Part 12
2 tahun kemudian
Sudah 2 tahun berlalu,Winda kini tinggal di Jakarta dan bekerja sebagai pengantar makanan di rumah makan tantenya. Tubuhnya yang dulu proposional kini agak bertambah berisi. Daya tariknya sekarang tertuju pada bongkahan dan dadanya yang lebih menonjol. Dan sifatnya kini menjadi galak ketika melihat cowok yang menurutnya brengsek, kurang ajar, terutama playboy. karena mungkin efek dari abbie yang meninggalkan begitu saja dan tak ada kabar penjelasan sampai detik ini.
“winnn, ada pesanan ke kantor lagi,” ucap salah satu wanita setengah baya yang tak lain ada tantenya,
“kemana tante?” tanyanya sambil mengikat rambutnya yang lebih panjang dari sebelumnya dan terlihat keringat di dahinya.
“ke kantor yang biasanya” anggukan pelan winda tau tempat langganan di salah satu perusahaan ternama karena rumah makan tak jauh dari perusahaan itu, di tambah kebanyakan karyawan memesan dari rumah makan tante.
“nih namanya” tante langsung memberi nama dan kembali meneruskan memasak karena masih banyak pesanan. ia pun brgegas menggunakan sepedanya menuju kantor itu.
“antar pesanan lagi win?” sapa pak satmam yang sudah kenal karena ia sering mengantarkan makanan kesini.
“yupp, “ senyum ramah winda langsung di persilahkan masuk, ia pun mencari nama pemesannya karena baru pertama ia mengantar ke orang ini. Setelah bertanya ke beberapa orang akhirnya winda menuju ke salah satu orang yang sesuai cirri-ciri yang di sebutkan sedang berdiri menerima telepon.
“pak jony?” sapa winda, ia pun menangguk pelan dan langsung memberikan pesanannya. Ia pun langsung membukanya.
“loh kok pakai daun bawang? Saya bilang kan gak pakai daun bawang.. gimana sih” ucapnya agak ketus menatap sinis kearah winda. seolah menganggap rendah dirinya.
“mana saya tau” celetuk winda karena ia pernah berurusan masalah seperti ini.
“kalau gitu gak jadi saya pesan, bawa pulang aja” ucapnya sambil menggerakan tangannya dengan maksud mengusir.
“gak bisa, harus bayar lah!, lagian tinggal di buang aja apa susahnya sih, jadi orang males banget” nada winda agak tinggi yang tak bisa menahan emosinya.
“heyyy, saya manager disini, kamu gak ada hak komentar, apa lagi tukang antar semacam kamu.” balasnya dengan nada tak kalah tinggi.
“cihh,” senyum kecut winda menanggapi celotehannya.
“manager sopan santunya lebih rendah dari satpam:” gerutu pelan winda
“kamu ngomong apa??” bentaknya lagi.
“gak, saya mau duit pesanan aja, dan masalah selesai“ winda mencoba menahan emosinya sejenak.
“gak saya gak mau, dah bawa sana.” ucapnya masih kekeh tak mau membayar.
“oke,, kalau mau gitu, " winda mengambil bungkusannya.
"saya kasih gratis, makan nihhhhhh” winda langsung melempar makanannya ke bajunya.
“heeeyyyy” teriaknya sambil membersihkan bajunya. sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya.
“ada apa ini, ribut-ribut” bentak pak roy, yang merupakan pemilik perusahaan ini dengan nada yang sangat kencang, membuat winda terdiam. Semua orang pun menunduk saat ia lewat, kumis tebalnya dan kepala plontosnya membuat sseram sebagian orang.
“anu pak” orang itu pun langsung gugup saat berbicara dengannya.
“bapak atasannya orang ini?” tanya winda dengan senyum senangnya.
“ia,” jawabnya pelan.
“ajarin ke anak buah bapak, kalau udah pesan makanan harus bayar, malu-maluin aja.” ucap winda yang masih agak emosi,
“dan masalah selesaiii.” winda langsung menunjuk kearah orang itu, tak ada rasa takut winda terhadap pak roy karena ia sedang sangat emosi. Ia pun langsung berjalan keluar kantor itu. pak roy langsung memerintahkan kembali bekerja.
“kamu tau anak yang tak sopan tadi?” tanya kesalah satu seketarisnya.
“yang saya tau ia sering kirim pesanan ke kantor ini, semua orang pun tau namanya winda. Tapi saya baru tau dia orangnya emosional seperti itu, “ ucapnya menjelaskan singkat.
“kalau bapak tak berkenan saya bisa larang di kesini?” ucapnya pelan.
“no no, saya mau liat orang itu secara langsung, tolong pesankan 2 nasi goreng ke dia, dan langsung menemui saya besok jam istrihat” ucapnya, ia pun langsung mengatur schedule untuk besok.
"ba baik pak," jawab seketarisnya karena terkejut kenapa pak roy tak marah terhadap winda yang membuat keributan di kantornya.
***
“winda, pesana 2 nasi goreng ke tempat biasanya, “ tante langsung memberi bungkusannya.
“siapa tante namanya?” winda masih lesu akibat perseturuan nya dengan salah satu karyawan kantor itu. mood mendadak jelek mendengar kantor itu.
“pak roy, gih, cepet masih banyak pesanannya.” bujuk tante, winda pun langsung menerawang menebak orang yang akan ia ketemui. Dengan langkah malas ia pun menuju ke tempatnya, di lantai paling atas.
Hening, kesan pertama di lantai ini dan hanya ada satu orang yaitu seketaris pribadinya. ia pun langsung menuntun winda menuju keruangnnya. Entah kenapa jantung winda berdebar-debar, karena siapa sebenarnya orang yang memesan makanan ini.
“tok tok, pak pesanannya datang” diketuknya pelan,
“masuk”, winda pun masuk perlahan, ruanganya begitu luas terdapat 2 meja, yang satu sangat panjang dan berderet kursi, dan satunya paling ujung dimana orang itu beraada. Langkahnya pun terhenti melihat kepala pelontos dan kumisnya.
“sini” ucapnya, winda tau ternyata orang yang kemarin itu adalah pemilik perusahaannya, langkahnya pelan karena ada firasat tak enak dan bakal mengenai masalah kemarin.
“inii pak pesanannya” winda pun langsug memberikannya, dan memberikan satunya kepada winda.
“ambil, sekalian saya mau ngobrol santai sama kamu.” winda menarik nafas panjang, mereka pun berpindah ke meja kosong dan duduk berdapan sambil menikmati makan siangnya, winda pun ikut memakannya pelan karena tak yakin.
“nama kamu winda benar”? tanya sambil melahap dikit demi sedikit nasi gorengnya.
“iah “ winda menjadi gugup seketika.
“kamu tinggal dimana? Alamat lengkapnya” winda diam sejenak, pasti ini untuk melaporkan hal ini ke orangnya tuanya. Mau tak mau ia memberi alamat lengkapnya karena memang ini salahnya.
“wah Kalimantan yah, saya seperti pernah mendengar alamat itu ya” ucapnya mengelus dahinya sambil mengingat-ingat. ia pun kembali menanyakan ke hal yang tak ada hubungan dengan kejadian kemarin. winda seperti di intograsi hari ini.
“oke, kamu bawa aja nasi gorengnya ya, udah cukup pembicaran kita disini” nafas lega winda karena ternyata tak ada hubungannya dengan masalah kemarin.
***
Pak roy diam-diam menyimpan fotonya, karena ia tak yakin dengan winda. ia pun segera menghubungi seseorang,
“haloo”
“ia, halo om.” suara yang tak asing yaitu roberth.
“oh ya om kenapa?, gak biasanya telepon?” lanjutnya,
“om dapat info aja, seseorang yang kamu cari satu tahun lalu. om gak yakin sih, tapi kamu liat aja ya fotonya om kirimin,” ia pun mengirim foto winda yang terlihat gugup.
“ommm, ini orangnya om, yang aku sama hendra cari.” Ucapnya sangat terkejut.
“winda namanya dan tinggal di Kalimantan itu?” tanya om menyebutkan yang ia tanyai kepada winda.
“ia om, om dapat darimana kok bisa?” obet terlihat senang karena selama ini ia lost kontak dengan winda. Ia pun menjelaskan yang terjadi kepada obet.
“oalah... padahal deket banget ya, aku harus kasih tau hendra, om” ucapnya.
“no no, jangan dulu, om malu liat kenapa dia begitu special bagi hendra sampai ia kekeh cari dia terus semenjak cerai sama amel” ucapnya dengan wajah penasaran,
“om punya rencana, kita pertemukan winda dan hendra di pernikahan anak om, 3 bulan lagi gimana menurut kamu bet?”
"itung-itung kejutan haha" tawanya,
“boleh om, tapi pasti ini masalah besar om, apa gak ganggu acara om?”
"tenang, om kasih tempat buat mereka berbicara sepuasnya tanpa menganggu acara om okeh"
“daninget kamu gak boleh kasih tau hendra, dan kamu juga “ lanutnya,
“iah om” pak roy pun langsung menutup teleponnya, dan berpikir untuk bagaimana bisa menilai winda secara langsung dengan kedua matanya sendiri.
***
Winda terdiam di bangku depan, ia memikirkan kenapa seorang pak roy menanyakan identitasnya. “jangan-jangan mata keranjang tuh direkturrr” gumamnya kerena selalu memperhatikan kearah dadanya.
“tapi gak mungkinlah, dah lah siapa yang peduli haha” winda kembali masuk kedalam.
Hari ini winda mengantarkan untuk ke 4 kali ke dalam ruangannya, dan seperti biasanya pak roy makan sambil mengobrol ngalur ngidul seolah ingin tahu sebenarnya winda.
“kamu udah cowok win?” tannya sambil terus mengunyah.
“itu, gak pak, udah lost kontak heehe” ucapnya tertawa kecil langsung teringat abbie yang hilang kontak semenjak saaat itu. dan tertawa kecil untuk menghibur dirinya.
“wah, di gantung dong ya??” tannya,
“udah di tinggal nikah pak hehe, dah masa lalu pak. “ winda terlihat agak emosi mengingat kembali masa lalunya.
“ouh, pasti kecewa banget kamu win, tapi menurut saya. Kamu tipe orang yang gak gampang lupain seseorang, walau seberapa kecewanya kamu.” Winda langsung terdiam dengan ucapan pak roy,
"itu, gk juga pak. lagian saya udah gak pikirin kok. kalau dia bahagianya bukan sama saya itu lebik hehe" senyumnya tanpa sadar matanya memerah.
“maaf ya, saya menyinggung hal pribadi kamu.“ ucapnya langsung memberikan uang kepada winda,
“iah pak gpp hehe. saya sedikit lega sih, terima kasih” winda berjalan perlahan mencoba tak mengingat hal itu lagi.
“wanita yang menarik, mungkin sikapnya yang mandiri seperti itu yang membuat hendra begitu jatuh cinta “ pak roy memperhatikannya terus dan yakin akan feelingnya terhadap winda.
Sudah 8 kali winda bertemu pak roy, dan hari ini yang ke Sembilan kalinya. Winda membawakan 3 menu kesukaan pak roy sendiri yaitu, gurame goreng asam manis.
“permissiii” winda langsung masuk perlahan, langkah berhenti sesaat karena pak roy tak sendiri melainkan dengan wanita.
“sini winda masuk, ini istri saya” winda pun bersalaman dengan istirnya pak roy.
“ini yang di cari henn” reflek pak roy menutup mulut istrinya dan berbisik kepadanya.
“henny maksud saya, apa ia?” lanjutnya setelah pak roy menarik tangan yang berada di mulutnya.
“saya gak tau bu heehe henny itu siapa,, uhmm ini pesanannya”senyumnya.
“kita makan bareng okeey” pinta pak roy, winda tak bisa menolaknya, beberapa pertanyaan mengenai dirinya oleh istri pak roy.
“oh ia, minggu depan kamu wajib datang ke pernikahan anak saya” ucapnya langsung memberikan undangan.
“ha saya pak?? Tapi? Saya kan” winda agak terkejut seseorang pak roy mau mengundangnya bahkan bukan siapa-siapa.
“saya tau, gpp datang yah, nanti saya kecewa lohhh” senyumnya untuk meyakinkannya, di tambah dari tampangnya yang galak pak roy orang yang lemah lembut dan penyanyang kepada istrinya.
“uhm ia oak saya pasti datang” senyum winda sebelum pamit keluar ruangannya. Entah harus bagaiman antara senang dan bingung. sesekali melirik undangannya.
To Be Continue...