Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
udah terlanjur terjun. sekalian aja di selami.
tetep ane ikutin hu, kecuali ane kaga ada kuota internet. muehehe :pandaketawa:
semangat hu! :beer:
Hehehe..... Siap suhu.... Pasti semangat apalagi banyak support dan respon dari pembaca...Makasih.

Namanya juga CerMis.....makin ada keanehan makin tegang :Peace:
Setujah....Eh...Setuju...

:polisi:amankan tkp
Asal jangan tangkep ane hu.... Ane bukan pelaku pembunuhan Yuli.

Seru ceritanya
Makasih... Ikutin terus cerita ini...
 
Kalo ada yg mau baca thread ini harus siang dech, kuatir nanti kalo bacanya malam, ntar mimpi indah sama si Ratih... :ngiler:
Mantap alur ceritanya suhu rad76..
 
PART 8

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka


Pov 3rd


Mendengar jeritan nyonya Albert seketika membuat om Hendro dan tante Wulan panik, mereka menghambur dan menghampiri kami bertiga.

Terlihat sekali wajah panik dari om Hendro dan tante Wulan, ketika mereka berdua telah berada di antara kami.

"Ada apa ini, Tih..? Kenapa sampai nyonya Albert menjerit ketakutan seperti itu?", tanya om Hendro pada gadis itu.

"Tadi....Tadi nyonya Albert ke kamar mandi, beliau melihat mayat Yuli mengambang di bak mandi", jawab Ratih dengan suara gugup dan gemetar.

Tante Wulan mendekati nyonya Albert, lalu memeluk tubuh perempuan itu berusaha untuk menenangkan nya. Tante wulan berucap, "Tih, tolong kamu ambilin air minum buat nyonya Albert supaya beliau tenang!".

Gadis itu pun pergi ke arah dapur untuk mengambilkan air minum untuk nyonya Albert sesuai perintah tante Wulan.

Beberapa saat kemudian...

"Di minum dulu nyonya Albert!", tante Wulan mempersilahkan nyonya Albert untuk minum.

"Bagaimana, apa nyonya sekarang sudah bisa tenang?", tanya tante Wulan kembali pada nyonya Albert.

Nyonya Albert hanya menganggukkan kepala setelah sebelum nya ia bisa kembali mengatur nafas nya yang sempat ngos-ngosan. Kemudian ia menceritakan kenapa sampai ia berteriak ketakutan.

"Tadi, pada saat saya mau masuk kamar mandi, saya melihat mayat Yuli mengambang di bak mandi".

Seketika om Hendro dan tante Wulan terkesiap kaget atas penuturan nyonya Albert barusan, perasaan pasangan suami istri itu resah dan mereka berdua seperti menyembunyikan rasa malu mereka.

"Sebaiknya kita periksa kembali apa benar itu mayat Yuli, mungkin nyonya Albert hanya berhalusinasi saja", ucap om Hendro berusaha meyakinkan nyonya Albert kembali.

Mereka berlima mengangguk, dan segera menuju kamar mandi yang tadi mau di pakai oleh nyonya Albert, setelah di buka pintu oleh nyonya Albert dan disaksikan oleh yang lain, ternyata di sana sepi mereka tidak menemukan apa-apa. Tetapi nyonya Albert tetap ngotot dan mengatakan bahwa dia telah melihat Yuli terapung-apung di dalam bak mandi.

Bukan hanya om Hendro dan tante Wulan saja yang merasa tidak enak dengan terjadi nya peristiwa itu, tetapi Ratih pun juga merasa tidak enak kepada nyonya Albert. Paling tidak nyonya Albert akan menceritakan kepada kenalan nya dan mereka pun akan mencium ketidakberesan di dalam rumah ini.

Dan yang bikin repot lagi, Ratih merasa terpojok atas beberapa pertanyaan dari Raka, setelah kepulangan nyonya Albert yang meninggalkan rumah ini dalam keadaan ketakutan.

Kecurigaan Raka semakin kuat, dan Ratih nyaris tidak dapat menyembunyikan keganjilan-keganjilan yang pernah ia dialami nya. Kendati demikian, Ratih masih tetap berusaha untuk tidak menceritakan keganjilan yang mampu membuat Raka menjadi kian resah.

"Aku tidak percaya kalau nyonya Albert hanya mengalami halusinasi", ujar Raka kepada Ratih. "Pasti nyonya Albert benar-benar telah melihat sesuatu yang amat mengerikan, yaitu mayat Yuli di dalam bak mandi, itu terlihat dari sikap ngotot nya yang ia katakan saat kita memeriksa ulang".

"Raka percayalah, Yuli telah berada di tempat yang tenang dan damai, kamu sendiri ikut menghandiri upacara pemakaman nya, bukan?", bujuk Ratih.

Raka menggeleng sejenak, kemudian berucap lagi dengan suara pelan, "Yuli belum sampai pada tempat yang layak. Arwah nya masih ada di sekitar kita".

Merinding seketika Ratih setelah mendengar penuturan Raka barusan, suasana sepi dan sunyi membuat semakin mencekam.

Sementara om Hendro dan tante Wulan telah kembali ke kamar mereka, di lantai atas, setelah kepulangan nyonya Albert.

Ruang tengah yang biasanya selalu terdengar suara siaran TV, kali ini menjadi sunyi bagai ruangan yang bisu. TV tidak disetel, karena mereka masih dalam suasana berkabung atas kematian Yuli.
.
.
.
Sebenarnya Ratih tidak ingin duduk-duduk di ruang tengah, seperti saat itu. Tetapi, Raka sengaja memanggil nya ketika Ratih hendak mengambil air minum untuk dibawa ke kamar nya.

Ratih melihat ada rona kecemasan yang mendera Raka yang seketika membuat wajah pemuda tampan itu menjadi suram dan murung. Entah karena apa dan apa sebab nya Ratih menjadi bingung.

Ratih merasa tergerak hati nya untuk menenangkan kegelisahan hati Raka. Tetapi setelah beberapa kali di coba nya, tetap saja Raka tidak dapat tersenyum, wajah nya tidak setenang seperti biasa nya. Raka seperti sedang di teror sesuatu yang membuat batin nya gelisah.

Ratih mencoba mengajak nya ngobrol dan memberikan sedikit nasehat pada pemuda itu.

"Cobalah berpikir secara dewasa, Raka. Jangan kamu sengaja menghadirkan imajinasi yang bukan-bukan. Kamu akan semakin tersiksa nanti nya".

Raka menghela nafas sejenak sambil jari jemari nya memainkan batang korek api, pikiran nya menerawang kemana-mana, dan pemuda itu kemudian berkata.

"Sejak aku tahu bahwa tante Henny telah tiada...., sebenarnya aku terpukul beliau adalah adik bungsu papa, dan sebelum nikah dengan om Hendro aku sangat dekat dengan tante Henny, tapi sekarang....Nyata nya tante ku itu juga telah tiada, dan kematian nya itu sangat mencurigakan".

Ratih cukup prihatin atas ucapan Raka barusan, dia hanya diam memberikan kesempatan Raka untuk mengungkapkan kegelisahan hati nya.

"Keganjilan demi keganjilan ku saksikan di rumah ini. Bukan mustahil jika suatu saat aku pun akan mengetahui keganjilan dari kematian tante ku". Ucap Raka dengan suara pelan.

"Raka......", bisik Ratih.

Gadis itu menatap pemuda tampan di hadapan nya, sangat cocok jika pemuda ini menjadi aktor, atau bintang film sekaligus karena kriteria nya bisa ia penuhi. Lalu Ratih berucap, "Raka, sebaiknya kamu pergi tidur saja. Kamu lelah....".

Pemuda tampan itu memandang Ratih, ada desiran lembut menusuk kalbu nya, desiran dan debaran rasa kagum nya atas paras tampan pria tersebut.

"Terus terang....Aku tidak bisa tidur sejak nyonya Albert melihat mayat Yuli di kamar mandi".

"Ah, nyata nya toh tidak ada apa-apa. Kenapa kamu pusing memikirkannya?", ucap Ratih berusaha membujuk Raka.

"Apa kamu tidak melihat sesuatu yang mencurigakan?".

"Sesuatu yang mencurigakan? Rasa-rasa nya tidak ada yang perlu di curigai. Nyonya Albert hanya terbayang peristiwa kematian Yuli saja. Sebenar nya di dalam bak mandi tidak ada apa-apa, bukan?".

Raka sengaja bergeser dari duduk nya, lebih mendekati Ratih. Ia berbisik, "Apakah kamu tahu bahwa pada saat itu nyonya Albert belum menyentuh air? Apakah kamu ingat cerita nyonya Albert, bahwa ia baru saja masuk ke kamar mandi, lalu melihat mayat Yuli mengambang di dalam bak mandi?".

Ratih mengernyitkan kening nya, mengingat-ingat penuturan nyonya Albert tadi sore, sesaat kemudian Ratih mengangguk-angguk. "Lalu maksud mu?".

"Aku sempat memperhatikan air dalam bak mandi. Air itu bergoyang....".

Semakin tajam saja Ratih mengernyitkan dahinya pertanda ia dalam keheranan dan kebimbangan. "Ah, itu mungkin akibat seseorang telah....".

"Telah menyentuh air dalam bak mandi itu, maksud mu?", sahut Raka menyambung kalimat Ratih yang terputus.

Lalu ia menggelengkan kepala nya. "Tidak, Tih. Kita lah orang pertama kali masuk ke kamar mandi setelah nyonya Albert lari terbirit-birit sambil ketakutan. Belum ada orang lain selain kita berdua".

Ratih sontak tegang, bulu kuduk nya merinding, "ya, memang kita....", ia bicara dalam hati nya.

"Lalu, mengapa air dalam bak mandi bisa bergolak?".

Malam semakin sunyi menghadirkan suasana hening nan mencekam, Ratih termenung beberapa saat, sebelum ia tersadarkan saat Raka berkata.

"Seperti nya, ada seseorang yang telah mengangkat mayat Yuli dari dalam air sebelum kita berdua masuk kamar mandi".

Jarum jam dinding terdengar kian jelas detik nya, tik-tak...tik-tak...tik-tak, Ratih menoleh ke sekeliling sejenak, lalu bergeser dari duduk nya, lebih merapat ke Raka.

"Kamu jangan membuat ku semakin takut, Raka. Tidak mungkin mayat Yuli hadir kembali dalam bak mandi tersebut".

Ratih semakin bergidik merinding, ia langsung memeluk erat pemuda tampan itu, sambil berbisik, "kamu bersungguh-sungguh, Raka....".

"Kamu tidak menyadari hal itu, bukan? Bahkan kamu tidak akan menyadari bahwa di dalam bak mandi itu ku temukan sehelai rambut yang menempel pada dinding bak itu, rambut berwarna hitam....".

Ratih memandang tajam Raka dengan mata terbelalak.

"Kamu jangan main-main, Raka. Aku tidak suka jika kamu mencoba menakut-nakuti ku". Ancam gadis itu kesal.

Raka tetap tenang menghadapi ancaman Ratih yang timbul karena rasa takut nya. Kemudian, pemuda itu mengeluarkan kantong plastik kecil, bekas tempat obat dari apotek. Di dalam kantong plastik kecil itu, terdapat sehelai rambut berwarna hitam pekat, lalu ia memperlihatkan nya kepada Ratih.

"Adakah penghuni rumah ini yang memiliki rambut berwarna hitam pekat seperti ini?". Raka melirik sejenak gadis itu, lalu kembali ia menatapi rambut dalam kantong plastik itu.

Sementara itu, Ratih tampak serius, tegang bercampur rasa takut yang kini ia rasakan, sambil memandangi kantong plastik kecil itu tanpa berkedip.

"Aku yakin 100%, rambut ini adalah rambut milik Yuli", ucap pria itu dengan penuh keyakinan.

"Raka....".

Ratih semakin merapatkan tubuh nya bahkan ia memeluk erat tubuh pemuda itu, keringat dingin mengucur dari pori-pori kulit nya karena ketegangan dan ketakutan yang ia rasakan, setelah ia menyadari bahwa rambut itu memang rambut nya almarhumah si kecil Yuli.

"Padahal aku menguras bak mandi lebih dari lima kali sejak kematian Yuli", kata Ratih. "Tak mungkin, akan tersisa sehelai rambut nya lagi....".

Ratih tidak berani meneruskan kata-kata nya. Ketakutan semakin mencekam nya. Kedua nya terdiam bungkam beberapa saat, hanya menyisakan suasana hening dan bunyi detak jarum jam di dinding.

"Aku mempunyai seorang teman yang juga tinggal di kota ini, ia keturunan suku Dayak Kalimantan. Aku harus menemukan teman ku itu, Tih. Kamu mau membantu menemukan alamat rumah nya?".

"Untuk apa, Raka? Ratih seketika diliputi kecemasan.

"Teman ku yang bernama Ikam itu dapat menyelidiki kematian Yuli lewat sehelai rambut ini".

"Oh....Jadi kamu ingin.....".

"Ya, aku ingin membuktikan kebenaran yang ada. Aku ingin tahu jawaban dari teka-teki di balik kematian Yuli", sahut Raka menimpali.

"Mungkin juga kita akan dapat mengungkap misteri yang ada di rumah ini, setelah kita tahu apa yang ada di balik kematian si kecil Yuli itu".

.
.
.
Pov Ratih


Apakah itu perlu? pikir ku ketika aku sudah berada di dalam kamar tidur. Saat ini, malam semakin kelam, aku jadi tidak bisa tidur gara-gara memikirkan rambut Yuli, terkadang timbul keraguan dalam hati ku terhadap apa yang dikatakan Raka.

Jangan-jangan Raka hanya memperuncing suasana saja. Atau mungkin ada maksud tertentu pada diri Raka, sehingga ia perlu mengarang cerita tentang di temukan nya rambut Yuli, atau bergolak nya air bak mandi.

Tapi juga aku menyangkal kecurigaan ku sendiri, Raka orang baik, kata hati ku. Tidak mungkin ia puny maksud jahat, mungkin memang benar, ada kemisterian yang menjadi teka-teki di rumah ini. Dan kematian tante Henny itu, mungkin juga kematian yang ganjil yang patut dicurigai.

Tetapi, haruskah aku ikut terlibat dalam semua ini? Betapa pun juga aneh nya suasana rumah, tapi aku tetap menyadari bahwa aku hidup dan ditolong oleh keluarga om Hendro.

Aku bersyukur ditampung di rumah semewah ini, ketimbang aku harus hidup sendiri di luar sana yang dapat membuat ku salah jalan.

Aku seharusnya berterima kasih kepada keluarga om Hendro. Sejauh ini, aku tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa diri nya akan celaka, atau perlakuan om dan tante yang cukup menyakitkan hati. Tidak ada.

Tapi bagaimana dengan seseorang yang berwajah serupa dengan nya tempo hari itu. Aku masih ingat kata-kata gadis misterius itu, bahwa aku harus segera meninggalkan rumah ini, karena teramcam bahaya. Apakah kata-kata misterius itu harus menjadi acuan bagi ku? Atau, dilupakan saja! Toh, segalanya berjalan baik pada diri ku.

Memang banyak keganjilan yang ku alami, tapi tidak mengancam jiwa ku? Atau...Atau sebenarnya memang maengancam jiwa ku, hanya saja aku kurang peka menerima ancaman itu? Ah.... bikin gelisah saja.

Tiba-tiba lamunan ku terputus. Aku terperanjat ketika mendengar suara tawa di luar kamar ku. Dengan mata melebar dan kedua alis berkerut, aku menajamkan indera pendengaran ku, mendengarkan suara yang sedikit ku sangsikan.

Oh benar, ternyata pendengaran ku tidak salah, ada suara tawa di luar kamar, entah dimana. Yang jelas, aku hafal betul bahwa suar tawa itu adalah tawa milik si kecil Yuli. Ya, jelas suara Yuli yang sedang bercand dengan seseorang.

Seketika aku merasa merinding setelah menyadari bahwa Yuli telah tiada. Malam yang sunyi membuat suara tawa itu semakin kian jelas terdengar. Ada rasa takut di hati ku, namun ada rasa sedih bila mengingat Yuli semasa hidup nya. Debar-debar di dada ku membuat nafas ku sedikit mengalami gangguan. Suara tawa itu sesekali terdengar, sesekali hilang, seakan sengaja menggoda pendengaran ku.

Aku ingin keluar kamar, tapi ragu-ragu, sebetulnya dalam hati ku juga ada rasa rindu pada si kecil Yuli, ingin segera memeluk dan mencium nya, seperti biasa nya jika Yuli tertawa, aku pasti ikut tertawa sambil memeluk nya. Namun, aku sadar bahwa Yuli sudah tiada, dan hanya gelisah yang kini melanda jiwa ku.

Suara tawa itu hilang beberapa saat, lalu kembali terdengar lagi. Namun, bukan dalam bentuk tertawa melainkan suara Yuli memanggil-manggil nama ku. Oh, apakah ini semua hanya halusinasi belaka? Apakah ini semua timbul karena rasa rindu kepada Yuli?

"Kak, Ratih......".


Bersambung
 
Kalo ada yg mau baca thread ini harus siang dech, kuatir nanti kalo bacanya malam, ntar mimpi indah sama si Ratih... :ngiler:
Mantap alur ceritanya suhu rad76..
Makasih suhu...Atas apresiasi dan respon positif nya... Ikuti terus cerita ini sampai tuntas biar nggak penasaran...heheheh

Kirain dah ada updat nya hu.....
Barusan saja di update suhu....

Update nyaa...terlalu pendek om...tanggung...
Iya...part 7 pendek tapi feel nya yang ane tonjolin... udah update part 8 nya hu....
 
Mohon maaf jika masih banyak typo...
Maklum nulis nya dadakan heheheh....
Salam semprot buat semua...
Selamat menikmati sajian ala kadar ane...

rad76
 
baru baca setengah, seketika inget "ntar malem gw otw sendirian"
jadi ragu2. mau di terusin bca tapi takut ntar yuli ntr malem ikut ane. kaga di terusin, tapi masih penasaran..
ah masa bodo, terusin aja bacanya.. hahaha :ogah:
btw, ane ngerasa part yg ini feelnya lebih dapet hu..
padahal ane bacanya ane sambi kerja, ada temen ane pula d samping ane. apalagi ane baca nya sendirian tengah malem kayak biasanya.. :huh:
 
baru baca setengah, seketika inget "ntar malem gw otw sendirian"
jadi ragu2. mau di terusin bca tapi takut ntar yuli ntr malem ikut ane. kaga di terusin, tapi masih penasaran..
ah masa bodo, terusin aja bacanya.. hahaha :ogah:
btw, ane ngerasa part yg ini feelnya lebih dapet hu..
padahal ane bacanya ane sambi kerja, ada temen ane pula d samping ane. apalagi ane baca nya sendirian tengah malem kayak biasanya.. :huh:
Siap suhu... makasih masukan nya... Ane akan terus memberikan kejutan-kejutan di cerita ini supaya makin menarik.... Selamat membaca...
 
Manta hu.....
Ane emang demen cerita2 mistri...
Lanjutkan jangan berhenti untuk update
 
Ikutan mantau juga
Raka dan ratih tidak punya kemampuan supranatural sama sekali keknya. Bakal jadi korban juga keknya kedua orang ini
 
apa-apaan nih cerita...:pandatakut: baru jam segini bacanya merinding sangat ini....keep writing suhu... Feel-nya uuuhhh aaahh...#padahal kamar gue juga di atas ini........:kacau:

Nais...:jempol:
 
Semakin dalam alur misterinya.... curiga dan waspada. Keyakinan dan kekosongan. Misteri dan konspirasi. Kebenaran dan kenyataan.... bersedia pada setiap kemungkinan.... :mantap::Peace:... :papi:
 
Bimabet
Kak Ratih.... " Apa dek ".... Halah... Laper Kak... Aq pengen Macde... Paket Burger....
Asli holor Hu ceritanya.... Aq lgs pules tidurnya saking serem nya...wkwwkwkwk...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd