Omake
Realita, Cinta, dan Fiksi
by: Elizaa
WARNING: Ini bukan update-an cerita, tapi cuma uneg-uneg penulis...
Temen-temen penulis ada yang pernah dong, tritnya dirusuh sama ID kloningan. Mending yang kalau yang dirusuh jalan cerita, bisa saja dianggap sebagai kritik yang destruktif agar penulis lebih baik lagi. Tapi terkadang yang dirusuh adalah penulis secara personal. Itu yang terkadang bikin sakit hati. Aku hanya ingin membawa cerita ini lebih dekat dengan realita para penulis cerpan, suka duka penulis yang susah dapet ide, terus percikan-percikan asmara di balik layar, termasuk juga permasalahan rusuh merusuh oleh klon yang super nyebelin.
Tetap saja realita tidak bisa dicampur adukkan dengan fiksi. Aku hanya berharap, pembaca bisa cukup cerdas memilih dan memilah, yang mana realita, yang mana fiksi. Mungkin saja aku khilaf, misal nama Kanjeng Distro itu aku ambil dari nama sesepuh cerpan, Suhu Clothingk (see? lihat persamaannya) Tapi tetap saja Kanjeng Distro tidak sama dengan Clothingk, bagaimanapun juga. Adapun Trix yang mungkin dimirip-miripkan dengan salah satu suhu di sini (2 tahun menghilang? apalagi, obvious banget benernya). Tetap saja Trix tidak sama dengan suhu tersebut. Atau Flo. Atau Iko (member yang niat banget ngurusin forum, aku tahu ada orang seperti itu, tapi tetap saja Iko bukan suhu tersebut). Piscok, RedHot, Oom Yaz, dan semua nama orang-orang yang dicomot tanpa ijin. Tapi tetap saja cerita ini adalah fiksi. Kalau pun ada yang mirip, cara karakter bernarasi, cara chat, emoticon yang dipakai, barangkali ada yang mirip dengan member di real, tetap saja itu bukan member yang bersangkutan. Karena ketika menulis karakter, mau nggak mau penulis menulis dari imajinasi di kepala yang sebenarnya merupakan kondensasi dari pengalaman di dunia nyata.
Jadi aku tidak mau menerima komentar di kemudian hari. "Lho, kok karakter x diginiin, itu kan dibuatnya berdasarkan karakterku, ini namanya pencemaran nama baik!" kalau ada yang komentar gini, bakal tak jedokin ke gerobak angkringan. "Eh, su, siapa yang bilang dia dibikin dari karaktermu?"
Penulis kadang tergoda untuk memasukkan realita ke dalam fiksi. Tapi mudah-mudahan aku tetap diberikan keteguhan hati untuk berjalan di jalan yang benar.
Have a plan, stick to it. Penulis hanya mengikuti cetak biru yang tertuang dalam sinopsis, dan dikembangkan menjadi garis-garis besar cerita. Ada check point-check point yang harus dicapai demi menuju tag [tamat]
Kita sekarang memasuki babak baru. Sebenarnya, plot rusuh ini mau aku simpan buat pertengahan cerita. Menulis cerita itu adalah seni untuk memilih
when to reveal,
when to conceal, seperti permainan kartu. Temen aku bilang, kalau kartu ini dibuka sekarang, ceritanya akan jadi cerita detektif-detektifan. Padahal aku sama sekali nggak bisa nulis cerita detektif-detektifan (Enyas, Archie, Oedipus, itu baru jago). Tapi kartu ini adalah kartu terbaik sementara di tangan untuk ekskalasi konflik, dan melanjutkan plot. Mudah-mudahan aku bisa melanjutkan play yang sudah dimulai bisa berjalan baik tanpa mengecewakan.
Termasuk masalah rutin update. Waktu selalu berbanding terbalik dengan kualitas. Bisa saja aku apdet cepet sehari-sehari, tapi tentu harus ada yang dikorbankan bukan? Selama ini aku menetapkan target bisa update seminggu dua kali, di tengah-tengah lah. Tapi semenjak masuk ke konflik baru ini, aku harus lebih hati-hati mengarahkan plot, jangan sampai salah jalan, buntu terus akhirnya bingung mengurai konflik yang ditulis sendiri. Mudah-mudahan bisa rutin 2 kali seminggu.
Perhaps... Perhaps... Perhaps....
Aku baru pertama kali ini menulis dengan teknik multi PoV, di mana masing-masing karakter punya gaya narasi yang berbeda-beda. Narasi Flo termasuk yang paling mudah ditulis. Asal nyablak, asal tabrak. Ibaratnya lagu, Flo itu aku bayanginnya kaya lagu 100km/jam -nya The Brandals. Trix lebih imut, ibarat lagu lagu Secret Admirer-Mocca. Jo yang paling susah, bahkan untuk lagu-pun penulis belum bisa menangkap isi kepala manusia yang satu ini. Untuk narasi Jo lebih berat, lebih teratur, yang pasti lebih sulit ditulis. Makanya update sekarang aku perlu waktu 6 hari nulisnya, meski kebanyakan diisi dengan bingung mikirin plot sama teman-teman, dan cari wangsit.
Kadang wangsit itu datang tanpa diduga-duga. Plot yang inipun baru aku tulis 2 hari yang lalu. Kalau wangsit datang. Ibaratnya di kepala aku itu ada suara, terus ada adegan, dan kalau nulis itu lancar bisa-bisa jadi banyak halaman. Tapi kalau wangsit lagi macet. Kadang biar digimanain pun jari-jari ini amcet. Mau dipaksa pun jadinya adegan-adegan yang klise. Adegan mesum nggak ngacengin, adegan romantis jadi kacangan banget. Terkadang wangsit pun datang di saat-saat gak tepat. Lagi nelepon pasangan (yang kalau ditutup ngamuk-ngamuk), lagi naik motor (resiko kecelakaan), dan waktu sudah sampai rumah, wangsit suci tersebut sudah hilang.
And... it's gone... seperti yang terjadi hari ini...
Belum lagi wangsit nggak penting yang nggak ada hubungannya dengan cerbung Trix, yang membuat aku tergoda menulis cerita baru lagi (tapi tidak... aku tidak akan tergoda!)
Oke, ternyata aku sudah nulis panjang lebar. Dan setelah dibaca ternyata bisa jadi updatean sendiri.
Makasih udah yang mau baca curahan hati seorang penulis. Makasih juga buat yang udah baca
Trix! Mulai sekarang, kalau ada yang coment mengenai arah plot aku jawab gini aja yaaah "hmmm lihat aja nanti
" huehuehuehue...
Tumben Elizaa ngomong serius yah
Salam, Liz