Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Chapter XXXII-2
Continue – Part 2


Inggrid tidak memberikanku jawaban, dia hanya tersenyum tertawa ringa, sepertinya Inggrid masih tidak ingin memohon padaku. Perlu diberikan rangsangan lagi, perlu di rayu perlahan. Aku kemudian kembali melancarkan seranganku di payudaranya. Aku meremasnya mengemutnya dan menjilati seluruh payudara kenyal Inggrid. Rasanya lembut dan nikmat ini, memang tidak kalah dari milik Nita. Memikirkan Nita aku menjadi merasa bersalah, tapi apa daya seekor kucing dengan ikan segar seperti ini, sulit untuk tidak di terkam.

Inggrid yang dalam posisi terikat menahan geli dan rangsangan, desahannya terdengar di seluruh apartementku. Dadanya dia busungkan agar semakin menonjol, sesekali ketika aku melepaskan bibirku dari payudara itu, Inggrid menggerakkan dadanya naik turun dan kiri kanan menggodaku untuk menyerangnya lagi.

Aku akan memberikan sesuatu yang berbeda pada Inggrid, serangan yang berbeda dari yang semalam ku berikan pada Nita. Ku tunggingkan tubuh Inggrid ke karpet, dengan kondisi tangan terikat dan mata yang tertutup ini membuat wajahnya mendarat tepat di karpet.

“Ling, wajahmu itu sekarang tepat di bekas orgasme Nita”, kataku berbisik di telinganya, padahal itu hanya akal-akalanku saja, spotnya berbeda. Inggrid seolah-olah mengendus karpetku, dan mencoba mencari aroma itu. Di posisi menugging itu, ku selipkan jariku ke dalam vaginanya yang sudah banjir dari tadi. Ku gerakkan jariku dalam vagiannya membuat Inggrid mendesah, jari tengahku ku gerakkan keluar masuk dengan cepat dari vaginannya.

Desahan Inggrid menjadi-jadi membuatkau semakin bernafsu menyobel vaginanya, mempercapat gerakan keluar masukku, dalam vaginanya. Tubuh kecil Inggrid menggeliat dan hanya bisa meronta karena tengannya terikat dan menungging seperti itu.

Aku kemudian menghentikan gerakan tanganku, bokong Inggrid terlihat melemas,kakinya lebih relaks dan mulai mengatur nafasnya lagi. Aku berpindah ke belakang Inggrid, tepat di hadapan vagiannya. Ku buka lebar bokong montong Inggrid, dan ku selipkan lidahku di celah vaginanya. Terasa cairan kewanitaannya yang gurih, dan membuatku mengawang-awang, rasa nikmat entah dari mana ini membuatku semakin kencang menjilatinya.

Lidahku menyusuri pemukaan luar vagina Inggrid dengan telaten, dengan lembut, membersihkan semua cairan-cairannya yang belepotan dari tadi. Saat sisi luar sudah bersih, kembali ku selipkan lidahku di antara bibir vagina Inggrid, terasa hangat dalam sana, terasa basah dan penuh misteri. Ku kecup dan ku hisap bibir vagina Inggrid, rasanya manis.

“Ah…ah….sss…” desah Inggrid pelan, entah apa sensasi yang dia rasakan, dan dia menikmatinya. Setelah puas merasakan cairan cinta Inggrid dengan bibirku, kini aku mempersiapkan penisku untuk merasakan lubang surga milik Inggrid ini. Ku tempelkan kepala penisku di bibir vagina Inggird, ku gesek-gesek di permukaannya. Kumainkan sedikit menusuk masuk, laluku cabut lagi dan ku gerakkan di sekitar vaginanya.

“Ling…Ling…Ling…” ku panggil hingga beberapa kali barulah Inggrid merespon, sepertinya dia sudah terlena dalam kenikmatannya sampai tidak mempedulikan sekitarnya.

“iya…”, ia hanya bisa menjawab dengan kondisi antara sadar dan tidak. Aku kembali memperinakan penisku di depan vaginanya, membuat Inggrid kembali mendesah. Kemudian aku menghentikan gerakanku, dan menjauhkan penisku dari Vaginanya.

“koh…kenapa?”, aku tidak menjawabnya, kembali Inggrid memanggilku.

“Koh?”, sambil berusaha mengangat tubuhnya, tapi aku menahannya menggunakan tanganku. Aku berjongkok di wajahnya lalu ku arahkan penisku ke wajahnya dan ku tamparkan ke wajahnya “plak”, cukup keras, karena wajah Inggrid bersandar di karpet dan tentunya dia tidak bisa menghindarinya. Inggrid hanya bisa mencerit kecil, aku lakukan berkali-kali. Membuat pipi kirinya mulai memerah, berbentuk batang penisku. Aku pun berhenti karena penisku juga terasa panas karena benturan itu.

“Lagi koh…” tiba-tiba terdengar itu dari mulut Inggrid, sambil dia menjulurkan lidahnya. Apakah dia senang di perlakukan serpti itu? Dia sama saja cabulnya dengan Nita, ingin di perlakukan dengan kasar saat berhubungan. Atau dia hanya ingin memuaskan gairahku?

Aku kemudian menjambak rambutnya dan mengngkat tubuhnya, kini dia kembali dalam posisi berlutut di hadapanku.

“Apa katamu?”, sembari aku berbisik di telinganya, dan Inggrid pun ternyum.

“lagi ko… ling tidak akan memohon kalau Cuma seperti itu”, kalimat yang keluar dari mulutnya menantangku, membuat nafsuku dan juga amrahku seperti tersulut, tapi bukan amarah yang biasanya, amarah yang berbeda. Kulayangkan tamparan ke wajah Inggrid, “PLAK!”, tidak begitu keras tapi cukup membuat pipinya sedikit memerah, menghilangkan bekas penisku tadi.

Inggrid malah tersenyum dan menjulurkan lidahnya padaku, dia menikmatinya, atau sedang memancingku. Aku lalu mencengkram lehernya, dan menarik rahangnya, membuatnya terbuka dan dengan kasar aku hujamkan penisku kedalam mulutnya, bergerak dengan cepat dan kasar cukup dalam hingga membuatnya tersedak dan mengeluarkan liur yang banyak. Entah itu liur atau muntahan yang pasti aku sudah tidak peduli lagi.

Ku hujamkan, hingga dalam penisku kedalam mulut Inggrid. Dia tersedak, tapi aku tidak menarik penisku, akhirnya Inggrid memuntahkan cairan liur yang kental membasahi selangkanganku, begitu juga dagu dan dadanya ikut basah, kareptkupun tidak luput dari liurnya. Aku menarik mundur sedikit penisku, namun tetap berada dalam mulut Inggrid, aku kembali menghujamkan penisku kedalam rongga mulutnya.

Sekarang aku seperti sedang memperkosa mulutnya, tapi sepertinya tidak tepat juga memperkosa, karena dia terlihat menikmatinya. Karekan ketika aku mencabut penisku dari mulutnya, dan cairan salifanya berserakan, Inggrid mejulurkan lidahnya berusaha menjilat penisku dan cairan kental yang menggelayut di sekitarnya. Saat dia sedang berusaha meraih penisku, aku kembali menampar pipinya “PLAK”, memberikannya efek kejuta.

Air liur Inggrid jadinya belepotan karena tamparanku, bahakn hingga mengenai coffeetable ku, Inggrid malah tersenyum sehabis ku tampar barusan. Darahku semkain berdesir melihat kelakuan Inggrid seperti itu. Aku kembali menamparnya kali ini dengan tangan kiriku dan mendarat di pipi kanannya, walau aku menahan kekuatanku, tetap saja harusnya itu cukup menyakitkan, dan seperti sebelumnya Inggrid hanya tersennyum, kembali menantangku.

Aku dengan kedua tangaku mengangkat tubuh Inggrid yang mungil lalu ku balik, dan ku sandarkan di sofa ruang tamuku. Posisi Inggrid yang bersandar di sofa, dan kakinya berlutut di karpetku, membuat bokongnya terlihat dengan jelas. Aku sudah terpikir cara membuatnya memohon ampun padaku, akan ku gunakan lubang itu!

Aku berlutut di belakang tubuh Inggrid, aku mulai menjilati lubang anusnya, dan juga vaginanya dengan jilatan yang besar. Sepertina Inggrid mulai was-was, karena aku mulai menjilat lubang duburnya itu. Inggrid mulai menggerak-gerakkan bokongnya berusaha menghindari jilatanku. Ku basahi jari telunjukkan, dan perlahan aku mulai menekan-nekan lubang dubur Inggrid.

“Jangan di sana ko…”, Inggrid mulai menggeliat, dia sepertinya mulai panik. “Cuh” kuludahi lubang dubur Inggrid, dan menekan jariku agak keras, dan mulailah jariku masuk ke anusnya. Bokongnya menegang dan jariku seperti terjepit di antaranya, membuatnya sulit masuk dan keluar.

“Ah…arg…” terdengar desah sakit atau nikmat entah lah, aku kebali meludahi lubang itu membuatnya semakin basah, namun tetap sulit bagi jariku untuk masuk. Sepertinya akan menyakitkan jika ku paksakan. Akupun berhenti, dan tergengar naffas lega dari Inggrid, dan kini bokongnya yang tadi menegang menjadi relax lagi. Tapi aku tidak akan berhenti di sana, aku berdiri menuju kearah dapur mengambil olive oil dan tisu, dengan mata tertutup tentunya Inggrid tidak tahu, dan tidak akan mendugannya.

Aku kembali berlutut di belakang Inggrid, dan mulai menyiramkan sedikit olive oil itu ke bokong Inggrid, dan membiarkannya mengalir melewati celah itu, membuat Inggrid kembali terkejut dan bokongnya menegang. Aku pun kembali menekan jariku masuk ke dalam, dubur Inggrid menegang dan menjepit jariku dengan kencang.

“ayo ling, relaks dikit…” kataku dengan nada sedikit meledek padanya, dan mulai memainkan jariku dengan sedikit berputar-putar di sana, aku tambahakan olive oil lagi agar semakin licin.

“Ko…! Jangan di sana!”, terdengar sedikit berteriak dan menghardik dari kata-kata Inggrid barusan, membuatku semakin ingin membuatnya memohon, membuatnya tidak berdaya, raga dan jiwanya, begitu juga pikirannya.

“Kamu berani memerintahku Ling!”, sambil jariku berusaha ku dorong lebih dalam kedalam duburnya, membuat Inggrid menjarit dan menarik bokongnya.

“Ah…ah…”, terdengar jeritan dari bibirnya yang imut itu, membuatku semakin bernafsu saja. Aku tarik keluar jariku, lalu kebersihkan dengan tisu, dan ku basahi lagi dengan olive oil dan kembali memasukkannya.

“Koh… jangan ko… Ling ngak pernah…”, terdengar mulai memohon dari suaranya, tapi tentunya aku tidak akan berhenti sampai dia benar-benar memohon padaku, sampai dia tidak berkutik.

“Koko juga belum pernah masukkin di sini”, dengan nada yang menggodanya, dan jari yang terus bermain-main di duburnya. Aku yakin tidak lama lagi Inggrid pasti akan memohon ampun.

“Ko… !!!” suara Inggrid menjerit saat seluruh jari telunjuk ku telah berhasil masuk ke dalam duburnya itu. Sedikit ku putar-putar di dalam, dan ku tarik keluar, dan ku bersihkan. Aku ulangi lagi beberapa kali, sepertinya Inggrid sudah mulai pasrah, dan lubang itu sudah nampak tetap terbuka saat jariku keluar.

Aku kemudian mebasahi jariku, kini dua jariku telunjuk dan jari tengahku. Perlahan ku masukkan jari tengahku terlebih dahulu, lalu kusiram dengan olive oil lagi dan menyelinap jari telunjukku, membuat Inggrid kembali terkejut.

“SAKIT !!!”, jerit Inggrid memenuhi ruangan, aku berhenti, aku tersadar… Aku telah menyakitinya.

Aku melepaskan ikatan tangan Inggrid, seketika dia memperbaiki posisinya, membuka penutup matanya dan melemparkannya padaku. Inggrid berjalan meninggalkanku di ruangan itu, ke kamarku. Dia membanting pintu! Aku hanya terduduk, sadar aku telah menyakitinya, wajar jika dia marah padaku.

Aku berdiri di depan pintu kamarku, telah memakai kembali celanaku. Aku bersiap untuk meminta maaf padanya. Tapi, Inggrid keluar dari kamar, dengan pakaian yang sudah lengkap, mendorongku, dan dia pun langsung menuju pintu dan meninggalkan apartementku, aku berusaha mengejarnya tapi dia berlari cukup kencang. Dia dengan cepat menutup pintu lift dan tidak membiarkanku berbicara. Terlihat matanya berair, dan wajah yang marah padaku.

Aku memang bersalah padanya.
***
 
Oalah piye iki lagi ena“ malah kabur, kentang dah, kemaren dak dapat dengan Nita, dengan ling pun sama..
 
Updatenya terasa ada yg kurang hu.btw makasih atas updatenya
 
Sungguh.menarik...
Twist nya di luar espektasi ...
thx up datenya. Semoga suhu selalu terjaga mood untuk tetap berkarya :ampun:
 
Waaah si koko ga ngerti bangeed kan Ling Ling punya pengalaman buruk..kasihan Ling Ling...
 
Sekali lagi cerita yg menarik hu dari updatenya, ane belum pernah baca yg seperti ini:ampun:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd