Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Virus Merah Jambu Bersama Akhwatku (JUST SHARE. SARA JAUH-JAUH)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
ceritanya mantab nih hehe..
mmg seperti itu langkah2 awalnya..
good job gan TS
ditunggu lanjutannya :D
 
woaa:hore:aaahh.. dilamar,,, duchh rasa hati :kangen: berdebar-debar, sorot mata:kk: bebinar..
akan kah nanti dengan prosedur yang benar?? atau malah terjadi tak wajar:bata:

jadi nggak:pandajahat: sabar!​
 
cerita akhwat emang mendebarkan...
 
SYURO TIME (SYURO= Dari kata Musyawarah, bisa juga berarti rapat)

Semenjak "lamaranku" diterima oleh Dian, kami jadi lebih sering berinteraksi. Walau masih sebatas dengan telepon, dan aku harus sembunyi-sembunyi menelpon dari sekretarisku yg juga menginap d sekretariat namun itu sudah cukup untuk membuatku merasa bahagia. Dian benar-benar sosok yg humble dan menyenangkan, ada saja cerita yang dia berikan kepadaku. Entah kisah masa lalunya ketika di pesantren, atau kesehariannya di kampus. Sebagai pria aku lebih sering jadi pendengar yang baik lalu sesekali menimpali ceritanya. Tak terasa sudah dua minggu kami menjalin "hubungan" melanggar aturan organisasi ini.
"Abas, aku boleh nanya gak?" kata Dian dalam obrolan kami suatu malam. Saat ini dia sudah tak lagi menggunakan panggilan "akh" atau bahasa-bahasa agamis lagi kepadaku.
"iya sayang, mau nanya apa kamu"
"iih, geli banget sih manggil sayang-sayang"
"hehehehe. Gak apa-apa dong sekali-sekali. Emang Dian mau nanya apa ke abas?"
"ehhhmm. Tapi kamu jangan marah ya.."
Marah? Apa Dian akan menanyakan hal yg sensitif atau mengarah ke privasiku?
"Enggak kok. Gak marah. Emang apa sih?"
"janji?"
"iya janji"
Rasa penasaran membuatku mengiyakan persyaratan yg Dian ajukan.
"ehhmm... Kira-kira abas mau ngelamar Dian kapan ya? Sebelum kita lulus atau nunggu S1 dulu?" Dian bertanya dgn nada antara malu-malu atau ragu-ragu.
Aku sendiri tak terlalu terkejut dengan pertanyaan Dian. Sebagai wanita, apalagi seorang akhwat, dia pasti mau kepastian. Aku sendiri sudah merencanakan akan segera mengajukan lamaran kepada Dian setelah lulus. Orangtua ku ingin aku meneruskan bisnis keluarga yakni bisnis kue-kue kering yg sudah dirintis sejak lama, disisi lain mereka tak akan mengijinkanku menikah sebelum lulus kuliah. Aku jelaskan itu semua pada Dian, syukurlah dia mau menerima dan mengerti.
"orangtua ku juga mau aku nyelesain study dulu abbas. Tapi kamu jangan bohong ya, kamu harus janji ga akan ninggalin Dian"
"iya Dian ku sayang, abbas ga akan ninggalin kamu"
"Abbas, Dian udah sayanh banget sama kamu" Kata Dian dengan nada manja, aku jadi gemas dan geregetan mendengar seorang akhwat salihah bicara dengan nada seperti itu.
"jangan pernah tinggalin Dian ya" sekali lagi Dian memohon dgn nada bicara yg menggemaskan.
Namun ada yg aneh, tiba-tiba aku merasakan penisku ereksi, kok bisa? Lalu mendadak pikiranku membayangkan aku sedang memeluk tubuh Dian yang sedang memakai kaus oblong dan rok jeans panjang seperti yg kulihat tempo hari dikostannya, dan yang paling aneh karena aku berkhayal membayangkan kedua payudara Dian yg masih tertutup jilbab panjangnya terasa menekan didadaku. Batang penisku tegang mengeras. Aku sungguh bingung, apa mungkin aku bisa berfantasy hanya dengan mendengar suaranya yang tidak biasa barusan?

****

Sore itu hari rabu, aku mengumpulkan anggotaku di Sekretariat untuk membahas agenda pelatihan jasmani bagi seluruh kader. Rapat berlangsung seru, kami sedang membahas konsep acara yang akan dilaksanakan nanti. Sejujurnya aku kurang fokus sore itu, karena pandanganku selalu tercuri oleh Dian. Sore itu dia tampak cerah dengan jilbab dan gamis warna ungu gelap, dan entah sengaja untuk menarik perhatianku atau tidak dia menggunakan bros bunga mawar dibahunya sebagai peniti kerudung. Aku merasa jakunku naik turun, Dian sendiri kudapati juga memandangiku, sesekali pandangan kami bertemu walau diakhiri dengan tundukan malu-malu dari Dian. Pembahasan konsep acara dipending selama lima menit karena masih deadlock, masing-masing kami belum menemukan kata sepakat. Tiba-tiba Dian berdiri menuju ke teras depan, aku yang sedari tadi sudah terpesona dengan penampilannya hari ini berpura-pura izin sebentar dengan alasan mencari udara segar diluar. Sampai didepan aku segera menuju ke garasi, kudapati Dian sedang sibuk mencari sesuatu dijok motor Yulia, adik tingkat yang memboncenginya.
"Nyari apa sayang?"
aku berkata sepelan mungkin setelah mengecek keadaan. Dian sendiri tampak kaget melihatku sudah berdiri dibelakangnya.
"iih abbas, kamu ngapain disini?"
"sengaja pengen ketemu kamu. Kamu cantik banget sih Dian sore ini. Pake bross mawar dijilbab. Makin sayang deh ih"
Aku sengaja merayunya, karena jarang sekali aku bisa berkata manis didepannya langsung. Biasanya aku hanya memujinya via telpon.
Dian sendiri langsung merona merah pipinya mendengar pujianku, senyum merekah dibibirnya yang mungil walau tampaknya dia berjuang hebat menahannya.
"iih abbas. Apaan sih. Malu tauu" katanya malu-malu msmbuatku jadi semakin gemas dan gregetan dibuatnya
Dan tiba-tiba batang penisku ereksi lagi, sungguh aku tak mengerti sensasi apa ini. Senyuman dan suara Dian bisa membuatku terbakar birahi seperti ini, kenapa bisa?
Hingga tanpa sadar aku meraih tangan Dian lali kugenggam lembut.
"eh!" Pekiknya terkejut, namun belum selesai terkejutnya, antara sadar atau tidak sadar wajahku kudekatkan ke wajahnya hingga kudaratkan kecupanku pada pipinya yang putih merona, cup! lalu kubisikan lembut ditelinganya
"Dian cantik hari ini"
Dian masih terpaku, tubuhnya membeku menerima semua perlakuan romantis dariku. Matanya melebar, mulutnya ternganga kecil. Lalu ku akhiri dengan mengecup lembut keningnya, aku berlalu untuk kembali kedalam melanjutkan rapat, meninggalkan Dian yang masih berdiri kaku digarasi.

Bersambung ke next part. Semoga gak bosen ngikutin cerita ini.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
SYURO TIME (SYURO= Dari kata Musyawarah, bisa juga berarti rapat)

Semenjak "lamaranku" diterima oleh Dian, kami jadi lebih sering berinteraksi. Walau masih sebatas dengan telepon, dan aku harus sembunyi-sembunyi menelpon dari sekretarisku yg juga menginap d sekretariat namun itu sudah cukup untuk membuatku merasa bahagia. Dian benar-benar sosok yg humble dan menyenangkan, ada saja cerita yang dia berikan kepadaku. Entah kisah masa lalunya ketika di pesantren, atau kesehariannya di kampus. Sebagai pria aku lebih sering jadi pendengar yang baik lalu sesekali menimpali ceritanya. Tak terasa sudah dua minggu kami menjalin "hubungan" melanggar aturan organisasi ini.
"Abas, aku boleh nanya gak?" kata Dian dalam obrolan kami suatu malam. Saat ini dia sudah tak lagi menggunakan panggilan "akh" atau bahasa-bahasa agamis lagi kepadaku.
"iya sayang, mau nanya apa kamu"
"iih, geli banget sih manggil sayang-sayang"
"hehehehe. Gak apa-apa dong sekali-sekali. Emang Dian mau nanya apa ke abas?"
"ehhhmm. Tapi kamu jangan marah ya.."
Marah? Apa Dian akan menanyakan hal yg sensitif atau mengarah ke privasiku?
"Enggak kok. Gak marah. Emang apa sih?"
"janji?"
"iya janji"
Rasa penasaran membuatku mengiyakan persyaratan yg Dian ajukan.
"ehhmm... Kira-kira abas mau ngelamar Dian kapan ya? Sebelum kita lulus atau nunggu S1 dulu?" Dian bertanya dgn nada antara malu-malu atau ragu-ragu.
Aku sendiri tak terlalu terkejut dengan pertanyaan Dian. Sebagai wanita, apalagi seorang akhwat, dia pasti mau kepastian. Aku sendiri sudah merencanakan akan segera mengajukan lamaran kepada Dian setelah lulus. Orangtua ku ingin aku meneruskan bisnis keluarga yakni bisnis kue-kue kering yg sudah dirintis sejak lama, disisi lain mereka tak akan mengijinkanku menikah sebelum lulus kuliah. Aku jelaskan itu semua pada Dian, syukurlah dia mau menerima dan mengerti.
"orangtua ku juga mau aku nyelesain study dulu abbas. Tapi kamu jangan bohong ya, kamu harus janji ga akan ninggalin Dian"
"iya Dian ku sayang, abbas ga akan ninggalin kamu"
"Abbas, Dian udah sayanh banget sama kamu" Kata Dian dengan nada manja, aku jadi gemas dan geregetan mendengar seorang akhwat salihah bicara dengan nada seperti itu.
"jangan pernah tinggalin Dian ya" sekali lagi Dian memohon dgn nada bicara yg menggemaskan.
Namun ada yg aneh, tiba-tiba aku merasakan penisku ereksi, kok bisa? Lalu mendadak pikiranku membayangkan aku sedang memeluk tubuh Dian yang sedang memakai kaus oblong dan rok jeans panjang seperti yg kulihat tempo hari dikostannya, dan yang paling aneh karena aku berkhayal membayangkan kedua payudara Dian yg masih tertutup jilbab panjangnya terasa menekan didadaku. Batang penisku tegang mengeras. Aku sungguh bingung, apa mungkin aku bisa berfantasy hanya dengan mendengar suaranya yang tidak biasa barusan?

****

Sore itu hari rabu, aku mengumpulkan anggotaku di Sekretariat untuk membahas agenda pelatihan jasmani bagi seluruh kader. Rapat berlangsung seru, kami sedang membahas konsep acara yang akan dilaksanakan nanti. Sejujurnya aku kurang fokus sore itu, karena pandanganku selalu tercuri oleh Dian. Sore itu dia tampak cerah dengan jilbab dan gamis warna ungu gelap, dan entah sengaja untuk menarik perhatianku atau tidak dia menggunakan bros bunga mawar dibahunya sebagai peniti kerudung. Aku merasa jakunku naik turun, Dian sendiri kudapati juga memandangiku, sesekali pandangan kami bertemu walau diakhiri dengan tundukan malu-malu dari Dian. Pembahasan konsep acara dipending selama lima menit karena masih deadlock, masing-masing kami belum menemukan kata sepakat. Tiba-tiba Dian berdiri menuju ke teras depan, aku yang sedari tadi sudah terpesona dengan penampilannya hari ini berpura-pura izin sebentar dengan alasan mencari udara segar diluar. Sampai didepan aku segera menuju ke garasi, kudapati Dian sedang sibuk mencari sesuatu dijok motor Yulia, adik tingkat yang memboncenginya.
"Nyari apa sayang?"
aku berkata sepelan mungkin setelah mengecek keadaan. Dian sendiri tampak kaget melihatku sudah berdiri dibelakangnya.
"iih abbas, kamu ngapain disini?"
"sengaja pengen ketemu kamu. Kamu cantik banget sih Dian sore ini. Pake bross mawar dijilbab. Makin sayang deh ih"
Aku sengaja merayunya, karena jarang sekali aku bisa berkata manis didepannya langsung. Biasanya aku hanya memujinya via telpon.
Dian sendiri langsung merona merah pipinya mendengar pujianku, senyum merekah dibibirnya yang mungil walau tampaknya dia berjuang hebat menahannya.
"iih abbas. Apaan sih. Malu tauu" katanya malu-malu msmbuatku jadi semakin gemas dan gregetan dibuatnya
Dan tiba-tiba batang penisku ereksi lagi, sungguh aku tak mengerti sensasi apa ini. Senyuman dan suara Dian bisa membuatku terbakar birahi seperti ini, kenapa bisa?
Hingga tanpa sadar aku meraih tangan Dian lali kugenggam lembut.
"eh!" Pekiknya terkejut, namun belum selesai terkejutnya, antara sadar atau tidak sadar wajahku kudekatkan ke wajahnya hingga kudaratkan kecupanku pada pipinya yang putih merona, cup! lalu kubisikan lembut ditelinganya
"Dian cantik hari ini"
Dian masih terpaku, tubuhnya membeku menerima semua perlakuan romantis dariku. Matanya melebar, mulutnya ternganga kecil. Lalu ku akhiri dengan mengecup lembut keningnya, aku berlalu untuk kembali kedalam melanjutkan rapat, meninggalkan Dian yang masih berdiri kaku digarasi.

Bersambung ke next part. Semoga gak bosen ngikutin cerita ini.

aiihh... bikin geeemmmeessss..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd