Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Work is work, sex is sex [Tamat]

Saya ingin meng-explore cerita tentang rekan-rekan kerja Ted dan Nita, apakah tertarik?

  • Ya

  • Tidak


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Malam Om....
Tambah Gila nih Story....Sip Deh...
Betul2 Asyik Nih Om...
 
Saran subes : saat terjadi pertarungan coba dibuat point of view dari penonton, jadi seolah olah penonton yg obyektif tidak memihak salah satu petarung,, jd bisa lebih merasa bagaimanaa gituu...kalo diterima makasih, kalo tidak ya makasih juga sudah baca komen ...
 
Lanjutkan Om Suhu... Cerita ya menurut ane alur ya jelas... Runut walaupun sedikit jumping. Adegan Action dan BDSM ya klo bisa dbuat lebih detail suhu. Biar makin greget...
 
Chapter XXXIX

SHIT!



Aku berbaring sambil menatap langit-langit ranjangku, memikirkan apa yang terjadi hari ini.

“SHIT!!!”, Aku melompat bangun dari ranjangku Aku ditipu oleh mereka berdua.

***

Satu jam yang lalu. Pukul 2310, di belakang Bar XXX

“Sementara sudah beres, kita sudah dapat nama yang kita perlukan, kita cari tahu dulu siapa dia dan dimana koneksinya…”, kata Bang Andre sesaat ketika kami sudah cukup jauh dari kerumunan polisi itu. Bang Andre tampak membersihkan belati Jie Yanin dan mengembalikannya pada Jie Yanin.

“Pulang lah dulu, kalau ada perkembangan kami kabari, mungkin besok sudah ada kabar…”, kata Jie Yanin merapikan kembali belatinya di saku belakang dan menutupinya kembali dengan kaosnya.

“Kamu naik apa ke sini Ted?”, tanya Bang Andre, aku sendiri hampir lupa motor pinjamanku itu.

“naik motor security apartment, motorku masih ada digym tadi pagi…”, jawabku pada Bang Andre. Dia terlihat sedang mencari kunci mobilnya.

“Ya sudah balikin tuh motor, besok kami kabari…”, sambil berjalan meninggalkanku, dia dan Jie Yanin berjalan menjauh.

Akhirnya aku mengambil motor itu dan kembali ke apartementku, saat tiba yang pertama kulakukan adalah membasuh tubuhku. Ketegangan hari ini membuatku melupakan banyak hal, motorku, tas gym ku masih di mobil Inggrid, dan menghubungi Nita. Aku baru sempat mengecek handphone ku, ternyata memang ada beberapa chat yang masuk dari nita sejak dia tiba di rumah tadi. Untungnya dia bukan tipikal wanita yang minta wajib lapor.

Akhirnya air hangat dari showerku memberikan rasa relax di sekujur tubuhku, rasanya menyegarkan dan menangkan. Rasanya otot-otot tubuhku menjadi lebih relax dan lebih tenang lagi, rasanya pikiranku bisa damai sejenak. Sehabis mandi aku hanya bisa berbaring di ranjangku. Aku berbaring sambil menatap langit-langit ranjangku, memikirkan apa yang terjadi hari ini.

“SHIT!!!”, Aku melompat bangun dari ranjangku Aku ditipu oleh mereka berdua. Aku baru tersadar, tidak mungkin mereka memerlukan waktu selama itu untuk menemukan siapa orang yang di sebut kepala preman tadi, karena mereka baru saja melakukan hal yang sama pada kepala preman itu, mereka baru mendapatkan nama, sudah bisa mengurus polisi untuk membantu meringkus mereka.

Sialan, mereka pasti bisa menemukan orang itu, tapi aku sama sekali tidak mendengar nama itu, ataupun alamatnya. Aku harus segera mencari tahu, tapi bagiamana caranya. Kalau seperti ini mana bisa aku tidur tenang. Kalau aku menelpone mereka, pasti tidak diangkat, kru mereka juga aku tidak ada kontaknya. Kalau aku menuju safe house belum tentu mereka disana, tapi bisa di coba.

Aku terpaksa kembali meminjam motor si security tadi, menuju ke safe house itu, tidak jauh dari apartementku, kurang lebih 10 menit dengan lalu lintas tengah malam seperti ini. Dari jauh kuperhatikan rumah itu tampak kosong,tidak ada mobil yang terparkir disana, tidak ada lampu yang menyala, sepertinya aku terlambat, mereka sudah bergerak. Atau harus ku coba dulu, paling tidak pasti ada yang menjaga tempat itu.

Aku parkir motorku di depan rumah itu, lalu aku berjalan ke pintu masuknya dan ku ketuk.

“Knok…knok…knok…” sepertinya ini bunyinya tadi, aku berusaha meniru bunyi ketukan yang tadi ku dengar dilakukan oleh Jie Yanin. Sepertinya benar, pintu terbuka, rupanya Jo yang menjaga rumah itu.

“Tuan Muda, apa yang Anda lakukan di sini?” dia terlihat celingak celinguk memperhatikan sekitarku, dan dia tampak kawatir.

“Apakah ada yang menyerang anda lagi?”tanyanya dia tentu kawatir kenapa aku bisa muncul di sini tanpa Bang Andre dan Jie Yanin.

“Tidak, aku mencari Jie Yanin dan Bang Andre, ke mana mereka?” segera ku cerca dia dengan pertanyaan, lalu tangannya segera ditariknya masuk kedalam rumah itu. Mungkin dia takut aku dalam bahaya atau ada yang mengikutiku.

“Mereka baru saja berangkat, katanya follow up petunjuk…” jawab Jo, dia mepersilahkanku masuk ke dalam rumah.

“Mereka ke mana?” tanyaku lagi padanya, aku harus segera menyusul mereka.

“Mereka tidak bilang, mereka hanya mengambil beberapa perlengkapan dan langsung berangkat…” jawabnya padaku, sepertinya dia tidak berbohong. Kalau seperti ini bagaimana aku bisa menemukan mereka.

“Di mana kru yang lain?” aku ingin memastikan keberadaan anggota yang lainnya, apakah mereka di bawa oleh Bang Andre dan Jie Yanin.

“Mereka menjaga keluarga Inggrid dan keluarga Anita… sedangkan aku harus mengawasi safe house…” jawabnya, sambil merapikan beberapa berkas dan laptop di meja, mungkin aku bisa mendapatkan petunjuk disana. Aku langsung duduk mengambil berkas-berkas dari tangannya, dan berusaha membalik laptop itu.

“Biar ku lihat sebentar”, sambil ku tarik laptop itu dari atas meja. Tidak banyak informasi yang ku dapatkan, kebanyakan hanya profil keluarga Inggrid dan keluarga Anita, dan juga beberapa profilku. Aku perlu mengutak atik laptop ini, seperti dugaanku, ternyata memang benar.

Setiap kru telah di settingkan location share dari handphone mereka yang tersambung dengan account google map di laptop ini, jadi selama handphone mereka menyala mereka bisa saling menemukan, BAGUS!

Aku melihat Bang Andre dan Jie Yanin masih bergerak, mereka menuju utara kota, ke daerah perkantoran dan China town. Aku harus segera menyambungkan accountku juga dengan jaringan mereka. Setelah sedikit mengutak aniknya, akhirnya aku bisa menghubungkannya dengan smartphoneku, untung waktu pulang tadi sempat ku isi dayanya sejenak.

“Thank you Jo… Keep up the work…” lalu aku meninggalkan safe house dan memacu motor, hingga kelokasi terakhir aku melihat mereka di maps tadi.

Jalan yang sepi dan motor bebek ini cukup terawat aku bisa sampai kesana kurang dari 10 menit. Saat ku periksa lagi, Bang Andre dan Jie Yanin sepertinya sudah tidak bergerak secepat tadi lagi, dan relatif berada di satu tempat. Sepertinya mereka sudah memasuki gedung atau sedang mengitari gedung. Letaknya tidak jauh dari sini, harusnya aku bisa menemukan mereka tepat waktu.

Aku akhirnya tiba di sebuah gedung, sepertinya ini gabungan apartement dan kompleks pertokoan. Dimana ya mereka, aku harus segera menemukan mereka. Aku meletakkan motor itu di tempat yang aman, dan memastikannya terkunci, ini motor pinjaman.

Aku mengelilingi kompleks itu dengan berjalan kaki, beberapa warung kopi masih buka saat aku melintasi beberapa ruko, sepertinya wilayah ini banyak warung kopinya, mungkin dilain kesempatan aku bisa menikmati kopi di sini. Aku melihat mapku sekali lagi, aku yakin Jie Yanin dan Bang Andre masuk ke apartement itu, tentunya aku tidak mungkin masuk dari pintu depan. Aku harus mencari jalan lain.

Aku mengitari kompleks apartement itu, sambil kuperhatikan sekitarku, melihat orang ataupun celah agar aku bisa masuk. Akhirnya aku menemukan sesuatu yang sepertinya jalan masukku, bagian pintu maintanace apartement ini, pintu gardu listrik dan sebuah pintu besi sepertinya pintu darurat. Saat ku dekati pintu itu, ku sandarkan tubuhku, kulihat pintu itu tidak rapat, seperti bekas di cungkil. Pasti Jie Yanin dan Bang Andre juga masuk dari sini. Bekas cungkilan ini masih baru dan kasar.

Aku memasuki pintu itu dan kembali menutupnya tapi tidak sampai rapat. Tepat di atasku adalah jaringan tangga darurat yang menghubungkan setiap lantai di apartement ini, bagaimana caraku tahu di lantai berapa. Naik saja dulu, nanti pasti ada petunjuk lagi pikirku, akhirnya akupun menaiki tangga itu, lantai demi lantai. Kuperhatikan setiap pintu dan setiap suara yang ada, tapi aku tidak mendengarkan apapun, aku juga tidak melihat ada yang aneh dari tiap pintu yang ku lewati.

Akhirnya aku sampai pada puncak gedung ini, pintunya terbuka dan terganjal dengan sesuatu, ini belati Jie Yanin, dia menggunakannya untuk mengganjal pintu ini, ini jalur melarikan diri mereka. Tapi itu berarti mereka belum meninggalkan tempat ini.

Ku buka perlahan pintu itu, aku melihat koridor apartement yang cukup terang. Nuansa coklat menghiasi karpet yang mengalasi koridor ini, dan wallpaper krem ini menutup seluruh temboknya. Aku berjalan dengan perlahan menyusuri koridor ini, lantai ini harusnya penthouse kan? Tapi kenapa masih berbentuk kamar-per-kamar, atau mungkin masih ada satu lantai lagi di atas?

Segera ku cari peta lantai ini di dinding, benar di atas lantai ini masih ada satu lagi. Target mereka ada di penthouse, pasti bukan orang sembarangan. Apa telah membuat diriku terlibat sesuatu yang sangat buruk, benar-benar buruk. Aku menemukan tangga naik ke atas lagi, sebuah tangga yang lebar di depan lift. Saat ku naiki tangga itu, terdapat sebuah double door yang cukup terkesan elegan, sudah tercongkel juga.

Perlahan aku memasuki penthouse itu, terlihat ruangan yang besar dan penuh dengan perabot, tapi semuanya sudah berantakan, coffe table yang sudah patah, sofa yang terbalik, beberapa pecahan kaca dan lampu berserakan di lantai, bekar pertarungan. Aku tidak melihat siapapun di ruangan itu, kemana perginya mereka.

Aku perhatikan dengan seksama ruangan itu, terdapat bercak darah dan juga bekas senjata tajam, perkelahian yang cukup sengit sepertinya, tapi tidak ada seorangpun. Rasanya begitu sunyi, hanya terdengar desir pendingin udara di ruangan ini.

Terdengar samar-samar ada suara lain, suara dari sisi lain ruangan ini. Aku berjalan perlahan, saat ku buka pintu yang ada di depanku, sederet jendela kaca besar yang sudah pecah menuju outdoor dan kolam renang. Terlihat di sana, Jie Yanin dan Bang Andre, sedang memegangi seseorang dan merendam kepalanya di dalam koram renang itu.

Mereka berjongkok di pinggiran kolam renang itu, Jie Yanin memeganginya di sebelah kiri dan Bang Andre di sebelah kanannya, tubuh pria itu di tahan di lantai, dan kepalanya di celupkan dalam air. Mereka sedang ‘asik’.

“Sudah mau bicara?” terdengar suara Bang Andre sedang menanyai pria itu, tapi bagaimana dia mau menjawab, bernafaspun sulit.

“yo…having fun…”, aku bersuara membuat mereka mengalihkan pandangan mereka berdua padaku.

“Take you long enough…” jawab Jie Yanin, sambil menarik tubuh pria itu bersama dengan Bang Andre, mereka mendudukkannya di sebuah kursi di pinggir kolam itu. Bang Andre menarik tangan pria itu melingkar di belakang kursi tersebut dan kemudian dia mengeluarkan beberapa cabel ties untuk mengikat jempol pria itu. Pria itu terlihat memiliki fitur seperti orang Jepang, ya pasti orang Jepang.

“Kalian membuatku merasa bodoh… percaya kalian akan melanjutkannya besok…”, sambil mendekati mereka berdua yang masih mengikat orang itu di kursi dengan beberapa tambahan ikatan lagi.

“Secara teknis, ini adalah ‘besok’, it’s after midnight…”, sambil mengerutkan bibirnya dan mengangkat bahunya. Dia bermain dengan kata-kata denganku, secara teknis sih tidak salah, hari sudah berganti.

“Ima hanashitaidesu ka?” (mau bicara sekarang) Jie Yanin sambil sambil menepuk-nepuk pria jepang itu. And yes, we talk with many language, tapi untuk membaca sedikit sulit, lebih banyak ke percakapan sehari-hari.

“KUSO YARō!!!” (berengsek!), sahut pria itu berusaha terlihat kuat, walau sudah babak belur oleh Bang Andre dan Jie Yanin, mendengar perkataan itu, Jie Yanin hanya mengerutkan bibirnya dan mengangguk-angguk kecil, sepertinya dia terkesan dengan keteguhan si pria itu. Jie Yanin mengayunkan sebuah pukulan tepat di wajah pria itu, membuatnya kehilangan kesadarannya, terjuntai di kursi tersebut.

“Pingsan? Lagi?” kata bang Andre yang berdiri di belakang pria itu.

“Ya kita tunggu sampai sadar kali ini…” sambil berjalan meninggalkan pria itu yang masih terikat di kursi.

“Siapa dia?” aku bertanya pada Bang Andre dan Jie Yanin. Tentunya aku penasaran, dia karena tinggal di tengah kota dan tinggal penthouse.

“Orang suruhan sepertinya atau letnan dari operasi penyerangan ini, menurut si…” jie Yanin terdiam.

“Rama”, kata bang Andre mengisi kekosongan nama yang di cari Jie Yanin.

“Yes… dan dia belum mau bicara siapa yang menyuruhnya… mungkin sedikit pukulan bisa membantunya mengingat…”, sambil Jie Yanin mulai membongkar beberapa barang yang sudah berantakan di lantai.

“Mungkin kita bisa mencari petunjuk yang ada di sini, ayo cari…” sambil terus membolak-balik kertas yang dia temukan, Aku dan bang Andre mulai berkeliaran di apartement penthouse ini mencari mungkin ada informasi yang bisa kami temukan.

Kami mulai membongkar tempat ini, mencari petunjuk yang bisa kami dapatkan. Aku menuju kamar yang ada di sana, terlihat sebuah tempat tidur yang bekar terpakai tidak rapi, tapi sepertinya ada yang berbeda, ada beberapa pakian di sana, tapi sepertinya terlihat kecil dari pria diluar, apakah ada orang kedua di apartement ini. Selain itu aku juga tidak menemukan handphone dalam ruangan ini, hanya sebuah alat cas handphone, terlihat masih terpasang.

Ada orang lain selain orang ini, karena jelas yang menghuni kamar ini perempuan, terdapat bra dalam koper yang ada dalam kamar ini. Bukan wanita sembarangan tentunya yang tinggal dengan jepang ini. We must find her.

“Lihat yang ku temukan”, sambing bang Andre memanggilku dari dalam ruangan itu. Terlihat bang Andre memegang sebuah handphone yang terbungkus zipbag.

“Aku menemukannya di dalam bak kloset tersimpan dengan rapi”, sambil dia berusaha membuka ziplocknya. Tentu saja handphone tersebut terkunci dengan passcode.

“Sepertinya ada wanita juga yang tinggal di tempat ini, kamar sebelah ada beberapa perlengkapan wanita…” kataku pada mereka.

“Ya mereka berdua, ada dua sikat gigi, dua buah handuk terpakai” kata bang Andre yang memang baru saja dari kamar mandi tempat ini. Jie Yanin berjongkok di hadapan pria terikat itu dan terlihat membolak balikkan telapak tangannya, sepertinya memperhatikan sesuatu. Dia bergantian melihat telapak tangan yang kiri dan yang kanan.

“Kita harus berhati-hati, dilihat dari koper yang ku temukan di ruangan sebelah, wanita itu dilengkapi senjata…” sambil berdiri kembali dan merobak baju pria itu dan memperhatikan bahu pria itu yang kiri dan yang kanan, apa lagi yang dia periksa dari pria ini.

“Koper yang berisi senapan milik pria ini, yang perlu kita kawatirkan adalah pemilik koper yang satunya…” kata Jie Yanin sambil menatap kami berdua.

“Maksudmu…”, aku berjalan menuju koper yang tergeletak di ujung ruangan itu, koper besar seperti koper pemain band yang mengisi alat musiknya di sana, dua buah gitar listrik berdiri di belakang koper besar itu. Sebuah koper yang di dalamnya diisi sponge dan diantara sponge itu berisi senapan laras panjang, sniper dalam keadaan terpisah-pisah. Jelas mereka ingin membunuh dengan senjata seperti ini, berengsek. Mereka bukan bermaksud melukai kalau seperti ini, tapi untuk membunuh.

Tapi kalau mereka memang ingin membunuh dari awal, untuk apa menyewa pereman sampah itu untuk mengejarku, tapi bisa saja langsung menembakku dari jarak jauh. Pertanyaan semakin banyak saja kalau seperti ini, apa mau mereka sebenarnya, siapa yang memerintahkan mereka. Tunggu koper yang satu lagi, juga terbuka.

Koper itu terlihat kosong, sama seperti koper yang satunya terisi dengan sponge, tapi dalam celah sponge itu tidak terlihat apapun, tapi bisa di tebak ini digunakan mengisi, ada beberapa slot yang kosong tapi yang paling mencolok adalah jelas itu katana dan wakizashi. Pengguna dua pedang, pasti merepotkan. GAWAT!

“Bisa saja dia sedang mengincar LING dan NITA!!!” aku berbalik ke arah Bang Andre dan Jie Yanin tersadar bahaya yang mengancam mereka berdua. Mereka berdua tersentak tersadar bahaya yang mengancam, pasti rekan si jepang ini berbahaya sampai mereka yang dikirim kemari.

“Andre, jaga dia! Cari tahu tentang mereka… Aku akan berangkat bersama Ted!”, Jie Yanin langsung berlari kecil ke arah pintu, aku juga segera bergerak dengan cepat kami harus berpencar untuk masing-masing ke tempat Inggrid dan Nita, secepat mungkin, SEKARANG!

***
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Wah siapa nih yg bakalan di incar... ling atau Nita nih...
Ditunggu kelanjutannya suhuu...
Thanks updatenya...
Sehat dan lancar yak...
🙏🙏🙏
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd