Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Bimabet
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Hmm jd lepas dari Claire bakalan ada Hana menunggu,
Bahkan Mela pun siap klo Ricky mau..
Apakah ada sesi kedua Ricky vs Samuel?
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Terakhir diubah:
gimana nasib mereka yah.....secara ngga bakal dapat restu kalau sedarah mah
 
Matep hu, kirain bakal berakhir di s1. Eh udh muncul aja tuh s2 wkwkwkwk, sukses hu lanjutin dah
 
PART 14 (S2)
POV Ricky

"Sayang, takut nih," ujar Kak Kimi sembari memegang lenganku.

"Kenapa, Kak?" tanyaku sembari terus fokus ke lalu lintas yang ada di hadapanku.

"Takut dimarahin, Sayang."

"Salah siapa kabur dari rumah?" tanyaku dengan santai.

"Ihh kamu mah. Bukannya kasih semangat, malah ngejatuhin aku," kata Kak Kimi sambil memukul pelan lenganku.

"Sorry lah, Kak, hehe…."

10 menit kemudian, tibalah kami di rumah orang tua kami. Kubawa Kak Kimi masuk ke dalam rumah. Namun ternyata, sudah ramai keluarga besarku yang ada di rumah orang tuaku ini. Kami akhirnya menemukan mereka di ruang keluarga.

"Kimi, kamu kemana selama ini?" tanya Mama sembari memeluk Kak Kimi.

"Maafkan aku, Ma. Aku kangen sama Ricky."

Mama menatapku dengan tajam. Sepertinya Mama ingin memarahi diriku ini, namun karena banyak keluarga besar kami, maka ia memilih menahannya saja. Mama pun membawa Kimi untuk kembali ke kamarnya, meninggalkanku sendiri di sini.

Aku pun bergegas untuk langsung pulang saja. Aku melewati banyak keluarga besarku yang kebanyakan tak kukenali. Namun saat aku sedang berjalan, tiba-tiba lenganku di tahan oleh seseorang. Baru sedetik aku membalikkan badanku, tiba-tiba saja seorang gadis berambut kecoklatan memeluk diriku.

"Ricky! I miss you so much!"

Elle! Aku tak menyangka bila Elle ikut dalam acara keluargaku. Kulihat tak jauh dari aku, Tante Reina dan Paman Josh tersenyum sambil memandangi kami. Kemudian mereka membalikkan badan dan melanjutkan aktivitas mereka lagi.

"Elle? You're here?" tanyaku masih belum percaya.

"It's me, Ricky. I'm at your front of your face now."

"What are you doing here?" tanyaku berbasa-basi.

"Me? Of course attending our family's gathering," jawabnya dengan senyum mengembang di wajah.

"Hey, please don't hug me like this in here. We're still cousin," kataku sembari melepas perlahan pelukan Elle dariku.

"Let's go outside then."

Maka Elle menggandeng tanganku menuju ke luar rumah. Di taman rumahku ini, aku dan Elle duduk secara berdampingan. Elle langsung membaringkan kepalanya di dadaku. Semerbak harum rambutnya tercium oleh hidungku. Namun aku hanya diam tanpa melakukan apapun.

"I used to crying in the night because I missed you so bad. I always prayed before sleep in order to meet you again. Now, you're here with me."

Aku hanya terdiam saja tanpa tahu apa yang harus kulakukan. Kemudian kakak sepupuku ini bangkit dari dadaku. CUP! Ia mengecup daguku dengan lembut. Jantungku berdetak keras, tak percaya dengan yang ia lakukan.

"I love you, Ricky. Even though you're my cousin, I still love you to the baddest."

Ia tersenyum manis ke diriku. Aku masih terbengong masih belum siap untuk mencerna semuanya. Lalu ia melingkarkan lengannya di leherku. Ia naik ke pangkuanku, badan dan wajahnya berbalik menghadapku, dan tatapannya mengarah langsung ke mataku.

"I really love you, My Darling," ucapnya sekali lagi padaku.

