs”, rintih Tante Lia dengan suara manja bak gadis remaja.

“Dasar lonte sama aja”, kata Pak Simo sambil tertawa.

“Ooouch…entot saya pak sampe hamil pak assshhh teruss pak…aahss..”, desah Tante Lia.

Pak tua itu makin ganas menyetubuhi tante, kali ini ia letakan betis Tante Lia di dadanya dan membuat pantat tante setengah terdongak.

Persetubuhan haram nan dahsyat membawa efek berantai bergoyang-goyangnya dipan tua itu beserta penghuni di atasnya, mama yang masih mabuk dalam kepuasan seksualnya, dan payudara tante berguncang bagai gempa bumi dengan skala tertinggi. Ingin aku mendekat dan meremas-remasnya, tapi aku masih sungkan, sadar posisiku sebagai anak dan keponakan dari dua wanita matang yang cantik dan sensual itu.

“Ahhhss….ahhh…ahh”, tiba-tiba tante berteriak dan kakinya mengejang tanda tengah mengalami orgasme.

Pak Simo hanya perlahan mengayun-ayun pinggulnya hingga orgasme Tante Lia reda lalu memutar tubuh tante dan menarik pinggulnya ke belakang, kembali wanita kerabatku itu disetubuhi dari belakang oleh pria tua asing yang sepertinya mempunyai kekuatan seksual luar biasa, lebih dari satu setengah jam ia belum juga mencapai orgasme padahal telah menyetubuhi dua wanita cantik kakak beradik itu. Kembali mulut sensual tante mengerang dan merintih-rintih ribut. Beberapa menit kemudian, Pak Simo menepuk pantat bahenol mama, yang tanpa instruksi lebih lanjut langsung kembali menungging. Tangan Pak Simo segera kelayapan mengelus-elus vagina mama lalu mulai memasukan tiga jarinya, kini rumah itu diributkan suara desahan, rintihan sepasang wanita kakak beradik yang tengah dicabuli pria yang bukan haknya. Aku menyaksikan hal itu dengan mulut ternganga. Dan sekian menit kemudian, dua wanita kakak beradik itu kembali mengeluarkan teriakan pelampiasan rasa puas luar biasa.

[HIDE] [/HIDE]

Pertunjukan belum berakhir, ketika dua wanita itu masih dalam keadaan setengah sadar dengan orgasme masing-masing, Pak Simo meninggalkan tubuh menungging Tante Lia, bergeser mendekati mama…dan bleess…Batang kejantannya yang diselimuti lendir vagina Tante Lia itu ganti kembali menghuni lubang vagina mama, yang segera membuat mama bak orang kepedasan mendesah-desah manja dan liar. Tapi tentu saja, vagina tante tidak lama menganggur, jemari-jemari Pak Simo segera menggantikan tugas penisnya tadi. Aroma seks memenuhi setiap sudut gubug berdinding bambu itu.

”Kalian mau pejuhku, nduk?”…dengus Pak Simo,

“Mau pakk… aahhss hamili saya pak, hamili lonte ini ohhh’’, desis mama.

Pak Simo kian brutal menggasak mama dari belakang hingga kembali suara jeritan puas keluar dari bibir merekah mama. Dan kembali Pak Simo memindahkan penis besarnya ke liang senggama Tante Lia, ia menghajar buas Tante Lia sehingga tak sampai lima menit, kembali Tante Lia menceracau dan mengejang karena orgasme.

“Sekarang…lonte-lonte ini akan kuberi pejuhku…ahhh….”dengus Pak Simo sambil menjambak rambut tante lalu menghujamkan dalam-dalam organ kelelakiannya dalam rongga vagina tante, hingga lima menit kemudian Pak Simo berejakulasi di dalam vagina tante dengan waktu yang cukup lama, sekitar tiga menit.

Pak Simo membalikan tubuh Tante Lia hingga dia terlentang, Nampak wajah kelelahan namun puas dari wajah Tante Lia. Pak Simo juga membuka kaki tante hingga mengangkang. Kini sadarlah aku apa yang menyebabkan ejakulasi berlangsung begitu lama. Dari organ kewanitaan tante dapat kulihat luar biasa banyaknya lelehan sperma Pak Simo yang menetes keluar, bahkan tetesan itu lama-lama mengalir hingga cukup deras. Sangat banyak sperma yang keluar dari vagina Tante Lia hingga tergenang di dipan.

“Eh anjing, jilat semua pejunya dari memek lonte itu!! Hisap sampai habis!” Perintah Pak Simo sambil menepuk pantat mama.

Mama menurut dan segera mendekat ke Tante Lia dan menungging diantara kaki Tante Lia agar mulutnya bisa menyedot vagina Tante Lia. Mama mulai menyedot isi vagina Tante Lia.

“Slurp slurp slurp”, bunyi dari vagina Tante Lia yang sedang disedot mama.

[HIDE] [/HIDE]

Sangat tidak dipercaya mama mau melakukan ini jika dia sadar, bahkan jika itu sperma suaminya. Setelah melahap vagina Tante Lia, mama menjilat dan menelan genangan sperma di dipan yang luasnya mungkin sekitar dua piring makan. Bahkan sperma Pak Simo masih ada yang mengalir keluar dari dalam lubang vagina Tante Lia ketika mama sudah menelan setengah genangan sperma itu. Setelah selesai, mama segera kembali ke tempat ke posisi awal yaitu menungging, tetapi dengan kasar Pak Simo membalikkan tubuh mama dan mengangkangkan kaki mama. Kembali ia hujamkan dalam-dalam penis besarnya hingga mama setengah berteriak, juga kurang lebih hingga lima menit kemudian, Pak Simo berejakulasi selama kurang lebih tiga menit. Padahal aku sendiri paling lama orgasme sekitar 20 detik. Pak Simo bangkit meninggalkan mama yang dari vaginanya keluar banyak sekali sperma lalu berpindah ke tante yang masih meringis kenikmatan. Genangan sperma yang keluar dari lubang vagina mama juga selebar dua piring makan.

”Hei lonte, bersihkan memek saudara anjing lu!!”, perintah Pak Simo.

Dan sama seperti mama, Tante Lia dengan rakus menyedot-nyedot isi vagina mama dan lelehan sperma yang tergenang di dipan itu hingga tak tersisa lagi.

[HIDE] [/HIDE]

“Kalian berdua..bersihkan kontol saya!!”, perintah Pak Simo pada mama dan tante.

Mereka menjilati habis penisnya hingga buah pelir Pak Simo hingga wajahnya meringis keenakan. Si bajingan yang beruntung, pikirku. Selesai menggarap mama dan Tante Lia, Pak Simo lama menatap mereka berdua dengan wajah puas tanpa mempedulikanku yang kini menderita dengan penis tegang tanpa pelampiasan. Ia mengenakan kembali celananya, berjalan menuju kursi tamu dan kembali melinting tembakau, lalu kembali beranjak dan duduk di sampingku sambil mengisap rokok. Sementara itu, aku menghentikan rekaman di hp ku.

To be continued....
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd