Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

JUARA LOMBA YUTUB > TV ?[ 2019]

darksatan

Adik Semprot
Lomba Cerpan
Daftar
15 Nov 2012
Post
142
Like diterima
233
Lokasi
Neraka gang 13
Bimabet
#####​

Malam telah larut di perkampungan itu, seorang lelaki terlihat mengendap-endap di samping rumah tetangganya. Kepalanya celingukan melihat sekeliling, salah satu tangannya menenteng kursi plastik ukuran sedang. Begitu dirasa aman, lelaki itu menempatkan kursi plastiknya tepat di bawah celah ventilasi salah satu kamar. Seolah sudah tahu apa yang ada di baliknya, dengan hati-hati lelaki itu naik ke kursi plastik sehingga tingginya sampai di celah ventilasi kamar itu. Kedua bola matanya segera menatap tajam mengawasi keadaan di dalam kamar itu.

Seorang wanita bertubuh sintal terlihat sedang memakai pakaian menggoda dan tengah merayu lelaki yang sepertinya adalah suaminya. Lelaki pengintip menahan nafasnya yang menderu akibat keseksian tubuh wanita itu. Sementara itu suami si wanita malah terlihat ogah-ogahan dan membelakangi wanita itu, entah kecapekan atau apa yang membuat sang suami memilih tidur alih-alih menanggapi rayuan istrinya sendiri.

Kecewa karena ditinggal tidur, apalagi terlanjur memakai pakaian yang menggoda, wanita itu memilih untuk meraba dan menggerayangi tubuhnya sendiri. Sepertinya itu yang ditunggu oleh si pengintip, matanya tidak berkedip menyaksikan pemandangan yang telah dinantikan sedari tadi. Sang suami telah lelap dalam tidurnya ketika wanita itu mulai mendesah penuh nafsu, tangan kirinya bergerak lincah meremas salah satu bongkahan payudaranya, sedang tangan kanannya turun ke bawah dan menyusup di balik celana dalamnya sendiri.

Cukup lama wanita itu bermain dengan birahinya, desahan dan lenguhannya semakin terdengar menggoda, kedua tangannya bergerak semakin liar merangsang tubuhnya sendiri, hingga tak lama kemudian sampailah dia di titik puncaknya. Perlahan tubuh wanita itu melemas, kemudian tertidur dalam kondisi pakaian acak-acakan. Si pengintip cukup puas melihatnya, meski dalam hatinya menuntut lebih.

#####

 
"Yoo mamen, balik lagi dengan gua, Roberto Carlos, di makan keliling dunia" opening yang familiar itu lagi-lagi terdengar di telingaku. Bagaimana tidak, hampir setiap hari aku menyaksikan video dari yutuber panutanku itu. Aku memberanikan diri terjun sebagai food vlogger karena terinspirasi darinya.

Di era media sosial sekarang ini, semua orang berlomba-lomba untuk eksis di dunia maya. Selain menjadi jalan pintas untuk terkenal, belakangan ini media sosial juga menjadi alat paling populer untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Sebagai contoh si Roberto Carlos yutuber panutanku, hanya dari satu video saja dia sudah bisa mendapatkan belasan hingga puluhan juta.

Tapi tentu saja hal itu baru bisa dicapai setelah berusaha keras mati-matian mengumpulkan penonton atau penggemar yang tertarik dengan konten buatan kita. Tidak ada hal yang instan di dunia ini, aku yakin sebelumnya si Roberto Carlos beserta timnya telah melewati berbagai masalah dan rintangan hingga bisa seperti sekarang.

Sedangkan aku sendiri masih tergolong sangat baru dalam industri ini, channel yutub buatanku masih sepi peminat. Setiap video yang kubuat juga tidak banyak yang melihat, bisa dihitung dengan jari lah. Itu pun paling yang nonton ya saudara atau temen sendiri.

Meski demikian aku tidak patah semangat dan berusaha tetap konsisten membuat video bersama sahabatku yang bertugas sebagai kameramen. Rio nama sahabatku, aku mengenalnya cukup lama sejak masa SMA. Sama-sama tidak mampu untuk lanjut kuliah, kami berdua mencoba peruntungan di dunia yutub.

Sejak dulu Rio memang gemar membawa kamera kemana-mana, acapkali dia menjadi tukang foto keliling untuk segala kegiatan sekolah yang kita jalankan. Tidak hanya karena punya kamera, Rio memang memiliki bakat di bidang itu, terbukti hasil jepretannya selalu bagus dan memuaskan semua orang yang melihatnya.

Tidak hanya itu, Rio juga mulai belajar editing foto dan video untuk melengkapi bakatnya itu. Semua video yang telah kami unggah di yutub merupakan hasil kreasinya, aku hanya tinggal ngobrol ngalor ngidul aja sesuai kebiasaanku sehari-hari.

Sebagai yutuber pemula, tentu saja aku tidak bisa mengandalkan yutub saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski masih tinggal bersama orang tua, sungkan rasanya kalau masih meminta uang jajan di usiaku yang sudah melewati belasan ini. Demi menunjang kegiatan per-yutub-an kami, aku melakukan berbagai macam pekerjaan sambilan yang bisa kulakukan, sementara Rio sudah mantap bertugas sebagai penjaga warnet.

Seperti biasa, setiap malam aku mampir ke warnet yang dijaga Rio untuk melihat hasil editing videonya. Selama ini kami konsisten membuat satu video setiap minggu karena menurut perhitungan kami itu adalah waktu yang cukup untuk membuat konten sekaligus mengeditnya.

Sudah cukup banyak video yang kami unggah dalam channel yutub bertajuk Makan Unik. Sesuai rencana awal, kami memang fokus membuat konten makanan yang unik dan jarang diketahui orang. Sayangnya saking jarangnya malah yang lihat videonya juga jarang.

Meski demikian, aku dan Rio tetap konsisten membuat satu video setiap minggunya. Bukan karena tidak mau menyerah, tapi kami sudah terbiasa melakukan itu sehingga malah ada yang kurang rasanya jika dalam seminggu tidak membuat konten video.

###

Orang bijak selalu bilang, "Hasil tidak akan mengkhianati usaha". Setelah hampir belasan video kami buat, perlahan-lahan peminat konten kami mulai meningkat, meski tidak terlalu signifikan. Sekarang mulai ada orang lain yang melihat video kami, selain saudara dan teman kami. Mereka juga mulai meninggalkan komentar meski ala kadarnya.

Sampai suatu hari Rio menemukan komentar yang cukup unik. Jika biasanya komentar yang masuk hanya sekedar basa-basi atau memberikan semangat untuk terus berkarya, kali ini si pemberi komentar itu menuliskan saran untuk konten kami selanjutnya.

"Coba bikin konten di warunh daerah xxx kak, denger-denger di sana sangat laris karena makanannya murah dan enak, plus yang jualan cantik pula" begitu kira-kira komentar yang ditunjukkan oleh Rio kepadaku. Wajahnya terlihat cukup antusias, mungkin dia telah mengetahui daerah sana atau pernah mendengarnya.

"Alah, paling kamu tertarik sama yang jualan aja kan?" sindirku cepat, sudah lama aku bergaul dengannya dan bagiku Rio tergolong pemuda yang mesum. Sebagai penjaga warnet paling veteran, tidak terhitung koleksi film porno yang dia simpan di komputer operator.

"Tapi ini termasuk unik juga cuy" elaknya tidak mau kalah. Padahal biasanya kami menilai keunikan suatu tempat itu dari makanan yang disajikan, bukan dari penjualnya. Tapi demi menuruti hasrat Rio yang tidak tertahankan, aku mengalah saja deh, lagipula baru kali ini dia begitu bersemangat untuk membuat konten.

"Oke deh, sikat" balasku akhirnya, wajah Rio terlihat puas, kami pun mulai menyusun rencana dan melakukan persiapan seperti biasanya.

Tidak banyak informasi tentang tempat itu di internet, aku jadi ikut antusias untuk membuat konten di sana. Semakin sedikit yang tahu, maka semakin berharga lah informasi dari konten yang akan kami buat nanti. Setelah menelusuri cukup lama, akhirnya Rio bisa mendapatkan lokasi lengkap dari tempat tersebut, termasuk jam buka dan tutupnya.

Karena tempat itu baru buka malam hari, aku dan Rio berangkat ke sana setelah matahari benar-benar terbenam. Tempatnya agak terpelosok dan melewati cukup banyak gang kecil. Anehnya saat bertanya kepada beberapa orang di jalan, ternyata jarang yang mengetahui tempat itu, padahal berdasarkan peta lokasinya sudah sangat dekat. Aku merasa ada yang tidak beres dengan lokasi yang kita tuju.

Firasat buruk memang jarang meleset, setelah bertanya pada satu orang yang mengetahui lokasi yang kami maksud, aku dan Rio akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebuah warung makanan yang ditempatkan di depan rumah pemiliknya, warung Bu Joko. Bentuknya sih biasa saja, sama saja lah dengan warung makanan pada umumnya, tapi yang membuatku merasa tidak nyaman adalah suasananya yang sepi dan hening. Praktis hanya ada sepeda motor kami di tempat parkir yang terletak di bagian depan warung.

"Ayo masuk cuy, santai aja lah" ujar Rio setelah memarkir motornya. Dengan santai dia mulai menata peralatan fotografinya, sementara aku masih ragu untuk masuk ke dalam.

Semua berubah ketika aku dan Rio masuk ke dalam warung itu. Memang benar suasananya sepi dan hanya kami berdua yang berkunjung ke sana. Tapi seorang wanita tiba-tiba menyambut kehadiran kami dengan hangat.

"Silakan masuk, mas. Kebetulan ini baru aja buka jadi masih siap-siap" ujarnya ramah. Dia terlihat sibuk menata lauk dan tetek bengek lainnya di rak kaca seperti warung makanan Padang. Tapi bukan itu fokus utama kami, mata lelaki kami lebih tertarik dengan kecantikan wanita penjaga warung itu.

Aku taksir usianya mungkin sudah kepala tiga lah, tapi wajahnya masih mempesona dan bahkan cenderung menggoda. Kulihat Rio tidak berkedip memandangi tubuh wanita itu dari atas sampai ke bawah. Satu hal terluput dari pengamatanku dan sedang diawasi dengan teliti oleh Rio. Pakaian wanita itu tergolong kurang lazim dikenakan oleh penjaga warung, hanya kaos kutungan dan rok pendek yang agak ketat. Pikiran negatifku langsung mengira bahwa wanita itu sengaja menggoda pelanggannya.

"Permisi bu, boleh minta ijin bikin konten" seperti biasa aku meminta ijin dahulu sebelum membuat kontenku.

"Konten apa mas?" tanyanya agak heran.

"Konten video bu, saya dan teman saya ini mau bikin review tentang masakan ibu di sini" lanjutku sopan, di lokasi yang agak terpelosok seperti ini masih wajar lah kalau belum mengenal yutub.

"Wah aku jadi malu, masakanku nggak begitu enak soalnya" balasnya dengan wajah agak memerah.

"Santai aja bu, enak atau tidak nanti kami tetep bakal bilang enak kok, tidak mungkin kami menjelekkan usaha orang lain" lanjutku lagi, peraturan itu sudah lumrah diterapkan oleh semua yutuber di bidang review makanan.

"Boleh deh kalo gitu, tapi jangan panggil saya ibu dong, panggil mbak aja biar awet muda" wanita itu akhirnya merestui niatan kami untuk membuat konten. Dugaanku bahwa wanita ini agak genit semakin menguat.

"Oke mbak, makasih ya" balasku lagi sebelum mulai merekam video. Rio dan kameranya sudah siap, dia segera memberikan aba-aba kepadaku untuk memulai konten.

"Malam cuy, balik lagi dengan Makan Unik, bersama saya Doni si pemakan segala" aku melakukan pembukaan seperti biasanya.

"Kali ini kita udah ada di Warung daerah xxx, sesuai request dari salah satu sohib kita di video kemarin. Ternyata nama tempatnya itu Warung Bu Joko" lanjutku sembari menunjuk spanduk di dekat pintu masuk.

"Kalian pasti penasaran kan sama bu Joko? Kebetulan ini orangnya langsung yang jaga" kamera Rio beralih menyorot wanita yang tadi, entah apakah dia benar-benar bu Joko atau bukan.

"Halo halo" wanita itu melambaikan tangan kanannya di kamera, agak ketinggian sampai bagian ketiaknya sedikit terlihat. Mulus juga tuh ketiak.

"Jadi benar ya ibu ini bu Joko?" aku mencoba memastikan.

"Benar mas, soalnya suamiku namanya Joko. Kalo nama asliku sih Sarah" balasnya sembari menata lauk.

"Oh gitu toh ceritanya, terus makanan favorit di sini apa ya?" aku melanjutkan wawancaraku.

"Banyak mas, tapi yang paling laris sih pecel" balasnya percaya diri.

"Oke, saya pesen itu aja kalo gitu, lauknya ayam goreng ya" akhirnya aku memesan salah satu menu di warteg itu.

"Minumnya apa mas?" dia balik bertanya.

"Es teh aja bu"

Aku duduk di kursi yang cukup dekat dengan tempat wanita itu menyiapkan makanan. Rekaman video dihentikan sementara oleh Rio sampai makanan selesai disajikan. Di sela-sela menyiapkan makanan, entah sengaja atau tidak wanita itu menjatuhkan salah satu sendok yang ada di dekat rak makanan. Wanita itu langsung membungkuk membelakangi kami untuk memungutnya, rok pendek yang dipakainya terangkat naik sedikit dan memamerkan celana dalamnya yang berwarna putih.

Dugaanku lagi-lagi semakin menguat. Kulihat Rio tersenyum girang melihat pemandangan gratis di hadapannya.

Tak lama berselang nasi pecel buatan wanita itu telah hadir di meja, bersama es teh ukuran sedang. Rio kembali menyalakan kamera dan mulai merekam.

"Makanannya udah dateng cuy, porsinya sih lumayan juga. Ayo kita coba deh" aku mulai beraksi kembali, untungnya pencahayaan tempat itu lumayan juga meski sudah malam begini, jadi Rio tidak perlu kerja ekstra untuk menambah pencahayaan.

"Ayam gorengnya lumayan lah cuy, tapi yang mantap bumbu pecelnya nih, pedesnya pas" lanjutku sambil menatap ke arah kamera, layaknya yutuber pada umumnya.

Setelah makanan dan minuman yang disajikan habis, aku segera menuju tempat bu Joko untuk membayar, kamera Rio masih menyorotku untuk membagikan harga makanan di tempat itu.

"Totalnya berapa ini bu? Nasi pecel lauk ayam goreng plus es teh"

"Kok panggil bu lagi sih, mbak aja dong" balas wanita itu genit, karena kamera Rio masih menyala alhasil momen tersebut ikut terekam.

"Eh iya mbak, berapa total harganya?" aku ikutin aja biar cepet.

"Nasi pecelnya 10 ribu, tambah es teh jadi 12 ribu" balasnya kemudian.

"Gila cuy, seporsi plus minum cuma 12 ribu, harus dicoba lah ini tempatnya, alamatnya nanti saya share di kolom deskripsi ya" lanjutku lagi.

"Sampai di sini aja video kita untuk hari ini, sampai jumpa lagi di Makan Unik berikutnya cuy" aku menutup konten video dengan kalimat pamungkas.

Setelah pembuatan konten selesai, aku dan Rio kembali menghampiri Sarah alias bu Joko untuk berterima kasih serta berpamitan pulang. Entah sengaja atau tidak, saat bersalaman wanita itu sedikit membungkukkan badannya sehingga belahan dadanya terlihat cukup jelas. Mata elang Rio langsung menyantap pemandangan itu sebelum kami berdua pergi dari sana. Lumayan lah konten hari ini, aku yakin banyak penonton yang tertarik kali ini. Rio juga terlihat puas, meski dengan alasan yang berbeda.

###

Dugaanku terbukti benar, baru beberapa saat diunggah sudah banyak yang menonton video terbaru kami. Apalagi Rio sengaja memberikan judul yang menggoda dan agak clickbait, "Penjual Warung yang buka-bukaan", dalam sekejap ada belasan komentar yang masuk untuk video tersebut.

Aku dan Rio cukup antusias mengecek satu-persatu komentar dari para pengunjung. Maklum, video kali ini menjadi video kami yang paling banyak penontonnya dan paling banyak komentarnya. Komentar yang masuk pun cukup beragam, ada yang berbasa-basi memuji konten kita, ada yang menyemangati untuk terus berkarya, dan yang paling banyak tentunya mengomentari penampilan bu Joko.

Ada yang sekedar memuji kecantikan dan keseksian bu Joko, ada yang menghina bu Joko karena memakai pakaian yang tidak pantas dipakai di tempat umum, ada juga yang getol bertanya lokasi warteg tersebut, padahal jelas-jelas sudah kami cantumkan alamatnya di kolom deskripsi.

Tapi ada satu komentar yang menarik perhatianku dan Rio, penonton tersebut menuliskan bahwa di alamat yang kami tulis di kolom deskripsi itu tidak ada warung makanan atau semacamnya, yang ada hanya kuburan dan lahan kosong.

Aku dan Rio langsung berpandangan satu sama lain. Bagaimana tidak, tepat di dekat warung bu Joko memang ada kuburan yang cukup luas, selain itu tempat kemarin tergolong sepi untuk ukuran warung yang makanannya enak. Apalagi sebelumnya aku sempat mendapatkan firasat tidak enak saat baru datang di sana. Ditambah banyaknya orang sekitar yang tidak tahu-menahu akan tempat itu.

"Sepertinya kita perlu ke sana lagi cuy, tapi kali ini tidak usah bawa kamera" Rio memberikan usulan setelah saling pandang cukup lama.

"Kenapa nggak bawa kamera?" tanyaku heran, biasanya dia justru merasa ada yang kurang kalau tidak membawa kamera.

"Berat cuy, kita nggak bisa lari cepat ntar kalo ada apa-apa" aku menahan tawa akibat komentarnya itu, tapi benar juga persiapannya, sepertinya memang perlu untuk dilakukan. Kami berdua menyusun rencana untuk kembali ke warung itu nanti malam.

###

Aku dan Rio sengaja berangkat lebih malam dari sebelumnya, berharap ada pelanggan lain yang datang duluan. Motor yang kami tunggangi melaju pelan melewati kuburan dekat warung bu Joko. Meski terlihat sepi dan menyeramkan, aku merasa penasaran dan melihat ke sekeliling kuburan itu.

"Kayaknya nggak begitu angker sih ini kuburannya" komentarku pelan.

"Jangan bilang gitu cuy, ntar ada apa-apa baru nyesel kita" balas Rio cepat, dia tidak berani menoleh ke arah kuburan sama sekali.

Begitu sampai di warung, lagi-lagi parkirannya sepi, tapi harapan kami terkabul karena di dalam warung sudah ada beberapa pelanggan yang duduk dan berkomunikasi dengan bu Joko.

Ada yang asyik makan, ada yang terus memandangi bu Joko dari kejauhan, dan ada juga yang tengah berdiri di dekat bu Joko, memesan makanan sembari menggoda wanita cantik itu.

"Silakan masuk, mas-mas" sambut bu Joko ramah melihat kedatangan kami. Tapi para pelanggan lain terlihat tidak senang dengan keberadaan kami, mata mereka terang-terangan menunjukkan ekspresi tidak suka.

Menurut perkiraanku, para pelanggan ini sama saja dengan kami sebenarnya, datang ke warung ini bukan hanya karena makanannya saja melainkan tertarik dengan penjualnya. Salah satu lelaki yang berdiri tadi sudah duduk di tempatnya, namun dia tidak berhenti menggoda dan merayu bu Joko, wanita itu sendiri hanya tersenyum ramah tak menanggapi rayuan lelaki itu.

Sepertinya bu Joko sudah terbiasa dengan perilaku para pelanggannya yang kebanyakan mesum itu, makanya dia tidak begitu menanggapi godaan dan rayuan dari pelanggannya. Hanya saja sesekali wanita itu memberikan godaan balik dengan gestur tubuhnya.

Contohnya mengangkat tangan sampai terlihat ketiaknya, membungkuk untuk mengambil sesuatu sampai bongkahan pantatnya menonjol, hingga memamerkan belahan dadanya yang tidak terlindungi oleh kaos kutungnya.

Meski sudah pernah melihat sebelumnya, sebagai lelaki normal tentu saja aku masih tergoda melihat pemandangan seperti itu, apalagi Rio yang terus mengawasi bu Joko seperti berharap kembali terjadi sesuatu yang menggairahkan.

Salah satu lelaki sepertinya sudah tidak tahan lagi, dengan berani dia mendekat ke bu Joko dan mencoba merangkulnya dari samping. Wanita itu tidak melawan, malah tertawa ringan mendengar entah apa yang diucapkan lelaki itu.

Tak lama berselang terdengar suara ketukan di pintu bagian belakang warung. Bu Joko mengambil kesempatan ini untuk melepaskan pelukan lelaki itu dan membukakan pintu belakang warung. Seorang laki-laki berusia empat puluhan muncul sambil membawa wadah nasi yang cukup besar.

"Nasinya udah habis ya?" lelaki itu bertanya lembut kepada bu Joko.

"Hampir pa, kebetulan deh udah kamu bawain, sekalian pindahin aja ya" balas bu Joko dengan nada yang sopan. Menurut dugaanku sih lelaki itu mungkin suami atau kakaknya wanita itu.

Lelaki itu bergegas menukar wadah nasi yang dibawanya dengan wadah nasi di meja yang hampir tandas. Setelah itu dengan ramah dia menyapa hampir semua pelanggan yang ada di dekatnya, meski para pelanggan yang disapa terlihat kurang nyaman dengan kehadirannya.

"Yang tadi itu siapa ya pak?" setelah lelaki itu pergi, aku memberanikan diri bertanya ke salah satu pelanggan yang duduknya lumayan dekat denganku.

"Maksudmu yang bawa nasi tadi? Itu pak Joko yang punya warung ini, alias suaminya wanita itu" pelanggan itu membalas dengan nada seolah-olah itu hal yang seharusnya sudah diketahui semua pelanggan di sini.

"Oalah, kok baru lihat sekarang ya" lanjutku lagi mencoba mengorek informasi dari pelanggan itu.

"Biasanya memang lelaki itu di rumah belakang terus, tapi sesekali dia ke warung buat ngambilin bahan makanan yang sudah habis" pelanggan itu menambahkan penjelasannya.

Aku tidak melanjutkan percakapan dengannya karena makanan kami sudah diantarkan oleh bu Joko. Wanita itu tersenyum ramah kepada kami, membuat kami bersemangat untuk segera menghabiskan makanan nikmat buatannya.

"Komentar netijen tempo hari cuma hoax ternyata" ujar Rio di sela-sela menikmati hidangannya.

"Iya tuh, emang tempatnya sepi aja sih ini, plus deket kuburan pula, makanya jadi kesannya mistis padahal ya nggak ada apa-apa sebenarnya" aku menyetujui ucapan Rio, tapi di lain sisi aku penasaran juga kenapa salah satu penonton video kami berkomentar seperti itu.

###

Besoknya Rio mengajakku untuk membuat konten di warteg itu lagi, intinya sih dia ingin membuat semacam video klarifikasi yang menyatakan bahwa warung itu memang benar-benar ada dan bukan sesuatu yang mistis, bahkan makanan yang disajikan enak-enak.

"Halah bilang aja lu mau ketemu mbak Sarah lagi kan" sindirku blak-blakan, sudah sejak pertama ke sana Rio terpikat dengan kemolekan istri pak Joko itu.

"Iya juga sih, tapi kayaknya kita memang perlu bikin konten lagi deh" lanjutnya masih belum benar-benar mengakui bahwa tujuan utamanya sebenarnya hanya bertemu bu Joko.

"Hari ini aku nggak bisa cuy, kan kita biasanya bikin konten seminggu sekali doang" aku tegas menolaknya karena menurutku daripada bikin konten di tempat yang sama mendingan nyari tempat lain lagi.

"Iya juga sih, yauda hunting lokasi lain dulu deh" tidak biasanya Rio menyerah secepat itu, padahal kalo urusan wanita dia sering keras kepala.

Karena penasaran, malamnya aku memutuskan untuk pergi ke warung bu Joko seorang diri, firasatku mengatakan bahwa Rio juga akan pergi ke sana malam ini.

Berbeda dengan malam-malam sebelumnya, berangkat sendirian ternyata memberikan suasana yang lebih sepi dan mencekam. Apalagi aku sengaja memarkir motor agak jauh dari parkiran biasanya agar tidak ketahuan oleh Rio.

Saking sepinya aku sampai bisa mendengar suara angin malam yang berhembus pelan dan membuat bulu kudukku mulai berdiri. Aku berjalan menuju ke tempat parkiran motor dan firasatku terbukti benar, motor Rio sudah terparkir rapi di sana.

Tapi saat aku masuk ke dalam warung ternyata tidak ada satu orang pun di sana, padahal bahan makanan dan semacamnya sudah berjajar rapi di rak biasanya. Aku mulai merinding dan kembali merasakan ada yang tidak beres dengan tempat itu.

Aku bergegas keluar dari warung itu dan hendak kembali ke tempat dimana motorku berada. Tapi saat keluar dari warung aku mendengar suara aneh dari bilik kamar mandi yang berada di bagian samping warung. Sebagian diriku ingin segera kabur dari sana, tapi sebagian yang lain merasa penasaran dan ingin mengecek kamar mandi tersebut.

Setelah menimbang beberapa saat, akhirnya rasa penasaranku yang menang, aku berjalan perlahan menuju bilik kamar mandi, suara itu terdengar semakin jelas.

Aku menemukan kursi kayu kecil di sana, tanpa ragu aku memakainya sebagai pijakan untuk mengintip melalui lubang ventilasi di bagian atas pintu, aku bisa melihat jelas kondisi di dalam kamar mandi karena posturku lumayan tinggi.

Mataku langsung terbelalak begitu melihat apa yang ada di dalam, Rio tengah berdiri dalam kondisi setengah telanjang, sementara bu Joko berjongkok di bawahnya sembari memainkan kemaluan Rio. Aku memang sudah menduga Rio akan datang, tapi aku tidak menduga sudah sejauh itu hubungan mereka.

"Enghh, enak mbak, engh" aku akhirnya bisa mendengar lebih jelas suara aneh itu tadi, rupanya berasal dari racauan Rio yang keenakan dengan sepongan wanita itu. Sambil menghisap batang Rio, wanita itu juga mengocok batang Rio dengan tangannya, aku yang melihatnya saja merasa sangat bernafsu apalagi Rio yang tengah merasakan.

"Ahh, aku keluar mbak, maaf" Rio mendesis pelan ketika batangnya menyemburkan cairan kental di mulut dan wajah wanita itu, bu Joko hanya tersenyum saja, kemudian dia duduk di bagian samping bak mandi sembari mengangkangkan pahanya.

Saat itu aku baru tersadar jika bu Joko juga dalam kondisi setengah telanjang, rok dan celana dalamnya tergantung berdekatan dengan celana Rio, keduanya hanya memakai atasan saja.

Rio dengan sigap mengarahkan wajahnya di area kewanitaan bu Joko, meski cahaya di dalam kamar mandi cukup terang, aku tidak bisa melihat jelas bagian rahasia wanita itu karena tertutup kepala Rio.

"Ahhh, enak mas, terusin mas, ahhh" kini gantian bu Joko yang mendesah keenakan dengan permainan lidah dan mulut Rio di gundukan bawahnya. Wanita itu sampai meremasi sendiri gundukan montok di dadanya yang masih terbalut kaos.

Batangku juga mulai ikut menegang, lelaki mana yang tidak terpancing melihat aksi seperti di film bokep tapi secara live begitu. Tapi aku memilih tetap diam dan menikmati suguhan menggoda di hadapanku itu.

Rio benar-benar seperti kesetanan, dengan membabi buta dia membolak-balik tubuh wanita itu dan menyodokkan batangnya dengan penuh gairah. Wanita itu justru kegirangan dan mengikuti semua permainan Rio.

Birahiku semakin menggelora melihat permainan mereka, tapi aku masih merasa ada yang aneh dengan wanita itu, bagaimana mungkin dia tiba-tiba berhubungan seperti itu dengan Rio, di kamar mandi pula. Ditambah lagi di tengah-tengah permainan mereka, wanita itu ternyata menyadari keberadaanku, dia mengedipkan sebelah matanya kepadaku, entah apa maksudnya.

###

Rasa penasaran mengantarku mengecek kolom komentar di dua video terbaru, ada komentar yang tengah kucari, tepatnya komentar yang pertama kali menyarankan aku dan Rio pergi ke warung itu, serta komentar yang menyatakan bahwa tempat itu sebenarnya tidak ada.

Setelah mencari satu-persatu diantara puluhan komentar yang masuk, akhirnya aku menemukan kedua komentar tersebut, seketika aku terkejut melihat korelasi diantara kedua komentar itu, terjawab sudah rasa penasaranku selama ini.

Komentar pertama menyarankan untuk pergi ke warung itu, sedangkan komentar kedua justru menyangkal keberadaan warung itu, sungguh sebuah komentar yang sangat kontradiktif sebenarnya, tapi bagaimana mungkin ternyata penulis komentarnya adalah akun yang sama.

Komentar dari akun dengan nama Rahasia Lelaki itu sekilas memang terlihat membingungkan, tapi berdasarkan analisa yang kubuat justru akun itu telah menjawab pertanyaanku belakangan ini.

Besoknya, saat bertemu dengan Rio di tempat kerjanya, aku langsung menyindir aksinya yang sempat kupergoki.

"Seger nih yang abis enak-enak semalaman" aku duduk santai di salah satu kursi, sementara Rio masih fokus menatap layar komputernya.

"Enak-enak apaan?" balasnya cuek.

"Lah elu semalam kemana loh?" pancingku.

"Ga kemana-mana cuy, seharian di rumah kok" balasnya masih belum mengaku.

"Kalo ga kemana-mana kok ada motormu kemarin di warteg bu Joko?" aku terus memancingnya.

"Eh yang bener lu cuy, jangan nambah cerita mistis lagi deh" lanjutnya pura-pura ketakutan, tapi aku tau ada yang dia sembunyikan dariku.

"Beneran cuy, semalam aku ke warung dan ngeliat ada motormu di parkiran" lanjutku tanpa menyebut aksinya di kamar mandi.

"Motor orang lain kali, aku di rumah terus kok" elaknya lagi, aku jadi tidak tertarik membahas yang itu.

"Iya kali ya, terus kalo akun yutub Rahasia Lelaki itu punyamu kan?" aku mengalihkan topik menuju ke hasil analisaku kemarin.

Menurut perkiraanku, Rio sudah mengetahui tentang warung itu sebelumnya, lalu dia membuat akun palsu untuk memberikan komentar di video kami dengan dalih rekomendasi tempat yang menarik untuk dikunjungi, padahal tentu saja tujuan utamanya bertemu dengan wanita cantik itu.

"Hah? Bukan cuy, aku malah baru denger ini" lagi-lagi dia tidak mengaku.

"Serius nih? Soalnya ada yang aneh dari komentarnya dia" lanjutku dengan nada tegas, untuk mengesankan bahwa aku benar-benar serius kali ini.

"Aneh gimana cuy? Serius itu bukan punyaku. Aku memang punya banyak akun palsu, tapi yang itu bukan punyaku, kalau nggak percaya ini aku kasih daftar akun palsuku" berbeda dari sebelumnya, kali ini Rio benar-benar yakin dan tidak terkesan menutupi sesuatu, bahkan dia menunjukkan catatan di hapenya yang berisikan daftar akun palsu miliknya, mulai dari alamat email sampai kata sandinya.

"Lihat sendiri nih" aku menunjukkan hasil potongan dari kedua komentar akun tersebut, sama dengan reaksiku tadi, Rio juga terkejut saat membaca komentar yang kontradiktif itu. Aku jadi semakin penasaran, apakah Rio tengah berakting di hadapanku, ataukah memang itu benar-benar bukan dia.

"Aneh banget ya, apa ya kira-kira tujuan dari akun itu?" Rio bergumam pelan sembari menerawang ke atas, entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Sepertinya kita perlu ke sana lagi deh" saranku meski agak ragu.

"Tapi kayaknya jangan dulu deh cuy, perasaanku jadi nggak enak nih" tak kuduga ternyata Rio justru menolak saranku itu, padahal biasanya justru dia yang mengajak ke sana untuk membuat konten baru.

"Yauda kalo gitu, aku pulang duluan ya" pamitku kemudian, tapi aku tidak benar-benar pulang ke rumah, rasa penasaranku jauh lebih besar dari rasa takutku, siang itu juga aku berencana untuk datang ke sana lagi seorang diri.

###

Berbeda dengan kondisi saat malam, siang itu warung bu Joko masih tutup, setelah kuamati lebih teliti ternyata warung itu sama saja dengan warung pada umumnya, tidak ada hal yang aneh ataupun mistis.

Hal yang mungkin membuat warung itu agak menyeramkan di malam hari adalah lokasinya yang agak jauh dari rumah penduduk lainnya dan dikelilingi oleh banyak lahan kosong, apalagi beberapa langkah dari sana juga ada kuburan tua yang cukup luas.

Aku tidak tahu sebenarnya apa yang hendak kulakukan, hanya insting yang mengantarku datang ke warung yang masih tutup itu. Saat aku mendekat ke pintu masuk, rupanya ada pak Joko yang tengah melakukan sesuatu. Dia agak terkejut saat melihatku, tapi sedetik kemudian dia bergegas membukakan pintu depan yang terkunci.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" lelaki paruh baya itu tersenyum ramah saat membukakan pintu.

"Mau tanya-tanya sebentar pak, boleh kah?" hanya itu alibi yang terlintas di benakku.

"Boleh, mas. Silakan masuk"

Aku mengikuti langkahnya menuju pojokan warung. Lelaki itu memberikan kode agar aku duduk di sana.

"Mau tanya apa mas?" ujarnya saat kami berdua duduk berhadapan.

"Gimana ya ngomongnya pak, takutnya bapak marah ntar" aku agak bimbang untuk mengatakannya.

"Santai aja mas, saya tidak akan marah" jawabnya tegas, tapi raut wajahnya terlihat ramah.

"Jadi gini pak, istri bapak kan tiap hari jaga warung pake pakaian yang agak terbuka gitu, apa bapak tahu hal itu?" akhirnya aku mengungkapkan unek-unek dalam kepalaku.

"Tahu kok" balasnya santai.

"Trus bapak nggak marah?"

"Kenapa harus marah?"

Aku terdiam, bingung juga mau bilang apa setelah dijawab begitu olehnya.

"Justru saya yang ngasih saran gitu mas, buat narik pelanggan" lanjutnya tanpa kuminta. Aku hanya manggut-manggut.

"Awalnya pelanggan sepi mas, padahal saya tahu masakan istri saya itu enak. Akhirnya saya nyari cara buat narik pelanggan dan ternyata berhasil" lelaki itu meneruskan penjelasannya. Sayang sekali aku tidak sempat merekamnya tadi, lumayan ini harusnya buat konten.

"Tapi bapak nggak merasa gimana gitu?" lanjutku lagi, aku masih penasaran dengan kisahnya.

"Awalnya ya agak cemburu sih mas, tapi lama kelamaan udah biasa. Apalagi saya juga udah nggak bisa kerja jadinya cuma mengandalkan istri. Bagi saya yang penting nggak sampai keterlaluan aja sih" raut wajahnya berubah agak sedih. Aku jadi sungkan untuk terus bertanya. Aku teringat ada beberapa pelanggan yang agak keterlaluan dalam menggoda bu Joko, apalagi ditambah aksi temanku sendiri pada malam itu.

"Kalo istri bapak sendiri gimana? Nggak pernah mengeluh atau gimana gitu?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Sejauh ini nggak sih, apalagi dia dasarnya suka masak juga. Kalau mau lebih jelas nanti malam gantian wawancara istri saya aja mas" lelaki itu tersenyum ramah memberikan sarannya. Menarik juga ini sepertinya, daripada sekedar konten makanan kayaknya lebih menarik untuk mengangkat kisah hidup mereka.

Setelah melanjutkan perbincangan beberapa saat, aku pun pamit undur diri dan berjanji akan kembali nanti malam untuk mewawancarai istrinya.

###

Malamnya aku berangkat ke sana seorang diri. Rio lagi-lagi menolak saat kuajak ke sana, ada aja alasan yang dibuat olehnya, padahal biasanya justru dia yang ngebet untuk bikin konten ke sana.

Sesuai saran dari pak Joko, aku berangkat ke sana agak malam agar tidak ada lagi pelanggan yang tersisa, jadi aku bisa langsung wawancara istrinya.

Seperti malam sebelumnya, berangkat ke sana sendirian ternyata lebih terasa menegangkan, aku terpaksa memacu motorku lebih cepat agar segera sampai di tempatnya.

Begitu sampai di parkiran, mataku melirik ke bagian dalam warung yang ternyata sudah sepi tidak ada pelanggan seorang pun.

"Silakan masuk mas Doni" bu Joko membukakan pintu warung menyambut kedatanganku. Agak malu-malu aku masuk ke dalam, apalagi bu Joko tetap memakai pakaian yang mengundang birahi.

"Maaf mengganggu mbak, sesuai saran pak Joko, aku diminta langsung wawancara mbak" aku langsung memanggilnya mbak daripada diingatkan lagi olehnya.

"Iya tadi suamiku udah cerita kok, langsung aja mau tanya apa" balasnya cukup antusias.

Percakapan berjalan cukup lancar dan cair. Mbak Sarah ternyata tidak keberatan sama sekali dengan usulan suaminya, justru dia senang karena bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya, masalah godaan atau rayuan dari pelanggan dianggapnya sekedar tantangan pekerjaan. Bukankah setiap pekerjaan memang ada resiko dan tantangannya tersendiri.

Aku cukup tercerahkan juga sih dari jawaban yang dia berikan, aku jadi semakin bersemangat untuk menjadi yutuber terkenal dan bermanfaat bagi orang lain. Apapun rintangan dan masalah yang menghadang, aku harus bisa melaluinya.

Setelah cukup puas mewawancarai mbak Sarah, aku mengecek kembali catatanku, barangkali ada informasi atau cerita dari mbak Sarah yang luput kutulis. Rekaman suara mbak Sarah saat wawancara tadi juga kucek ulang, tidak ada masalah berarti, sudah cukup lah untuk dijadikan konten selanjutnya.

"Terima kasih banyak ya mbak atas waktunya, sepertinya sudah cukup wawancaranya. Maaf jika mengganggu" aku sedikit membungkukkan badanku untuk memberi penghormatan kepadanya.

"Nggak ganggu kok mas, saya malah senang diwawancara gini, berasa jadi artis saja" wanita itu tersenyum ramah.

"Kalau gitu saya pamit pulang ya mbak" lanjutku setelah merapikan catatan dan memasukkan segala perlengkapan yang kubawa ke dalam tas.

"Loh kok buru-buru sih mas, nggak mau makan dulu?" mbak Sarah terlihat agak terkejut saat aku berpamitan pulang.

"Tadi udah makan kok mbak" aku menolaknya dengan sopan. Tapi saat aku hendak bangkit dari tempat duduk tiba-tiba wanita itu mendekatiku.

"Nggak mau lanjut yang lain ta mas?" wanita itu tiba-tiba duduk di pangkuanku, kedua tangannya merangkul leherku, sementara dadanya yang montok mendarat di wajahku.

"Eh, jangan mbak, nanti ketahuan pak Joko loh" aku melihat sekeliling, sewaktu-waktu bisa saja lelaki itu datang ke sana.

"Jam segini dia udah tidur lah" balasnya tidak mempedulikan kekhawatiranku. Tangannya beranjak turun ke bagian depan celanaku.

"T,,tapi mbak" aku belum sempat menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba wanita itu melumat mulutku dengan bibirnya yang lembut dan sensual. Aku bukan orang yang munafik, tentu saja langsung kubalas ciumannya itu.

Sembari berpagutan, mbak Sarah menuntun tanganku untuk melorotkan kaos kutungnya dan menjamah gundukan kembar yang menggoda. Meski bukan maniak film bokep seperti Rio, tapi aku cukup sering melihat koleksi Rio, jadi tidak terlalu kaget lah untuk urusan beginian.

Kedua tanganku bergerak liar meremas gundukan kenyal di dada mbak Sarah, putingnya yang kecoklatan kupilin-pilin hingga menegang. Begitu juga batangku yang memberontak ingin keluar dari sarangnya.

Tanggap akan itu, mbak Sarah meloloskan batangku dari sarangnya, tangannya mulai mengusap dan mengocok batangku secara perlahan, ternyata rasanya sungguh berbeda dengan tanganku sendiri.

Hanya dalam hitungan detik, kami berdua sama-sama tidak berbusana sehelai pun. Berdasarkan pengetahuan bokepku yang terbatas, gunung kembar mbak Sarah tergolong berukuran di atas rata-rata, tanganku terasa tak cukup untuk meremas sepenuhnya.

Belum puas saling menjamah, kami berdua bergeser di lantai karena kurang nyaman beraksi di atas kursi. Wajahku mulai merayap di sekujur tubuh telanjang mbak Sarah. Saat itulah aku mencium aroma bunga melati yang semerbak. Seketika aku merinding dan teringat perasaan tidak nyaman saat pertama kali aku datang ke warung itu. Akan tetapi batangku yang telanjur menegang tidak peduli itu, bodoh amat lah mau mistis apa nggak, yang penting hajar dulu.

Aroma tubuhnya yang harum membuatku nyaman menggerayangi setiap lekuk tubuhnya, lidahku menjelajah ke sudut-sudut sensitif tubuhnya, membuat mbak Sarah terus menggelinjang mengisi keheningan malam.

Kondisi birahi membuatku lupa daratan, aku tidak peduli lagi bagaimana perasaan pak Joko yang telah curhat kepadaku tadi pagi, tak peduli apakah mbak Sarah ini benar-benar wanita asli atau jadi-jadian, yang penting hasratku harus segera disalurkan.

Mbak Sarah merentangkan pahanya lebar-lebar, area kewanitaannya yang sudah basah menuntut untuk segera dijamah. Ekspresi wajahnya begitu menggoda, seolah tidak sabar menantikan sodokan batang tegangku. Tanpa buang waktu lagi aku segera menghujamkan batangku secara perlahan ke dalam liangnya.

Hangat. Rapat. Nikmat. Mungkin itulah yang bisa menggambarkan pengalaman pertamaku mengisi liang wanita dengan kejantananku. Tanpa sadar aku jadi meracau sendiri, secara otomatis batangku bergerak maju mundur mengisi liang mbak Sarah.

"Terus mas, enak mas" begitu terus kata-kata yang diucapkan mbak Sarah, berulang-ulang sambil meremas gunung kembarnya sendiri.

Berpegangan di pinggul mbak Sarah, aku mempercepat sodokan batangku ke dalam liangnya. Makin terasa nikmatnya, tak peduli peluh mulai mengucur deras, wangi tubuh wanita itu seolah memicu semangatku untuk terus memacu pergerakan batangku.

Entah berapa menit telah berlalu, tidak seperti aksi liar Rio tempo hari, aku hanya bermain dengan satu gaya saja, tapi itu sudah cukup membuatku keenakan setengah mati, tanpa terasa batangku mulai mencapai batasnya.

"Aku mau keluar ini mbak" ujarku terburu, aku masih terus memompa liang wanita itu.

"Ya keluarin aja" balasnya cuek, rambut hitamnya yang panjang telah terurai tak karuan, birahiku makin tak tertahankan melihat kondisinya yang begitu menggoda.

"Engghh, aku keluar mbak" desisku tertahan, batangku menyemburkan cairan kentalnya beberapa kali di dalam liang mbak Sarah. Wanita itu membiarkanku menuntaskan hasratku. Cairan kental langsung merembes perlahan dari liangnya saat batangku tercabut.

Wanita itu hanya tersenyum melihatku yang kelelahan dan penuh kepuasan. Tanpa berkata apa-apa, dia pergi meninggalkanku seorang diri di sana. Saat itu aku baru menyadari bagaimana perasaan Rio tempo hari.

###

Kebetulan siang itu Rio sedang bertugas, aku segera meluncur ke warnetnya, berniat mengisahkan pengalamanku semalam.

Rio tengah asyik menonton film bokep ketika aku datang, kebetulan belum banyak pelanggan yang datang ke sana. Aku menepuk bahunya untuk mengabarkan kehadiranku.

"Bangke ngagetin aja lu, ngapain siang-siang ke sini?" secara reflek Rio menghentikan film bokepnya begitu melihat keberadaanku.

"Lah daripada siang-siang malah nonton bokep" sindirku telak, dia hanya tersenyum kecut.

"Jadi gini cuy, semalam aku ke warung bu Joko sendirian" ujarku membuka cerita, Rio langsung mematikan film bokepnya, sepertinya lebih tertarik dengan cerita yang kubawa.

"Terus gimana cuy?" sambungnya antusias.

"Aku sempet main juga sih sama dia" lanjutku sebelum menceritakan lebih detail terkait pengalaman pertamaku semalam. Aku juga menceritakan wawancaraku dengan pak Joko di pagi harinya. Rio terlihat semakin antusias dan sepertinya memikirkan hal yang sama denganku.

"Mantap ini buat konten" potongnya sesuai dugaanku. Aku sudah menyiapkan hasil wawancara kemarin, tinggal menunggu hasil sentuhan dari Rio saja.

"Hajar aja cuy, ini udah aku bawain hasil rekamannya sih. Atur aja gimana kontennya" aku menyerahkan beberapa rekaman yang kudapatkan, Rio terlihat girang seperti menerima hadiah ulang tahun.

"Tapi kita tetep butuh video juga sih kayaknya, kurang kalau cuma suara aja" lanjut Rio sebelum mulai menerawang membayangkan konten seperti apa yang akan dibuatnya nanti.

"Ya kita ke sana lagi aja ntar malem, ambil gambar atau video warungnya, beserta sepasang suami istri itu" saranku. Rio manggut-manggut memikirkan saran dariku. Sebelum tiba-tiba mengejutkanku dengan pertanyaannya.

"Semalam lu ngerasa ada bau melati nggak dari tubuh mbak Sarah?" tanya Rio tiba-tiba, seperti baru saja teringat akan sesuatu.

"Iya sih, wangi banget tubuhnya, kok tau lu?" aku membalik pertanyaannya.

"Ya, sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama sih tempo hari" akhirnya si mesum itu mengaku juga.

"Di kamar mandi itu?"

"Iya"

"Gitu pake acara nggak ngaku segala lu cuy" sindirku sebelum kami berdua sama-sama terbahak. Tapi setelah itu wajah Rio berubah lagi, seperti memikirkan sesuatu.

"Tapi setauku hampir tidak ada wanita normal yang memakai parfum atau semacamnya dengan aroma melati cuy" lanjut Rio dengan topik baru.

"Maksudmu gimana cuy?" aku belum menangkap arah pembicaraannya.

"Dugaanku sih antara dua, kalau bukan selera parfum yang aneh ya berarti dia bukan manusia biasa" Rio memperjelas maksud dugaannya.

"Jangan mulai lagi deh, masa iya ada makhluk jadi-jadian kayak gitu, lagian kemarin rasanya bener-bener nyata loh enaknya" aku menolak asumsi pribadinya itu, bagiku persetubuhanku kemarin telah membuktikan bahwa wanita itu bukan jadi-jadian.

"Ya mana kita tahu cuy, emang sebelumnya lu udah pernah main sama barang mistis gitu sampe bisa tahu bedanya?" benar juga pernyataan Rio kali ini, bersetubuh dengan manusia aja rasanya baru kemarin itu kualami, bagaimana mungkin aku tahu kalau mbak Sarah bukan seperti dugaan Rio.

"Terus gimana rencanamu buat ntar?" aku kembali penasaran dengan warung itu, terutama sosok mbak Sarah.

"Aku tadi udah cari info sih, ada caranya buat ngecek manusia asli apa bukan" jawaban Rio cukup melegakan, sepertinya nanti malam kami akan menemukan jawaban misteri aroma melati itu.

"Gimana emang?"

"Ntar aja lah, lu bakal tau sendiri" Rio menutup topik pembicaraan siang itu. Kami berdua larut dalam pemikiran masing-masing, sebelum akhirnya aku pamit pulang dan berjanji untuk berkumpul di sini lagi nanti malam.

###

Tidak seperti biasanya, meskipun berdua dengan Rio tapi aku masih merasa merinding ketika melewati kuburan dekat warung bu Joko. Apalagi Rio, sedari tadi dia sudah buru-buru masuk ke dalam warung aja karena tidak nyaman dengan kondisi di luar.

Saat kami sudah berada di dalam warung, rupanya mbak Sarah masih belum tampak batang hidungnya, tapi beberapa bahan makanan sudah tertata di rak biasanya.

"Wah kebetulan nih, bisa kita coba langsung kalo gitu" Rio tiba-tiba membuka tas yang dibawanya, dia mengeluarkan sebungkus garam kasar dan beberapa siung bawang merah dan bawang putih.

"Mau ngapain cuy? Bantuin mbak Sarah masak?" sahutku heran dengan bawaan Rio.

"Ini cara buat ngusir makhluk halus cuy" Rio berbisik pelan sambil menebarkan garam ke beberapa titik, termasuk di setiap sudut ruangan.

"Masa gini doang?" aku masih tidak percaya caranya semudah itu.

"Udah jangan banyak protes deh" Rio mengabaikan ucapanku dan sekarang mulai mengiris setiap siung bawang yang dibawanya. Karena tidak paham, kubiarkan saja Rio melakukan caranya itu, aku hanya duduk-duduk mengamati sekitar.

Tak lama berselang, terdengar suara pintu belakang warung dibuka, sosok mbak Sarah segera hadir bersama kami, kali ini memakai tanktop ketat dan rok mini.

"Loh udah ada yang datang, maaf tadi ke kamar mandi dulu" ujar wanita itu santai, seolah tidak terpengaruh dengan aksi aneh yang dilakukan Rio tadi, untungnya Rio telah menghentikan aksinya begitu melihat kedatangan mbak Sarah.

Tapi dugaanku agak meleset, Rio belum benar-benar menghentikan usaha anehnya. Tiba-tiba saja dia mendekat ke arah mbak Sarah dan menyiramkan air putih dalam botol berukuran sedang, entah air apa yang ada di dalamnya.

"Eh, apa-apaan ini mas?" mbak Sarah tentu saja terkejut, apalagi hampir sekujur tubuhnya basah kuyup termasuk wajahnya.

"Cuy, ngapain lu" aku bergegas menghampiri Rio untuk menghentikan tindakan gilanya.

"Maafin aku ya mbak" belum sempat aku menarik Rio, tiba-tiba dia bersujud tepat di depan mbak Sarah. Seketika aku paham, Rio akhirnya menyadari kalau usahanya tidak membuahkan hasil, sekaligus membuktikan bahwa mbak Sarah hanyalah manusia biasa seperti kita.

"Bajuku jadi basah nih" rajuk mbak Sarah, dalam kondisi basah tentunya membuat lekuk tubuhnya tercetak jelas di pakaiannya.

"Sebagai hukuman kalian harus ikut aku ke belakang" lanjutnya, kami menurut saja bagai kerbau dicocok hidungnya, kami bertiga melewati pintu belakang warung yang ternyata tembus ke bagian depan rumah mbak Sarah.

Mbak Sarah berhenti dan duduk di sofa panjang yang ada di sana, bagian depan rumah wanita itu lebih terang daripada di dalam warung. Aku agak takut juga sih seandainya tiba-tiba pak Joko keluar dari sana dan memarahi kami.

"Duduk sini jangan takut, suamiku udah tidur kok" mbak Sarah melambaikan tangannya menyuruh kami mendekat. Walau agak ragu tapi kami duduk mengapitnya, Rio di sebelah kanan mbak Sarah, aku di sebelah kirinya.

"Kamu sekarang tambah nakal ya" mbak Sarah memencet hidung Rio, wajah Rio berubah dari ketakutan menjadi bersemu merah. Dalam kondisi sedekat itu, aroma melati dari tubuhnya kembali menguar dan menyerang hidungku.

"Basah-basah kan enak, mbak" Rio mulai berani menggoda mbak Sarah. Aku hanya diam saja dan sesekali melirik ke arah pintu, sewaktu-waktu bisa saja pak Joko keluar dari sana.

"Enak gimana?" mbak Sarah menanggapi godaan Rio, keduanya semakin berdekatan dan agak menjauh dariku.

"Enak jilatinnya mbak" lanjut Rio semakin vulgar, dengan berani dia menarik lengan kanan mbak Sarah dan mengangkatnya. Tanpa peduli dengan keberadaanku, Rio menjilati ketiak mulus wanita itu.

"Udah kangen ya sama ketekku, sampe tegang begini" mbak Sarah membiarkan Rio menikmati ketiaknya, sementara tangan wanita itu merambat ke celana Rio dan melepaskan batang Rio dari sangkarnya.

Jujur saja agak jijik sebenarnya melihat batang orang lain begitu, apalagi milik sahabat sendiri. Tapi sekilas aku bisa mengetahui bahwa batang Rio tidak lebih besar dari milikku.

"Semangat banget sih jilatinnya, enak ya" goda mbak Sarah, tangan kiri wanita itu telah mengocok batang Rio secara konstan.

"Mulus banget punyamu mbak, kayak artis-artis bokep" komentar Rio ketika menghentikan aksinya sesaat. Tidak hanya menjilati ketiak mbak Sarah, tangan Rio telah beredar melucuti tanktop mbak Sarah hingga wanita itu telanjang dada. Gundukan payudaranya yang montok terlihat padat dan tidak terlalu menggelantung.

Ibarat anak kecil dengan mainan barunya, tangan Rio bergerak liar meremasi kedua payudara mbak Sarah bergantian, sesaat aku teringat kejadian di kamar mandi tempo hari, bedanya kali ini aku tidak hanya mengintip melainkan melihat dari dekat.

Lamunan sesaatku buyar berganti dengan penampakan Rio yang tengah bersemangat menjilati bagian bawah mbak Sarah. Sekarang wanita itu sudah telanjang bulat, tanktop dan roknya tergeletak begitu saja di lantai.

"Ayo cepetin mas, enak banget jilatanmu" mbak Sarah menyemangati Rio sambil terus membenamkan kepala Rio di selangkangannya.

"Ough, pinter juga kamu" desahan-desahan erotis mbak Sarah mulai terdengar, tangannya mulai menjambak rambut Rio untuk melawan rangsangan yang diterimanya.

Ketika kuamati lebih seksama, Rio tidak hanya memakai lidahnya untuk menyerang area pribadi mbak Sarah, dia mengkombinasinya dengan gesekan tangan dan tusukan jarinya. Kuakui pengetahuan Rio perihal dunia lendir memang jauh lebih luas dariku, jadi aku tidak terkejut kalau Rio semahir itu.

"Ahhh, aku mau keluar ini mas, ahhh" mbak Sarah tidak hanya menjambak rambut Rio, dia juga mencengkram bahu Rio sembari memekik keenakan. Dalam sekejap cairan putih merembes keluar dari liang mbak Sarah.

Keduanya mengatur nafas sejenak, lalu mbak Sarah duduk bersandar di sofa, kedua pahanya direntangkan lebar-lebar memberikan jalan masuk untuk batang Rio. Pemuda mesum itu dengan sigap mengarahkan batangnya menusuk liang mbak Sarah yang telah becek.

Perlahan tapi pasti Rio mulai mempercepat irama tusukan batangnya, deru nafas dan desahan nikmat dari keduanya bersatu memecah keheningan malam. Kedua tangan Rio tidak tinggal diam, terus meremas gunung kembar montok di hadapannya.

Puas dengan posisi tersebut, Rio membalik tubuh mbak Sarah. Wanita itu kini merangkak di atas sofa. Pantatnya yang sekal menungging ke arah Rio, menantikan sodokan berikutnya dari kameramen nakal itu. Bukannya segera beraksi, Rio malah menepuk bongkahan pantat mbak Sarah hingga memerah.

Tidak mau diam saja, mbak Sarah bergerak ke arahku, tanpa permisi kedua tangannya menarik keluar batangku dari persembunyiannya. Batangku yang sedari tadi telah menegang itu segera dikulumnya tanpa ampun. Ujungnya dikulum dan dihisap, pangkalnya diurut naik turun. Nikmat sekali rasanya, susah digambarkan dengan kata-kata.

Di saat bersamaan, Rio mulai menggenjot liang mbak Sarah dari belakang. Pinggulnya bergoyang maju mundur menyodok liang kehangatan mbak Sarah. Semakin terangsang dia, semakin liar pula permainan oralnya pada batangku.

"Gantian cuy" ujar Rio tiba-tiba. Dia melepaskan batangnya yang sedikit mengendur. Rupanya baru saja dia menumpahkan klimaksnya, terbukti dari cairan kental yang merembes keluar dari liang mbak Sarah.

Tanpa dikomando lagi mbak Sarah berbalik arah dan berganti mengoral batang Rio yang mulai menyusut. Meski masih tersisa bekas cairan Rio, aku tetap menghujamkan batangku yang telah menegang ke dalam liang wanita itu. Sudah kepalang tanggung, hasratku juga menuntut untuk dipuaskan. Tak peduli terasa becek tetap saja kusodok liang wanita itu.

Untungnya batangku lebih besar dari milik Rio, alhasil batangku bisa masuk dengan mudah setelah dibukakan jalan oleh Rio. Liangnya yang becek ternyata memberikan sensasi tersendiri dan menimbulkan bunyi kecipak yang mengusik pendengaran. Sebagai pemain yang kurang mahir, langsung saja aku memacu kecepatan sodokan batangku, Rio hanya tersenyum melihat keganasanku.

Entah berapa kali kami berdua telah berganti posisi, tubuh telanjang mbak Sarah telah berlumur peluh dan cairan kental dari kami berdua. Wajah wanita cantik itu terlihat girang dan terpuaskan, walau terlihat segurat rasa letih di matanya.

Aku sudah mencapai batasku, malam itu hampir tiga kali aku mencapai klimaks, aku terbaring tak berdaya di atas sofa, sedangkan Rio masih terus menggarap tubuh bahenol mbak Sarah. Malam masih panjang, sepertinya aku akan kembali beraksi saat tenagaku kembali nanti.

Tiga hari setelah kejadian seru malam itu, aku dan Rio meyakini bahwa tidak ada hal mistis di warung itu, terlepas dari aroma melati dari tubuh mbak Sarah, mungkin memang dia menyukai aroma itu.

Konten terbaru kami sudah tayang kemarin, mengenai kisah hidup pak Joko dan mbak Sarah. Rio dengan lihai memadukan antara rekaman suara sepasang suami istri itu dengan beberapa foto dan video mereka saat berada di warung.

Aku cukup girang melihat banyaknya penonton di konten video terbaru kami, hampir menyaingi video sebelumnya lah, padahal baru sehari ditayangkan.

Seperti biasa, aku dan Rio berkumpul di warnetnya untuk mengecek komentar-komentar yang masuk. Kali ini sangat beragam komentarnya. Ada yang trenyuh dengan kisah hidup mereka, ada yang menganggap kisah itu hoax semata, dan banyak pula yang meminta foto lain dari mbak Sarah. Maklum, Rio sengaja membagikan foto-foto mbak Sarah yang terlihat seksi dan menggoda.

Tapi lagi-lagi komentar dari akun Rahasia Lelaki yang membuat kami terhenyak. Dengan lantang dia meneriakkan bahwa kami hanyalah para pemuda mesum yang maniak seks. Bahkan banyak akun lain yang setuju dengannya dan menganggap kami hanyalah pecandu bokep yang amatiran.

Semakin kugeser ke bawah, semakin banyak komentar semacam itu yang masuk. Bahkan ada yang mengatakan bahwa kami adalah bintang film bokep amatir. Aku semakin terkejut, bagaimana bisa mereka berkata seperti itu.

Puncaknya, ada salah satu akun yang mengirimkan sebuah link video di kolom komentar, begitu aku dan Rio membukanya, kami tak lagi bisa berkata apa-apa.

###

"Pa, aku mandi dulu ya" ujar manja seorang wanita kepada suaminya.

"Iya ma, pake rendeman melati apa mandi biasa?" balas si lelaki.

"Biasa pa, lagi males main hari ini" sahut si wanita sebelum melangkah ke kamar mandi.

"Yutub yutub lebih dari tv, boom" senandung lelaki itu berulang-ulang. Wajahnya terlihat serius memantau rekaman kamera tersembunyi di segala penjuru rumah dan warungnya.

"Kurang seru nih rekaman yang terbaru, paling enak emang ngerjain para yutuber sok asik itu" lanjutnya sembari mengedit potongan video berisikan adegan mesum istrinya dengan lelaki lain.

Lelaki itu kemudian membuka salah satu web porno dan melihat hasil karyanya tempo hari, aksi threesome istrinya dengan yutuber baru beserta kameramennya. Lelaki itu tersenyum puas melihat jumlah pengunjung dan pengunduh videonya itu, sejauh ini video tersebut yang menghasilkan pundi-pundi uang paling banyak.

"Rupanya keputusanku benar, dibanding sekedar ngintip istri orang lain ternyata lebih seru terang-terangan ngintip istri sendiri, bisa menghasilkan duit pula" gumam lelaki itu kepada dirinya sendiri.

Lelaki itu beranjak dari tempat duduknya meninggalkan laptop yang masih menyala. Channel miliknya sukses menduduki peringkat atas di salah satu web porno, channel dengan nama 'Fake Warteg'.

Lelaki itu terlihat riang dan kembali bersenandung di kejauhan. "Yutub yutub lebih dari TV, boom. Tapi yutub kalah sama yuporn, boom"

- end -
 
Terakhir diubah:
Wow speechless baca bagian akhir, ternyata oh ternyata misuanya emg sengaja buat bininya di trisum ma pembuat konten amatir.
Keren - keren buat suhu @darksatan dg imajinasinya "FAKE WARTEG"
Btw knp judulnya kok g sekalian "FAKE WARTEG" ya suhu ???
 
Dahsyat ceritanya Suhu.
Layaknya tendangan pisang Roberto Carlos yang seolah melebar namun ternyata golllll!!
Yutub kalah sama yuporn, dan semoga yuporn kalah sama yuwin om :mantap:
 
Wow speechless baca bagian akhir, ternyata oh ternyata misuanya emg sengaja buat bininya di trisum ma pembuat konten amatir.
Keren - keren buat suhu @darksatan dg imajinasinya "FAKE WARTEG"
Btw knp judulnya kok g sekalian "FAKE WARTEG" ya suhu ???
Ketebak ntar alurnya hu kalo pake judul fake warteg hahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd