Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Setelah maraton 2 bab :baca:
makasi update nya om :jempol::mantap:

Next moga aja ke dua angel aman2 saja
 
Chapter XL
Blade and Knuckle


Ku pacu motor ini semaksimal mungkin, motor ini bebek, bukan sport, apa yang kuharapkan. Beruntung jalanan lengang aku berhasil mencapai rumah Nita kurang dari 10 menit. Lampu terasnya terlihat menyala dan pintunya terbuka, sepertinya bukan pertanda bagus. Aku berbegas melompat turun dari motor dan memasuki rumah.

Dalam rumah aku melihat ada dua orang kru dari Bang Andre sedang berdiri di ruang tamu Nita, mereka berdua terlihat berantakan, salah satu dari mereka menutupi lengannya yang mengeluarkan darah. Nita dan Ibunya muncul dari dalam rumah dengan seembar air, handuk dan kotak P3K, berusaha mengobatinya.

“Nita, kalian tidak apa-apa?” aku sedikit panik melihat Nita dan Ibunya.

“Kami baik-baik saja, untung ada mereka… Dia terluka, dan dua rekannya sedang mengejar gadis yang menyerangku…”, wajah Nita sedikit pucat, dan dia meraih gunting untuk memotong baju salah seorang kru Bang Andre.

“Siapa namamu?”, aku bertanya pada mereka.

“Aku Toni, dan dia Jack”, kata pria yang berdiri sambil menunjuk temannya yang lengannya tersayat itu.

“Good job, kemana mereka?”, jawabku singkat, dan aku harus segera memburu kedua rekan mereka yang lain.

“mereka berlari ke kiri, security kompleks juga ikut mengejar, tapi gadis itu tangguh”, jawab Toni, kalau seperti ini aku malah semakin kawatir pada mereka. Aku segera berlari meninggalkan rumah Nita, berharap aku masih bisa mengejar mereka, berharap kru yang lain tidak apa-apa.

“Hubungi Bang Andre!”, kataku sembari berlalu meninggalkan rumah.

***

Tidak jauh dari Rumah Nita, akhirnya aku menemukan mereka, mereka bertiga sedang berhadapan dengan gadis itu. Seorang gadis dengan katana terhunus, menghadapi tiga pria, kedua kru Bang Andre menggunakan baton dan si security menggunakan tonfa, dan mereka bertiga tampak ngosngosan menghadapinya.



thumb-350-63578.jpg




Terlihat sudah banyak juga darah di tubuh mereka, mereka sudah terkena beberapa sayatan di tubuh mereka. Apakah gadis ini tidak ingin membunuh mereka? Hanya mengirimkan pesan seperti kejadian di kota-kota lain? Atau dia hanya ingin menghabisi targetnya saja.

Aku melangkah mendekati mereka, gadis itu tampaknya mengenaliku, dia mengalihkan pedangnya, menghunuskannya kepadaku. Dia mengenaliku, aku salah satu targetnya, Kru Bang Andre dan security mengalihkan padangan mereka padaku.

“Biar aku yang menghadapinya…” sambil aku berjalan perlahan ke mereka, gadis itu terus memperhatikan langkahku dia menarik pedangnya kembali, chiburi(membersihkan darah dari pedang) dan memasukkannya kedalam sarungnya. “Aku pinjam…” sambil mengambil batton dari tangan mereka, aku kini menggenggam dua baton di tanganku. Aku akan menghadapinya dengan teknik Kali Escrima, teknik dari Filipina, tepat kugunakan bersama dengan dua baton di tanganku ini.

Aku berjalan mendekatinya dengan posisi bersiap, ku angkat tangan kananku ku letakkan baton itu bersandar di bahu kananku, dan baton di tangan kiriku ku letakkan di bawah tangan kananku melindungi rusuk kananku.

<kalau ada yang tertarik
>

Aku telah melakukan kesalah ketika baru berhadapan dengan samurai seperti gadis ini, aku tidak melihat panjang pedangnya, aku akan kesulitan memperkirakan jarak amanku. Terlebih lagi sekarang dia sudah dalam posisi Battōjutsu, serangan yang dimulai dengan posisi pedang dalam sarungnya.

Dia petarung yang handal tentunya, dia menutupi panjang pedangnya dengan tubuhnya dengan berdiri lurus berhadapan denganku, agar aku tidak bisa melihat panjang pedangnya. Tapi untung aku sudah melihat kotak penyimpanan pedangnya tadi, itupun hanya sekilas. Sekitar 1 meter, itu jarak yang harus ku waspadai dari panjang pedangnya, dilihat dari tinggi tubuhnya yang tidak terlalu tinggi, tanggannya harusnya sekitar 70-80 cm, jarak amanku adalah 2 meter darinya.

Jarak terlalu jauh dengan panjang baton yang ku gunakan hanya 80 cm, aku harus masuk kedalam jarak pedangnya untuk menyerang. Sama saja resikonya menyerang dan bertahan dengan panjang senjata yang beda tipis seperti ini. Aku harus mencari cara lagi untuk menghadapinya dan memastikan diriku tidak terbunuh.

Let’s try it, aku dengan sigap melontarkan tubuhku maju, menutup jarak di antara kami berdua, gadis itu cepat, pedangnya telah terhunus dihadapanku, Battōjutsu cepat dia melangkahkan kaki kanannya kedepan, dia juga memperkecil jarak, dia ingin membuatku tidak bisa menghindari tusukan itu. Aku bahkan belum mengayunkan baton ku, pedangnya sudah mengarah ke tubuhku. Ku pijakkan kaki kananku dengan cepat dan memutar tubuhku dan melontarkan tubuhku ke kanan, menghindari tusukan itu.

Pedangnya mengejarku, melambung ke kanan, kuangkat baton melundungi diriku dari ayunan pedang itu, belum sempat pedang itu mengenai baton ku, sudah di tarik kembali oleh gadis itu. Pengendalian pedangnya luar biasa, aku harus mengambil jarak yang lebih jauh, aku melontarkan tubuhku lebih jauh lagi darinya.

Gadis itu terlihat begitu tenang, nafasnya begitu teratur dan matanya tajam menyorot kepadaku, walau kami hanya di terangi lampu jalan yang remang, aku bisa melihat sorot matanya begitu jernih dan tajam. Pedangnya bersiap lurus mengarah padaku, dia membuatku tidak bisa memperkirakan panjang katananya.

Tidak akan mudah berhadapan dengan gadis ini, aku harus sangat berhati-hati, satu saja langkahku yang salah, aku bisa berakhir di ujung katananya. Pedang itu harus atasi terlebih dulu, sisanya akan bisa ku hadapi.

Aku kini berdiri sekitar 4 meter darinya, dengan baton yang terhunuh di hadapanku, ku posisikan sejajar, ku genggang longgar dengan kedua tanganku, agar bisa bermanufer dengan bebas. Kaki kiriku ke letakkan sedikit lebih di depan dari kananku, menunggu saat yang tepat untuk menyerangnya.

Ku perhatikan setiap gerak tubuhnya, tapi aku tidak bisa melihat kakinya, celana yang dia kenakkan terlalu lebar dan panjang, menutupi kakinya, aku tidak bisa melihat arah kakinya, ini akan sangat merepotkan. Dia menarik pedangnya, mencodongkan tubuh kirinya kedepan dan merapatkan katananya di pundak kirinya, tubuhnya kini menyamping mengadapku, kaki kirinya menopang tubuhnya yang tengah condong kedepan.

Gerakan ini, dia akan mencoba meraihku dengan lompatan dalam jarak ini, atau mungkin dia ingin mengelabuiku, posisi ini terlalu mencolok. Tidak mungkin semudah itu, tunggu arah tajam katananya menghadap ke atas. Kuda-kuda macam apa ini, aku belum pernah melihatnya. Gawat! Dia melontarkan tubuhnya dengan cepat, dia mencapaiku, dia menggunakan tangan kirinya untuk memegang pedangnya. Dia menggenggam katanya dengan tangan kirinya! Jika aku mundur sekarang pun dia akan menjangkauku, sialan!

Aku menerjangnya aku memutar tubuhku sepenuhnya ke kanan, irimi, menghindari tusukan pedangnya itu. Aku berada di sisi punggung gadis itu, harusnya dia tidak akan bisa menjangkauku, baik dengan pedang atau tangannya. Tangan kiriku telah bersiap menghujam kan baton itu ke rusuknya yang tidak terlindungi karena tangannya terbentang jauh dan membuka tubuhnya tanpa pertahanan.

Tubuhnya terlihat semakin mendekatiku, seranganku meleset, aku tidak mengenainya. Tubuh gadis itu kini sudah bersandar padaku, dia menjatuhkan tubuhnya padaku, dia tahu aku juga tidak bisa menyerangnya dari posisi ini dia sengaja menjatuhkan tubuhnya padaku. Sebelum berat badannya bisa menyeret tubuhku jatuh, aku melontarkan kaki kananku untuk berpijak agar aku tidak kehilangan keseimbanganku. Lengan kananku berusaha melingkari lehernya, dengan baton di tanganku aku berusaha menahan lehernya. Ku angkat lengan kiriku yang kini berada di depan tubuhnya, melingkar ke tangan kirinya agar dia tidak bisa leluasa bergerak dengan tangan kirinya. Ku kaitkan baton di tangan kananku dengan tangan kiriku, dan menekan lehernya.

Dengan cekatan dengan tangan kanannya dia menahan tarikan dari tangan kananku, dia menggenggam pergelangan tangan kananku dengan kuat, cukup kuat dengan ukuran tubuhnya yang kecil. Tangan kirinya terangkat keatas, dan dia mengarahkan katananya berusaha menikamku yang berdiri di belakangnya, aku sudah mengantisipasnya, sambil masih menahan baton tangan kananku dengan lenganku, kuputar pergelangan tangan kiriku yang memegang baton, dan menghantam pergelangan persedian sikunya membuatnya harus membentangkan lagi tangannya.

Dia tidak berhenti, gadis itu memutar pedangnya kini dia telah memegang pedang itu dengan terbalik bersiap menikamku dari bawah. Ku ayunkan lutut kananku dengan segera, menghantam pinggulnya dan membuat tubuhnya sedikit terangkat, dengan tenaga aku menarik tubuhnya ke udara dan kulepaskan kuncianku dan membantingnya, membuatnya terhempas ke kiri. Dia terguling beberapa kali, namun kembali berdiri dengan cekatan. Pedangnya tetap terhunus padaku, tapi kini dia telah menggantinya dengan tangan kanannya, dia menggunakan kedua tangannya untuk memegangi katananya.

Tunggu rasa perih apa ini, perut samping kiriku, terasa panas dan basah. Rupanya dia berhasil menyayatku saat aku membantingnya tadi, sialan, dia cekatan. Aku benar-benar harus lebih berhati-hati, dia sepertinya pandai menyembunyikan serangannya. Lawan yang merepotkan, kalau saja aku punya toya di sini, jarak akan menjadi hal yang sangat menguntungkan bagiku.

Dia kembali melakukan chiburi, dan menyimpan pedangnya kembali dalam saya. Mungkin dia akan kembali menggunakan battojutsu-nya. Dia berdiri tegak, merapatkan kedua tangannya di sisi tubuhnya, dan membungkuk, dia memberikan salam. Dia memberikan salam pertarungan padaku, aku tentunya harus membalasnya sebagai orang yang tahu diri dalam bushido. Aku membalas salamnya, dengan begitu jelas bagi kami, ini adalah pertarungan yang serius bushido.

Dia kembali bersiap dengan posisinya, dia menarik kaki kirinya ke belakang, dan tangan kanannya bersiap di depan, dia menggenggam saya katanya dengan tangan kirinya dan dia membungkukkan tubuhnya dengan rendah, dia akan bersiap menggunakan ichi no kamae, atau teknik sekali tebas. Aku tidak ingin mati konyol dengan menyerangnya dengan baton, aku harus mengambil jarak.

Aku mengambil jarak sedikit mundur lagi darinya, jarak kami harusnya sekarang 5 meter lebih, dia tidak akan bisa melontarkan dirinya seperti serangan sebelumnya. Tapi dengan jarak sejauh ini aku juga tidak akan bisa menggapainya dengan mudah. Bisa, aku bisa menyerangnya dengan cara itu.

Aku bergerak dengan perlahan memperkecil jarakku dengannya, melingkarinya, tapi ternyata dia tidak bergerak, tapi pandangannya tetap mengikutiku, dachinya tidak berubah sama sekali. Gadis ini dalam posisi menyerang ke arah manapun. Merepotkan saja, masih harus mencari titik ketika dia lengah.

Aku bergerak, melontarkan tubuhku ke kiri dan ke kanan, dengan cepat mengurangi jarak di antara kami, bergerak maju sambil zig zag. Gadis itu bersiap menarik pedangnya, seketika pedangnya telah terarik dari sarungnya, tidak akan kubiarkan pedang itu keluar. Aku melontarkan baton dari tangan kananku melayang, terputar menuju ke gadis itu.

Dia berhasil mengindarinya dengan mudah, tentu saja, tapi itu bukan itu tujuan utama lemparan itu, aku mengalihkannya, membuat pedangnya terlambat dia hunuskan. Tangan kananku menggenggam pergelangan tangan gadis itu, dia terkejut, tidak menyangka aku berhasil menutup jarak di atara kami. Dengan tubuhku dan dorongan yang kuat, ku dorong dia sambil tetap mencengram erat tangannya, agar pedangnya tidak dapat dia hunuskan.

Ku angkat tangan kiriku bersiap memukulnya dengan baton yang ku genggam, tapi gerakannya cepat, dia menahan dorongan ku dengan kaki kirinya yang dia bentangkan, dan membuat jarak pinggnya lebih jauh dari sebelumnya, dia memutarnya sedikit, membuat saya-nya terlepas dari katananya. Gawat, aku menggam tangannya lebih erat agar dia tidak bisa memutar pergelangan tangannya.

“Bak…” saya-nya gadis itu menghantam perutku, rupaya itu yang akan dia gunakan untuk menyerangku. Di saat bersamaan juga baton yang ku ayunkan mendarat di pundaknya, aku meleset dia memalikan kepalanya saat menghujamkan saya-nya padaku. Ku angkat tangan kiriku, dan ku ayunkan sekali lagi, kali ini menuju rusuknya, selama aku masih bisa menggeggam tangan kanannya dia tidak akan bisa lari dariku.

“BUK!” di saat bersamaan juga ketika baton ku mendarat, saya-nya terputar dan menghantam rusuku ku dari sisi kananku. Berengsek, dia bisa memainkan saya-nya dengan cekatan walau menggunakan tangan kiri. Dia melepaskan saya dari tangannya, dan saat itu juga dia melepaskan pedang dari tangan kanannya, GAWAT dia akan menangkapnya dengan tangan kirinya. Menangkapnya dengan back hand dan menganyunkannya dengan cepat.

Aku melepaskan tangannya dan melontarkan diriku kebelakang, “SLAS”, hampir saja perut ku tersayat karena gerakan itu. dia mengejar langkahku, dia melontarkan tubuhnya ke depan, dengan pedang mengarah padaku dengan tangan kanannya menekan ujung tsuka (pegangan pedang). Ini saatnya!

Aku menerjangnya maju, melentingkan pedangnya ke kiri dengan baton, membuatnya bergeser dari arahnya. Kini aku berada sangat dekat dengannya, karena tubuhnya yang terus juga melaju kedepan, dan aku yang menerjangnya. Kini jarakku cukup dekat, “BUK!” ku ayunkan hook meluncur menghantam wajah gadis itu dengan kencang, aku kerahkan sebisa mungkin tenaga terbesarku untuk menumbangkannya, tapi tidak berhasil.

Sesaat sebelum pukulanku mendarat, dia sempat mengangkat sikutnya menahan pukulanku, tapi aku yakin pukulan itu cukup keras untuk memberikan gangguan yang cukup berarti dipundaknya. Katananya terpental, dan kini dia tengah memegangi pundaknya, pasti hantaman tadi cukup membuat lengannya mengalami cedera.

Dia meraih katananya dengan tangan kanannya, tapi sepertinya dia kepayahan ketika harus memegang pedangnya dengan kedua tangannya, lengan kirinya tidak bisa dia angkat dengan sempurna. Gadis itu kini mengubah posisi bertarungnya, dachi yang unik, berbeda dari gaya bertarung kenjutsu pada umumnya.

Tangan kirinya dia arahkan kedepan di tekuk setinggi wajahnya, kuda-kudanya rendah dan katananya dia hunuskan di samping tubuhnya di bawah lengan kirinya. Kuda-kuda ini, Tenshinsho Jigen Ryu Hyōhō. Aliran pedang ini cukup terkenal karena memfokuskan serangannya pada iaijutsu, dan kecepatan yang tinggi. Tidak salah lagi, aliran itu, gadis ini memiliki kecepatan dan ketepatan yang tinggi.

Dengan posisi tangan seperti itu, dia akan menutup penglihatanku mengenai posisi pedangnya, dan tentunya serangannya. Ini akan sangat berbahaya untukku, senjataku hanya tinggal sebuah baton, aku harus lebih waspada.

Tapi aku harus berhasil menangkapnya untuk mengorek informasi darinya. Aku dalam posisi bersiap, tangan kiriku menggenggam baton itu degan erat, dan aku melangkah kecil berusaha mendekatinya, dan sangat waspada, bergerak dengan pelan dan perlahan. Matanya tidak terlepas dariku, dia menatapku, memperhatikan setiap langkahku, dia juga mencari bukaan untuk menyerangku.

Pergelangan tangan kiriku ku kendurkan agar aku bisa memanufer batonku dengan leluasa, aku harus bisa mengantisipasi setiap gerakannya, aku bisa melihatnya, tapi seolah aku tidak punya titik untuk menembusnya. Gerakannya bisa menutupi setiap serangan yang akan ku kirimkan.

Baiklah, sekarang atau tidak sama sekali. Aku menghentakkan tubuhku, kaki kiriku melontarkanku melaju maju mendekatinya, melihatku melakukan itu, dia bersiap menerjangku juga! Dia melontarkan tubuhhnya kedepan, dengan tangan kiri berusaha menutupi garis pandanganku. Kaki kananku berpijak dengan cepat, buka menyerang, aku melontarkan tubuhku dengan kaki kananku ke arah kiri. Menghindarkan tubuhku dari sabetannya, sabetan yang melaju dari arah pingganya horizontal, jika aku tidak menghindar pastinya pinggaku akan terpotong oleh katana itu.

Dengan tangan tangan kananku segera ku genggam tangannya, kali ini bukan lagi pergelangannya yang ku incar, kupastikan tangannya yang sedang memegang pedang tidak akan melepaskan tangannya kali ini. Tidak akan ada lagi kejutan dari manufer pedangnya. Sekali ayun, “BUK!” baton di tangan kiriku menghantam kepalanya. Ayunan kedua ku arahkan ke rusuk, tapi gerakannya cepat. Tubuhnya kini bersandar masuk ke tubuhku, masuk kedalam zona amanku, ayunan tadi tidak mengenainya.

“TAK!” Sikunya kirinya menghantam wajahku dengan kencang, cih. Ku tarik tangan kananku yang terus memegangi tangan kananya di katananya dan menarik menginci lehernya dengan lengannya sendiri. Ku balik dengan segera baton di tangan kiriku, dan posisi back hand ku hujam kan ujung baton itu ke perutnya. Tangan kirinya meraih keluar menahan tangan ku yang terus menghantam perutnya dengan baton yang sudah entah sudah berapa kali.

Kakiku tiba-tiba kehilangan ke seimbangan, kaki kirinya menendang kaki kiriku kedalam, membuat kakiku seperti setengah berlutut, tapi tidak semudah itu dia membuatku kehilangan keseimbangan kuda-kudaku. Lutut kirinya naik menghantam gagang katana, dan membuat katana itu meluncur keluar dari tangannya dengan lengan kananku yang masih mengunci lehernya.

Tangannya yang mengecil sepertekian detik itu, membuatnya bisa melepaskan tangan kanannya dari genggamanku. “HA!!!” sebuah teriakan keras bersamaan dengan sikunya mendarat di rusuk kananku. Di susul sebuah siku lagi di rusuk kiriku, tubuhnya ramping, gerakannya cepat. Aku mundur beberapa langkah darinya melepaskan cengkramanku padanya. Paling tidak dia sudah tidak memegang katana, aku bisa mengatasinya lebih baik.

Tapi jika dia dididik dengan cara samurai, paling tidak dia akan menguasai aikido dan karate dasar yang bisa membuatnya cukup handal walau tanpa pedang. Masih saja merepotkan tentunya! Aku tidak ingin kehilangan memontumku, aku segera melontarkan tubuhku kembali menutup jarak di antara kami. Walau hanya sesaat gadis itu sudah sempat membalikkan tubuhnya dan bisa membelokkan arah pukulan kanan yang segera ku lontarkan padanya.

Sudah ku duga Aikido, dia dengan segera mengunci pergelangan tanganku, menariku mendekat, dengan cekatan tubuhnya berbalik dan menyandari tubuhku, pinggulnya mendorong pinggulku dengan cepat membuatku kehilangan keseimbangan. Aku terangkat ke udara, walau tubuhnya kecil, dengan kecepatannya dan kekuatan yang ku kerahkan dia bisa mengangatku ke udara, Aikido.

Tapi dia tidak berhasil membantingku, kaki ku yang panjang sudah menahan tubuhku sebelum aku terjatuh. Tangan kiriku segera menarik bajunya menariknya merapat padaku, aku sudah tidak menggunakan teknik lagi, ini adalah insting semata. Lengan kananku yang terlepas dari cengkaraman langsung menghantam wajahnya. Sebelum tubuhnya terdorong jauh, segera dengan tangan kiriku ku cengram lehernya, mencekiknya!

Sebuah besitan cahaya mengenai mataku, wakizashi. Tangan kirinya menarik belati kecil itu dengan cepat dan dengan tangan kananya dia mendoronya. Beruntung tangan kananku segera menahan pergelangan tangan kirinya. Aku merasakannya belati itu menyentuh dadaku, menyentuh tulang tengah tepat di dadaku. Dia melepaskan belati dari cengkaraman tangan kirinya, dan kini tangan kanannya menganyun dari samping mengincar sisi tubuhku yang tidak terjaga!

SIALAN! Aku tidak ingin mati seperti ini!

Ku tangan kiri ku yang mencengkram lehernya menariknya mendekatiku, membuat belati itu melewati tubuhku, membuatnya terkejut sesaat. Dengan kedua tanganku ku dorong gadis itu terpental menjauh dariku, membuatnya tersungkur ke tanah. Aku berusaha segera menyergapnya dan mengakhiri pertarungan ini. Gadis itu menggulingkan tubuhnya kebelakang dengan posisi bersiap memegang belati.

Dia membentangkan tangannya, mengarahkan wakizashi ke arah wajahku, tangan kiriku menepis tangannya menjauh dan satu hook menghantam dagunya membuatnya kembali tersungkur ke tanah, segera ku piting tangan kanannya dengan arm bar, membentangkan tangannya dan menahan tubuh dan lehernya nya dengan kedua kakiku, dan sedikit twist di pergelangan tangannya. Mengunci dengan posisi itu, tubuhnya kini tidak bisa begerak.

Tapi aku harus memastikan dia tidak berkutik, ku tarik kaki ku lebih dalam, membuat lehernya tercekik, ku dorong pinggulku lebih tinggi agar lengannya semakin sakit, kalau semakin keras akan membuatnya dislocation. Demi keamanan, sebaiknya ku disloc saja, “Klik!”.

“AAaaaaaaaa….”, gadis itu berteriak ketika bahunya kubuat bergeser dari tempatnya, ya mau di apa lagi, sebaiknya memang begitu. Setelah beberapa saat, aku melepaskan kuncianku dan memeriksa gadis itu. Sepertinya dia pingsan, lebih baik begitu, bisa di amankan dengan segera.

***

Setelah mengalahkan gadis itu, aku bisa bernafas sedikit lega, bang Andre datang terlambat, segera mengurus gadis itu dan security yang membantu tadi. Paling tidak dia bisa sedikit diberikan kompensasi dan sedikit omong kosong bahwa kami intel tolong jangan di bocorkan.

***

Aku kembali ke rumah Nita, kaosku sedikit merah karena darah. Kedua anggota kami tadi, Toni dan jack sudah berdiri menungguku di depan pagar.

“Tuan Muda tidak apa-apakan?” sepertinya mereka cukup takut melihat kaos bagian kiriku berlumuran darah dan dadaku juga. Spotnya tidak terlalu besar tapi terlihat dengan jelas. Sepertinya darahnya juga sudah kering, karena sayatan itu tidak cukup dalam mengenaiku.

“hanya tergores, kenapa kalian di luar?”, mereka berdua saling memandang dan tidak berkata-kata, ada apa ini, mengapa, apa mereka tidak enak jika mereka di dalam? Aku melangkahkan kaki ke dalam rumah Nita.

Di depan pintu rumah itu sudah berdiri ai Meily, aku tersenyum padanya, tapi dari pandangannya dari tatapannya ada sesuatu. Ada apa ini, apakah dia kawatir aku yang menyebabkan Nita dalam bahaya, tapi tidak bisa di pungkiri aku memang penyebabnya.

“Ted, jawab pertanyaanku!”, kata ai Meily dengan tegas, terdengar dia tengah menahan emosinya, entah itu amarah atau kawatir, entah itu senang atau sedih, rasanya aku tidak tahu, matanya terlihat berkaca-kaca menatapku. Matanya yang tadi tajam kini sepertinya ragu berkata-kata. Aku hanya bisa terdiam dan menatapnya, menatap dalam ke matanya.

“Apa hubunganmu dengan Adicipta Tjahjadi?”, ayahku, pertanyaan itu, mengapa dia tanyakan sekarang.

“Dia ayahku”, aku menjawabnya dengan ragu, aku tidak tahu apa hubungan ayahku dengan semua ini, apakah ini baik atau buruk, atau tidak seharusnya ku jawab pertanyaan ini. Ai Meily menghembuskan nafasnya sambil tersenyum, seolah terkejut dan lega di saat bersamaan, seolah dia sudah tahu sejak lama dan ingin memastikan itu.

“Seorang Tjahjadi…”, dengan suara yang terdengar sedih dan kecewa, apakah keluargaku dulu pernah mengusik ai Meily, apakah keluargaku pernah berbuat salah pada keluarganya. Aku tidak bisa memungkiri keluargaku jauh dari kata orang baik, aku juga tidak bisa memungkiri jalan keluargaku berliku-liku tapi aku yakin sekarang keluargaku sudah menjadi keluarga yang baik sekarang.

“Di dunia ini, aku hanya tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Tjahjadi, tapi siapa sangka putriku harus bertemu dengan salah satunya”, seolah berbicara sendiri dia menatap lagi malam yang tertutup awan. Apa yang harus kulakukan apa yang harus ku jawab?

“Ai, maafkan kelua…”

“Cukup, namamu sudah menjelaskan semuanya”, Ai Meily memotongku sebelum aku mulai. Aku hanya bisa melihat sosok Nita berada di dalam rumah, berada di dalam mengintipku, matanya berlinang airmata, apa sebenarnya yang terjadi.

“Sebaiknya kamu pergi nak… pergi dari hidup anakku Anita, dan juga keluarga kami…” kata Ai Meily, apa maksud semua ini, dosa apa yang Tjahjadi lakukan pada mereka, apa yang harus ku perbuat.

“Tapi…”, ai Meily melangkah masuk dan menutup pintu rumah itu.

***
 
Terakhir diubah:
ada tambahan sedikit... menurut ane sebaiknya masuk di chapter yang ini...

Sekalian mau bikin quize...
menurut suhu sekalian apakah hubungan keluarga Tjahjadi dengan Ai Meily???
bisa di jawab dengan balas comment ini, yang benar ane kasih ucapan selamat...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Niceuuuu penggambaran adegan bertarungnya cukup detail untuk dapat dibayangkan pembaca
 
Mantepp.. penasaran bakal ngomong apa nih si gadis samurai waktu di interogasi
 
ada tambahan sedikit... menurut ane sebaiknya masuk di chapter yang ini...

Sekalian mau bikin quize...
menurut suhu sekalian apakah hubungan keluarga Tjahjadi dengan Ai Meily???
bisa di jawab dengan balas comment ini, yang benar ane kasih ucapan selamat...

Waduh hubungannya apa ya ....

Yang pasti tjahyadi membuat sengsara keluarga Ai Meily...

:bata: :bata: :bata:
 
Bimabet
Ijin jawab hu setelah 4 jam baca ini stories



Kalau dari analisa. Kayanya dulu keluarga Anita sempet ada rasa dan partner dalam bekerja 🙏🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd