Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
:baca:numpang baca dl ya suhu....
mbok ya satria istirahat dl.....
habis olahraga sama shin eun malah diforsir tenaganya....
jd kurang konsentrasi....
update kali ini bikin kepikiran.....
gmn shin eun ntarnya
:aduh:

Klo ku pasrahkan karo pean pie Sam..

Kwkwkwks
Lumayan iso ngganteni si Cici iku...


:pandaketawa:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part Seventeen


Satria tidak yakin dengan apa yang baru saja terjadi. Saat tersadar, mendadak saja dia telah berada di dalam sebuah truk yang tengah melaju kencang. Dua orang tengah asik berbincang- bincng di dalam truk dan keduanya nampak tidak menyadari keberadaan Satria di di dalam truk itu.

Satria merasakan keanehan dalam dirinya. Ia merasa sedemikian hampa, ketika melihat kedua tangan serta seluruh bagian tubuhnya. Satria baru menyadari, bahwa ia tidak ubahnya seperti ruh tanpa raga, kasat mata dan tidak tersentuh. Satria tersentak, dia bahkan tidak bisa menyentuh dirinya sendiri. Berkali-kali dia mencoba menggapai sang pengemudi untuk menunjukkan keberadaannya. Namun percuma, lelaki itu tak bisa melihatnya dan bergeming.

"Apakah aku sudah mati? " Pikir Satria dalam hati.

Dalam kepanikan itu, Satria tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi, ia melihat foto seseorang anak kecil tergantung di kaca spion, tepat ia duduk di antara keduanya. Foto seorang anak yang entah kenapa menyita perhatiannya.

"Hari ini anakku Andra berulang tahun." Ucap si pengemudi itu, pada rekannya yang duduk di sampingnya. Tanpa menyadari kehadiran ruh Satria di tengah-tengah keduanya.

"Oh, ya? Rupanya, umur anakmu tidak terpaut jauh dengan anakku si Satria." Sahut rekannya menanggapi.

Mendengar lelaki itu menyebutkan nama anaknya, membuat Satria sedikit terkejut. Meskipun berwujud ruh, entah kenapa jantungnya berdebar dan aliran darahnya serasa terhenti. Perlahan Satria mendekatkan wajahnya ke arah lelaki itu agar bisa melihatnya dengan lebih jelas. Saat itulah, seluruh tubuh hampanya bergetar sedemikian hebat.

"A... A... Aa... Ayah...!!!" Ucap Satria terbata, nyaris tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Ayahnya telah meninggal bertahun-tahun, lalu kini nampak jelas di hadapan nya. Satria seakan tak percaya dengan itu semua. Belum sempat ia berfikir banyak, mendadak saja pengemudi truk itu menjadi panik. Sebuah truk lain melaju dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi. Gerakan truk tersebut nampak tidak stabil, seakan pengemudinya sedang mabuk berat.

" Truk itu semakin mendekat? Hati-hati!" Ucap ayah Satria pada rekannya yang semakin panik. Truk di hadapan mereka bergerak ke arah kiri dan kanan semaunya, membuat keduanya tegang.

"Awasss...!!!" Teriak Satria sekencang mungkin saat truk di depannya membelokkan arah dan berhadapan langsung dengan truk mereka.

Dengan perasaan yang sedikit panik, si pengemudi berusaha menghindar dengan membanting setir ke arah berbeda. Namun naas, di belakang truk ugal-ugalan itu ternyata ada sebuah sedan yang sedang melaju. Tabrakan maut tak terelakkan lagi.

"Dhuaarrghh...!"

Sedan kecil itu terhempas, tak kuasa menandingi kekuatan truk mereka. Namun truk itu sendiri lepas kendali dan menghantam pembatas jalan, lalu truk itu terbalik masuk sebuah jurang kecil yang membawa ruh Satria dan kedua penumpang di dalamnya.

"Ayaaah...!" Satria berteriak lantang dengan nafas terengah-engah.

Dadanya naik turun, nafasnya tidak teratur dengan mata yang terbelalak, Satria memandang ke depan. Betapa terkejutnya, ia melihat suasana yang berada di sekelilingnya. Satria mengusap wajah seakan tak percaya. Saat itulah, baru ia menyadari bahwa tubuhnya telah kembali nyata.

"Aku masih hidup!" Batin Satria.

Ia menerawang seluruh ruangan itu dan memandang sekeliling, sadarlah bahwa ia saat ini sedang berada di dalam kamar sebuah rumah sakit.

"Hanya mimpi...!" Suara Satria terdengar lirih.

"Syukurlah kau sudah sadar...!" Seseorang menyapa dari arah samping.

Satria menoleh dan melihat seorang wanita cantik bermata jeli dengan rambut terurai panjang melewati bahunya memandangnya dengan kelembutan. Pakaian wanita itu nampak sangat elegan dan fasionable. Meskipun nampaknya usia wanita itu tidak seumuran dengannya, atau bisa dibilang lebih tua dari dirinya, tetapi ia begitu cantik.

"Siapakah anda, nyonya?" Tanya Satria dengan nada santun. Bermaksud mengimbangi kelembutan suara merdu wanita di hadapannya itu.

"Aku, Angelina Khan. Panggil aja aku Ann! Tadi pagi, kau mengalami kecelakaan. Rupanya supirku terburu-buru untuk menjemputku di bandara. Bahkan ia menerobos rambu-rambu lampu lalulintas, ini semua salahku. Mohon di maafkan." Jelas wanita itu dengan tulus.

"Anda, siapa kalau aku boleh tau!" Balik Ann bertanya.

"Aku Satria!!! aku merasa tidak apa. Lupakan saja. "Jawab Satria meraba keningnya yang terbalut dengan perban melingkar di kepalanya.

"Bagaimana dengan supir Anda, nyonya!" Satria mencoba bertanya dan mengkhawatirkan kondisi orang yang telah menabraknya, yang mengakibatkan tabrakan beruntun itu terjadi.

Pertanyaan itu membuat wanita itu tersenyum , dia tidak mengira pemuda di hadapannya itu , sedemikian mudah menerima permintaan maaf, bahkan sampai mengkhawatirkan keadaan sopir pribadinya itu.

"Dia hanya luka ringan. Dan orang yang menabrak kamu dari belakang mobil, juga tak apa-apa. Mungkin supirku sekarang akan kuberikan waktu istirahat yang lumayan lama, beberapa hari ke depan."

"Nyonya Ann, aku mengucapkan terima kasih karena Anda telah membawaku ke rumah sakit ini."

"Tidak apa, ini sudah menjadi kewajiban saya. O, ya...! Aku belum menikah, jadi panggil aku Ann saja. Aku ngerasa kayak udah tua banget ya, hehe...!" Ujar Ann renyah. Pernyataan wanita itu membuat perasaan Satria menjadi sedikit sungkan.

"Oh, baiklah Ann. " Ucap Satria yang di iringi senyum kecil wanita tersebut.

Untuk beberapa saat antara Satria dan Ann, terlibat percakapan kecil dan santai. Meskipun berasal dari kalangan atas, Ann sama sekali tidak menunjukkan sikap sebagaimana layaknya seorang wanita kaya raya yang kesannya sering menjaga jarak dan ingin di hormati. Ann sendiri bukan orang kaya yang sembarangan datang ke negeri ini , ia seorang desainer terkenal se-Asia Pasifik. Justru Ann, menampakkan rasa keramahan dan sangat bersahabat dengan Satria. Begitu juga dengan Satria ia nampak sudah merasa cepat akrab dengan Ann yang bisa di bilang usianya terpaut beberapa tahun di atasnya itu. Ann sangat cantik dan seksi.

"Baiklah Ann, nampaknya aku senang berkenalan dengan mu. Tapi aku rasa keadaan ku sudah membaikan dan tidak terlalu parah. Apalagi hanya sedikit memar di bagian lenganku ini, tidak masalah. Hari nampaknya akan segera sore, aku harus secepatnya pergi, ada urusan." Ucap Satria yang menyadari sudah cukup lama di rumah sakit, bermaksud meninggalkan tempat itu.

"Tapi kau belum sembuh benar, beristirahatlah dulu. Kau juga baru sadar." Ujar Ann nampak keberatan dengan keinginan Satria itu. Raut wajahnya menunjukkan rasa kekhawatiran padanya.

"Tidak bisa Ann. Aku harus segera pergi. Aww...!" Jawab Satria, tapi sebelum ia beranjak kepalanya merasa sakit. Keras kepala Satria tanpa sebab dan bukan keegoisan dirinya sendiri melainkan komunikasinya terputus dengan Andra dan Paman Han, tentu keduanya pasti khawatir. Selain itu Satria juga mengkhawatirkan keadaan Kyo Sun yang juga tengah sakit. Ia ingin memastikan keadaannya benar-benar baik dan ia tidak bekerja hari ini. Jika sampai ia bekerja dalam keadaan sakit, ia tidak akan tau bagaimana akibatnya.

"Apakah tidak ada yang dapat aku lakukan untuk mengubah pendirian mu, Satria." Tanya Ann lembut, seakan permintaannya itu menggetarkan hatinya. Belum sempat Satria menjawab, mendadak terdengar pintu kamar rumah sakit itu di ketuk oleh seseorang dari luar.

"Masuk... tidak di kunci!" Ucap Ann .

Tak lama berselang, masuklah dua orang gadis berparas cantik. Satunya berjilbab putih dengan kulit halus terpancar dari wajahnya yang khas sama dengannya. Sementara satu orang lagi seorang gadis keturunan Korea berwajah manis dan anggun penuh kelembutan serta kesantunan.

"Satria, kenalkan ini keduanya asisten ku. Nona Aisha dan nona Kyo In." Dengan bersahabat, Ann memperkenalkan kedua gadis yang baru datang itu.

Baik Aisha maupun Kyo In menganggukkan kepalanya sebagai tanda perkenalannya. Berbeda dengan Satria yang terpana , seakan berusaha memastikan keterkejutannya melihati Kyo In. Meskipun belum bertemu secara langsung , tetapi Satria dapat mengenali Kyo In sebagai adik kandung dari Kyo Sun. Bukan karena foto yang di perlihatkan oleh tuan Sung Ji saat pembagian tugasnya dengan Andra, melainkan karena kemiripan Kyo In dan Kyo Sun. Sekarang yang menjadi pertanyaan besar dalam benak Satria adalah bagaimana Kyo In bisa ada di tempat ini. Lalu , dimana Andra? yang seharusnya mengawasi Kyo In.

"Satria,... Apakah ada sesuatu yang anda pikirkan...! Apakah anda mengenal mereka?" Ann nampak melihat raut wajah Satria berbeda dari sebelumnya. Tentu saja hal ini menarik perhatian Ann.

"Ah... Tidak! Tidak ada apa-apa, ann? Bahkan aku tak pernah mengenal mereka sebelumnya." Ucap Satria mencoba beralasan.

"Benarkah, kamu tidak sedang berbohong. Biar aku seorang desainer sekarang, tetapi aku juga pernah belajar psikologi waktu kuliah di Delhi." Balas Ann seraya menatap tajam ke arah Satria.

"Ah... Eh... Anu!? Hufft...! Maaf. Hanya saja tadi sepintas nona Kyo In seperti seseorang yang aku kenal. Kayaknya aku salah. Maafkan aku nona." Jawab Satria mencoba berkata apa adanya.

"Kayaknya, kakak memang salah. Saya baru mulai magang hari ini untuk Nona Angelina Khan" ucap Kyo In dengan lembut. Karena sebelumnya, Kyo In dapat merasakan bagaimana perbedaan cara Satria memandang dirinya.

"Bukan sudah kukatakan sebelumny pada kalian berdua panggil aku Ann. Tanpa embel-embel nona." Ucap wanita itu yang tak lain adalah Angelina Khan aka Ann, seorang desainer terkenal di wilayah Asia.

"Iya, mm... maaf, Ann?" Jawab Kyo In lirih sembari menunduk dan membuat Ann tersenyum.

Kedatangan kedua asisten Angelina Khan itu adalah untuk memberitahukan bahwa mereka sudah mendapatkan mobil sewaan yang dapat di gunakan oleh Ann . Sementara, mobilnya yang mengalami tabrakan harus di perbaiki, masuk ke bengkel dalam waktu yang cukup lama untuk perbaikan nya. Namun sudah mendapatkan mobil sewaan nya, tetapi mereka belum mendapatkan supir pengganti untuk Angelina Khan. Satria yang semula mendengarkan tiba-tiba mendapatkan sebuah pemikiran cemerlang. Melihat kondisi saat ini, ia merasakan jika nanti Andra akan sedikit kesulitan mengawasi Kyo In karena sepertinya gadis itu akan terus bersama Angelina Khan untuk beberapa waktu ke depan.

"Maaf jika aku ikut campur urusan kalian. Bagaimana jika aku yang menjadi supir kamu, Ann?" Tanpa basa-basi Satria langsung menyela pembicaraan mereka dan mengajukan diri untuk menjadi supir pengganti selama supir pribadi Angelina Khan beristirahat.

"Kau, menjadi supir ku?" Ann nampak terkejut, demikian pula Aisha dan Kyo In.

"Iya, kebetulan aku memang supir. Mobil yang ku bawa tadi pagi itu adalah mobil sebuah penyewaan." Dengan cerdik, Satria mengarang cerita untuk meluluskan niatnya itu.

"Oh, begitu rupanya. Berarti aku harus mempertanggungjawabkan kerusakan mobil yang kau pakai tadi pada pemiliknya. Aku tidak ingin kau mendapatkan masalah dengan pekerjaanmu."

"Tidak perlu, pemilik persewaan mobil itu adalah milik temanku sendiri. Jangan khawatir masalah hal itu, biar nanti aku yang akan mengurunya." Ucap Satria berusaha menyakinkan Ann. Sebenarnya mobil yang di gunakan Satria adalah miliknya sendiri yang di fasilitasi oleh tuan Sung Ji .

"Mmm... Begitu... Ya?" Ann nampak masih sedikit ragu.

"Jadi apa aku diterima bekerja ?" Kembali Satria bertanya dengan mengukir senyum di wajahnya mencoba berusaha menyakinkan Ann.

"Bagaimana dengan luka mu."

"Sudah tidak apa-apa. Lihatlah. " Dengan nekat Satria membuka perban di kepalanya. Meskipun masih merasakan nyeri dan perih bekas jahitannya itu. Tetapi Satria menampakkan senyum di wajahnya untuk menyakinkan Ann.

"Lagi pula jika kau tidak memberikan pekerjaan. Aku akan tetap keluar dari rumah sakit ini, aku lakukan hanya sebatas rasa untuk membalas kebaikan mu Ann. Bagaimana? Apakah kau bersedia menerima ku. Lagi pula juga belum tentu teman ku mau menerima bekerja disana lagi." Satria mencoba untuk mendesak dan membuat Ann merasa tidak enak hati di buatnya. Akhirnya Ann menyerah, Satria tersenyum simpul penuh kemenangan. Tidak berapa lama kemudian Ann mengurusi semua administrasi rumah sakit itu. Sebelum mereka semua bergerak meninggalkan rumah sakit menuju apartemen Ann dengan menggunakan mobil sewaan. Tentu dan pastinya , Satria yang berperan menjadi supirnya.



~••o 234 o••~

Ditempat yang berbeda.....

Sementara itu, Andra nampak duduk termenung seorang diri di sebuah rumah makan. Pemuda itu kembali merasakan kegalauan, namun kali ini bukan karena pertentangan batinnya. Melainkan karena kehilangan Kyo In. Ia tidak tahu kebenarannya saat ini. Pengawasannya terhadap Kyo In lepas, semenjak gadis itu pergi bersama Aisha di bukit belakang asrama. Semula , Andra mengira keduanya bakal kembali sore ini ke asrama nyatanya tidak. Bahkan Andra pun diam-diam mendatangi apartemen Aisha untuk memastikan jika mereka berada disana, ternyata juga kosong.

Menurut informasi yang ia dapat, Aisha adalah satu-satunya teman dekat yang Kyo In miliki di kampus itu. Dan menurut penjaga asrama, mahasiswi berjilbab yang berasal dari Indonesia itu katanya mengajak Kyo In untuk magang bersamanya. Aisha sendiri sudah lebih dulu menjalani magang kerja, bahkan sebelum Andra masuk ke dalam lingkungan asrama kampus itu. Andra sudah mengenalnya, tapi belum tau banyak tentang gadis berjilbab asal Indonesia yang sama dengan dirinya berasal.

Tetapi yang menjadi kekhawatiran Andra adalah ia tidak memiliki akses ke pusat akademik untuk mencari data dimana keduanya menjalani magang. Jika saaat ini ia melapor dan meminta bantuan tuan Sung Ji, tentu lelaki itu akan marah besar atas kecerobohan yang telah ia perbuat. Permasalahan lainnya juga adalah komunikasi dengan Satria pun terputus, ia tidak tau dimana sahabatnya itu sekarang. Nomer telpon genggamnya pun tidak dapat dihubungi.

Satu-satunya orang yang dapat ia mintai pendapat hanyalah paman Han. Itulah sebabnya kenapa sore ini ia berada di rumah makan yang tidak jauh dari pusat kota CHEONAN. Menurut Paman Han kemungkinan besar telah terjadi sesuatu pada Satria dan Andra harus mengawasi Kyo Sun. Jangan sampai gadis itu lepas dari pengawasannya seperti yang terjadi pada Kyo In.

Sejak tadi, perhatian Andra terus tertuju pada sosok seorang pelayan yang tampak sibuk melayani pelanggan. Ia adalah Kyo sun. Andra yang terus memandanginya, tak menyentuh sedikitpun makanan yang berada di hadapannya. Andra terus mengamati setiap kegiatan yang dilakukan gadis itu dan benar saja kata Paman Han, jika dirinya tidak melihat keberadaan Satria di sekitar rumah makan ini. Semakin yakinlah bahwa telah terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

"Praaaannggg....!"

Andra terkejut, tak jauh dari meja tempat ia duduk , tampak Kyo Sun dengan wajah yang begitu pucat memunguti pecahan mangkuk di lantai. Kejadian ini bukanlah pertama kali terjadi. Terlihat sekali sang pemilik rumah makan begitu sedemikian gusar. Ia melangkah mendekati Kyo Sun dengan wajah merah padam. Lelaki bertubuh gemuk itu berdiri dengan berkacak pinggang, sementara Kyo Sun masih berlutut di lantai memunguti pecahan mangkuknya.

"Pergilah. Mulai hari ini , aku tidak mau melihat wajahmu lagi di tempat ini. "Ucap lelaki tambun itu dengan geram. Semua orang yang melihat merasa iba pada Kyo Sun, namun tidak ada yang dapat mereka lakukan, selain menatap kasihan.

"Tuan... Beri saya kesempatan lagi." Iba Kyo Sun, kecemasan terlukis di wajahnya.

"Pergilah...!"

"Tt... Tapi.. tuan...!"

"Sudah aku katakan pergi ya pergi! Kau ku pecat!". Hardiknya keras , lelaki tambun itu sepertinya kehabisan kesabarannya.

Kyo Sun merasakan dadanya begitu sesak, bukan karena lelah dan letih, bahkan sakit yang ia rasakan. Tetapi karena ketetapan langit yang telah di jatuhkan pada dirinya secara bertubi-tubi ini. Tak seorangpun dapat merasakan beban yang saat ini ia rasakan. Baru saja tadi pagi ia di berhentikan karena terlambat melebihi batas yang telah ditetapkan di stand Young-Mo, Galleria Centre City oleh sang supervisor. Dan kini siapa yang menyangka bahwa rumah makan tempat terakhir ia bekerja memberhentikannya. Rasa sakit dan pedih itu hanya mampu ia pendam dan ia rasakan seorang diri.

"Tuan... Kumohon berilah satu kesempatan lagi...!" Dengan masih mengiba, Kyo Sun memohon dengan sangat. Ia tak tau lagi harus mencari pekerjaan, sedang adiknya masih membutuhkan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.

"Tuan.... Kumohon....!" Kyo Sun masih memohon.

"Diam! Pergi sana! Tinggalkan tempat ini!" Dengan kasar , lelaki tambun itu menampik lengan Kyo Sun yang berusaha memohon belas kasihan darinya. Diperlakukan sedemikian rupa membuat Kyo Sun sangat sakit, bahkan harga dirinya sendiri seperti tercabik-cabik. Jika bukan karena adiknya ia tidak akan memohon-mohon sampai seperti itu, hanya rumah makan ini juga yang masih mau menerimhanya bekerja. Ia rela harus berlutut di hadapan lelaki tambun itu.

"Hentikan...!" Tiba-tiba, seseorang menahan pundak Kyo Sun sebelum lututnya menyentuh lantai. Andra menggenggam erat kedua pundak Kyo Sun dan membimbingnya berdiri. Lelaki tambun yang berdiri di hadapannya merasa terkejut melihat ada seseorang yang mencampuri urusannya. Tetapi ia hanya memandangi Andra dengan raut wajah yang tak bersahabat tanpa melakukan sesuatu apapun.

"Seorang gadis tidak sepantasnya berlutut di hadapan seorang pria." Suara Andra terdengar dingin dan dengan nada yang ia buat sedikit tinggi.

Kyo Sun yang merasa tidak mengenal Andra hanya tertegun. Sama sang dengan apa yang di tunjukan sang pemilik rumah makan itu. Kyo Sun juga tidak mengerti mengapa ia mencampuri urusannya.

"Apa maumu...!" Tanya lelaki tambun itu saat melihat cara memandangnya dingin.

"Ini untuk mengganti semua kerusakan yang di perbuatnya!" Ucap Andra emosi dan berusaha untuk menahan diri. Beberapa lembar uang kertas di lemparkan ke udara tepat di depan wajah lelaki tambun itu.

Merasa di lecehkan ,tentu saja sang pemilik rumah makan itu murka. Namun beberapa pelayan laki-laki segera menahannya agar tidak bertindak lebih jauh.

"Keluar kalian...!" Bentaknya pada Andra dan Kyo Sun.

Dengan senyum dingin, Andra menggenggam tangan Kyo Sun dan menariknya keluar dari tempat itu. Kyo Sun merasa dadanya terasa sesak menjadi semakin tak menentu. Perpaduan antara rasa pdih, sakit dan bimbang. Apalagi saat ini pemuda tak di kenal membawanya setengah paksa meninggalkan rumah makan tersebut.

"St... Stop... Stop!" Kyo Sun berusaha melepaskan diri dari Andra. Namun pemuda itu terus menggenggam erat tangannya dan melangkah semakin jauh meninggalkan rumah makan itu.

"Aku mohon, stop... stoppp...!!!" Seru Kyo Sun namun Andra seakan tak memperdulikan. Pemuda itu terus membawa Kyo Sun menyusuri jalan.

"Aku mohon, stop.... stop... Hiks! Hiks! Hiks!" Tiba-tiba suara memohon Kyo Sun menjadi isak tangis.

Andra seakan tersadar atas apa yang baru saja ia lakukan. Dengan sekejap langkahnya terhenti, ia memutar tubuhnya dan menghadap Kyo Sun , saat itu lah hatinya bergetar. Dengan rasa penyesala, Andra memandang pergelangan tangan Kyo Sun yang masih ia genggam, sedikit semburat merah tampak di tangan halusnya.

"Mmm... Maaf... Maafkan aku...!" Suara Andra sedikit tercekat. Perlahan ia melepas genggaman tangannya pada tangan Kyo Sun, namun gadis itu masih tetap menangis.

Hari menjelang malam, beberapa orang yang melintas memandang Andra dan Kyo Sun dengan penuh pertanyaan. Rasa bersalah dan tidak enak hati atas apa yang baru saja ia lakukan. Kyo Sun tetap terus menangis. Andra tidak tahu apa yang harus ia lakukan, namun Andra terkejut saat mendadak Kyo Sun membalikkan badan dan berlari meninggalkannya. Tak ingin kehilangan Kyo Sun sebagaimana ia kehilangan jejak Kyo In membuat Andra bereaksi spontan. Ia berlari cepat dan memotong langkahnya. Kembali membuat Kyo Sun terperanjat melihat Andra muncul dihadapannya dengan memotong langkahnya.

"Apa mau mu!?" Tanya Kyo Sun sedikit tersengal-sengal mengatur nafasnya. Andra yang di tanya tidak menjawab.

"Biarkan aku pergi..." Kembali suara Kyo Sun terdengar.

"Maaf.... Maafin aku sebelumnya. Aku udah berbuat kasar sama kamu. Dan aku juga udah berbuat lancang." Andra mulai membuka suara, ia mulai biasa mengendalikan perasaannya.

Kyo Sun memandang wajah tampan pemuda itu dalam-dalam , seakan berusaha menyelami isi hati pemuda di hadapannya. Entah kenapa hati Kyo Sun merasa bahwa pemuda itu bukanlah orang jahat. Ia melihat ketulusan dari mata pemuda itu, sesuatu yang menentramkan jiwanya.

"Hufffttttt...?"

"Iya, tidak apa?" Dengan menghela nafas panjang, Kyo Sun memberikan jawaban. Baginya semua sudah terlanjur, bahkan ia merasa bangga pemuda itu sudah mau menyadarkannya atas harga dirinya. Langit telah membuat ketetapan dan hari ini Kyo Sun telah kehilangan semua pekerjaannya. Betapapun pedihnya yang ia rasakan, semua sudah terjadi dan tidak ada lagi yang bisa dilakukannya. Dengan tubuh lemas Kyo Sun kem melangkah, ia pun meninggalkan Andra begitu saja.


"Kau mau kemana..?" Andra berjalan mengiringi langkah Kyo Sun.

"Kau sendiri sebenarnya mau kemana?" Tanya Kyo Sun , namun cukup u menunjukkan bahwa ia merasa tidak nyaman jika Andra masih terus mengikutinya. Keduanya berhenti dan saling berhadapan , Andra sedikit bimbang tak yakin harus menjawab apa.

"Mmm... Namaku Andra. Kau Kyo Sun, bukan?" Kyo Sun tidak menjawab. Dia tidak habis pikir bagaimana Andra tau namanya. Pertanyaan yang terlukis jelas di wajah gadis itu.

"Aku mendengar pelayan lain memanggilnya Kyo Sun." Ucapan Andra hanya di jawab dengan anggukkan kepala, namun sudah lebih dari cukup bagi Andra mengetahui jawabannya.

"Aku mau pulang...!" Ucap singkat Kyo Sun.

Kyo Sun Kembali melangkah kaki dan tentu Andra tetap mengikutinya meski dengan menjaga jarak. Tak lama berselang, tampak gadis itu sangat kelelahan. Tubuhnya sudah merasa letih akibat bekerja seharian di tambah berbagai masalah yang ia hadapi datang bertubi-tubi membuat Kyo Sun memandang asa tidak bisa melangkah lebih jauh lagi. Saat melihat sebuah halte bus yang sepi, dengan segera Kyo Sun menuju ke sana. Ia sandarkan tubuhnya di kursi halte itu sembari menarik nafas panjang.

Andra tertegun, ada keraguan sesaat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk duduk di halte bus itu juga. Kyo Sun yang menyadari kehadiran Andra menjadi bimbang. Ia menatap pemuda itu dalam-dalam , sesungguhnya Kyo Sun tidak merasakan jika Andra bermaksud jahat. Hanya saja sikapnya yang terus mengikutinya sedikit membuatnya merasa kurang nyaman. Untuk sesaat Kyo Sun kembali teringat pada sosok pemuda misterius yang selalu membayanginya. Andra mengingatkan akan pemuda misterius itu. Namun jika diperhatikan seksama, ia yakin bahwa Andra bukanlah pemuda itu. Pemuda yang selama ini membayangi kehidupannya.

"Kenapa kau mengikuti ku terus?"

"Entahlah ..., Aku merasa bersalah atas kejadian tadi"

"Lupakan saja," ucap Kyo Sun dengan wajah sayu. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, tersandar di halte bus itu dengan berbagai masalah dalam benak masing-masing. Andra dapat merasakan bahwa Kyo Sun bukanlah gadis yang mudah membuka diri terutama di hadapan orang asing sepertinya. Tetapi pengalamannya saat mengawasi Kyo In menjadikan Andra merasa sangat perlu untuk mengenal Kyo Sun lebih dekat lagi.

"Adakah tempat di CHEONAN ini yang dapat menenteramkan kegundahan hati seseorang.?" Suara Andra terdengar lirih, seakan di tujukan pada dirinya sendiri.

"Ada, ada sebuah tempat....!" Tanpa Andra duga, ternyata Kyo Sun menanggapinya meskipun gadis itu tidak menoleh sedikit pun memandangnya.

Dengan wajah penuh semangat, Andra memandang wajah Kyo Sun yang masih bersandar dengan wajah sayu.

"Bagaimana kalau kita kesana???"

Kyo Sun terperangah, dia tidak menyangka pemuda yang baru di kenalnya itu, akan mengajaknya ke tempat itu. Sebuah tempat yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi. Saat kecil dulu. Tempat yang dapat menenteramkan hati dan jiwanya jika sedang gundah.

"Kau tau tempatnya."

"Tidak!"

"Huh..., Kau bahkan tidak tau tempat yang ku maksud!!! payah..."

"Tapi, kau tau tempatnya bukan?"

"Kita baru saja kenal dan kau mengikuti ku terus. Kenapa sekarang aku harus pergi bersamamu ke sana?" Andra tidak langsung menjawab. Ia paham dan memaklumi keraguan dalam benak Kyo Sun. Pemuda itu memutar pandangan ke sekitar halte bus itu. Mendadak ia mendekati sebuah tempat sampah.

"Apa yang dia lakukan?" Kyo Sun nampak heran melihat sikap aneh Andra.

Tak lama kemudian Andra kembali ke halte . Dia membawa sebuah botol minuman kosong terbuat dari kaca yang sudah ia bersihkan itu kepada Kyo Sun.

"Ini..." Seru Andra

"Untuk apa ini...?" Tanya Kyo Sun, dengan sedikit keraguan ia menerima botol itu.

"Untuk memukul kepalaku...!" Jawab Andra tenang.

"Apa...?" wajah Kyo Sun berubah. Ia nyaris berdiri saking terkejutnya.

"Yah, jika kau masih ragu dengan ku dan aku bakal berbuat jahat padamu, itu bisa menjadi alat untuk memukul kepalaku."

Kyo Sun hanya menggelengkan kepalanya, hampir tidak percaya dengan apa yang di tuturkan pemuda itu. Sedemikian jauh pemikirannya tentang keraguan hati Kyo Sun. Membuat dirinya merasa tidak enak hati perlakuannya.

"Bisakah kita pergi sekarang!"

"Bisa, tapi kita naik apa."

"Kamu tunggu di sini, biar aku ambil mobil ku yang masih terparkir di sana tadi."

"Baiklah". Yang kemudian Andra meninggalkan Kyo Sun seorang diri di halte bus itu.

"Chitt.... Ayo nona cantik silahkan masuk..." Deruan mobil sedan silver Hyundai sport sama persis dengan yang biasa digunakan oleh Satria . Memang tuan Sung Ji memberi Andra dan Satria masing-masing sebuah sedan yang sama persis. Namun Andra jarang menggunakannya. Karena selama ini ia berperan sebagai tukang pembersih halaman. Barulah saat momen mengawasi Kyo Sun di rumah makan tadi, ia gunakan.

Rasa penasaran Andra di dalam hati tak seberapa besar di bandingkan rasa ke khawatiran Kyo Sun atas keselamatan dirinya karena bersedia menerima ajakan seseorang yang baru saja ia kenalnya. Sebuah botol kaca minuman kosong tergenggam erat di tangan Kyo Sun.

******

To be contiiiii........


~••o 234 o••~
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd