Tubuh Rangga yang tengah meluncur deras ke bawah, melesat begitu cepatnya. Namun tidak lama kemudian pemuda tampan itu sekilas melihat sebuah bayangan merah, tidak jauh di atas tubuh dirinya yang tengah melayang deras ke bawah itu. Semakin lama bayangan itu semakin jelas saja, karena tubuhnya memang sama-sama ikut meluncur ke bawah menyusul tubuh Rangga. Dan setelah jaraknya kian semakin dekat saja, tubuh bayangan merah yang ternyata tak lain adalah Nambi itu. Kini terlihat berada tepat di hadapannya, dalam posisi tubuh dia berada di atas tubuh pemuda tampan itu.
Wuuttt…,
Wuussshhhh…,
“Hih…,”
Bughk…,
Plaakkk…, Plaakkk…,
Lalu masih dalam keadaan tubuh yang sama-sama meluncur ke bawah, kakek tua itu pun kembali melancarkan pukulannya bertubi-tubi ke wajah Rangga. Yang saat itu posisi tubuhnya dalam ke adaan telentang, dan di tindih tubuh Nambi di atasnya. Dan bagaikan sepasang pegulat saja layaknya, ke dua tokoh itu pun kembali sibuk saling memukul dan menangkis serangan lawan satu sama lain. Seolah tak perduli jika saat itu mereka berdua tengah meluncur jauh ke bawah dasar jurang yang curam dan dalam itu.
Bughk…, Bughk…,
Plaakkk…, Plaakkk…,
Dug.., Dug…,
Sepasang tangan dan sepasang kaki Rangga atau pun Nambi, terlihat terus saja bergerak dengan lincahnya. Saling pukul memukul, atau pun saling menendang satu sama lain. Bahkan sesekali pula dengan susah payah, Rangga pun terlihat mampu menukar balik posisi tubuhnya. Hingga tubuh dia berada di atas, dalam keadaan menindih tubuh Nambi yang kini terlihat gantian berada di bawah dalam posisi telentang dan meluncur deras ke bawah.
“Hih…,”
Bughk…, Bughk…,
Plaakkk…, Plaakkk…,
Dug.., Dug…,
Deesss…, Deesss…,
Lalu dengan kemarahan yang semakin memuncak, berkali-kali hantaman bogem mentah pun di layangkan Rangga ke wajah kakek tua itu. Namun pada saat yang bersamaan pula, ke dua kaki Nambi pun berkali-kali menghantam dada dan perut pemuda tampan itu. Hingga pada suatu kesempatan, sebuah hentakan keras yang di layangkan oleh sepasang tangan kakek tua itu, mampir dengan telaknya ke dada Rangga.
“Hih…,”
Bughk…,
“Ugh…,”
Tak ayal lagi tubuh Rangga pun langsung terlontar ke atas, sejauh tiga batang tombak. Sedangkan akibat daya dorongan hentakkan yang di layangkan pada tubuh pemuda tampan itu tadi, tubuh Nambi pun kini malah terlihat semakin cepat saja lajunya. Meluncur deras ke bawah masih dalam posisi keadaan posisi tubuh yang telentang. Sedangkan Rangga yang saat itu merasa ada jeda jarak, dengan segera dia pun langsung merilis jurus ‘Sayap Rajawali Membelah Mega’. Salah satu kelebihan dari jurus tersebut adalah, tubuh Rangga mampu berada di udara layaknya seekor burung saja. Dan tidak berhenti sampai di situ saja, begitu selesai menghimpun hawa murni untuk menringankan luka yang tengah di deritanya itu. Tubuh pemuda tampan itu pun kembal meluruk turun dengan derasnya, menyusul tubuh lawannya yang juga tengah meluncur deras ke bawah. Sambil merilis jurus ‘Rajawali Menukik Menyambar Mangsa’, yang tak lupa juga dia padukan dengan jurus ‘Seribu Rajawali’.
“Heeaaa…,”
Wuussshhhh…,
Seketika itu juga tubuhnya langsung berubah menjadi ribuan jumlahnya, ribuan tubuh Rangga yang meluncur ke bawah itu, bergerak melesat dengan kecepatan bagai kilat. Sedangkan sepasang kakinya yang juga terlihat ribuan itu pun, langsung mendarat telak di dada lawannya yang saat itu posisi tubuhnya masih dalam keadaan telentang dan meluncur jatuh ke bawah.
“Bughk..,”
“Ughk…,”
Tidak hanya sampai di situ saja, begitu sepasang kaki pemuda tampan tersebut mendarat manis di dada Nambi. Sepasang kaki yang terlihat ribuan itu pun, kini terlihat bergerak menjejak-jejak dada kakek tua itu dengan kuatnya. Tak pelak lagi sebuah lenguhan keras pun terdengar menggema di sekitar wilayah jurang itu, lalu di iringi dengan muntahnya darah segar dari mulut Nambi. Tubuh kakek tua itu pun semakin deras meluncur jatuh ke bawah, akibat keras dan kuatnya jejakkan ke dua kaki Rangga di dadanya.
Bughk…, Bughk…, Bughk…, Bughk…,
“Hoeekkk…,”
Dan tepat setelah tubuh kakek tua itu meluncur jatuh dengan deras, tubuh Rangga juga terlontar kuat hingga menabrak dinding jurang. Tenaganya yang terkuras habis membuat pemuda tampan tersebut tak mampu lagi menjaga keseimbangan, tubuhnya yang menabrak dinding jurang itu pun terus tergelincir bergulingan jatuh ke bawah. Namun sebelum tubuhnya meluncur lebih dalam lagi, dengan sisa-sisa tenaganya yang tersisa. Sepasang kaki pemuda tampan itu, berhasil melakukan hentakkan pada dinding jurang. Hingga tubuhnya kembali terlontar kuat ke belakang, menyebrang ke dinding jurang yang satunya. Yang terdapat sebuah batang pohon besar, yang menyembul tumbuh tepat di tengah-tengah jurang tersebut.
“Hup…,”
Tap…,
Tubuh Rangga pun akhirnya berhasil jatuh mendarat, sambil memeluk batang pohon yang menyembul di dinding jurang yang berada di sebrang bagian belakangnya itu. Nafasnya pun terdengar memburu, akibat kelelahan pasca pertarungan maut tadi. Di rasakannya juga seluruh tubuhnya terasa sakit dan tulang‐tulangnya seolah remuk semua, karena tadi berkali-kali berbenturan dengan dinding jurang yang keras.
“Hosshhh…, Hosshhh…, Jangan mati Lintang. Bertahanlah, sebentar lagi aku datang.” gumam Rangga dengan deru nafas ngos-ngosan.
Lalu di cobanya untuk duduk sebentar pada batang pohon yang besar itu, sambil sepasang matanya mencoba memandang ke sekelilingnya. Dan sepanjang pandangan sepasang matanya yang tengah memandang itu, yang terlihat olehnya hanyalah dinding-dinding jurang yang lebar dan kabut yang tebal. Serta bayangan pohon-pohon besar yang tumbuh memenuhi bagian dinding di tengah-tengah jurang yang dalam itu. Pemuda tampan itu pun mencoba untuk bersemadi sebentar, dan menyalurkan hawa murni ke seluruh aliran jalan darahnya. Di cobanya untuk membuka jalan darah di dalam tubuhnya agar lebih sempurna, hingga perlahan-lahan rasa hangat pun mulai terasa menjalari bagian dalam tubuhnya. Dan sedikit demi sedikit, lambat laun rasa nyeri di bagian dalam tubuhnya pun berangsur-angsur hilang seketika. Jari-jari tangannya pun dengan lincahnya terlihat bergerak melakukan totokan di sekitar bagian dadanya, yang saat itu memang mengalami luka dalam. Akibat terhantam batang pohon besar yang di lemparkan lawannya tadi, sejenak Rangga pun menarik napas panjang sesaat. Lalu kemudian menghembuskannya kuat-kuat.
“Hhh…, Semoga saja aku belum terlambat.” kembali mulut pemuda tampan itu menggumam pelan.
Lalu sambil menengadahkan wajahnya ke arah langit, mulut Rangga pun terdengar bersiul panjang mencoba memanggil sahabatnya.
“Suiiittt…,”
“Khraghk…,”
Pemuda tampan itu pun langsung terlihat tersenyum senang, begitu mendengar sebuah suara keras dari arah atas bibir jurang. Dan begitu kepala Rangga mendongak ke atas, sebuah bayangan putih besar yang tak lain adalah Burung Rajawali Putih Raksasa. Terlihat meluncur turun dengan cepat ke dalam jurang, sambil mengepak-ngepakan ke dua sayapnya yang besar dan lebar. Dan tepat begitu Burung Rajawali tersebut sampai ke dekat dirinya, dengan lincahnya Rangga pun langsung melompat naik. Dan hinggap ke punggung Burung Rajawali Putih Raksasa itu.
“Hup…,”
Tap…,
“Bawa aku ke atas putih, Cepaattt…,” Ucap pemuda tampan itu dengan suara keras.
“Khraghk…,” Burung Rajawali itu terdengar berkaok keras, seolah menyahuti perintah Rangga.
Lalu sambil memperdengarkan suaranya yang berkaok keras dan melengking, burung Rajawali Raksasa itu pun kembali melesat terbang menuju ke atas. Sambil membawa tubuh Rangga di punggungnya, melesat deras menuju bagian atas jurang, yang terhubung dengan jalan setapak yang menuju ke arah Bukit Guntur. Yang merupakan sarang sarang tempat persembunyian Saka Lintang, yang saat ini masih di penuhi oleh pertempuran. Sementara itu di bawah dasar jurang, sesosok tubuh yang tak lain adalah tubuh Nambi. Yang berjuluk Setan Jubah Merah. Tampak tergeletak tak bernyawa, dengan kondisi kepalanya pecah tak beraturan. Karena pada saat posisi jatuh tadi, kepala kakek tua itu tepat menghantam sebuah batu besar yang berada di dasar jurang tersebut.
***