SLURP! Ia mencumbu bibirku ini dengan liar walau kami sedang berada di tempat yang cukup terbuka. Aku merasa ini adalah perbuatan yang tidak baik dan salah. Tetapi diriku tak bisa melawan. Semua bagian tubuhku serasa terkunci oleh nikmatnya bibir Elle. Ia terus melumat bibirku selama beberapa menit sampai akhirnya ia sendiri yang berinisiatif untuk melepaskannya.

"I'll take you to my room, ok?"

Ia turun dari pangkuanku dan menggenggam tanganku. Namun saat ia menarik tanganku, aku seperti mendapat kembali kekuatanku. Aku menahan diriku dan melepaskan genggaman tangannya. Ia tampak terkejut dengan apa yang barusan kulakukan.

"Ricky, what's wrong?" tanyanya dengan wajah yang heran.

"No, Elle. I can't do it again. I'm sorry," tolakku halus sambil menepis tangannya pelan.

"Ricky, please. I'm terribly missing you."

"Sorry, not this time."

Aku langsung pergi dan menjauh dari Elle. Aku keluar dari rumah ini dan masuk kembali ke dalam mobilku. Kemudian, kupacu dengan kencang untuk meninggalkan kompleks perumahan mewah ini.

"Maafkan aku, Kak Kimi. Aku gak bermaksud buat kembali mengkhianatimu."

~~~~~​

POV Kimi

Taraa… kini aku sudah cantik dalam balutan gaun selutut berwarna paduan antara hitam dan abu-abu. Dengan sedikit polesan bedak dan juga lip tint, aku sudah siap untuk menghadiri acara makan malam yang ada di ruang makan.

Aku pun keluar dari kamarku dan turun menuju ke lantai bawah untuk hadir di ruang makan. Namun saat aku sedang berjalan, seorang sepupuku tersenyum melihat diriku.

"Cantik banget lu, Kim," puji Samuel yang sedang berdiri menyandar di dinding. Ia terlihat tampan mengenakan kemeja flanel merah hitam dan celana jeans berwarna hitam. Namun tetap, aku tak ingin dekat-dekat cowok yang pernah melecehkanku ini.

"Makasih, Sam," ujarku begitu saja dan berlalu.

Anggota keluarga besarku sudah banyak yang datang dan memenuhi rumahku ini. Di tengah ramainya mereka, aku berusaha untuk mencari sesosok penting bagiku. Siapa lagi kalau bukan si Ricky tersayangku.

Namun hatiku sakit bukan kepalang. Ketika aku berhasil melihat keberadaan Ricky, ia sedang bercakap-cakap dengan salah satu sepupuku yang menginap di rumahku. Ia adalah Elle, Kakak sepupuku yang berdarah campuran Amerika-Indonesia. Wajah bulenya yang cantik dan punya tubuh yang bagus, siapa coba yang gak iri? Jujur, aku juga iri sama Elle. Semakin lama, jiwaku semakin membara, terbakar oleh api cemburuku melihat mereka yang tampak asyik bercengkrama.

"Eh, Kakak!" panggil Ricky yang melihat diriku. Ia langsung meninggalkan Elle dan mendekati diriku.

Aku langsung menarik tangannya menjauh dari keramaian. Untung saja tak ada orang tuaku atau keluarga dekat yang melihat. Aku membawanya ke dekat kamar mandi cadangan, dimana tempat tersebut tidak diketahui oleh orang di luar penghuni rumah ini.

"Kakak kenapa?" tanya Ricky yang heran dengan perbuatanku.

"Sayang…." Aku tak mampu berkata lebih banyak lagi. Aku memilih mencurahkan perasaanku lewat pelukan erat ke badannya. Air mataku menetes di saat ia membelai rambutku dengan lembut.

"Duh… Kakak cemburu ya?" tanyanya sambil mengusap pelan air mata di pipiku.

"Hiks… aku tuh gak mau lihat kamu dekat sama cewek cantik selain aku."

"Kan dia sepupuku, Kak. Gak enak dong udah numpang di rumah orang tuanya lalu cuekin dia aja."

Aku merasa baikan setelah mendengar penjelasannya. Ia terus membelai rambutku dengan lembut. Setelah tangisku sudah benar-benar reda, ia mengajakku untuk kembali ke ruang makan. Aku pun mengikuti dirinya. Namun di dalam hatiku, rasa cemburuku belum hilang karena aku mempunyai perasaan yang gak enak dengan Elle.

Sesampainya di keramaian keluarga besar kami, tentu saja kami berpisah agar gak dicurigai. Aku langsung menuju ke dapur untuk berinisiatif membantu Mama mengurus katering makanannya. Setelah beres semua pekerjaan kami, maka dipanggillah semua keluarga besarku untuk berkumpul di ruang tamu yang sudah didesain sedemikian rupa agar bisa menghidangkan semua makanan prasmanan ini.

Singkat cerita, aku sudah mengambil makananku. Ingin kucari Ricky biar aku bisa sama-sama makan dengannya. Namun, ia sudah menghilang entah kemana. Aku berkeliling, dari ruangan satu ke ruangan lain. Tetap saja nihil.

"Kim, lu kok muter-muter kayak orang gak jelas sih?" tanya Samuel yang tiba-tiba sudah di belakangku.

"Eh, aku lagi nyari tempat yang enak," kilahku.

"Kalau gitu, yuk ikut aja sama gue. Gue udah dapat tempat yang cozy."

"Gak usah, Sam. Aku bisa cari tempat sendiri."

"Udahlah. Gue kasian lihat lu mondar-mandir sendirian nenteng piring. Yuk dah ikut gue."

Mau tak mau, aku menuruti kata Samuel. Kami menempati kursi di luar rumah. Di bawah sinar redup rembulan dan bintang-bintang, kami menyantap makanan kami. Kami duduk berdampingan, dengan posisi Samuel yang agak memepet ke diriku. Aku berusaha menjaga jarak, namun Samuel terus mendekatiku.

Uhuk… uhuk….

Aku sedikit tersedak dengan potongan ayam goreng yang agak terlalu besar. Samuel langsung bereaksi dengan mengelus punggungku. Perlahan, aku merasa lega dengan potongan ayam yang berhasil melewati saluran tenggorokanku. Namun karena aku lupa mengambil air, maka ia berinisiatif untuk mengambilkanku segelas air putih.

Tak lama kemudian, ia pun kembali dengan segelas air putih di tangannya. Aku tanpa ragu langsung meminum air tersebut. Kemudian aku melanjutkan makanku seperti pada normalnya hingga tidak tersisa lagi sebutir nasi di piringku, hanya menyisakan tulang ayam saja.

Samuel lalu mengajakku untuk berjalan-jalan sejenak agar proses pencernaan kami dapat lebih lancar. Aku hanya menuruti sarannya saja, karena aku mulai merasakan hawa panas di tubuhku. Aku ingin mencari udara segar supaya bisa kembali mengademkan kembali tubuhku. Mungkin karena sesaknya rumah keluargaku sehingga aku menjadi kepanasan.

Tetapi selama jalan-jalan, aku merasa banyak hal yang ganjil dalam diriku. Hawa panasnya rasanya berasal dari dalam, bukan dari luar. Aku menjadi berkeringat drastis padahal selalu diterpa angin malam. Kurasakan pula gejolak di dalam diriku. Bahkan semakin lama, kurasakan bagian kemaluanku semakin gatal rasanya.

Aku berusaha untuk menahan semua rasa ini. Tapi apa daya, kurasakan kalau bagian bawah tubuhku semakin lembab saja. Cairan meluber dari liang vaginaku. Hawa nafsuku mendadak naik dan sangat ingin dipuaskan sekali. Sesekali aku menggigit bibirku karena tak sanggup menahan hawa birahiku yang semakin memuncak hingga ke ubun-ubun.

"Lu kenapa, Kim?" tanya Samuel sambil memberhentikan jalannya.

"Ah, enggak," jawabku berbohong.

"Yakin gak apa-apa?"

"Gak kok hmmffh…." Tanpa sadar, aku sangat menginginkan adanya persetubuhan sekarang. Hawa nafsuku sudah di luar kendaliku. Celana dalamku semakin becek saja. Bahkan nafasku mulai berat dan memburu seperti sehabis lari.

"Gue takut lu kenapa-napa, Kim. Ada baiknya gue ngecek lu deh."

"Gak kok, aku baik-baik aja."

"Udah, daripada tambah parah, lebih baik ikut gue yuk."

"Samuel… aku baik aja hmmfh…."

Ia merangkul diriku dengan pelan. Aku sendiri tak mampu untuk menolak ajakannya. Aku seperti tak punya kendali atas tubuhku lagi dan hanya mengikuti Samuel tanpa perlawanan. Ia mengajakku ke tempat lain. Aku terus berjuang untuk menahan hawa nafsu birahiku. Dan kemudian, sampailah kami ke kamar tamu yang menjadi tempat penginapan Samuel.

"Kim, gue ada obat kayaknya. Masuk yuk," ajaknya sambil menggandeng tanganku.

"Samuel…," ujarku dengan suara yang semakin lirih.

~~~~~​

POV Ricky

Kemana sih Kak Kimi? Gak ketemu juga batang hidungnya. Sudah aku berkeliling-keliling, gak kulihat juga kakak kandungku yang cantik itu. Jangan-jangan… dia dibawa lagi oleh sepupuku yang fakboi itu lagi.

"Hai, Ricky."

Sepupuku, Hanna, memanggil diriku. Ia berada di samping kiriku. Kemudian ia langsung berjalan mendekatiku sambil membawa piring di tangannya. Ia tersenyum dengan manisnya kepadaku. Aku juga turut membalas senyumannya dengan ramah.

"Udah lama gak ketemu loh, Ricky."

"Kamu sendirian?" tanyaku sambil melihat ke belakangnya jika ada yang mengikutinya.

"Iya, gue sendirian kok. Habisnya gue gak ada teman di sini. Pada gak kenal semua sih."

"Ya udah. Aku duluan ya."

"Ricky, lu mau kemana lagi sih? Gue liat lu mondar-mandir doang dari tadi," kata Hanna dengan tatapan yang sedikit aneh.

"Lagi nyari orang tuaku, Hanna," kilahku.

"Mereka lagi makan sama yang lain. Udah sama gue aja."

"Ya udah lah."

Aku pun berjalan mengikuti Hanna. Kini, duduklah kami di kursi yang sudah disediakan. Hanna cukup lahap dalam menyantap nasi yang dibarengi dengan lauk sayur-sayuran, rendang, sate ayam serta ayam goreng. Seram juga nih cewek kalau makan.

"Kamu makannya gila banget," komentarku.

"Habis gue udah lama gak makan kayak gini sih. Jadi ketagihan deh," ujar Hanna sembari menggigit setusuk sate.

"Masih berjiwa Indonesia ya."

"Hehe… pasti dong."

Di tengah saat kami sedang menyantap hidangan kami, Elle mendatangi kami dan tersenyum. Ia membawa sepiring yang berisi 2 buah roti bakar dan beberapa buah-buahan. Ia meminta izin untuk duduk di sebelahku dan aku mengizinkannya. Elle pun duduk dengan riang sembari tersenyum kepadaku.

"Hey, why don't you look for me after acquiring your meal?"

"Uhm… sorry. I supposedly looking for my parents," kilahku dengan alasan yang sama seperti kepada Hanna.

"But now, you're ended up with her," ujarnya memberi tatapan tak senang pada Hanna.

"So what? I'm his cousin too. Do you have a pass to forbid me to eating with Ricky?" cerocos Hanna dengan cepat.

Elle semakin gusar dengan kata-kata Hanna. Wajahnya menahan geram. Tatapan matanya semakin tajam dan tak bersahabat kepada Hanna.

"Ganjen banget dah jadi cewek. Macam lu itu cowoknya aja dah." Hanna sengaja mengomel dalam Bahasa Indonesia karena ia yakin bahwa Elle tak akan paham dengan perkataannya.

"Well, listen to me, Kangaroo chick. I may not know about what are you saying in Bahasa, but obviously, you are mocking or insulting me," kata Elle dengan nada yang semakin mengintimidasi.

Hanna hanya diam tanpa menanggapi Elle. Aku sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat kedua sepupuku ini berselisih satu sama lain demi aku. Namun setelah beberapa detik meredanya pertengkaran, Elle lalu memegang lengan kiriku yang sedang memegang piring. Untung saja tanganku sigap hingga piringku yang nyaris jatuh tidak jadi untuk mendarat di tanah.

"Ricky, can we find somewhere else?" ajak Elle kepadaku.

"No, he stays with me. You shall not take him," cegah Hanna sambil menahan lengan kananku.

"Hey, you should go back to your country and focus on feeding the koalas. You should not bothering Ricky anymore." Elle menatap tajam ke Hanna. Ia juga menunjuk-nunjuk wajah Hanna dengan jari telunjuknya.

"How about you, Yankee? Can you just stay in your country and feeding the ugly assed grizzly bear?" Hanna membalas dengan nada yang sinis. Aku semakin sadar kalau ini bisa berujung pada sesuatu yang lebih buruk.

"Fuck you, Aussie bitch!"

"How dare you, Americunt!"

Kedua sepupuku ini lalu berdiri berhadapan dan bersitegang satu sama lain. Seluruh anggota keluargaku yang hadir langsung menyaksikan apa yang terjadi. Aku langsung menengahi dan memisahkan mereka. Kutenangkan Elle, yang wajahnya merah padam menahan amarah. Sementara Hanna hanya meneguk segelas air putih agar meredakan emosinya.

"Hey, enough! We shouldn't fight each other in our family's gathering!" sergahku sambil melerai keduanya.

Kutatap wajah mereka berdua. Merah membara layaknya api neraka. Nafas mereka berhembus dengan berat. Terkhusus Elle, tangannya mengepal dan tatapannya seperti begitu ingin mencakar wajah Hanna, sementara Hanna sendiri sudah mulai menenangkan dirinya.

Hanna pun langsung beranjak pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Aku juga meninggalkan Elle untuk menyusul Hanna. Aku mulai mencarinya hingga akhirnya aku menemukan ia sedang duduk di tangga dekat kamar mandi utama. Aku langsung duduk di sampingnya dan mendapati kalau ia sedang menangis sesenggukan.

"Are you okay, Hanna?" tanyaku sambil menatap wajahnya yang tertunduk.

"Yes, I'm fine," ujarnya dengan suara tangis yang serak.

"I'm so sorry about what Elle has done for you," ucapku dengan nada lemah lembut.

"It's not your fault."

"Really, I'm truly sorry."

"Gak apa kok, Ricky. Gue baik-baik aja." Ia masih mencoba tersenyum padaku. Namun aku tahu ia sangat sakit hati dengan perkataan Elle. Rasa iba timbul dalam diriku dan aku memegang lengannya dengan tujuan supaya menguatkan dirinya. Ia menatapku lagi dan tersenyum, kali ini lebih lebar dan lepas walau masih dalam balutan tangis sembabnya.

"Makasih, Ricky. Lu memang sepupu terbaik gue."

Sesaat setelah mengucapkan kata tersebut, ia langsung memeluk diriku. Aku yang sedikit terkejut tak bisa melakukan apapun, selain membalas pelukannya. Ia menumpahkan sisa air matanya di dadaku. Seperti biasanya bila ada wanita yang menangis di hadapanku, aku menenangkannya dengan belaian-belaian lembut di rambut coklatnya yang halus.

Setelah beberapa menit, barulah ia melepaskan pelukannya dari diriku. Ia menatap wajahku dengan dalam. Matanya masih sangat sembab dan menyisakan air mata yang belum lekas kering. Senyumnya kembali mengembang. Tak lama, ia semakin mendekatkan wajahnya padaku dan ia melumat bibirku.

SLURP! Kami berciuman dengan mesra di undakan tangga ini. Ia terus menghisap bibirku dan aku hanya mengikuti arus permainannya saja. Kubelai-belai rambutnya dengan tangan kananku. Wangi harum tubuh dan rambutnya merasuk ke dalam lubang nafasku. Selepas kami berciuman selama 3 menit lamanya, Hanna melepaskan bibirnya dari bibirku dan menatap ke mataku.

"Ricky, entah kenapa, perasaan gue selalu hangat kalau dekat sama lu."
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Duh bahaya itu Kak Kimmy,
Kayaknya dikasih perangsang dech..
Tolongin dunk Ricky..
Klo jd Ricky Aku bakal milih 3, Kak Kimmy, Hanna, sekaligus Elle sekalian..
Haha
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
ngga ada yang gw pilih.....sikat dua duanya hahahaha
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd