Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG (UPDATE!!) REMAKE FAFA: THE ROAD OF CORRUPTION (NO SARA)

Siapa Cewek Yang Suhu Imajinasikan Sebagai Fafa


  • Total voters
    625
Chapter 13: (Fafa)Unholy Confession

KF7U1P0.png

Waktu sudah menunjukan pukul 3, namun mata ku tak kunjung juga bisa terlelap. Terus terbayang kejadian di rumah Bobby tadi. Aku tak tahu apa yang merasuki sehingga bisa membiarkan Bobby menikmati tubuh ku. Aku telah mengkhianati kak Reza, mengkhianati kepercayaannya.

Aku mengerang keras mencoba membuang bayangan adegan persetubuhan ku dengan Bobby tadi dari otak ku. Aku kesal terhadap diriku sendiri, bisa - bisanya aku dengan segampang itu membiarkan orang selain kak Reza menikmati tubuh ku, terlebih lagi walau aku tidak mau mengakuinya sejujur aku menikmati hal tersebut.

“RINGG”

Tiba - tiba HP ku berbunyi, memecah kesunyian malam ini. Secara malas - malasan ku gapai Handphone ku. Nama kak Reza muncul di layar HP ku. Aku merasa enggan untuk mengangkat telfon tersebut, aku merasa sangat malu untuk melihat kak Reza saat ini.

Setelah berdebat panjang dengan diriku sendiri akhirnya aku mengangkat telfon tersebut.

“Hey kak..:” saut ku lemas.

“Oh kamu masih bangun ternyata, maaf ya sayang nelpon malem2. Aku kangen banget sumpah”

“Hmhph.. Sama kak aku juga” jawab ku sambil tersenyum kecil.

“Gimana tadi tugas nya udah selesai?”

“Udaaaaah.. Akhirnya aku bisa tenang” jawab ku dengan nada seperti anak kecil.

“Asikk.. Kalau gitu udah ga ada beban pikiran lagi kan sekarang? Bisa dong kita bahas yang lain hahaha”

“Erm.. mau bahas apa emang nya kak?” tanya ku agak takut takut. Aku bukanlah orang yang bisa berbohong, kalaupun ku coba pasti lawan bicara ku segera mengetahuinya. Aku takut kak Reza menanyakan hal yang tidak bisa ku jawab.


“Hmm bahas apa ya enaknya… aku sebenernya mau bahas soal yang kamu lakuin di rumah si Bobby hehehe” ujar kak Reza dengan nada nakal.

“DEG!!” seketika itu juga jantung ku mau copot, mendengar perkataan kak Reza itu.

“Ya..yang aku lakuin di rumah Bobby?: respon ku terbata - bata.
“Ma..maksud kaka apa?” keringat dingin turun dari kening ku.

“Ihhh pura - pura lupa ya kamu” nada suara kak Reza semakin nakal.

Aku tak merespon perkataanya, aku kembali teringat persetubuhan terlarang ku bersama Bobby tadi. Rasa panik mulai menyelimuti pikiran ku, bagaimana bisa kak Reza bisa tahu secepat itu. Begini caranya tak ada gunanya lagi aku berbohong, lebih baik aku jujur walaupun itu berarti aku kehilangan kak Reza yang ku sayang.


“Ma..maaf kak” kata ku pelan.

“Loh maaf kenapa?” tanya kak Reza bingung.

“A..aku khilaf, aku udah mengkhianati kaka” bibir ku mulai bergetar dan aku menahan tangis ku.

“Khilaf? Mengkhianati?” tanya kak Reza.

“Maafin aku kak… aku gak mau kehilangan kaka” aku mulai mengisak…

“Aku seharusnya bisa jaga diri…” aku mengusap air mata yg mulai turun ke pipi ku.

“Fa sebentar kamu kenapa? Ko tiba - tiba nangi?” Maaf Fa kalau kamu gak mau bahas soal kamu masturbasi di rumah Bo…”

“Maaf Fa ga bisa jaga diri sampai bisa have sex sama Bobby..” Aku segera menutup mulut ku dengan tangan ku mencoba menghentikan perkataan ku ketika sadar kalau apa yang dibicarakan kak Reza adalah soal aku bermasturbasi di kamar mandi Bobby bukan soal perselingkuhan ku. Kak Reza ternyata sama sekali tidak mengetahui apapun soal itu, namun terlambat pengakuan ku keburu terucap oleh mulut ku.

Seketika itu juga kak Reza terdiam, dan keadaan menjadi hening. Aku hanya bisa mendengar suara nafas nya diujung telpon ini.

“Ka..” Aku segera menghentikan perkataan ku karena sadar tidak ada kata - kata yang bisa memperbaiki semua ini.

Aku menunggu perkataan kasar keluar dari mulut kak Reza dengan was - was namun selang beberapa lama kak Reza masih berkata apapun.

“Fa..”

“Ya kak?” dengan cepat aku merespons kak Reza, isakan tangis ku berhenti seketika.

“Jujur tadi kamu ngapain di rumah Bobby?” tanya kak Reza dengan suara tenang, bahkan kelewat tenang.

“Fa..fa..have sex sama Bobby” kata ku dengan penuh rasa malu.

“Coba ceritain degan detail” lanjut kak Reza.

“De..detail? Maksud kaka?” aku semakin bingung.

“Ya ceritain aja dari awal, bagai mana itu bisa terjadi, apa aja yang terjadi dari awal sampe akhir” ujar kak Reza lagi.

“Ka.kaka serius? Kaka gak marah kalau aku ceritain soal itu? Kaka mau aku ceritain semuanya?” aku memberondong kak Reza dengan pertanyaan.


“Semuanya” jawab kak Reza pelan.

“Serius?” aku masih ragu untuk menceritakan itu, karena kalau kak Reza berhubungan dengan wanita lain di belakang ku, aku pasti tak akan sanggup untuk menerimanya apalagi sampai mengetahui seluruh kejadian itu.


“Fafa sayang.. Kamu tenang aja, yuk tenang gak usah takut. Ceritain aja semuanya, jangan ada yg kelewat” suara kak Reza masih terdengar tenang.

Namun suara tenang kak Reza itu membuat ku semakin takut, aku ingat bagaimana kak Reza ketika sedang emosi sehingga reaksinya yang tenang seperti air ini sangatlah aneh dan menakutkan.

“O..ok” aku terbata - bata akhirnya setuju untuk menceritakan kejadian di rumah Bobby tadi. Aku lalu mulai bercerita seluruh kejadian yang terjadi di rumah Bobby, dari soal aku melaksanakan perintah kak Reza bermasturbasi di kamar mandi rumah Bobby sampai akhirnya aku dan Bobby berhubungan intim di kamar nya. Tak lupa ku ceritakan kejadian setelah itu di mana Bobby memperlihatkan dirinya yang sebenarnya.

Ada sedikit perasaan lega ketika aku selesai menceritakan semua itu kepada kak Reza, walau rasa bersalah dan takut masih melanda hati ku.


“Udah? Ga ada yang kamu tutup - tutupin lagi kan?” tanya kak Reza.

“Eng…enggak kak Demi tuhan aku udah ceritain semuanya” saut ku.

Kak Reza menghela nafasnya, aku langsung terdiam menunggu kak Reza kembali berbicara.

“Sudah berapa kali kamu have sex sama dia Fa?” tanya kak Reza lagi.

“I..ini yang pertama kak dan yang terakhir demi tuhan aku gak bohong” jawab ku panik.

“Oke.. sekarnag aku mau nanya sesuatu dan aku harap kamu jujur. Jujur sejujur - jujur nya” lanjut kak Reza.

Rasa panik dan takut ku pun semakin menjadi - jadi, aku tidak bisa memprediksi apa yang akan ditanyakan oleh kak Reza. Pikiran ku penuh dengan skenario - skenario terburuk yang mungkin terjadi, terbayang oleh ku kak Reza memutuskan ku dan membenci ku. Ya tuhan semoga hal itu tidak terjadi.

“Oke, tolong jawab jujur kamu suka sama Bobby?” tanya kak Reza.

“Engga! Engga pernah. Aku gak pernah nganggep dia lebih dari temen kak! Aku cuman sayang kaka. Cuman kak Reza yang ada di hati aku gak ada cowok lain!” Jawab ku tegas.

Aku sadar jawaban ku barusan terdengar lucu setelah melihat apa yang telah terjadi, tapi aku berharap kak Reza percaya akan hal itu karena memang aku tak pernah ada perasaan apapun terhadap Bobby.

“Okey.. aku percaya sekarang pertanyaan terakhir yaa” lanjut kak Reza.

Aku mengangguk seakan kak Reza bisa melihat ku.a“Waktu kamu ngelakuin itu sama Bobby, gimana perasaan kamu?” tanya kak Reza.

“Pe..perasaan?” tanya ku mencoba mengartikan pertanyaan itu.

“Iya perasan kamu, apa kamu marah, kamu jijik, kamu benci, atau kamu suka dan menikmati?” tanya kak Reza.

“DEG!!!” jantung ku kembali berhenti mendengar pertanyaan itu, karena aku ingat betul kalau saat itu walau aku merasa bersalah aku sangat menikmatinya. Penis Bobby sangat lah besar dan kekar, ukurannya berbeda jauh dengan ukuran milik kak Reza.

“Erm.a..erm.. A. aku” aku bingung menjawab pertanyaan itu, aku tak bisa menebak respon apa yang akan diberikan oleh kak Reza jika aku menjawab jujur.

“JAWAB!” tiba2 suara kak Reza mninggi membuat ku terhentak.

“i..iya “ jawab ku terbata - bata, karena masih kaget dengan perubahan nada suara kak Reza yang sedari tenang tiba - tiba menjadi keras dan tegas.

“Fa..Fafa..ngerasa..”

“Kamu suka ngentot sama dia? Enak? Nikmat ngentot sama dia? Jawab aja iya apa enggak anjing!” Suara tenang kak Reza seketika itu juga menghilang.

“I..iya” jawab ku pelan, air mata ku berhenti. Tertahan oleh rasa takut dan bersalah.

“IYA APA LONTE? IYA ENAK NGENTOT? IYA ENAK DIPAKE SAMA DIA? IYA MENIKMATI? IYA APA?” teriak kak Reza.

“I..iya Fa su..suka..” jawab ku terbata - bata, mata ku kembali basah.

Terdengar suara kak Reza menghela nafas panjang.

“Oke” tiba - tiba suara kak Reza kembali tenang.

“Ya udah istirahat gih kamu, cape kan abis ngentot? Besok kamu masuk pagi” ujar kak Reza

“Ka..kak Reza.. jangan tutup dulu.. please..” aku kembali terisak.

“OKe deh Fafa.. Aku juga ngantuk mau tidur” kak Reza tidak menggubris ku.

“Kak Reza…jangan tutup.. Kita bicarain dulu” aku merengek sambil menangis.

“Mo ngomong apa sayang?” suara kak Reza terdengar tenang walau nada sarkasme dari perkataan nya dapat kurasakan.

“Ngomong soal ini.. Kita bahas dulu please baik - baik gak pake emosi” rengek ku

“Loh siapa yang emosi sayang, ini baik - baik aja kok hahaha” jawab kak Reza dengan nada mengejek.

“Kak Reza..hiks..” Aku bingung harus berkata apa.

“Kamu bobo gih, dah Fafa”

“Kak REZA!!! Jangan ditutup!” aku memekik. Namun terlambat Kak Reza sudah menutup telfon tersebut.

Segera aku menelfon kak Reza namun setelah berdering tiga kali langsung di reject. Aku kembali mencoba menghubunginnya tapi ternyata kak Reza mematikan telfonya.

Aku pun meraung, dengan segera aku menjatuhkan tubuh ku ke kasur dan membenamkan wajah ku ke bantal agar tangisan ku tidak terdengar keluar kamar. Aku terbayang jika kak Reza memutuskan hubungan kami, aku tak tau apakah aku sanggup menerima itu. Malam itu aku menangis sejadi -jadi nya sampai akhirnya aku lelah dan tertidur.

========================================================================



pnEpUL4.png



Alarm HP ku membangun ku dari tidur ku, dengan malas - malasan aku bangun dari tempat tidur ku dan berjalan ke depan meja rias ku. Aku melihat diriku di depan cermin tampak kusut sekali dengan mata yang bengkak karena menangis semalaman.

Dengan bermalas - malasan aku pun segera mandi dan setelah itu bersiap - siap untuk pergi ke sekolah. Untung saja saat itu tak siapapun di rumah ku sehinggak tidak ada yang bertanya soal mata ku yang terlihat sedikit bengkak.

Saat aku selesai memakai sepatu converse ku tiba - tiba terdengar suara motor yang cukup familiar berhenti di depan rumah ku.

Aku segera berlari keluar rumah dengan tergesa - gesa samabil membawa ransel ku.

“Oh udah siap, yuk Fa berangkat”

Seketika itu juga air mata ku berlinang, senyum lebar menghiasi wajahku. Kak Reza dengan motor jadul nya datang menjemput ku. Harapan ku agar hubungan ini masih bisa berlanjut pun muncul.

Aku kemudian mengunci pintu rumah ku dan dengan girang segera berlari menghampirinya.

“Seneng banget kayaknya” ujar kak Reza sambil tertawa kecil, tidak tampak sedikit pun emosi di wajahnya.

Aku segera naik ke atas motornya, setelah memastikan aku sudah duduk dengan benar kak Reza segera mamacu motornya.

Walau senang aku masih sedikit was - was apa kah kak Reza saat ini hanya berpura - pura ramah dan pada akhirnya tetap memutuskan ku?

“ern..kaka masih marah?” tanya ku pelan.

Kak Reza melihat ke arah spion untuk melihat ku dan menggelengkan kepalanya.

“Kita masih pacaran kan?” tanya ku lagi lebih pelan, takut apabila jawaban kak Reza tak sesuai harapan ku.

Kak Reza kembali melihat ke arah spionya dengan ekspresi wajah datar, kami pun saling berpadangan melalui kaca spion itu.

Kak Reza kemudian tersenyum kecil dan mengangguk.

“Masih sayang”

Hati ku seakan ingin meledak saat ini juga, aku segera memeluk tubuh nya dengan erat dan membenamkan wajah ku di pundaknya. Aku pun menangis, namun kali ini air mata yang ku keluarkan penuh dengan kebahagiaan.


Kak Reza mengusap - ngusap rambut ku dengan tangan kirinya.

“Aduh kayaknya seneng banget haha” ujar kak Reza.

“Iya atuh seneng!!” saut ku terisak dengan nada seperti anak kecil.

Sepanjang jalan aku tak melepas kan pelukan ku, tak peduli walau beberapa pengendara lain mengucapkan komentar ketidak sukaan mereka ketika melewati kami. Aku tak peduli walau semua mata menuju ke arah kami, karena saat ini aku tidak ingin melepaskan pelukan ini.

“Kak..di rumah kaka ada siapa?” tanya ku pelan.

“Gak ada siapa - siapa, kenapa Fa?” tanya kak Reza.

“Ke rumah kaka aja yuk” jawab ku.

“Loh kenapa?”

“Aku mau hari ini seharian sama kak Reza aja” jawab ku.

“Ih masa bolos?”

“Ahhh..biarin ke rumah kak Reza ajaaaa” rengek ku.

“Serius?”

Aku menaru dagu ku ke pundak kak Reza dan menatapnya sambil tersenyum kemudian mengangguk cepat.

Kak Reza tersenyum simpul, kemudian memutar arah dan kami pun segera menuju rumah nya.

“Yaaaay!!” ujar ku girang sambil menyeka mata ku.


Tak lama kami pun sampai di rumah kak Reza, setelah memarkirkan motornya aku segera turun dan kami pun berjalan menuju pintu rumahnya.

Tangan kak Reza kemudian menggandeng ku dan menuntun ku ke kamarnya. Setelah kami berdua berada di kamar nya, aku segera mendorong jatuh tubuh kak Reza ke atas kasur dan segera mencium bibirnya.


“Mhhmm..mhmm” desahan ku terbungkam oleh bibir kak Reza.

“Ahh…mmhmm..” aku dengan penuh nafsu segera menjulurkan lidah ku masuk ke dalam mulut kak Reza.

Kak Reza kemudian memegang ke dua pipi ku, dan dengan perlahan memisahkan wajah ku dari wajah nya.

“Hey..hey tenang” ujar kak Reza sambil menatap mata ku. Bibir ku masih terbuka dan air liur kami membentuk jembatan kecil.

Kak Reza lalu memposisikan dirinya untuk duduk di atas kasur sambil bersandar ke tembok. Kak Reza lalu menepuk2 kasur menyuruh ku duduk di samping nya.

“Sini ngobrol dulu” ujar kak Reza.

Aku pun menurut walau saat ini jujur birahi ku sudah sangat memuncak.

Kak Reza lalu merangkul ku dan aku pun menyandarkan kepala ku di pundaknya.

Tanganya yang satu lagi dengan lembut mengusap - ngusap kepala ku kemudian mencium rambut ku.

“Kita ngobrol bentar ya sayang” ujar kak Reza.

Rasa takut kembali muncul walau tidak sebesar kemarin malam. Aku mengangguk pelan, mata ku tertuju ke arah selangkan kak Reza dan aku bisa melihat benjolan besar terbentuk di balik celananya.

“Jadi kemarin sebelum have sex sama Bobby kalian cuddle gini juga ga?” tanya kak Reza.

Aku cukup kaget mendengar pertanyaan itu, namun aku teringat bagaimana reaksi kak Reza semalam ketika aku mengulur - ngulur waktu untuk menjawab pertanyaanya. Maka dengan segera aku mengangguk.

“Iya” jawab ku pelan.

Kak Reza kemudian mengecup pipi ku.

“Dia ngelakuin ini juga ga?” tanya kak Reza.

“Iya” jawab ku pelan.

Kak Reza lalu menaruh tangan nya di dagu ku dan mengangkat wajah ku agar melihat wajahnya. Kemudian kak Reza mencium bibir ku dengan lemah lembut, kemudian lidah kak Reza menyusup masuk ke dalam mulut ku dan lidah kami berdua pun bergulat pelan.

“Mhhm…” ciuman ini terasa nikmat sekali, aku tak akan pernah merasa cukup bila kak Reza mencium ku seperti ini.

Lama kelamaan tempo pergulatan lidah kami semakin liar, bibir kak Reza pun sesekali melumat seluruh bibir ku dengan penuh nafsu.

Tiba - tiba kak Reza kembali melepas kan ciumanya, meninggalkan mulut ku terbuka dan nafas tersenggal.

“Terus dia cium kamu kayak gini?”

“Iyah..hah..hah” jawab ku mendesah.

Kak Reza kemudia mencium leher ku dan mencupangi nya dengan lembut. Seketika itu juga mata ku terpejam menikmati permainan lidahnya. Rasa geli dan nikmat menjadi satu, tangan ku pun menjambak rambutnya dan mendorong kepalanya ke arah leher ku.

Kak Reza kembali menghentikan permainannya dan menanyakan pertanyaan serupa.

“Dia cupangin leher kamu kayak gini?” tanya kak Reza menatap ku dengan tatapan syahdu menandakan dirinya juga sudah birahi.

“Iyah..” jawab ku sambil menatap nya tajam.

Tangan kak Reza lalu dengan perlahan mencopoti kancing seragam ku satu - persatu, mata ku dengan segera memperhatikan pergerakan tanganya itu.

Setelah membuka empat kancing atas kemeja ku, kak Reza menyibakkan seragam ku sehingga belahan dada dan bra ku terlihat jelas. Tanganya kemudian mengusap - ngusap bagian dada ku yang tidak tertutup oleh bra dengan lembut. Kak Reza lalu meremas - remas payu dara ku pelan.

“Mhhmmhh” sambil menggigit bibir ku, aku kembali menatap kak Reza dan kami pun saling menatap dengan tatapan penuh nafsu.

“Dia mainin toket kamu kayak gini juga sayang?” tanya kak Reza dengan nafas yang mulai berat.

“Mhh..iyaa” desah ku menjawab pertanyaan nya.

Kak Reza lalu mencopot semua kancing baju ku dan melepas kan seragam ku dari tubuh ku dan hanya meninggalkan bra dan rok abu - abu ku.


Kak Reza lalu mencopot kaitan bra ku dan dengan perlahan menurunkan tali bh ku ke bawah sampai akhirnya bh ku jatuh ke perut ku.

Kak Reza kemudian kembali mengusap - ngusap payu daraku yang kini tak lagi tertutup dan jari - jari nya memainkan puting ku perlahan. Jari telunjuknya memutar - mutar kan puting ku sambil sesekali puting ku ditekan olehnya.

“Ahh…mmhhh” aku menggigit bibir ku dan badan ku mulai terasa panas karena birahi ku semakin meninggi.

“Dia mainin puting kamu kayak gini juga?” tanya kak Reza sambil memperhatikan permainan jarinya sendiri.

Aku mengangguk sambil menggigit bibir ku, mata ku tetap terkunci menatap wajahnya.

Kak Reza lalu menurun kan kepalanya dan mulai memakan payu daraku.

“Aaaaaaaahh” aku melepas gigitan ku terhadap bibir ku, da mulai mendesah.

Lidah kak Reza kemudian memainkan puting ku dengan lidah nya sambil melakukan gerakan yang sama persis seperti jari telunjuknya barusan. Sesekali kak Reza menggigit puting ku pelan, rasa sakit dan nikmat menjadi satu membuat ku memekik keras.

“Ahhh..mhh kak Reza.. enak” racau ku.

Kak Reza lalu menghentikan permainan nya dan kembali mengangkat wajahnya dari payu daraku untuk menatapku.

“Dia mainin toket kamu kayak gitu juga?” tanya kak Reza.

Aku pun mengangguk sambil menggigit bibir ku, badan ku mulai menggeliat. Kak Reza lalu menyuruh ku melepas kan rok ku. Aku dengan patuh menuruti permintaanya. Sehingga kini aku tak memakai apapun kecuali celana dalam ku.

Tangan kak Reza pun mulai turun ke arah selangkangan ku dan dengan jari nya mulai mengusap - ngusap vagina ku dari bagian luar celana dalam ku.

“Basah banget kayaknya, udah gak tahan ya?” ejek kak Reza.

Aku mengangguk sambil badan ku menggeliat.

“Kak Reza lalu menarik celana ku ke bawah, aku dengan sigap menekukan kaki ku untuk mempermudah kak Reza menanggalkan celana ku. Namun kak Reza dengan sengaja membiar kan celana dalam ku menggantung di mata kaki kanan ku.

Kak Reza lalu mendorong bagian paha dalam ku aku dengan segera membuka lebar selangakangan ku.

Kak Reza kemudian meraba - raba bibir vagina ku yang tak lagi tertutup oleh celana dalam ku, aku mengangkang lebar memperlihatkan vagina ku yang sudah sangat basah untuk dicabuli oleh pacar ku.

Kak Reza kemudian membelah bibir vagina ku dengan jari nya dan memasukan jari tengahnya ruas demi ruas ke dalam memek ku.

“MMhhh ahhhhh” Kepala ku mendongak ke atas seketika dan mata ku terpejam merasakan nikmat yang termata sangat.

Kak Reza lalu mendorong masuk seluruh jari tengah nya ke dalam memek ku dan jari nya pun mulai bergerak nakal.

Aku kembali membuka mata ku dan menatap wajah kak Reza dengan tajam sambil menggigit jari ku.


“Dia mainin memek kamu kayak gini ga?” tanya kak Reza lagi.

Aku mengangguk sambil tetap menatap mata kak Reza yang melihat ku dengan penuh nafsu.

Jari tengah kak Reza kemudian bergerak keluar masuk liang kewanitaan ku.

“Fafa suka aku giniin?” tanya kak Reza sambil menatap ku tajam.

“Suka..ahh…Mhh” jawab ku diiringi desahan.

“Jawab pertanyaan aku dengan jujur ya, kalo kamu sampe berhenti jawab aku berhenti mainin memek kamu” ujar kak Reza.

Aku mengangguk cepat, tak ingin permainan jari kak Reza berhenti.

“Fafa suka aku mainin memeknya?”

“Mhh..suka.mmhh””

“Kemaren sama Bobby, memek Fafa dimainin juga?” tanya kak Reza cepat.

“Mhh..ahh..iyaa..” kepala ku mulai terasa ringan.

“Fafa suka dimainin memeknya sama Bobby?” tanya kak Reza lagi.

“Mhh..ahh..suka…” Akal sehat ku seakan tak lagi berfungsi sehingga aku mengucapkan kata pertama yang muncul di otak ku.

“Aku masukin jari satu lagi mau?” tanya kak Reza. tanpa menghentikan permainannya.

“M..mau….Mmhh ahh” jawab ku“

Kak Reza tiba - tiba memasukan jari telunjuk nya ke dalam vagina ku tanpa pemanasan dulu sehingga aku memekik panjang karena kesakitan.

“AAhhhhhhhhh ….”

“Lonte suka memeknya di mainin?” tanya kak Reza dengan pertanyaan melecehkan..

“Mhh…suka..” jawab ku..

“Siapa yang suka?” tanya kak Reza cepat.

“Fafa…” jawab ku.

“Bukan! Jawab yang bener” nada tegas dominan kak Reza pun keluar.

“Mh,... l..lonte suka..”

“Jawab yang bener!” gertak kak Reza.

“Lonte ini suka memeknya dimainin…mmhhhh ahh” otak ku sudah dikendalikan sepenuh nya oleh birahi ku.

Kak Reza lalu mempercepat gerakan tanganya, dan mengocok - ngocok bagian dalam memek ku yang sudah basah menimbulkan suara gemercik air cinta yang mulai membanjiri memek ku.


“Kak..mhh.. Mau keluar…” racau ku.

“Lonte mau keluar?” tanya kak Reza lagi.

Aku mengangguk cepat.

“Lonte suka ya memeknya dimainin sama Bobby kemarin?” tanya kak Reza.

“Suka..mmhh sukaa..” Mulut ku mulai bergerak dengan sendirinya.

“Lonte mau dimainin memeknya lagi sama Bobby?” tanya kak Reza.

“Ma..mau..mmhhH ahh..mau” mulut ku mengucapkan apapun yang bisa membuat rasa nikmat ini terus berlanjut.


“Ya udah keluarin gih” ujar kak Reza mempercepat permainan jari - jari nya. Kak Reza lalu mencupangi leher ku sebelum akhirnya melumat toket ku dengan mulutnya.

“Mhha ahh.mmhh ahh.. Fafa keluar ka… Fafa keluar”” pekik ku.

Otot - otot ku seketika itu mengeras, kaki pun semaking mengangkang terbuka lebar.

“Keluar kak! Keluar!!!” aku berteriak, meremas rambut kak Reza dan mendorong kepalanya dengan kuat ke arah toket ku.

Badan ku seketika itu juga gemetar di iringi cairan bening seperti pipis mengucur dari memek ku.

“Ahhhhhhhhhh!!!!” aku melolong panjang, mulut ku menganga lebar. Air liur mengalir turun dari mulut ku. Mata ku terpejam, dahi ku mengkerut mencoba menikmati orgasme hebat yang sedang terjadi ini.


Setelah cairan squirt ku berhenti keluar badan ku kemudian menggigil seperti orang yang habis kencing.

Kak Reza lalu melepaskan mulut nya dari toket ku dan menciumi pipi ku dengan lembut.

Badan ku sektika itu juga terasa lemas, energi ku seperti hilang begitu saja. Kak Reza kemudian memelankan permainan jari nya kemudian dengan perlahan mengeluarkan ke dua jari nya dari dalam memek ku.

Aku pun segera menyenderkan tubuh ku ke dada kak Reza dengan nafas tersenggal - senggal. Kak Reza lalu mengangkat daguku agar aku melihat ke arahnya dan kemudian mencium bibir ku dengan lembut.


“Good Girl”
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 14: (REZA) THE CONVERSATION

9Nyb6kY.png


Sejujur nya semalem gue emosi banget waktu denger Fafa sama bobby have sex. Waktu denger Fafa ngomong gitu hati gua langsung panas sepanas - panas nya. Gua tau Fafa luar dalem, dan Fafa bukanlah tipe perempuan gampanganm bahkan hubungan sex pun pertama kali sama gua. Jadi saat mendengar Fafa melakukan hubungan sex di belakang gua hati gua hancur, sehancur - hancurnya.

Untung aja pas emosi akal sehat gua masih jalan, jadi gua gak keburu kebakar emosi. Soalnya bisa - bisa gua keceplosan buat minta putus dan gua gak yakin kalo gua bisa dapet cewek lain yang sempurna kayak Fafa.

Namun aneh nya ketika Fafa menceritakan secara detal apa aja yang dia lakukan bersama Bobby, nafsu gua ikutan naik. Sampe sampe selama dia cerita gua ngocok batang gw sampe keluar. Bayangan Fafa yang cantik, manis, lugu, mendesah di entot oleh cowok lain ngebuat gua sange, walau disertai cemburu. Ngebayangin wajah Fafa jadi binal, ngebayangin badan Fafa menggelinjang keenakan bikin gua penasaran pengen lihat kejadian itu secara langsung tapi gua gak berani buat ngomong soal ini ke Fafa. Gua takut Fafa nganggep gua aneh, salah - salah malah dia yang minta putus.

Imajinasi gua makin melayang saat ini, Fafa lagi kecapean sehabis keluar, ngelihat badan nya yang gemeter sembari otot - otot nya yang mengejang bikin fantasi gua soal Fafa dipake orang lain jadi makin parah. Fafa sekarang terkapar dengan kepala nya menyender ke dada gua, nafas nya tersenggal -senggal dan matanya terpejam karena kelelahan.


Gua mengelus - ngelus rambut Fafa lalu mengecup kening nya.

“I love you” bisik gua pelan.

Mendengar itu Fafa tersenyum kecil, tangannya lalu mengusap - ngusap pipi gua.Mata gua memandangi tubuh Fafa yang telanjang lemas penuh dengan keringat. Gua usap - usap pundak fafa lembut lalu tangan gua turun ke arah toketnay dan memainkan puting nya pelan.

“Mhh..mhh..” Fafa mendesah dan badannya menggeliat kecil. Fafa lalu medongakan kepalanya dan membuka matanya menatap ke arah mata gua dengan tatapan sayu dan sange.

“Maafin Fafa ya kak… Fafa janji gak akan ngelakuin itu lagi. Fafa milik Kak Reza aja, cuman Kak Reza yang berhak atas tubuh Fafa” ucap nya.

Gua terdiam sejenak memandangi matanya.

“Kalo buat aku aja kenapa bisa keluar sambil bayangan Bobby tadi?” kata gua dengan senyum mengejek.dan menghentikan jari - jari gua yang memainkan putingnya.

Fafa kemudian terdiam, dan memposisikan dirinya duduk di samping gua.

“Erm.. maaf kak.. Tadi waktu kak Reza maininin vagina Fafa, Fafa kebawa suasana.. Please jangan marah lagi, maafin Fafa” ujar Fafa agak gelagapan salah tingkha.

Gua lalu mengusap - ngusap pipinya dengan lembut dan menyisir rambutnya yang menutupi wajahnya dan mengaitkannya dibelakang telinganya.

“Fa..aku mau jujur boleh? Tapi janji kamu gak akan marah” tanya ku pelan sambil terus mengusap - ngusap kepalanya.

Raut wajah Fafa nampak kebingungan namun kemudian dia mengangguk pelan.

“Fafa janji gak akan marah, lagian apapun yang mau kak Reza bilang kesalahan Fafa tuh pasti jauh lebih besar, dan Fa rasa.. Fafa gak ada hak untuk marah ke kak Reza yang masih mau maafin Fafa padahal Fa udah kayak gitu sama Bobby”. Saut Fafa tegas.

Gua lalu membuka tangan gua memberi kode agar Fafa memeluk gua, dengan seyum girang Fafa lalu membenakan wajahnya ke dada gua dan memeluk gua dengan erat. Gua lalu kembali mengelus - ngelus kepala Fafa dengan lembut.

“Sebenernya waktu kemarin kamu ngaku udah kayak gitu sama Bobby, aku tuh emosi banget. Aku sampe mikir pengen mutusin kamu..”

“Aaahh.. Jangan putusin Fafa kak.” Fafa merengek seperti anak kecil memotong perkataan gua.

Gua tersenyum simpul dan mengecup keningnya.

“Engga kok sayang, buktinya hari ini kita bisa quality time kan?” kata gw sambil memandang Fafa yang menyeka air matanya.

“Iyaaa… jangan pernah tinggalin Fafa… kak Reza mau marah mau ngapain Fafa terserah Fafa rela” ujar Fafa dengan nada anak kecil.

Gw terdiam sebentar kemudian menghebuskan nafas panjang.

“Jadi sebenernya emang emosi, tapi waktu kamu cerita soal apa aja yang kamu lakukan bersama Bobby entah kenapa aku sange parah” gua menghentikan perkataan gua menunggu reaksi Fafa.

Namun Fafa hanya diam, matanya hanya melihat lurus ke depan dengan tatapan kosong.

“Saking sange nya waktu kamu cerita, aku sambil ngocokin kontol aku” lanjut gua dengan perasaan deg - degan takut akan reaksi Fafa atas pengakuan gua.

Fafa lalu mendongakan kepalanya ke atas menatap ke wajah gua.

“Kak Reza sange bayangin Aku sama Bobby ML?” tanya Fafa.

Gua mengangguk pelan.

“Kok bisa?” tanya Fafa dengan wajah bingung.

Gua menggelengkan kepala gua.

“Gak tau, cuma waktu kamu cerita aku kebayang keseksian badan kamu gimana, wajah kamu yang ke enakan, badan kamu yang gemeter setiap kali kamu orgasme, otak aku kebayang sama bayangan - bayangan itu dan itu ngebuat aku sange parah”.lanjut gua.

“Kak Reza rela tubuh Fafa di nikamtin sama cowok lain? Dinikmatin sama Bobby?” tanya Fafa sambil mengerutkan keningnya.

Gua menggelengkan kepala gua lagi.

“Engga,, tapi bayangan kamu ngenikmatin itu ngalahin rasa emosi dan cemburu aku, walau tetep sih aku cemburu sama kesel” lanjut gua.

Fafa lalu menurunkan tanganya ke selangkangan gua dan mengusap - ngusap area resleting celana jeans gua.

“Eh..iya loh.. Udah tegang,, jadi kak Reza dari tadi udah kayak gini?” ujar Fafa sambil tersenyum nakal.

Gua mengangguk sambil mendesah kecil.

Fafa dengan lihai lalu membuka celana jeans gua dan mengeluarkan kontol gua yang udah keras banget.

“Aduh iya…kayak nya dari tadi udah gak kuat banget ya pengen dilayanin kontol kaka” ujar Fafa sambil menggigit bibirnya memandang kontol gua. Tanganya yang lembut mengusap - ngusap kontol gua dalam genggamannya. Sesekali jempol nya menyeka cairan precum yang keluar dari lubang kencing gua.


“Fa punya aku sama dia besaran mana? Jujur.hhh..ahh” gua mulai mendesah sambil menatap tajam ke arah mata Fafa yang membalas tatapan gua.

Fafa menggigit bibir nya sambil tanganya terus mengocok pelan kontol gua.

“Punya Bobby kak..” ujar Fafa, matanya menatap gua dengan sayu.

“Mhmm… Fafa masih mau kontol aku walau punya aku gak sebesar dia?” nafas gua mulai berat.

Fafa mengangguk pelan, matanya melihat gua dengan tatapan sange.

“Fa.. kalau ..mmhh.. Aku, kamu, sama dia ngewe bertiga kamu mau?” mata gua mulai merem melek.

Fafa tiba - tiba menurunkan tubuh nya ke bawah dan mulai ngisepin kontol gua. Matanya tak lepas menatap ke arah gua.

Gua lalu mengelus - ngelus kepalanya.

“Iya kayak gitu sayang terusin”

“Mhhm..mhhhphh.mmhh slurpp..mhhhh” Fafa tanpa jaim tambah bersemangat menghisap kontol gua.

Berhubung gua udah sange parah, gua gak bisa lagi nahan peju dan mengeluarkan nya di dalam mulut Fafa secara tiba - tiba.

Mata Fafa terbelalak kaget namun dengan sigap dia langsung memasukan seluruh kontol gua kemulut nya agar peju gua gak muncrat kemana mana.

“Gleg glegg glegg” suara Fafa menelan peju gua terdengar dengan sangat jelas.

Tangan gua mendorong kepala Fafa agar memasukan kontol gua lebih dalam ke mulutnya.


Setelah menghabiskan semua peju yang keluar dari kontol gua, Fafa melepas mulutnya dari batang kejantangan gua dan menyeka mulutnya dengan punggung telapak tanganya.

Senyum bangga meghiasai wajahnya.

“Ko cepet banget sih kak,, kayaknya udah ditahan dari tadi ya” ujar Fafa.

Gua mengangguk pelan sambil mencoba mengatur nafas gua lagi.

Fafa lalu merangkak dan kembali menyandarkan kepalanya di dada gua.

“Gimana Fa? Kamu mau kalo threesome? Tanya gua lagi.

“Hah kaka serius?” tanya nya kaget.

“Iya serius” jawab gua singkat.

“Haaaa.. Gak mau ah,, Fa kira tadi cuman fantasi kaka aja. Fa gak mau!” tolak nya sambil merengek.

“Loh kenapa? Kan udah pernah ini Fa” rayu gua.

Fafa kemudian duduk di samping gua dan menggelengkan kepalanya.

“Fa gak mau, Fa maunya cuman kak Reza aja yang nikmatin tubuh Fafa. Fa gak mau cowok lain. Fa maunya kak Reza aja” ujar Fafa tegas.

“Aku gak apa - apa ko Fa, sumpah” saut gua.

“Ihhh.. enggak! Fa bukan perempuan murahan kan kak. Iya tau Fa udah khilaf kemarin ngelakuin itu tapi bukan berarti Fa mau ngelakuin ituuu. Hati Fafa cuman buat kaka ajaaa!” ujar Fafa.

“Fa,, kamu jangan mikir nya gitu, ini kita kalo ngelakuin itu gak pake hati dong. Anggep aja dia itu mainan kita” gua mencoba meyakinkan Fafa.

“Mainan?” tanya Fafa dengan wajah bingung.

“Iya mainan, kita anggep aja dia cuman alat gak lebih. Dia cuman jadi alat buat muasin nafsu kamu” gua menarik Fafa buat kembali tiduran di dada gua.

Fafa terdiam sebentar.

“Fa gak mau kak, Fa udah benci sama Bobby. Fa gak mau sama Bobby” ujar Fafa pelan.

“Hmm ya gak harus Bobby, bisa siapa aja” jawab gua santai.

“Ih.. kak Reza mau orang random atau strangers gitu nikamtin tubuh Fa. Takut ah kak, gimana kalau dia bawa penyakit. Enggak ah” tolak Fafa lagi.

“Ya kita seleksi dulu sayang, bahkan kalo mau Fafa aja yang milih orangnya. Bebas mau kayak gimana. Kamu mau yang kayak Oppa - Oppa korea gitu juga boleh kalo mau” ujar gw.

Fafa terdiam, terlihat dari raut mukanya dia berfikir keras.

“Hmm.. engga ah kak ngeri, Fafa ngebayangin tubuh Fafa dipegang sama orang lain aja serem” ujar Fafa lagi.

Gua sadar apa yang gua minta mungkin terlalu berlebihan, tapi gua gak habis akal dan mencoba memutar otak agar fantasi gua bisa terealisasi.

“Hmm gimana kalo pijet aja Fa?” usul gua hampir putus asa.

“Pijet?” tanya Fafa bingung.

“Iya pijet aja gitu, jadi kamu dipijet sama strangers udah cuma itu. Gak sampai berhubungan sex kok. Cuman sampe pijet aja udah” lanjut gua.

“Jadi dia pijet Fafa aja gitu? Fafa gak harus ngelayanin dia kan?” Fafa mendongakan kepalanya mencoba memahami permintaan gua barusan.

Gua mengangguk.

“Iya pijet, tapi dia boleh nyentuh semua badan kamu” lanjut gua.

“Eng,.. tapi kalo dia minta lebih gimana kak?” tanya Fafa khawatir.

“Tenang.. Banyak ko tukang pijet yang professional. Mau ya? Di sini kamu tuh gak harus ngapa-ngapain kok, nikamtin aja dipijet dan kalo kamu mau.. Kamu bebas minta berhenti kapan aja. Kamu yang megang aturan nya” lanjut gua.

Fafa terdiam sebentar mencoba mencerna perkataan gua dan kemudian matanya melirik ke arah kontol gua yang mendadak kembali mengeras karena gua ngebayangin badan Fafa digerayangi cowok lain.

“Iihhh. Nakal ih penis kak Reza, ngomongin begini semangat dia” Fafa tertawa kecil.

Melihat reaksi Fafa gua semakin semangat karena merasa permintaan gua yang ini mungkin lebih realistis dan Fafa ada kemungkinan untuk setuju.

“Iyaa nih, aduh mau ya Fa.” lanjut gua.

Fafa terdiam sebentar dan kembali menatap ke arah gua.

“Kak Reza nanti di mana pas aku dipijet?” tanya Fafa khawatir.

“Ya aku ada di ruangan nya dong, ngejagain kamu sambil nonton kamu dipijet” lanjut gua semangat.

Fafa menatap gua agak lama sambil berfikir keras mempertimbangkan permintaan gua.

“Kak Reza bakal jagain Fa kan?” tanya Fafa pelan.

Gua mengangguk cepat.

“Iya jelas lah, malah biar aman kita pijet nya di sini aja di rumah aku jadi orang nya gak akan berani macem - macem” kata gua pelan.

Fafa terdiam kembali berfikir keras menimbang - nimbang permintaan gua ini.

“Hmm.. baiklah” ujar Fafa malu - malu.

Mendengar jawaban Fafa membuat gua girang

“Mau? Kamu mau Fa?” tanya gua dengan senyum lebar.

Fafa mengangguk.

“Kak Reza bakal jagain Fafa kan biar gak terjadi apa - apa?” tanya Fafa lagi.

Gua mengnagguk cepat.

“Ya udah mau kapan?” tanya Fafa.

“Hari ini ya Fa” saut gua cepat.

“Haah??? Hari ini banget???” Fafa kembali duduk di samping gua sambil memandang gua dengan wajah kaget.

“Iyaa hari ini aja, nanti kriteria tukang pijet nya terserah kamu deh” saut gw mencoba meyakinkan Fafa.

“Cari di mana emang kak? Emang bisa secepat itu?” tanya Fafa dengan wajah bingung.

“Ohh tenang, aku tau kok di mana nyari nya” gua lalu turun dari kasur gua dan mengambil laptop gua kemudian duduk kembali di samping Fafa dan menyalakn laptop gua tersebut. Gua lalu membuka Mozzila dan memasukan link ke sebuah forum dewasa Indonesia. Tangan gua dengan gesit mengklik sebuah sub-forum underground.

“Tuh Fa banyak yang nawarin jasa dan mencari jasa di sini” kata gua sambil menunjuk layar laptop gua.

Fafa merapatkan posisi duduknya ke arah gua agar bisa melihat layar gua.

“Coba lihat yang ini kak” ujar fafa sambil menunjuk ke arah thread berjudul ‘PASUTRI BANDUNG MENCARI AHLI PIJAT’,

Gua lalu mengklik halaman tersebut dan tak butuh lama halaman tersebut dimuat seutuhnya di layar gua.

Postingan tersebut dibuat oleh sepasang suami istri yang juga mencari tukang pijat plus - plus, tak lupa foto - foto seksi sang istri dicantumkan di postingan tersebut.


Fafa kemudian menggerakan kursos di layar HP gw dan membaca postingan tersebut dengan seksama.

“Loh harus nyantumin foto juga kak?” tanya Fafa panik.

“Iya dong, anggep aja ngiklan Fa. Biar makin banyak yang teratarik utnuk jadi tukang pijatnya” jawab gua.

“Loh kok gitu sih, kan dia udah untung pegang - pegang gratis masa harus cantumin foto juga? Menang banyak dong orangnya?” Protes Fafa.

Gua kemudian memutar otak mencoba menjawab pertanyaan Fafa tersebut agar dia tidak takut. Bisa - bisa kalo Fafa takut, sesi pijat nya malah akan batal.

“Ya gak gitu dong mikir nya sayang, kita kan pakai jasa mereka dan mereka professional. Kamu itu nanti dapet kok manfaat dari pijat nya itu sendiri, malah tukang pijat nya itu gak dapet apa - apa sebenernya” kata gua tenang.

Fafa terdiam dirinya kembali berfikir keras karena Fafa sadar kalau kita mau mencari jasa tukang pijat tersebut, Fafa terpaksa ikut mencantum kan foto - foto seksinya.

Fafa lalu membaca komen - komen nakal dari pengunjung thread tersebut. Banyak dari komen - komen tersebut yang bertuliskan komentar sedikit melecehkan.


“Ih ini suamiinya gak marah apa kak, istrinya di komentarin ga sopan begini?” ujar Fafa dengan raut muka merasa jijik.

“Ya engga dong sayang, kan mereka udah komitment untuk ngelakuin ini dan lagi pula kalo aku di posisi suaminya aku bakal merasa bangga banget!” jawab gua tegas.

“Loh ko bangga pasanganya dilecehkan? Tuh liat ada yang bilang mau masturbasi membayangkan istri dari yang nge post thread ini. Apa gak panas tuh hati suaminya?” tanya Fafa dengan wajah heran, namun matanya terus membaca komen - komen lainya.


“Engga dong Fa, malah yang ada bangga karena aku ngemilkin wanita sesempurna kamu dan orang - orang itu cuman bisa gregetan ngebayangin kamu. Malah harusnya si istri juga ngerasa bangga karena ternyata banyak pria di luar sana yang berharap ngemilikin dia” jawab gua mencoba meyakin kan Fafa.

Fafa terdiam sebentar, dari wajahnya terlihat kalau Fafa kembali berfikir keras.

“Fotonya gak harus keliatan muka kok Fa, Lagi pula yang jadi tukang pijat itu professional dan bisa jaga privasi” lanjut gua.

Fafa melirik ke arah gua sebentar dan kemudian lanjut membaca komen - komen lain di thread tersebut.

Setelah puas membaca komen - komen tersebut Fafa menghela nafas panjang dan kemudian menatap mata gua.

“Kak Reza sayang kan sama aku?” tanya Fafa pelan.

“Sayang lah, sayang banget. Cuma kamu satu - satunya wanita yang aku sayang Fa, dan aku yakin gak akan mungkin bisa suka sama cewek lain kayak aku suka sama kamu”.

Fafa menatap gua dengan tajam mencoba menganalisa apakah perkataan gua ini jujur atau omonmg kosong belaka.

Fafa kemduian kembali menghela nafas.

“Ya udah deh. Oka” ujar Fafa lemas.

Gua lalu membuat thread untuk mencari tukang pijat tersebut, tak lupa gua cantumin foto - foto seksi Fafa yang gua simpen di laptop. Tak lupa sebelum gua upload foto - foto tersebut, gua mensensor mata Fafa dengan efek blur agar wajah Fafa tersamarkan. Gua juga gak mau kalau ada yg sadar kalau itu Fafa, salah - salah kita ber dua bisa berurusan dengan pihak berwajib.

ldexe6O.png


cRX8nNz.png


vWpF3jw.png


c5QRkE1.png


swiEC3W.png


bi7fGNM.png


23nUHU0.png

“Kriterianya mau gimana Fa?” setelah gua selesai menulis kalimat pembuka dan mencantum kan foto - foto Fafa.


“Hmm pokoknya harus bersih, ganteng, wangi, gak buncit, tinggii, putih, kalo bisa keturunan chinese. Gak boleh minta aneh - aneh, aku cuman mau dipijet jadi ya udah pijet aja gak lebih dari itu. Hmmm apalagi ya? Oh sama ini kak, umurnya gak boleh lebih dari 30” Gua dengan gesit mengetikan semua permintaan Fafa itu.


“Udah ya Fa? Aku posting” tanya gua seraya memastikan.

Fafa melihat ke arah layar laptop gua agak lama kemudian menghela nafas dan mengangguk pelan.

Gua pun langsung meneken tombol submit dan thread gua pun akhir live, dapat dibaca oleh siapa pun yang mengunjungi forum dewasa tersebut.

Selang beberapa menit belum ada satu pun komen yang masuk ke thread gua dan Fafa itu. Setelah menunggu sekitar 15 menit merefresh halaman thread tersebut tak satupun komen atau like yang gua dapatkan.

“Yah.. kok gak ada yan tertarik sih kak? Celetuk Fafa dengan nada kecewa.

“Loh kamu malah pengen” saut gw tertawa.

“Eh..eng..enggak gak gitu maksudnya” ujar Fafa salah tingkah, mungkin tadi dia tak sadar saat mengungkapakan rasa kekecewaan nya.


“Hahaha ga apa - apa kok sayang, aku malah seneng kalu kamu juga mau karena kamu yang mau. Bukan gara - gara pengen nyenengin aku doang” jawab gua sambil tertawa.

Fafa terseipu malu, pipinya merah padam.

“Ya udah aku ambil minum dulu ya, haus banget. Kamu mau?” tawar gua.

Fafa mengangguk sambil matanya melirik ke arah layar laptop seperti berharap setidak nya ada satu komen yang muncul.

Gua lalu meninggalkan kamar gua dan mengambil botol minum dingin dari kulkas dan menenggak air tersebut untuk melepas dahaga yang gua rasakan sedari tadi. Setelah puas minum, gua lalu menuangkan air dari botol tersebut ke dalam gelas dan membawa gelas tersebut beserata botol minum itu ke kamar gua di mana Fafa sedang menunggu.

Sesampai nya di kamar terlihat Fafa sudah memangku laptop tersebut, jari nya terliaht sibuk bergerak - gerak di atas touch pad laptop gua. Gua diam berdiri di depan pintu gua memperhatikan Fafa yang sepertinya tidak sadar kalau gua memperhatikannya.

Fafa sesekali menuitup mulutnya sambil menahan tawa, kemudian kembali menggerakan jarinya di atas touch pad.

“Gimana Fa, ada yang bales?” tanya gua seraya menaruh botol minuman di atas meja dan memberikan gelas berisi air dingin kepada Fafa.

Fafa terliaht agak kaget ketika sadar gua sudah berada di dalam kamar.

“Ini kak, komen - komennya udah ada yang masuk. Aduh aku malu banget baca nya” Fafa mengambil gelas dari tangan gua dan meminum airnya sampai habis lalu mengembalikan gelas tersebut ke gua dan gua pun menaruh gelas kosong itu di samping botol air di atas meja.

Gua lalu duduk di samping Fafa dan ikut melihat balasan - balasn yang sudah bermunculan.


“Gila, toketnya bagus banget. Barang premium nih suhu!”

“Aduh walau di sensor pasti mukanya cantik, mana putih mulus begitu badannya kayak model”

“Sayang ane gak bisa pijat suhu, ane ijin coli pake foto GF nya ya suhu”

“Suhu kalau three some mau gak suhu? Ane janji bakal muasin cewek ente”

Berbagai komen nakal mulai muncul di thread yang barusan gua posting dan jujur kontol gua makin keras membaca komen - komen tersebut.

“IH gila ya laki - laki, kalo udah nafsu ngomong nya ampuunn” celetuk Fafa sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa keicl. Jari - jari nya kemudian menggerakan kursor mouse untuk mengscroll halama thread tersebut.

Semakin lama Fafa membaca thread tersebut, raut wajah nya mulai berubah. Gua pun sadar kalau Fafa mulai biarahi membaca komen - komen nakal tersebut, putingnya mengeras tegang.


Melihat itu gua langsung memegang wajah Fafa agar menoleh ke arah gua, dan dengan cepat gua kemudian melumat bibirnya. Fafa yang sudah ikut sange kemudian membalas ciumana gua dengan liar. Tangan gua lalu diambil oleh nya dan di arahkan ke arah toketnya. Gua dengan patuh langsung meremas - remas toketnya dengan keras.


Setelah berciuman agak lama gua lalu melepaskan mulut gua dari mulut Fafa.

“Duh sange ya baca komen - komen nakal orang ke kamu?” gua tersenyum nakal sambil memilin - milin puting Fafa dengan jari - jari gua.

Fafa mengangguk sambil tersenyum kecil, matanya sayu menandakan dirinya udah sange parah.

:”Seru kan baca komen - komen nakal dari strangers” ledek gua.

Fafa mengangguk sambil menggigit bibir nya.

Mata gua melirik ke arah layar laptop dan terlihat sebuah notif merah muncul di inbox gua. Gua dengan cepat mengklik gambar surat di pojok kanan atas layar dan membuka pesan masuk tersebut.


“Suhu, perkenalkan saya Enday. Saya sudah pengalaman jadi tukang pijat 2 tahun belakangan ini. Kalau suhu tidak percaya boleh liat histori postingan saya, sudah banyak testimoni dari para suhu lain yang memakai jasa saya. Saya orange ya tidak rese, bisa jaga privasi, dan patuh sama perintah GF suhu kalau misalkan GF suhu tidak nyaman dan ingin menghentikan sesi pijatnya. Pokoknya no Drama and just for fun. Kalau suhu setuju silahkan hubungi ane di 08xxxxxxxxxx, kalau boleh sih suhu ane mau liat dong muka GF suhu hehe”

Pengirim pesan tersebut juga mencantumkan foto dirinya, full body tanpa mengenakan sehelai benang apapun. Badanya kekar, tegap, wajah nya ganteng seperti artis korea. Orang ini persis sseperti apa yang Fafa inginkan.

“Fa kayaknya udah dapet nih kandidat” celetuk gua sambil terus memainkan puting Fafa.

Fafa meantap ke arah layar laptop tersebut dan membaca dengan seksama pesan dari orang bernama Enday tersebut. Sesekali Fafa menggeliat karena geli puting nya gua mainin tanpa henti.

“Mhh..iiya… ganteng kak orang nya” ujar Fafa.

“Mau sama ini aja” tanya gua.

Fafa menoleh ke arah gua dengan wajah sayu dan sange kemudian mengangguk pelan.

“Mau…mmhhhh” jawab Fafa malu malu sambil menahan desahan.

“Oke ya udah nih whatsapp gih orang nya” perintah gua ke Fafa sambil menghentikan jari - jari gua yang memilin puting Fafa.

Fafa terlihat kecewa karena gua menghentikan jari - jari gua di puting nya.

Fafa kemudian berusaha mencoba fokus dan membalas pesan tersebut. Tak lupa Fafa juga mengikut sertakan foto selfie yang menampakan mukanya pada pesan tersebut.

62W1Ozv.png


grJMrmF.png


TNyNwdE.png


TON2mtr.png

“Gimana Fa? Udah?” gua bertanya setelah Fafa meletakan HP nya di samping kasur.

Fafa mengangguk sambil tersenyum simpul.

Membayangkan Fafa yang sebentar lagi akan disentuh oleh pria lain membuat gue makin sange. Seketika itu juga gua langsung menerkam Fafa.

Fafa nampak pasrah dan membiarkan tubuh nya terjatuh terbaring di atas kasur. Kontol gua yang sedari tadi keras langsung gua gesek - gesekan di bibir memek Fafa. Mulut gua melumat habis bibir nya yang mungil seperti orang kelaparan.

Gua masukan lidah gua yang disambut oleh liukan lidah Fafa di dalam mulutnya, ke dua tangan gua meremas - remas toket Fafa yang bulat, padat, sekel sempurna sambil sesekali gua mencubit keras puting mungilnya.

“Mhh..ahhh.. Kak.. kasarin Fafa” rengek Fafa ketika mulut gw melepas bibirnya dari sandraan mulut gua.

Mendengar permintaan itu gua langsung dengan semangat menghujamkan kontol gua ke memek Fafa sedalm - dalamnya.

“MMMhh.. AHhhhhhh..Enak banget anjir…” Desah Fafa.

Gua gerakin pinggul gua maju mundur secara cepat, suara tepukan dari peraduan paha dalam gua dan Fafa terdengar keras.

“Plok plok plok plok”” Suara cabul yang terdengar seperti orang bertepuk tangan.

“MMh..ahh..terusin kak yang keras” Fafa mendesah sambil sesekali menggigit bibirnya. Matanya sudah merem melek sedari tadi.

Namun sial mungkin karena gua udah kelewat semangat, peju gua udah di ujung tanduk padahal belum ada 5 menit.

“ADuh sayang aku mau keluar” teriak gua.

“Mhm..jangan dulu dong kak..mhhhh masi enak.. Terusin kak.. Jangan keluar dulu” rengek Fafa sambil meremas pantat gua.Kaki Fafa mengangkang ke atas membuat jalan masuk kontol gua ke dalem memeknya semakin lancar.


Sial gua ga kuat, gua langsung cabut kontol gua dan gua tumpahkan peju gua ke toket Fafa.

“Arghhh…” gua mengerang seraya muncratan cairan panas bewarna putih itu menyembur membasahi toket Fafa.


Fafa hanya bisa menatap kontol gua dengan wajah kecewa.

Gua mengurut kontol gua sampai akhirnya tak ada lagi peju yang keluar.

“Maaf ya sayang, aku gak kuat nahan gara2 udah sange banget bayangin kamu dipijet nanti” gua merasa malu melihat wajah Fafa yang nampaknya kecewa gua keluar cepet.

Fafa hanya tersenyum simpul dan mengangguk menatap gua.

“Gak apa - apa ko” bibir Fafa bergerak tanpa mengeluarkan suara.

Fafa lalu mengambil tissue basah dari tasnya dan melap sperma gua yang melumuri toketnya.

Gua lalu memakai kembali celana gua dan Fafa pun memakai kembali BH dan Celana dalamnya. Belum sempat Fafa mengambil seragamnya di lantai HP nya sudah berdering. Fafa lalu meraih HP nya dan mengangkat telfon tersebut.

“Halo? Iya..? Oh udah di depan? Sebentar ya saya ke depan” Fafa lalu berlari sambil membawa HP nya menuju pintu depan rumah gua.

Fafa sudah lagi tak terlihat di pandangan gua sebelum gua sempet mengingatkan dia kalau saat ini dia hanya mengenakan BH dan Celana dalam.

Entah kenapa tiba - tiba hati gua terasa gusar, apa karena gua sudah dua kali dalam hari keluar terlalu cepat? Wajah kecewa Fafa saat melihat gua keluar cepat barusan terbayang - bayang di kepala gua.

Ah sudah lah, saat ini yang lebih penting adalah.. Gua harus mempersiapkan mental gua, karena sebentar lagi Fafa akan disentuh oleh Pria lain. Semoga saja gua tidak akan menyesal dikemudian hari.

EApauqO.gif
 
CHAPTER 15: (Fafa) Where it all begins.

fqkeNZH.png


Jujur di dalam hatiku masih ada perdebatan kuat apakah aku akan benar - benar membiarkan pria lain selain kak Reza menyentuh tubuh ku. Memang kalau dibandingkan dosaku yang berselingkuh dengan Bobby, ini bukan apa - apa. Walau membayangkan orang yang belum ku kenal sama sekali dengan leluasa bisa menyentuh seluruh tubuh ku.


Namun entah bagaimana caranya kak Reza bisa membuatku menyetujui permintaan gila nya, mungkin karena rasa bersalah ku yang cukup besar terhadap kak Reza juga mengambil andi dalam bagaimana aku mengambil keputusan ini. Belum lagi birahi ku yang sedari tadi meletup - letup dibuat oleh kak Reza. Sebenernya aku agak kecewa karena nafsu ku tidak sepenuh nya terlampiaskan gara - gara kak Reza sudah keluar dua kali dengan sangat cepat, tidak seperti biasanya.


“Tok Tok Tok” suara ketukan pintu memecahkan lamunan ku, Kang Enday sudah sampai di depan pintu. Aduh aku baru sadar kalau saat ini aku hanya memakai bra dan celana dalam.

“Aduh Fa, nanti si tukang pijat itu bakal mengira kalau kamu tuh Wanita murahan kalau dia ngeliat kamu kayak gini!” . Maki ku kepada diriku sendiri dalam hati.


Aku lalu mengambil nafas panjang dan setelah mengumpulkan cukup keberanian aku membuka pintu itu sambil menyembunyikan tubuh ku di balik pintu.

“Kang Enday?” sapa ku pelan dan malu - malu.

“Iya teh saya Enday, salam kenal” sapa pria ganteng di depan ku itu sambil menjulurkan tanganya. Pria tersebut memkai kaus putih tak berlengan, celana boxer pendek, dan sendal jepit.

Aku menyambut salam nya dan dapat merasakan tangan nya yang lembut tidak seperti tangan kak Reza ataupun Bobby. Mata ku tak bisa lepas dari wajahnya yang ganteng, kulitnya putih banget dan rambutnya lurus tersisir kebelakang. Tubuh nya tegap dan tanganya terlihat kekar dengan otot yang padat.

Aku tak sadar sudah berapa lama aku menatap wajahnya karena baru kali ini aku melihat cowok seganteng ini di depan mataku.

“Ehm.. punten teh, tangan saya boleh dibalikin ga?” celetuk Kang Enday sopan.

“Eh..eng.i..iya” jawab ku gelagapan melepas tanganya secara cepat. Muka ku langsung merah padam saking malunya.

“Emm.. sebentar ya kang” aku lalu menutup kembali pintu itu sebelum kang Enday dapat merespon. Aku segera menyandarkan punggung ku ke pintu dan menutup wajah ku dengan ke dua telapak tangan ku.

“Aduh Fa malu - maluin banget sih” aku kembali memaki diri ku sendiri dalam hati. Entah kenapa jantung ku berdetak kencang. Wajah ku mendadak terasa panas, aku merasa malu bertingkah bodoh seperti tidak pernah melihat cowok ganteng dalam hidupku.

Aku lalu berlari ke arah kamar dan Kak Reza terlihat sedang meminum segelas air putih.

“Udah dateng orang nya Fa?” tanya kak Reza sambil menyeka air dari mulut nya yang basah.

“Udah kak dia nunggu di depan” jawab ku sambil berjalan ke arah kasur.

“Loh kok gak kamu suruh masuk?” tanya kak Reza keheranan sambil berjalan ke arah pintu kamar tidurnya.

“Malu kak.. Kaka aja gih yang nyuruh masuk” pinta ku.

“Dasar ya udah tunggu bentar” Kak Reza lalu pergi menghilang dari pandangan ku untuk menghampiri kang Enday.

Seketika itu juga jantung ku kembali berdebar kencang, aku kembali meragukan diri ku sendiri apakah mental ku siap untuk melakukan ini. Memang aku dan Bobby sempat having sex, tapi itu karena aku khilaf bebeda dengan sesi pijat ini di mana aku memiliki penuh kesadaran dan akal sehat ku berfungsi dengan baik. Aku kembali berdebat dengan diri ku sendiri, aku berfikir mungkin aku masih sempat untuk membatalkan kegiatan ini kalau ak ngomong ke kak Reza. Baiklah sepertinya aku batalkan saja kegiatan gila ini sebelum terlalu jauh.

Namun terlambat, belum sempat aku beranjak dari kasur Kak Reza dan Kang Enday sudah melangkah masuk ke dalam kamar.


“Kenalin Kang ini namanya Fafa” ujar kak Reza mempersilahkan kang Enday berkenalan dengan ku.

Muka ku merah padam seketika, aku segera mencoba menutup tubuh ku dengan ke dua tangan ku.

“Oh iya a Reza, tadi udah kenalan di depan cuman teh Fafanya tiba - tiba masuk lagi haha” ujar kang Enday tertawa memperlihatkan giginya yang berbaris rapih. Senyum nya ganteng sekali, jantung kembali berdebar - debar seperti orang yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Hush.. aku mencoba menghapus pikiran aneh itu dari kepala ku.

“Hmm jadi ini gimana ya kang biasanya?” tanya kak Reza kikuk.

“Oh ya terserah A Reza sama teh Fafa, mau mulai sekarang boleh atau ngobrol - ngobrol dulu juga boleh. Santai aja biar gak tegang” ujar Kang Enday ramah.

“Sok duduk dulu atuh kang saya ambilin minum” ujar kak Reza mempersilahkan kang Enday duduk.

Kang Enday lalu duduk di kursi di depan meja belajar kak Reza yang terletak persis di samping kasur kamarnya.

Kang Enday duduk sedikit menyender dengan menaruh tanganya di atas sandaran tangan kursi tersebut. Kaki di selonjorkan sedikti mengangkang, celana pendek yang di kenakan membuat aku bisa melihat jelas otot paha dan betisnya yang kekar. Mata ku tanpa sadar memperhatikan tubuh kang Enday dari atas sampai bawah dan menelan ludah ku. Bayangan - bayangan yang tak seharusnya terpikirkan oleh ku muncul di otak ku.


“Oh gak usah makasih nanti aja” tolak kang Enday.

Kak Reza lalu berjalan ke arah kasur dan duduk di samping ku.

“Ini A Reza sama Teh Pacaran suami istri atau pacaran?” tanya kang Enday.

“Masih pacaran kang, masih lama nikah mah kan Fafa juga masih SMA” jawab kak Reza.

“Oh kirain, cocok banget kalian. Cakep sama Cantik hahah” Puji Kang Enday Ramah sambil matanya melihat - lihat ke seluruh sisi kamar Kak Reza. Sifat Kang Enday yang cuek walaupun ada aku di situ dengan hanya memakai bra dan celana dalam membuatku rasa ketidak nyamanan ku dan malu ku berangsur - angsur hilang.


“Udah sering a Jadi tukang Pijet buat pasangan begini?”” tanya kak Reza berbasa - basi.

“Oh lumayan a, sebenernya saya dulu jadi terapis pijat normal cuman kadang ada pelanggan yang minta lebih” ujar kang Enday ramah, wajah nya terus dihiasi oleh senyuman yang ganteng.


“Oh.. enak atuh A hahaha” ujar Kak Reza.

“Ya ada enaknya ada gak enaknya A. Seringnya dapet yang ibu - ibu gitu, tapi karena bayarannya oke ya udah saya ambil” jawab kang Enday sambil tertawa kecil.

“Aduh ada biaya ya Kang? Saya pikir teh engga bayar gitu” wajah Kak Reza terlihat khawatir.

“Oh santai a, saya mah kalo yang di forum cuman buat fun aja dan ngebantu sesam anggota forum lain. Apalagi cewek nya secantik teh Fafa gini mah saya ga enak minta bayaran” puji kang Enday sambil membenarkan posisi duduknya.


Aku mendengar pujian kang Enday tadi jadi menunduk tersipu malu, tak sadar tangan ku sudah tak lagi menutupi area dada ku dan posisi duduk ku sekarang jauh lebih rileks dari sebelumnya.

“Hmm.. gimana mau mulai sekarang Fa?” tanya kak Reza tiba - tiba.

Mendengar itu aku langsung gelagapan, celingak - celinguk melihat ke arah kak Reza dan kang Enday dengan muka agak panik.

Kang Enday tertawa melihat tingkah ku, membuat ku kembali menunduk malu.

“Masih malu ya teh Fafanya, maklum sih pertama kali. Kalo mau ngobrol - ngobrol dulu boleh” ujar kang Enday ramah.

Aku mengangguk malu - malu.

“Punteun ya kang, kita masih pertama kali jadi gak tau harus gimana. Pernah dapet yang malu - malu gitu gak kang?” tanya kak Reza.

“OH banyak atuh A, da biasanya yang pertama kali emang susah apalagi buat ceweknya. Keliatan ya teh Fafa emang pemalu ya orang nya?” tanya kang Enday sambil menatap ke arah ku.

Aku mengangguk pelan tak berani menatap mata kang Enday lama - lama dan kembali menunduk ke bawah.

“Kalo gitu biasnya gimana kang? Soalnya saya juga gak mau maksa Fafa kalo dia belum siap” ujar Kak Reza sambil mengelus punggung ku.

“Hmm..biasanya sih saya sama ceweknya berduaan dulu di kamar A, ngobrol aja gitu berdua sambil cari chemistry” ujar kang Enday wajah nya menjadi agak serius.

“Maksudnya saya gak ada di ruangan gitu kang?” tanya kang Reza agak kurang setuju.

“Iya a Reza, tenang aja nanti pas udah mulai A Reza dipanggil kok” ujar Kang Enday menenangkan kak Reza.

“Hmm gimana Fa? Mau coba cara kang Enday? Aku keluar kamar dulu ya? Ga apa - apa kan?” tanya Kak Reza.

Aku langsung agak panik, ku tunjukan ke tidak setujuan ku kalau kak Reza harus keluar kamar dan meninggalkan ku berduaan saja dengan kang Enday. Kak Reza nampaknya sadar akan hal itu kemudian mengelus pipi ku.

“Tenang aja Fa, kamu berhak minta berhenti kapan pun tapi please kita coba dulu ya” ujar kak Reza.

Aku melirik sebentar ke arah kang Enday yang sedari tadi terus memperhatikan ku, lalu aku mengangguk lemas.

“Ya udah kang saya keluar dulu ya sekalian beli roko” ujar kak Reza.

Aku segera memegang tangan kak Reza yang beranjak berdiri dari kasur, Kak Reza menghentikan langkah nya dan menatap ke arah ku dengan tatapan penuh kasih sayang.

“Aku cuman bentar kok sayang, nanti kalau ada apa - apa tinggal panggil aja” ujar kak Reza.

Aku pun melepaskan tangan kak Reza dari genggaman ku secara perlahan dan hanya bisa menatap keluar dari kamar ini dan menutup pintu.

Tak lama Aku mendengar suara motor Kak Reza pergi menjauh. Setelah suara motor kak Reza tak lagi terdengar, kang Enday berdiri dari kursinya dan duduk di samping ku, jaraknya sangat dekat hingga pundak dan paha kami bersentuhan. Aku bisa mencium wangi parfum nya yang maskulin, tubuhnya wangi. Jantung ku kembali berdebar - debar dan aku menunduk ke bawah.


“Tegang ya teh?” tanya kang Enday.

Aku hanya mengangguk tanpa melihat ke arah nya.

“Wajar kok itu mah.. Sok kita ngobrol - ngobrol dulu aja ya” ujar kang Enday ramah.

Aku kembali menjawab dengan anggukan.

“Teh Fafa sekolah di mana sih ngomong - ngomong? Tanya kang Enday membuatku terpaksa menjawab pertanyaannya.

“Pasundan 2 kang” jawab ku pelan.

“EH serius? Sama atuh saya dulu juga SMA di sana. Bu entin yang jualan bakso masih ada gak teh?” tanya Kang Enday antusias.

“Ma..masih kang” jawab ku perlahan melirik ke arahnya dirinya malu - malu.

“Wah dulu saya langganan tuh teh di bu entin” ujar Kang Enday.

“Eh iya? Langganan jajan bakso nya?” wajah ku kini menoleh sepenuh nya memandang ke arah kang Enday.

“Langganan ngutang maksudnya teh hahaha” ujar kang Enday.tertawa keras. Kang Enday ganteng kalo ketawa.

Aku mencoba menahan tawa ku, sambil menutup mulut ku dengan punggung tangan ku.

“Nah gitu atuh teh senyum, cantiknya keluar” ujar kang Enday.

Mendengar pujian kang Enday aku kembali tersipu dan menunduk malu.

“i..iya “ jawab ku malu - malu.

“Saya tau teteh mungkin tegang ya sekarang, tapi tenang aja teh saya bisa profesional kok gak bakal ngelakuin hal - hal yang teteh gak mau” ujar Kang Enday. Ntah kenapa mendengar kang Enday ngomong seperti itu membuat ku menjadi agak tenang.

“Sok kalo saya nanti taunya gak professional, teteh boleh getok saya deh” ujar kang Enday. Dengan suara lucu.

Mendengar itu aku menahan tawa ku.

“Bener ya, kalo aneh aneh aku boleh getok sekeras - kerasnya” kata ku sambil tersenyum licik.

“Eh aduh, salaah ngomong nih saya. Tau nya teteh orang nya suka kekerasan ya” goda kang Enday.

“Jadi gak boleh?” Aku langsung pasang muka cemberut pura - pura kecewa.

“Aduh jangan pundung, boleh kok boleh. Tapi jangan getok muka ya, aset soalnya nih haha” tawa kang Enday.

“Ih sok ganteng” aku mengerutkan kening ku sambil menatap kang Enday dengan wajah kesal.

“Hehe becanda teh, tapi sok teteh jujur ganteng ga saya teh?” tanya kang Enday tersenyum nakal.

Aku mendengus pura - pura kesal sambil menyilangkan tangan di depan dada ku.

“Iya.. dikit” kata ku sambil mencoba menyembunyikan senyum ku.

“Eh apa teh ga denger. Ganteng banget?” kang Enday medekat kan kuping nya ke arah ku berpura - pura tidak mendengar ucapan ku.

Aku lalu mendorong muka kang Enday dan mencubit perut nya gemas.

“Aduh aduh sakit teh” ringis kang Enday sambil memegang tangan ku. Aku jadi tertawa melihat kang Enday meringis kesakitan seperti anak kecil. Kang Enday pun ikut tertawa sambil memegang tangan ku.

Seketika itu juga tawa kami berhenti dan saling berpadangan, mata kami terkunci. Kang Enday ayng tinggi membuat ku harus agak sedikit mengangkat kepala ku untuk bisa melihat wajahnya. Sekilat terasa moment hangat yang familiar terasa di ruangan ini. Tanpa sadar wajah kami makin mendekat dan ujung hidung kami bertemu.



Tiba - tiba suara motor kak Reza terdengar, membuat aku dan kang Enday saling mundur agak menjauh. Aku kembali menunduk malu dan wajah ku memerah, jantung ku kembali berdebar cepat.
|
“Aduh Fa, kenapa sih gampang banget terbawa suasana!” batin ku dalam hati.

“Gimana teh udah siap? Mau coba sekarang?” tanya kang Enday pelan.

Aku terdiam sebentar, lalu mengangguk pelan sambil tersenyum simpul..

“Ya udah saya panggilin a Reza ya” Kang Enday beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar memanggil kak Reza.

Jantung ku terus berdetak kencang seperti akan meledak, aku yang tadi mulai merasa tenang kembali menjadi gugup.

“Udah mau mulai nih a” ujar kang Enday sambil membuka pintu kamar.

“Oh udah? Ok Kang” saut kak Reza sambil mematikan rokok nya ke asbak dan melangkah masuk ke dalam kamar.

“Ini jadi nya gimana ya kang?” tanya kak Reza, dari wajahnya sepertinya kak Reza juga tidak terlalu yakin kalau dirinya siap melihat aku disentuh pria lain.

“Sok sekarang A Reza duduk di sini aja” kang Enday menyodorkan kursi ke depan kak Reza. Kak Reza lalu duduk di kursi tersebut dan kang Enday memutarkan kursi tersebut agar menghadap kasur.


“Nah sekarang seblum mulai saya mau nanya dulu, ada pantangan yang gak bole saya langgar gak nih a Reza atau teh Fafa?” tanya kang Enday sambil menepuk tanganya sekali.

“Saya sih gimana Fafa aja kang” ujar kak Reza sambil menunjuk ke arah ku dengan dagunya.

“Gimana teh Fafa? Apa aja nih yang boleh dan gak boleh saya lakukan?” tanya kang Enday menatap ku tajam.

“Eh..engg.. Yang pasti no sex sih” jawab ku agak gelagapan.

“Selain itu?” tanya kang Enday lagi

Aku berfikir keras, namun aku tak terfikirkan hal lain yang harus menjadi aturan main sesi pijat ini.

“Oke udah siap ya? Nanti kalo teh Fafa mau berhenti atau a Reza minta stop saya berhenti ya, tapi sebisa mungkin jangan menganggu proses pijat nya ya terutama a Reza. Biasanya cowok suka mendadak nafsu terus jadi pengen ikut mijet, nah saya gak bisa a kalo kayak gitu. Saya lebih suka mijet sendiri” ujar kang Enday.

“OKe kang deal” ucap kak Reza, terlihat dari wajah nya dirinya juga tegang.

“Teh Fafa udah siap?” tanya kang Enday berjalan mendekat ke arah ku.

Aku mengangguk.

“Sebelum mulai saya izin buka kaos sama celana saya, soalnya mau pake baby oil takut kecipratann.” ujar kang Enday.

Mendengar itu aku kaget, kenapa kang Enday harus telanjang juga. Belum sempat aku memprotes kak Reza sudah keburu mengizinkan kang Enday untuk melepaskan pakaianya.

Kang Enday lalu membuka kaos tak berlengannya dan menurung kan boxernya, duh untung saja ternyata Kang enday masi memakai celana dalam ketat berwarna hitam.

Badan kang Enday yang kekar dan perut six packnya terpampang dengan jelas. Gila, ternyata beneran ada orang dengan tubuh sesempurna ini. Belum lagi benda tumpul keras yang tersembunyi di balik celana dalam nya, yang nampak menonjol. Apa itu ukuran ketika batang kejantanan kang Enday sedang beristirahat? Kalo iya, aku ngeri membayangkan batang itu jika sudah berdiri tegak sepenuhnya.

Mata ku seperti terhipnotis tak bisa lepas dari menatap tubuh kang Enday.

“Sok teh Fafa, tengkurap aja dulu di kasur ya” pinta kang Enday.

Aku hanya bisa patuh dan menuruti permintaan nya.

Kang Enday lalu naik ke atas kasur dan kemudian berlutut dengan ke dua kaki ku di antara paha nya.

“Saya mulai ya teh” ujar kang Enday.

Mata ku langsung tertuju ke kak Reza yang memandang ku dengan tajam. Aku menggigit jari ku dan memejam kan mata ku menunggu kulit ku disentuh oleh tangan kang Enday.

“Saya buka tali BH nya ya Teh” kang Enday meminta izin.

“I..iya kang boleh” jawab ku gugup.

Aku bisa merasakan dengan samar jari kang Enday menyentuh kulit punggung ku dan terdengar bunyi tali BH ku yang terlepas. Seketika itu juga bulu kuduk ku berdiri semua.

XRixlJk.gif


“Saya olesin Baby Oilnya ya teh” kang Enday kembali meminta izin.

“Mhm.. iya kang” aku menggigit bibir ku ketika kang Enday menuangkan Baby oil tersebut ke atas punggung ku yang tak lagi terhalang oleh tali bra. Rasanya hangat, aku belum pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya.


Kang Enday lalu melumuri Baby oil tersebut ke seluruh permukaan punggung ku, dengan ke dua telapak tanganya, setelah itu kang Enday menyeret telapak tangan nya ke atas dengan gerakan agak sedikit menekan untuk melumuri pundak ku.

“ Teteh bisa agak ngangkat dikit badannya? Beha nya mau saya lepas” izin kang Enday

Aku dengan patuh mengangkat tubuh ku sedikit dan membiar kan kang Enday menurun kan tali bra dari pundak ku lalu dengan lembut kang Enday melepas kani Bra ku dari tubuh ku.

“Sok teh tengkurep lagi” ujar kang Enday, sambil melempar bra ku ke lantai.

Aku pun menurut. Kang enday lalu lanjut melumuri baby oil tersebut ke seluruh bagian punggung ku dan juga pundak ku. Lalu tanganya dengan telaten memijat tangan ku.

“Teteh relax aja ga usah tegang” ujar kang Enday membungkukan tubuh nya dan berbisik ke telingaku. Aku bisa merasakan jendolan keras di area pantat ku, dan aku paham betul benda apa itu. Gila batang kemaluan kang Enday terasa sudah keras dan berat.

Kang Enday lalu memijat tengkuk ku dengan jempol nya sambil sesekali memijat lembut leher ku sembari mengolesi baby oil tadi.

Aku memejam kan mata ku karena aku mulai menikmati sedikit demi sedikit pijatan kang Enday. Setelah itu kang Enday menekan nekan sisi - sisi tulang belakang ku dengan jempolya, sambil sesekali tanganya memijat bagian samping tubuh ku. Aku bisa merasakan jari - jari nya yang panjang menyentuh bagian samping payu dara ku. Hal itu membuat ku mula terangsang, sekaligus takut membayangkan apa jadinya kalau tangan orang yang baru ku kenal ini menyentuh seluruh permukaan payu dara ku.


Kang Enday lalu menurunkan tanganya ke bawah dan memijat pinggang ku, sambil sesekali menaikan tanganya ke atas sehingga payu daraku tersentuh, seperti sengaja menggodaku.

Aku membenamkan muka ku ke bantal, aku malu tak berani melihat kak Reza. Aku memejam kann mataku dan mebayangkan kalo yang memijat ku saat ini adalah kak Reza untuk menenangkan diri ku.

Kang Enday tiba - tiba menurunkan tanganya dan memijat pantat ku, dan meremas - remas nya. Sesekali jempol kang Enday di selipkan masuk sehinggga menyentuh tipis bulu - bulu pubis dan bibir vagina ku.

“Mhhm…” aku mulai mendesah menahan geli.

“Sekel ya pantat nya teh Fafa A, sering olah raga ya teh?” tanya kang Enday.

J8G6Ruj.gif


Aku tak menjawab pertanyaan tersebut saking gugup dan malunya, rasanya aneh banget ada orang selain kak Reza yang memuji bagia tubuh ku.

Kang Enday lalu dengan telaten mulai memijat kaki ku, rasanya aliran darah ku mengalir semakin lancar karena saat ini rasa gugup ku berangsur hilang dan diri ku mulai tenang menikmati pijatan kang Enday di kaki ku.

Rasanya persis seperti pijat di tempat pijat normal, Kang Enday memang benar - benar ahli dalam memijat.

Kang Enday lalu mengangkat kaki ku sehingga kaki ku meneku ke belakang dan mulai memijat telapak kaki ku dan jari - jari ku.

“Gimana teh seger kan dipijet?” tanya kang Enday.

“I..iya kang” jawab ku pelan, duh rasanya tubuh ku semakin rileks. Tak lama kemudian kang Enday berpindah posisinya berlutut di samping ke dua kaki ku.

“Bagian belakang nya udah teh, bagian depan ya sekarang” ujar kang Enday.

Aku yang sedari tadi memejam kan mata langsung membuka mata ku dan menoleh ke arah kak Reza. Aku berharap kak Reza menghentikan sesi pijat ini, namun seperti dugaan ku kak Reza hanya mengangguk dan meminta ku membalikan badan ku.

Aku hanya bisa pasrah dan membalikan badan ku secara perlahan sambil satu tangan ku menutupi payu dara ku, lalu aku tidur terlentang dan kepala ku, ku taruh di atas bantal. Aku menoleh ke samping dan terliaht kang Enday tersenyum dengan ramah. Entah mengapa senyum ramah kang Enday membuat ku tak lagi gugup walau rasa malu ku belum sepenuhnya hilang.


Kang Enday lalu berpindah posisi dan berlutut di antara ke dua kaki ku.

“Jangan ditutup gini ya teh susah saya mijet nya” senyum kang Enday tiba - tiba memegang tangan ku yang kugunakan untuk menutupi payu dara ku dan menyingkirkan nya ke samping.

“Duh ranum bener teh Fafa ih susunya, ngegemesin” ujar Kang enday nakal.

Kang Enday lalu menumpahkan sisa Baby oil dalam botol kecil yang di pegang nya ke dada ku sampai - sampai baby oil tersebut tumpah sedikit ke kasur. Nafas ku mendadak menjadi tak teratur, pipi ku merah padam kembali. Puting ku mulai mengeras, dan badan ku menjadi tegang. Aku geli membayangkan apa yang akan dilakukan oleh kang Enday selanjutnya.

“Punten ya A Reza, teh Fafa nya saya pegang” kang Enday meminta izin ke kak Reza yang masih memandang ku dengan wajah bernafsu. Tangan kak Reza mulai mengelus ngelus batang penisnya dari balik celana yang dia kenakanan.

Kang Enday dengan perlahan menggunakan telapak tanganya mengoleskan baby oil tersebut keseluruh bagian Dada ku, bagian sisi telapak tangannya sesekali menyentuh puting ku yang sudah keras berdiri. Setelah itu kang Enday mulai mengoleskan sisa baby oil tersebut ke perut ku. Jari - jari kaki ku secara reflex menekuk karena menahan geli, aku menggigit jari jempol ku sedangkan tangan ku yang satu lagi meremas sprei kasur tempat ku bebaring ini.


Kang Enday lalu mulai melingkari payu dara ku dengan sisi - sisi telapak tanganya. Seluruh saraf - saraf ku sepertinya menjadi llebih sensitif, siaga penuh antisipasi karena Mataku yang terpejam membuatku tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh kang Enday selanjutnya.

Sedikit - demi sedikit area payu dara yang di sentuh oleh kang Enday semakin luas, aku pun menahan nafas karena jar- jari kang Enday mulai mendekati puting ku.

RYvYguR.gif


“Ahhhhh….MMhhhh”” Desahan keras terlepas dari mulut ku ketika jari telunjuk kang Enday menyentuh puting ku.

Aku segera meremas kain sprei kasur disamping ku, menahan geli yang ku rasakan. Jari - jari kang enday kemudian memilin - milin puting ku cepat, sambil sesekali menyetilnya.


“AAaaaaah…..” aku memekik keras ketika kang Enday mencubit kedua puting ku dan menariknya ke atas. Rasa geli, sedikit sakit, namun nikmat itu membuat tubuh ku terangkat dari kasur semakin tinggi, terlihat seperti kang Enday mengangkat tubuh ku hanya dengan menarik puting ku.

Setelah itu kang enday kembali memilin - milin puting ku degan jari - jarinya, sambil tanganya tak berhenti memijat payu dara ku.

zzBGbQG.gif


Kepala ku menoleh ke arah kak Reza dan ku buka mata ku. Aku melihat kak Reza sudah menurunkan celananya dan mengocok batang kejatanannya. Aku tersenyum melihat pemandangan itu, ugh saat ini aku merasa sange parah. Aku ingin sekali melahap penis kak Reza dengan mulut ku, namun aku ingat kalau kang Enday meminta kak Reza untuk tidak ikut campur saat kang Enday sedang memijat ku.

Aku kemudian menoleh ke arah kang Enday, mata kami pun bertemu. Aku pun tersadar kalau sedari tadi kang Enday dapat melihat seluruh tubuh ku, tubuh telanjang ku. Kang Enday mendapatkan tiket paling depan untuk menikmati pemandangan yang seharusnya hanya kak Reza yang dapat menikmatinya.

Posisi duduk kang Enday membuat penisnya yang masih terbalut celana dalam hitam itu beristirahat persis di atas vagina ku yang masih tertutup celana dalam. Mata ku lalu melirik ke arah selangkangannya dan betapa terkejut nya aku kalau ujung penis nya sudah mencuat dari balik celana dalamnya.

Gila apakah itu ukuran asli penis kang Enday jika sedang berdiri? Aku pun tersadar kalau itu berarti kang Enday terangsang melihat tubuh ku, dan mendadak ada perasaan bangga yang aneh ketika mengetahui kalau diriku menyebabkan reaski pada kang Enday.

Apakah karena wajah ku?
Apakah karena Payu dara ku yang ter expose?
Apakah Karena bentuk tubuh ku?

Atau karena ketiga hal tersebut?

Sebenarnya aku agak minder waktu melihat kang Enday, aku merasa tidak pede ketika melihat tubuh nya yang atletit dan wajahnya yang ganteng. Apalagi ketika kang Enday bersikap biasa saja saat kita mengobrol bertiga tadi.

Aku pikir mungkin karena kang Enday sudah biasa melihat wanita yang lebih cantik dan seksi dari pada diriku, atau mungkin kang Enday menganggap aku masih anak kecil karena aku masih SMA.

Namun saat melihat ternyata kang Enday bereaksi terhadap diri ku membuat rasa percaya diriku mendadak naik secara signifikan. Aku tak lagi merasa gugup, aku tak lagi merasa malu. Tubuhku mulai bisa menikmati sepenuhnya permainan tangan Kang Enday.

Tiba tiba aku bisa merasakan kalau kang Enday agak menekan vagina ku dengan penisnya. Aku bisa merasakan betapa kerasnya penis kang Enday yang masih dibalut oleh celana dalam hitamnya itu.

Tanpa sadar aku menggerakan selangkangan ku naik turun, mengikuti benjolan tebal di selangkangan kang Enday. Aku bisa melihat wajah kang Enday sedikit terkejut, namun kemudian kang Enday tersenyum dan menatap ku dengan tatapan penuh arti.

Aku segera menoleh kan wajah ku ke samping, tanpa menghentikan gerakan pinggang ku.

“MhhhhMMhhh” tiba - tiba aku bisa merasakan kalau kang Enday menekan penisnya ke vagina ku lebih keras dari sebelumnya.Kang Enday pun mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan.

Aku segera menatap kang Enday dan sebuah senyum nakal menghiasi wajahnya. Aku membalas tatapan mata kang Enday dengan tatapan sayu. Gerakan pinggul ku semakin cepat,mengikuti gerakan maju mundur pinggul kang Enday..aku bisa merasakan betapa basahnya celana dalam ku saat ini.

“Mhhh..mMhh ahh kang Enday..” Kepala ku medongak ke atas ketika kang Enday memencet- mencet puting ku secara cepat.

“Gak usah ditahan teh suaranya, kalau mau mendesah lepasin aja” ujar kang Enday nakal.


“ahhhhhm…mmhhhhhHHH!!!” kang Enday tiba - tiba mencubit dan menarik puting ku secara keras. Aku mencoba menahan rasa sakit dan nikmat yang ku rasakan sampai - sampai punggung ku kembali terangkat dari kasur.


Kang Enday mencubit puting ku agak lama membuat tubuh ku tetap melengkung ke atas. Pergelangan tangan ku menahan tubuh ku agar punggung ku tetap terangkat, otot - otot ku menegang, dan nafas ku tertahan. Cubitan kang Enday seakan mengunci posisi tubuh ku, aku menggigit bibir ku menahan rasa sakit dari cubitan kang Enday.

Tak lama kemudian punggung ku kembali terjatuh ke atas kasur setelah kang Enday melepas kan cubitanya, dan dengan jempolnya mengusap - usap puting ku seakan mencoba mengurangi rasa sakit yang ku rasakan.

“Fuhh..hahh..hahh..hah” aku mencoba mengatur kembali nafas ku yang sudah mulai tidak karuan.

mQ4Ebyh.gif


“Saya izin mijet yang bawah ya teh” ujar kang Enday..

Aku menggigit gigit kuku jari jempol ku sambil melihat ke arah kang Enday. Aku mengangguk pelan sambiil menatap nya dengan sayu..

Jujur saat ini birahiku hampir tidak terbendung, namun akal sehat ku masih bisa menahan diri ku untuk tidak lompat menerkam Kang Enday dan menungganginya.

“Teh fafa saya izin megang ya teh” ujar kang Enday seraya membuka kedua kaki agar mengangkang.

“Mhhhm…mmhh” kedua tanganku langsung meremas ke dua sisi bantal ketika kang Enday mulai meraba paha dalam ku.

Kang Enday menyeret tanganya ke atas sampai akhirnya meraba - raba selangkangan ku yang tidak terutup oleh celana dalam ku. Sesekali kang Enday menyelipkan jari - jarinya ke dalam celana dalam ku


“Nghhhh..” aku mengerang menahan agar tidak mendesah. Badan ku sesekali mengejang pelan dan punggung ku terangkat dari kasur.

Aku membuka mataku yang sedari terpejam, melirik ke arah kang Enday, matanya menatap ke arah selangkangan ku yang kini sedang diusap - usap oleh nya..

Celana dalam ku yang sudah amat termat basah membuat celana dalam ku menjadi semakin tembus pandang memperlihatkan bulu pubis ku yang sudah beberapa hari ini belum ku cukur.

Kang enday lalu mengusap - ngusap vagina ku dari luar celana dalam ku, seketika itu juga kaki ku menekuk dan mengapit tanganya. Tubuh ku menggeliat semakin liar, kepala ku bergerak ke kiri dan ke kanan tak kuasa menahan rasa geli dan nikmat ini.

AKu mulai merasakan memek ku mulai berkedut - kedut, aku lalu menoleh ke arah kak Reza yang sedari tadi sibuk mengocok penis nya sendiri.

“Kak..mhhhh.. Fa..mau keluar mhhfff” ucap ku lirih.

Kak Reza hanya mengangguk dan mempercepat kocokan pada penisnya.

“Keluarin aja teh gak usah ditahan” ujar kang Enday lembut.

Mata ku langsung melirik ke arah kang Enday, nafas ku makin tak beraturan.

Kang Enday kemudian menggunakan tanganya yang satu lagi untuk memaikan puting ku, sambil mempercepat gerakan tanganya yang sedang mengusap - usap vaginia ku.

“Ahh..mmhh….ahhh..ahh..ahhh” suara desahan ku semakin cepat dan tak beraturan. Aku bisa merasakan kalau sebentar lagi aku akan orgasme.

MgYKAoJ.gif


Melihat reaksi tubuhku kang Enday dengan cepat menarik celana dalam ku hingga memek ku terlihat jelas.


“Mhhhh ahhh.. Kang Enday” desah ku lirih ketika kang Enday kembali imengusap memek ku yang tak lagi tertutup oleh celana dalam ku.

Tanpa melepas kann tanganya dari memek ku, kang Enda kemudian turun dari kasur agar lebih leluasa mengggerakan tanganya.

“Saya izin masukin jari saya ya teh” ucap kang Enday.

“Mhhhh nghhh.. Iya kang..mamsukin..mmhhhH” aku tak lagi mengutarakan apa yang ada di kepala ku, karena sedari tadi aku menunggu memek ku dimasuki oleh jari -jari nya.

“Ahhh…kang Enday;..” desah ku memanggil nama kang Enday ketika dia memasukan jari tengah nya ke dalam memek ku secara perlahan, namun sebelum semua ruas jarinya masuk sepenuhnya ke dalam memek ku kang enday sudah mengeluarkan jari nya kembali dan kembali menggesek - gesek bibir vagina ku. Seperti sengaja agar aku tak segera keluar.


“Mmhh kang ..enday masukin semuanya kang..” aku memohon karena tak sabar ingin cepat keluar.

Kang Enday hanya mengangguk, kemudian secara tiba - tiba menghujam kan jari tengah nya masuk ke dalam memek ku sampai mentok.

“Uhghhhhhhhhhhhh” aku mengerang panjang, sampai punggung ku sepenuh nya terangkat dari atas kasur.


Kang Enday kemudian dengan cepat mengocok memek ku dengan jari tengahnya sambil tangan yang satu lagi mengusap - ngusap klitoris ku dengan jempolnya.

“Ahh.. ahh.. .mmhhh .. ahhh” desahan ku tak terbendung lagi, tak ada lagi rasa gugup dan malu yang ku rasakann.

aa5YjEe.gif



“Terus kang…mmhh… terus.. mmHHh .. iya ..ahh ..ah .. di situ ahhh.. Ahh kang yang cepet. mmhhh” aku mulai berani mengucapkan apa yang ada di kepala ku karena rasa malu ku sudah sepenuhnya hilang.

pU7HC1L.gif


Kang Enday tersenyum dan menuruti permintaan ku dan mempercepat gerakan tanganya. Rasa geli dan nikmat yang begitu hebat membuat ku seperti melayang..

“Mhh ahh.. Fa. mau keluar kang.. mmHH.. Ahhh” mata ku terpejam, pikiran ku semakin kacau.. Aku membayangkan saat ini kang Enday sedang menyetubuhi ku.


“Sok teh keluarin sekarang aja kalau mau” ujar kang Enday pelan.

“Ahh.. ahhh,,, mmhh” aku bisa merasakan memek ku berdenyut pelan, menandakan aku sudah di ujung tanduk.


“AAhhhh.. Keluar kang..keluaaaaaaaaaarrrrr!!!” aku memekik, kaki - kaki ku dan tangan yang ku tekan ke kasur membuat punggung ku terangkat semakin tinggi. Cairan bening seperti pipis mengucur keluar dari vagina ku..

KDQXb3j.gif



“Ahhhhhhh!!! ahhh ! ahhhh!” aku menghentak - hentakan pinggul ku ke udara, sebelum akhiirnya tubuh ku ambruk di atas kasur. Semprotan cairan squirt ku berangsur - angsur mengecil hingga akhirnya cairan tersebut berhenti keluar.

“Hahh..ahh.. Hahh.. hahh” nafas ku tersenggal - senggal, Kang Enday secara perlahan menarik jari nya keluar dari memek ku.

Tubuh ku menggigil, sesekali kaki bergetar pelan seperti orang yang baru selesai kencing.

w8blEXv.gif


Aku menoleh ke arah kak Reza yang ternyata juga sudah keluar lebih dulu, aku tersenyum kecil melihat pacar ku bisa menikmati pertunjukan yang baru saja ku berikan.

Aku lalu memejam kan mata ku sambil mencoba mengatur kembali nafas ku, tubuh ku basah penuh dengan keringat, begitu juga sprei kasur kak Reza yang sudah basah kuyup karena baby oil dan keringat ku.

Aku menoleh ke arah kang Enday yang nampak sangat puas melihat hasil kerjanya. Kang Enday lalu mengambil kaos dan celana boxernya dan mengenakanya kembali. Begitu pula kak Reza yang kembali mengenakan celananya setelah membersihkan cairan sperma nya dengan tissue.


Kak Reza lalu berjalan menghampiri ku dan dan mencium bibir ku dengan lembut.

Kang Enday lalu mengambil gelas air minum yang sudah disiapkan oleh kak Reza sebelumnya dan meminum habis air minum itu. Kang Enday kemudian menuangkan air minum ke gelas dan memberikanya kepada ku.

Kak Reza lalu membantu ku unduk duduk di samping kasur sambil mengambil gelas dari tangan kang Enday. Kak Reza lalu membantu ku meminum air dari gelas tersebut.

“Hahh…hah..hah” Air minum itu membuat ku menjadi agak merasa segar walau badan ku tersasa lemah sekali.


Kang Enday lalu mengambiil gelas dari tangan ku dan menaruh nya ke atas meja.


“Gimana pijatan saya teh Fafa? Enak kan?” tanya kang Enday sambil terenyum.

Aku mengangguk pelan sambil tersenyum malu - malu.

“Ya sudah kalau begitu, kebetulan saya masih ada client lagi nih. Saya pamit dulu ya” ujar kang Enday.

“Eh bentar kang, ini saya harus bayar berapa?” tanya Kak Reza berdiri dari kasur.

“Gak usah a Reza, saya gak ambil biaya kok. Soalnya kan saya yang nawarin jasanya. Lagian kalau di suruh mijetin teh Fafa mah kayaknya malah saya yang harusnya bayar hahaha” tawa kang Enday.

“Eh serius ini kang ga usah bayar?” tanya kak Reza.

“Iya kang beneran, kalau mau jujur kang misalkan lain kali mau pijet jangan mau kasih gratis a Reza. Teh fafa udah cantik, badannya bagus, duh itu toket aja bentuk nya sempurna gitu, rugi rasanya kalau ngasih gratis. Jangankan mijet kang, ngasih liat aja saya kalo jadi pacarnya pasti udah minta bayaran haha” ujar kang Enday.

Kak Reza hanya mengangguk mendengar perkataan kang Enday.

“Malah kalau mau jujur sih a Reza, maaf nih kalau saya lancang. Sebenernya dari tadi saya udah nafsu banget hahaha. Melihat reaksi teh Fafa itu gimana ya? Imut - imut gitu reaksinya tapi masih ada kesan seksi sama binal nya. Untung aja masih bisa jaga diri haha” Kang Enday tertawa kecil.

Mendengar perkataan kang Enday tersebut entah mengapa aku merasa bangga sekali, ternyata aku bisa membuat cowok seganteng kang Enday menjadi birahi melihat tubuh ku.

Kak Reza melirik ke arah ku dan kemudian kembali menatap kang Enday sambil tersenyum.

“Saya cuman mau pesan aja nih a Reza, kalau nanti mau cari jasa tukang pijat hati - hati aja ya. Ini kebetulan dapetnya saya, biasanya banyak yang cuman modal nafsu doang dan mijet nya tuh gak bisa” ujar kang Enday.

“Oh gitu kang, ya udah ntar mah kalo mau pijet saya ke kang Enday lagi aja atuh ya?” ujar Kak Reza.

“Hmm.*** apa - apa sih cuman kan ini a Reza sama teh fafa baru pertama kali ya kayak begini. Saya saranin sih mending coba pake tukang pijet lain dulu aja, soalnya takut euy a Reza” ujar kang Enday sambil menuangkan air dari botol minum di meja ke dalam gelas.

“Loh takut kenapa kang?” tanya kak Reza sambil mengerutkan dahinya.

“Hmm kan ini a Reza sama teh Fafa masih coba - coba ya dan kalian itu masih muda banget. Maaf ini kalau saya lancang ya, soalnya dari pengalaman saya… biasanya yang muda - muda seperti kalian ini masih labil” kang enday menghentikan ucapanya untuk meminum air dari gelas di tanganya.


“Saya pernah dapate pasangan muda a Reza, terus setelah sesi pijet pertama taunya si cowok nya belum siap mental dan si ceweknya juga ternyata nyesel ngelakuin ini. Jadi nya malah berantem terus hubungan mereka berakhir. Makanya biasanya saya ngambil pasangan yang udah nikah atau yang sudah sering make jasa pijet, biar gak ada drama” ujar kang Enday sambil meletakan gelasnya di atas meja.


Kak Reza terdiam mencerna perkataan kang Enday.

Kang Enday lalu mengambil bra ku dari lantai dan memberikannya kepada ku. Aku mengangguk sambil berbisik “terima kasih” dan mulai mengenakan beha ku kembali.


“Jadi a Reza, kalau misalnya setelah sesi ini ternyata masih mau nyoba pake jasa pijet lagi, saya saranin pake tukang pijet lain dulu aja. Soalnya saya pernah punya pelanggan yang lama - lama si perempuanya jadi punya rasa ke saya. Bukanya saya kepedean ya a Reza, cuman belajar dari pengalaman aja. Takut nya kan masih muda gini masih labil masih suka pake perasaan, terutama cewek. Apalagi saya lihat teh Fafa ini tipe cewek yang make perasaan banget orang nya, dan karena saya ngeliat kalian berdua ini tuh serasi banget jadi saya gak mau hubungan kalian rusak gara - gara ngejer nafsu aja” ujar kang Enday sambil menyenderkan punggung nya di pintu.


Mendengar perkataan kang Enday tadi aku jadi ingat bagaimana diriku tadi sempet membayangkan kang Enday dan bagaimana jantung ku berdebar - debar saat kita ngobrol tadi. Perkataan kang Enday memang masuk akal, karena jujur aku sempat merasakan sesuatu terhadap dirinya. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika saat sesi pijat tadi kak Reza tidak ada di kamar ini.


“Ya udah saya pamit dulu ya a Reza, udah agak telat nih” ujar kang Enday.

“Oh iya a, saya anter ke depan” ujar kak Reza.

Ke dua pria itu kemudian pergi meninggalkan kamar ini. Aku laluu mengambil seragam ku dan mengenakannya. Berhubung celana dalam ku sudah sangat basah aku memilih untuk tidak mengenakan nya lagi karena jijik. Aku kemudian mengambil rok ku dan memakainya kemudiain duduk kembali di samping kasur.

Tak lama kemudian kak Reza kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya dan duduk di samping ku.


“Jadi… gimana Fa?” tanya kak Reza pelan.

Aku mengerutkan keningku menatap kak Reza.

“Hmmm..perkataan kang Enday tadi bikin aku jadi mikir soal apa yang baru saja kita lakukan. Aku jadi agak takut sih kalau ngelakuin ini lagi, karena jujur saat aku ngelihat kang Enday aku merasa kalah banget. Kang Enday udah tinggi, ganteng, putih, rambut nya lurus, six pack lagi. Aku jujur selama kamu di pijet tadi aku ngerasa cemburuu banget, tapi ya saat itu nafsu ku juga lagi besar - besarnya. Cuma saat aku udah keluar, akal sehat aku kembali bisa jalan dan rasa cemburu aku bikin aku parno kalo kamu jadi suka sama kang Enday. Apalagi tadi pas kamu keluar kamu manggil nama dia” ujar kak Reza dengan wajah sedih.

Mendengar perkataan kak Reza tadi, aku langsung memeluknya. Kemudian aku memegang pipinya dan mencium bibir nya dengan lembut.

“Kak Reza… di Hati Fafa cuman ada kaka kok. Selama pijet tadi aku bayangin kak Reza yang mijet kok, karena jujur aku awalnya takut sama tegang banget” ada perasaan aneh yang ku rasakan begitu selesaii mengatakan hal tersebut kepada kak Reza. Aku sadar kalau saat ini aku sedang berbohong kepada kak Reza, namun entah kenapa aku tidak merasakan gugup sama sekali ketika mengucapkan kebohongan itu.

Kak Reza tersenyum kecil, raut wajahnya yang sedari tadi terlihat was - was berangsur tenang.

“Maaf ya Fa udah maksa kamu ngelakuin ini” ujar kak Reza lagi.

Aku tersenyum lembut kemudian kembali mengecup bibir kak Reza.

“Kak Reza tenang aja ya, gak usah mikir aneh - aneh. Fafa cuman sayang kak Reza aja ko”

“Aku takut kamu nyesel sih Fa, aku takut kamu tuh maksa diri kamu buat ngelakuin ini cuma biar nyenengin aku doang. Aku sebenernya ingin kalo kamu tuh juga nikmatin ini.” ujar kak Reza lagi.

“Fa gak nyesel kok, lagian apa salahnya sih nyenengin orang yang kita sayang?” kata ku pelan lalu memeluk kak Reza.


“Fa nikmatin kok tadi, makasih ya sayang” bisik ku lalu mengecup pipi kak Reza. Tangan kak Reza kemudian ikut memeluk ku dengan erat.

“I love you Fa” ujar kak Reza.

“I love you too” jawab ku pelan.

Tiba - tiba terdengar suara pesan whatsapp yang masuk ke HP kak Reza. Kkak Reza lalu mengambil HP nya dari celananya yang menggantung di atas pintu lalu kembali duduk di samping ku.

Kak Reza kemudian membuka kunci layar HP nya dan membuka pesan whatsapp tersebut, aku kemudian menaruh dagu ku udi pundaknya sambil ikut melihat ke layar HP kak Reza.


“Ja ayo ke warnet kita gadang” sebuah pesan dari Aconk teman warnet kak Reza.

Kak Reza lalu melirik ke arah ku yang ikut membaca pesan tersebut, wajahnya seperti minta izin agar diizinkan untuk main ke warnet.

Aku tersenyum dan mengangguk pelan.

“Kak Reza mau ke warnet?” tanya ku lembut.

“Eh.. engg, engga deh kan lagi sama kamu Fa” jawab kak Reza.

“Ga apa - apa kok kak, ya udah main aja” jawab ku sambil tersenyum.

“Serius ni Fa? Ga apa - apa?” tanya kak Reza.

“Iyaaaaa.. Sok aja kalo mau main, tapi anter aku pulang dulu ya” saut ku dengan nada seperti anak kecil.

“Oke” jawab kak Reza beranjak berdiri dari kasur sambil mengulurkan tanganya kepada ku untuk membantu ku berdiri.

Setelah memastikan tak ada barang yang tertinggal aku dan kak Reza berjalan menuju pintu depan

Saat ini di kepala ku banyak hal yang kupikirkan, aku tidak pernah menyangka kalau aku bisa membiarkan pria selain kak Reza menyentuh tubuh ku dan bukan cuman mengizinkan pria itu menyentuh seluruh tubuh ku aku pun tidak bisa berbohong kalau aku sangat menikmatinya. Ada perasaan kesal terhadap diriku sendiri karena aku tidak merasa jijik atau marah ketika kang Enday menyentuh ku.

Aku menghela nafas panjang, toh sesi pijat barusan akan menjadi yang pertama dan yang terakhir. Anggap saja hal ini sebagai cara aku menebus dosa ku terhadap kak Reza karena telah berselingkuh dengan Bobby. Semoga besok aku sudah lupa kalau semua hal ini pernah terjadi dan semua nya akan kembali menjadi normal.


Suara motor kak Reza menyadarkan ku dari lamunan ku, aku segera menghampiri kak Reza yang sudah menungguku di atas motornya dan duduk ke atas motor.

Tak lama kemudian kak Reza mengantarkan ku pulang dan sepanjang jalan aku memeluk tubuh nya dengan erat..

mFbuWuW.png
 
Segitu dulu ya hu, biar gak cuman spam one liner gua mo ajak diskusi bentar deh. Tolong keikutsertaanya suhu suhu untuk jawab beberapa pertanyaan dari ane biar semangat ane updatenya.


1. kalo lagi baca cerita ane, yang dibayang suhu - suhu di sini Fafa tuh kaya apa mukanya? Apa punya bayangan sendiri, atau bayangin yg ane jadiin mulustrasi?

2. Selain gangbang, cuckold, exhib, fetish apa lagi ni yang suhu - suhu tunggu?

3. karakter cowok yang paling ditunggu siapa ni mong ngomong

4. Chapter mana yang paling berkesan sama suhu suhu semua? Berkesan di sini artinya antara suhu udah baca lebih dari sekali, atau uda dipake bacol berkali kali atau malah dua duanya.

5. mulustrasi nya ada yang disimpen gak nih ngomong - ngomong? Kalo ada mana yang paling sering dijadiin bahan?



6. Menurut suhu - suhu di sini, apa ane terlalu panjang nulis perchapter?

7. Sejauh ini setiap ane menuliskan adegan apa bisa terbayang oleh suhu adegannya gimana? Soalnya kadang ane yang bikin lama upload itu cari mulustrasi yang pas. Jadi tkutnya kalo nanti2 ane ga pasang mulustrasi apa masih bisa ngikutin cerita ane.

8. Rencananya ane mau rubah konsep dikit sih, jadi ane nulis pake arc/babak gitu skarang, dan ane ga bakal nambah karakter lagi.

9. Yang paling ditunggu tunggu interaksi Fafa sama siapa sih so far?

10. mulustrasi favorit yang mana nih ?
 
1.mungkin hp ane rusak makanya ane ngga bisa liat mulustrasinya :maaf:

2.kaya dihalaman pertama hu itu yg ane tunggu :D

3.mungkin dari keluarga/saudara Fafa hu :bata:

4.ane sih part 13 waktu Fafa dilecehin reza :lol:

5.ane skip hu ane ngga bisa liat mulustrasinya :maaf:

6.justru hal yg paling penting disetiap cerita yg berchapter hu :D

7.mungkin karena ane sepaham sama suhu ane sendiri gampang ngebayanginnya ;):adek:

8.mantep tuh hu apalagi POVnya dari Fafa :cim::tegang:

9.jelas sama reza hu karena selain berinteraksi selangkangan mereka pun berjibaku bersama :adek::tegang:

10.skip :)


sekian dan terima kasih :Peace:
 
Segitu dulu ya hu, biar gak cuman spam one liner gua mo ajak diskusi bentar deh. Tolong keikutsertaanya suhu suhu untuk jawab beberapa pertanyaan dari ane biar semangat ane updatenya.


1. kalo lagi baca cerita ane, yang dibayang suhu - suhu di sini Fafa tuh kaya apa mukanya? Apa punya bayangan sendiri, atau bayangin yg ane jadiin mulustrasi?

2. Selain gangbang, cuckold, exhib, fetish apa lagi ni yang suhu - suhu tunggu?

3. karakter cowok yang paling ditunggu siapa ni mong ngomong

4. Chapter mana yang paling berkesan sama suhu suhu semua? Berkesan di sini artinya antara suhu udah baca lebih dari sekali, atau uda dipake bacol berkali kali atau malah dua duanya.

5. mulustrasi nya ada yang disimpen gak nih ngomong - ngomong? Kalo ada mana yang paling sering dijadiin bahan?



6. Menurut suhu - suhu di sini, apa ane terlalu panjang nulis perchapter?

7. Sejauh ini setiap ane menuliskan adegan apa bisa terbayang oleh suhu adegannya gimana? Soalnya kadang ane yang bikin lama upload itu cari mulustrasi yang pas. Jadi tkutnya kalo nanti2 ane ga pasang mulustrasi apa masih bisa ngikutin cerita ane.

8. Rencananya ane mau rubah konsep dikit sih, jadi ane nulis pake arc/babak gitu skarang, dan ane ga bakal nambah karakter lagi.

9. Yang paling ditunggu tunggu interaksi Fafa sama siapa sih so far?

10. mulustrasi favorit yang mana nih ?
Mantappppp huu
 
1.mungkin hp ane rusak makanya ane ngga bisa liat mulustrasinya :maaf:

2.kaya dihalaman pertama hu itu yg ane tunggu :D

3.mungkin dari keluarga/saudara Fafa hu :bata:

4.ane sih part 13 waktu Fafa dilecehin reza :lol:

5.ane skip hu ane ngga bisa liat mulustrasinya :maaf:

6.justru hal yg paling penting disetiap cerita yg berchapter hu :D

7.mungkin karena ane sepaham sama suhu ane sendiri gampang ngebayanginnya ;):adek:

8.mantep tuh hu apalagi POVnya dari Fafa :cim::tegang:

9.jelas sama reza hu karena selain berinteraksi selangkangan mereka pun berjibaku bersama :adek::tegang:

10.skip :)


sekian dan terima kasih :Peace:


Oh ternyata pada g bisa liat ya hu? Hmm oke deh ane coba ntar upload pake image bam aja kalo gitu. Ane kurang gitu paham si kalo di semprot formatting upload gambarnya gimana.

Makasih udah bersedia jawab hu. Ane sengaja banget bikin questionaire gini biar ada interaksi sama pembaca jadi gak cuman pada react sama one liner terus heheh. Semangat nulis jadinya gue.

Berarti udah pas ya panjang cerita perchapternya kalo gitu. Soalnya ane sempet studi banding kebanyakan di thread lain pada pendek2 jadi ane pikir wajarnya segitu.
 
kurang paham juga deh hu kalo suhu² yg laen mungkin bisa liat mulustrasinya cuma hp ane aja yg emang ngga ngizinin buat liat mulustrasinya:D


siaap hu berhubung ane suka genre yg kaya suhu buat ini makanya sebisa mungkin ane suport hu, meskipun suportnya ngga banyak 😅

udahh paling mantep sih menurut ane hu cerbung yg chapternya sepanjang ini (jilat aja dulu siapa tau chapter berikutnya ngga kurang pendek dari chapter diatas :Peace::D )


btw big thankyou hu buat triple updatenya suhu:ampun:
 
kebayang fafa terpaksa pakai jilbab, otomatis mengubah seragam menjadi lengan panjang dan rok panjang. entah kesalahan jahit atau gimana, seragam fafa malah ketat, menonjolkan lekuk tubuhnya dengan wajah cantik terbalut jilbab. reza sange dan ngentot fafa di tempat terbengkalai hanya dengan angkat rok dan buka beberapa kancing baju seragam. bikin reza tahan ngaceng meski crot berkali2.
 
1. Punya bayangan sendiri, tapi menyesuaikan dengan ciri fisik yang dideskripsikan penulis.

2. Jujur, gue gak suka gangbang, threesome, atau kegiatan seks yang melibatkan lebih dari dua orang; gue juga gak suka pemaksaan dan incest. Secara umum gue suka cerita eksib, teasing, dan kbb, tapi semuanya dieksplor dari POV cewek. Gue pribadi gak suka baca POV cowok karena isi pikiran cowok udah gue isi berdasarkan logika dan pengalaman gue sendiri. Dan sedikit saran dari gue, Suhu, biar ceritanya lebih menarik maka tentuin POV-nya hanya dari satu karakter saja agar masih ada ruang untuk pembaca berimajinasi. Kalau semua sudut pandang didikte oleh penulis, ceritanya bakal bikin bosan. Buat pembaca merasa punya peran dalam cerita dengan cara menebak-nebak berbagai kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya (cara ini juga kan yang biasa dilakukan di novel atau bahkan film). Sering kali kemungkinan akan terjadinya sesuatu itu lebih menarik dari kejadiannya itu sendiri.
3. Strangers.
4. Belum ada, Suhu. Gue rajin mampir ke sini soalnya gue rasa ceritanya sangat berpotensi.
5. Gak ada.
6. Justru kalau gue sih lebih suka chapter yang ditulis panjang. Kalau bisa lebih panjang lagi, Suhu. Hahaha.

Sampai sini dulu jawab pertanyaannya.

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk menulis, Suhu. 🙏🏻
 
Nungguin Fafa dilecehin bokapnya tp ga ngewe, misal bokapnya nembak peju di cd fafa dan spermanya byk terus fafa malah pake cd penuh sperma ke sekolah.

Fafa sering sange tiba tiba pas di rumah kegeb abangnya.

Fafa menikmati masturbasi dan ternyata ada flashback Fafa pertama kali orgasme pas usia dini karena ga sengaja dipangku omnya yang cabul
 
Segitu dulu ya hu, biar gak cuman spam one liner gua mo ajak diskusi bentar deh. Tolong keikutsertaanya suhu suhu untuk jawab beberapa pertanyaan dari ane biar semangat ane updatenya.


1. kalo lagi baca cerita ane, yang dibayang suhu - suhu di sini Fafa tuh kaya apa mukanya? Apa punya bayangan sendiri, atau bayangin yg ane jadiin mulustrasi?

2. Selain gangbang, cuckold, exhib, fetish apa lagi ni yang suhu - suhu tunggu?

3. karakter cowok yang paling ditunggu siapa ni mong ngomong

4. Chapter mana yang paling berkesan sama suhu suhu semua? Berkesan di sini artinya antara suhu udah baca lebih dari sekali, atau uda dipake bacol berkali kali atau malah dua duanya.

5. mulustrasi nya ada yang disimpen gak nih ngomong - ngomong? Kalo ada mana yang paling sering dijadiin bahan?



6. Menurut suhu - suhu di sini, apa ane terlalu panjang nulis perchapter?

7. Sejauh ini setiap ane menuliskan adegan apa bisa terbayang oleh suhu adegannya gimana? Soalnya kadang ane yang bikin lama upload itu cari mulustrasi yang pas. Jadi tkutnya kalo nanti2 ane ga pasang mulustrasi apa masih bisa ngikutin cerita ane.

8. Rencananya ane mau rubah konsep dikit sih, jadi ane nulis pake arc/babak gitu skarang, dan ane ga bakal nambah karakter lagi.

9. Yang paling ditunggu tunggu interaksi Fafa sama siapa sih so far?

10. mulustrasi favorit yang mana nih ?
1. Dah cocok banget sama yang agan jadiin mulustrasi. Gak usah diganti, mantep itu.
2. Corruption yang jelas, beastility kalau bisa, dan mungkin body modification (asal jangan terlalu aneh-aneh aja) misalkan piercing atau tattoo leh uga tuh.
3. Yang jelas bukan Reza apalagi keluarga nya Fafa (kurang suka genre incest soalnya). :D
4. Yang jelas part 10 dan seterusnya yang ditunggu2.
5. Saat ini belum ada sih, Gan. Masih enjoy by online aja.
6. Kurang panjang malahan. :Peace:
7. Bisa banget, kalau buat ane pribadi gak terlalu banyak mulustrasi dari cerita agan sudah bisa ngebayanginnya. Gak kalah dari suhu bramloser pembawaan ceritanya.
8. Boleh aja, Gan. Kalau dari karakter asalkan bukan tokoh yang penting masih OK, Gan. Karena yang pasti jangan sampai dengan adanya penambahan karakter malahan menambah rumit jalan ceritanya.
9. yang jelas bukan Reza (kan temanya cuckold disini). ;)
10. Cover yang ada tulisan judulnya itu (lebih orisinil) sama yang cosplay dan yang pakai handuk.
 
Segitu dulu ya hu, biar gak cuman spam one liner gua mo ajak diskusi bentar deh. Tolong keikutsertaanya suhu suhu untuk jawab beberapa pertanyaan dari ane biar semangat ane updatenya.


1. kalo lagi baca cerita ane, yang dibayang suhu - suhu di sini Fafa tuh kaya apa mukanya? Apa punya bayangan sendiri, atau bayangin yg ane jadiin mulustrasi?

2. Selain gangbang, cuckold, exhib, fetish apa lagi ni yang suhu - suhu tunggu?

3. karakter cowok yang paling ditunggu siapa ni mong ngomong

4. Chapter mana yang paling berkesan sama suhu suhu semua? Berkesan di sini artinya antara suhu udah baca lebih dari sekali, atau uda dipake bacol berkali kali atau malah dua duanya.

5. mulustrasi nya ada yang disimpen gak nih ngomong - ngomong? Kalo ada mana yang paling sering dijadiin bahan?



6. Menurut suhu - suhu di sini, apa ane terlalu panjang nulis perchapter?

7. Sejauh ini setiap ane menuliskan adegan apa bisa terbayang oleh suhu adegannya gimana? Soalnya kadang ane yang bikin lama upload itu cari mulustrasi yang pas. Jadi tkutnya kalo nanti2 ane ga pasang mulustrasi apa masih bisa ngikutin cerita ane.

8. Rencananya ane mau rubah konsep dikit sih, jadi ane nulis pake arc/babak gitu skarang, dan ane ga bakal nambah karakter lagi.

9. Yang paling ditunggu tunggu interaksi Fafa sama siapa sih so far?

10. mulustrasi favorit yang mana nih ?
Yg dibayangin mojang bandung yg mukanya polos tapi binal

Yang ditunggu scene pemaksaan :konak:

Cowok Favorit : Siapa aja boleh selama memenuhi unsur KBB (Beauty Vs Beast)

Scene terbaik waktu fafa dimabokin terus digenjot tanpa sadar

Mulustrasi mah satu aja didepan ga harus per adegan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd