Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Chapter XXXVII

Family?



Pria dengan jaket hitam, dan masker ini, sangat misterius, dengan rambut berponi lempar semata, tidak terlihat siapa dia sebenarnya, tapi terasa dingin, dia terus memancarkan nafsu membunuh ini, dia tidak datang dengan damai, dia ingin bertarung, kalau Nono terlambat menahan tendangan yang di tujuhkan ke wajahnya itu, pasti dia sudah tidak sadarkan diri. Pria ini mengincar titik vital, dan itu berbahaya.

Oky, sudah bersiap dengan posisi zenkutsu. Pria itu tidak hampir sama tinggi dengan Oky, walau tidak terlalu tinggi, dari langkahnya bergerak mendekat, terlihat kekuatan dan kokohnya kaki pria misterius ini. Tendangan yang dia daratkan di Nono juga cukup cepat. Dia bukan lawan sembarangan juga, aku juga mengambil posisi berdiri di samping Nono. Seluruh tubuhku sudah siap, kepalan tanganku telah terkunci, seiken-ku (buku tangan) sudah siap jika dia bergerak mendekat.

Pria itu mengangkat kedua tangannya mengepal setinggi dada, dan bergerak perlahan mendekat, tapi tidak sekedar berjalan, dia melakukan ap-seogi. Pria ini dari menggunakan teknik Taekwondo, tapi tidak semua gerakan taekwon berpusat pada kaki, teknik pukulan mereka cukup berbahaya.

Oky bergerak maju, sebelum si Pria bisa mendapatkan posisi yang bagus, mencegah musuh mengambil kuda-kuda dan posisi, tindakan yang bagus. Melontarkan gyaku-tsuki ke arah pria itu, tapi si pria bergerak mundur dengan mudah, malah mengambil kuda-kuda menyerupai kokutsu-dachi, tapi sedikit berbeda, kakinya lebih ke dalam tubuhnya, dwitkubi-seogi, dan dia menarik kaki kirinya masuk ke depan membentuk ohja-seogi, dan langsung melontarkan sebuah tendangan lurus, ap-chagi.

Masih sempat ku tarik tubuh Oky mundur, karena tubuh pria itu pendek, jangkauan kakinya juga tidak begitu jauh. Dia mengincar ulu hati, kalau dengan kekuatan yang sama dengan yang dia daratkan ke Nono tadi, Oky bisa muntah darah. Aku lalu mengambil kuda-kuda Nekoashi, tentunya agar aku bisa mengimbangai permainan kakinya. Si Pria misterius memasang posisi beom-seogi, dia siap menyerang dengan kuda-kuda ini.

Dia bergerak maju, aku masuk dalam jangkauan kakinya, begitu juga dengan kakiku tentunya. Dia melepaskan tendangan dollyo-changi, dengan kaki kirinya dia mengincar kepalaku, kecepatannya tinggi. Walau tubuhku besar, setelah latihan belakangan ini, aku sudah semakin cepat. Ku angkat tangan kanan ke atas, dan memajukan tubuhku di saat bersamaan tangkisan udeuke dan zenkutsu-dachi ku bentuk, pukulan ku lepaskan oi-tsuki lurus ke arah tubuhnya.

Rupanya aku tidak meraihnya, dia melontarkan tubuhnya ke belakangan dengan dorongan dari kaki kanannya. Tubuhnya kecil dan ringan, tapi kekuatan kakinya bisa di andalkan untuk bermanufer. Walau dengan tendangan sekeras tadi, kaki kanannya masih bisa melontarkan diri, kakinya memang kuat. Kakinya berbahaya, akan ku PATAHKAN saja! Pikiran itu terbesit di pikiranku, sudah lama tidak ada pikiran seperti itu di kepalaku, sudah lama. Tidak mungkin, aku bukan seperti itu lagi.

Sekarang giliranku untuk menyerang, aku melontarkan tubuhku ke depan, bergerak dengan cepat memperkecil jarak kami, merapatkan tubuhku padanya, agar dia tidak bisa memanfaatkan tendangannya. Kedua tanganku berdada dalam posisi menekuk dalam posisi memblok dan mendorong. Kedua tangan si Pria itu juga menahan doronganku dengan kedua tangannya dengan kedua tangannya menyilang. Dia membentuk dwitkubi-seogi, sama seperti gerakan sebelumnya, dan kembali beom-seogi, dan dengan kedua tangannya masih menahan doronganku.

Jarak sedekat ini, tidak akan bisa untuk memanfaatkan tendangannya. Ternyata aku salah, jarak sesempit itupun dia masih bisa memanfaatkannya. Dia memutar kaki kanannya ke dalam, sebuah naeryo-chagi, tendangan memutar dari dalam ini mendorong tanganku yang menahan tubuhnya itu. Tekanan dan putarannya membuatku kehilangan keseimbangan mendorong tubuhku ke kiri. Kakinya lurus tegak, dan mengayun turun dengan kencang mengincar rusukku.

Segera ku tarik tubuh ku kebelakang dan dengan tangan kanaku menangkis age-uke tendangan itu. Karena kuda-kudaku yang belum sempurna terbentuk, tendangan itu membuat tubuhku sedikit kehilangan ke seimbangan dan condong kedepan. Namun aku tidak akan tumbang begitu saja, ku rentangkan tangan kirku, ku topang tubuhku dan ku sapukan kaki kanankan melingkar mengantam kaki kiri pria itu dengan cepat menyapunya dari lantai.

Walau dia pun kehilangan keseimbangannya, dia dengan sigap berhasil menahan tubuhnya dengan tangannya dan berputar, menyelamatkan tubuhnya dari benturan. Tangannya masih menopang tubuhnya dan kakinya terbuka lebar, begitu juga dengan posisi tubuhku. Mata kami bertatapan, terasa hawa dingin dari tatapan itu, tapi entah mengapa aku merasa mengenal tatapan itu.

Dia mulain menegakkan badannya, berdiri dan membentuk kuda-kuda, posisi yang berbeda, ini bukan Taekwondo. Dia memasang kuda-kuda yang familiar bagiku, terlalu familiar, teknik yang dia gunakan. Kepalan kanannya dia angkat melindungi wajahnya, tangan kirinya dia rentangkan dengan telapak terbuka ke depan, dengan kaki yang merentang kedepan dan menjaga keseimbangannya. Teknik dari keluarga Zhang, teknik dari keluargaku sendiri. Siapa pria ini, dia mengenal teknik keluargaku, dia mengenal cara bertarung itu.

***

Keluarga kami memiliki teknik bela diri sendiri, seperti banyak keluarga yang turun temurun mempraktekkan bela diri, keluarga kami memiliki teknik sendiri yang di turunkan dari leluhur kami tentunya. Teknik ini unik dan memiliki gaya tersendiri, berbeda dari wushu yang ada pada umumnya, tiap gaya keluarga memiliki cirinya sendiri, memiliki flownya tersendiri dan hanya di ajarkan pada kalangan terbatas saja, tentunya hanya yang kami anggap keluarga, teknik ZhangJia Quan.

***

Tentu saja aku tidak bisa tinggal diam, melihat orang yang tidak ku kenal ini menunjukkan kuda-kuda dari gaya keluarga ku. Aku berganti posisi, mengubah kuda-kudaku, kini kaki ku merentang membentuk huruf ‘L’ dengan kaki kiriku berada di depan, tubuhku tertumpu pada kaki kananku dan kedua kepalanku ku genggam dengan erat dengan siku kiriku bersiap di depan, dan dengan perlahan ku angkat tangan kiriku membentuk pelindungku. Posisi ini dalah satu dari 5 posisi dasar, posisi Tu(earth).

Pria ini seperti tersenyum di balik maskernya, sepertinya dia memang mengetes siapa aku sebenarnya dengan menunjukkan kuda-kuda itu, dan aku salah melangkah dengan menunjukkan siapa aku sebenarnya. Tapi gestur tubuh pria misterius itu bukan sekedar mengetahui bentuk kuda-kuda itu tapi juga mengetahui cara menempatkan diri dan bergerak dengan menggunakan posisi itu, dia menggunakan posisi mu (wood), dan dia terlihat sangat familiar dengan teknik ini.

Dia perlahan bergerak mendekatiku, dan kini jarakku sudah berada dalam jangkauannya. Teknik mu ini lebih berfokus pada serangan dengan betuk telapak tangan yang terbuka, dan tangan kanan yang di kepalkan itu sebenarnya hanya distraksi dari serangan yang akan datang dari tangan kiri, selain itu teknik ini juga bisa berubah form dengan mudah ke bentuk yang lainnya.

Lengan kirinya melesat mendekatiku dengan ujung jarinya mengincar mataku, tapi cukup cepat ku tarik lenganku berputar menepis tangannya, dan ku layangkan pukulanku lurus menuju rusuk kirinya yang saat ini tidak terlindung. DIa melontarkan tubuhnya dengan cepat ke belakang, dan kembali juga dengan cepat melontarkan tubuhnya maju menerjangku, tenik yang melenting seperti busur panah nyang di tekuk dan melontar kembali.

Lengan kanannya menusuk lurus dengan cepat hampir mengenai leherku, berhasil ku alihkan tubuhku dan melayangkan pukulan dari lengan kiriku masuk ke tubuh bagian kanannya, membuatnya terpental ke arah berlawanan. Tapi pukulanku tidak berhasil mengenainya, dia sempat menarik lengannya dan menahan pukulanku dengan sikutnya. Dia berhasil mendarat dengan sempurna, tidak kehilangan ke seimbangannya, dia lawan yang tangguh.

Dia menegakkan badannya, dan menatapku tajam, dia tidak berganti bentuk kuda-kuda, dia akan kembali menyerangkan dengan teknik yang sama, mungkin dengan jurus yang berbeda. Apakah dia hanya menguasai satu dari lima bentuk gaya bertarung keluargaku? Tapi sepertinya tidak mungkin, pasti dia menguasai bentuk lainnya, walau tidak sempurna, aku harus tetap waspada.

Aku perlahan melangkahkan kakiku mendekatinya, dengan posisi tangan dan kaki yang siaga tentunya, jarak ku kini tiga langkah darinya. Dengan cepat aku menutup jarak kami dengan satu langkah kaki kiriku yang besar dan kuat, dengan sikut kiriku yang meluncur masuk mengarah ke uluh hatinya, dengan dorongan dari tangan kananku di sisi satunya. sebagai pertahanan sekaligus seranganku. Tangannya berhasil menahan laju sikutku, namun dengan putaran ura-uke aku meyangkan punggung tanganku ke wajahnya.

Tubuhnya yang kecil dengan lincah, melakukan pifot dan mengalihkan tubuhnya ke kanan, membuatnya berada di sisi kiriku yang sedang tidak terlindung, dan dia melontarkan tendangan ke punggungku dengan cepat. Tubuhku berputar, membuatku seluruhnya membelakanginya, dan ku angkat kaki kananku menahan tendangannya, ku lanjutkan dengan putaran tubuh kekanan, dengan sikut mengarah ke wajahnya dengan cepat.

Hantaman sikut ku diterimanya dengan lengan kanannya dengan cepat, namun hentakanku cukup kuat untuk membuatnya termundur beberapa langkah dari ku, memberikanku sedikit jarak dan kesempatan untuk melanjutkan seranganku. Ku balikkan tubuhku ke kiri dan ku layangkan tendangan lurus ke tubuhnya yang masih belum berpijak dengan sempurna, tapi masih saja dia berhasil menangkis seranganku dengan merapatkan kedua lengannya di depan dadanya.

Walah terdorong lebih jauh, dia tidak kehilangan keseimbangannya. Aku tidak ingin kehilangan momen ini, aku masih bisa menyerangnya dengan cepat. Kedua tanganku lalu meraih tangannya yang masih menutup melindungi tubuhnya, ku tahan kedua tangan itu agar tidak bergerak dari tempatnya. Ku kuatkan kaki kiriku untuk menopang tubuhku, dan ku ayunkan lutut kananku menuju rusuknya.

Lawan yang tangguh, dia masih bisa mengunakan paha kirinya untuk menangkis lututku, walau hanya bertumpu dengan kaki kanannya dan kondisi tangan yang ku pegangi, kuda-kudanya masih kokoh berdiri, seperti dugaanku kakinya memang kuat. Tapi seberapa lama dia akan bertahan, aku kembali melontarkan lutut kananku berulang-ulang menghantam paha kirinya. Tapi di seranganku yang ketiga, ku belokkan lututku, berubah berhenti di udara, dan ku arahkan telapak kakiku kedalam, menghantam betis kanannya.

Tendangan dalam tadi membuatnya kehilangan keseimbangan dan membuatnya terjatuh, kaki kanannya kini melebar dan tubuhnya setengah berjongkok dengan di topang kaki kirinya. Ku tarik kedua tangannya ke atas, membuat wajahnya tidak terlindung, dan ku ayunkan lutut kiriku tepat ke wajahnya “BUK…”. Tubuhnya terpental dan terguling, dia berusaha berdiri, maskernya tampak bercak darah, sepertinya hidung atau bibirnya berdarah karena lututku.

“Hahaha…”, terdengar suara tawa dari sosok itu, tapi tawa ini tidak seharusnya, tawa ini seperti suara wanita. Tunggu dulu, yang dari tadi ku hadapi adalah seorang wanita. Dia lalu menarik maskernya dan menunjukkan wajahnya. Dia tampak tersenyum dengan percaya diri, dan menjulurkan lidahnya menjilati bibirnya yang terluka.


ragingphoenix3.jpg


Wanita tangguh yang berdiri di hadapanku ini, sangat ku kenal, harusnya aku mengenalinya sejak tadi. Dia adalah pelindung Jie Crystal, yang juga menjaga Inggrid selama masa awal persembunyiannya. Wanita yang mengajarkan Inggrid cara bertarung dan melindungi diri. Dia adalah Yanin.

Tampak semuanya juga sama terkejutnya seperti aku, pertarungan sengit tadi adalah pertarungan dengan seorang wanita. Dia bukan wanita sembarangan tentunya, dia adalah pelindung putri sulung keluarga Tjahjadi, tentu saja harus tangguh.

“Kamu sudah besar bocah tengik…” katanya sembari berjalan mendekatiku, suasana dojo masih tegang karena pertarungan tadi, tapi aku sudah tidak merasakan hawa membunuh darinya. Dia memang bukan orang sembarangan, bisa memunculkan dan menghilangkan aura intimidasi seperti itu dengan mudahnya.

“Jie Yanin…”, aku menyapanya sambil memberi salam dengan gongshou, atau salam dalam gaya wushu (dengan tangan kanan mengepal dan tangan kiri terbuka membungkus tangan kanan). Dia membalas salamku, dengan gerakan yang sama.

“Tidak perlu masuk dengan segalak itu, hingga menghajar temanku…”, kataku lagi padanya, dia malah tertawa mendengarku.

“Aku hanya ingin mencoba ilmunya… Mohon maaf…”, sambil tersenyum kepada Nono yang berdiri di dekat kami. Tubuhnya yang tertutup jaket kulit ini, membuatnya memang seperti pria, dengan tubuh yang kekar. Payudara memang kecil, mungkin karena terlalu banyak latihan, tersamarkan dengan jaket itu.

Dari jarak yang cukup dekat, Yanin mengubah gongshounya, tangan kanannya melesat maju, mengarah ke wajahku. Untung saja aku masih bersiap, lengan kiriku terbuka dan mengalihkan kepalan tangannya, dan lengan kananku juga langsung melesat maju mengarah ke wajahnya. Jie Yanin juga menahan tanganku dengan tangan kirinya, kini posisi kami saling mengunci tangan.

“hahaha… bagus.. kamu harus selalu siap…” sambil dia menarik kembali tangannya, dan membuka kedua tangannya dengan lebar, bersiap memelukku. Dan pelukan akward itupun terjadi. Baru saja dia memancarkan hawa membunuh ke seluruh dojo, sekarang malah peluk-pelukan seperti teletubis.

“Jie Yanin”, Inggrid berjalan mendekat dan kemudian memeluk Yanin, setelah Jie Yanin melepaskan pelukannya dari ku. Mereka berpelukan, sedikit akward memang aku bertemu dengan Jie Yanin setelah selama ini tidak pernah melihatnya, dia semakin seperti lelaki. Dia memang sudah dianggap seperti keluarga bagi kami, dia sudah bersama keluarga kami sejak kami kecil, dia tumbuh bersama kami.

“Kamu sudah besar ya…” lalu tertawa, dia berprilaku seperti seorang guru tua yang bertemu dengan muridnya lagi. Tapi memang dia yang menjaga Inggrid dulu, dia yang mengajari dasar-dasar pada Inggrid juga dulu.

“Are you gone let this shit slip?”(apakah kamu akan membiarkan ini berlalu?) terdengar Mail berbisik di belakangku, sambil menepuk bahuku.

“She is far beyond your imagination, she event not using her true martial art” (dia jauh dari bayanganmu, dia bahkan belum menggunakan beladirinya yang sebenarnya), aku berbisik balik pada Mail. Ya, Jie Yanin belum menggunakan teknik andalannya, teknik yang menjadikannya salah satu pelindung keluarga kami, teknik yang dia itu adalah Tarung Derajat. Jika dia menggunakan tekniknya itu belum tentu aku masih berdiri, dan belum tentu aku bisa mengenainya seperti tadi.

Akhirnya setelah menenangkan para murid di dojo, dan rekan-rekan yang lain, aku harus segera menyingkirkan Jie Yanin dari dojo ini, sebelum ada rekanku yang lain ingin cari mati dengan menantangnya.

***
 
Thanks updatenya suhuu...
Kira bakalan muncul jie crystal... hahahah
Sehat dan lancar selalu suhuuu
 
Akhirnya ada update ny lagi, menarik yg selalu tersembunyi mulai keluar ke permukaan, apakah tanda tedi harus kembali ke keluarga, mengurus usaha keluarga, sudah cukup mainnya di luar, di tunggu next ny gan..
 
Thanks Updatenya Om...
Seru Ceritanya, biarpun masih Agak Pendek ya Storynya...
Sekali lagi Thanks, dan di tunggu Episode Selanjutnya Suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd