“Sayang, bangun… udah jam enam pagi!”
Aku kembali menjalankan tugasku membangunkan cowok romantis itu. Brian masih tidur dengan lelapnya, padahal sudah ku goyang-goyang badannya.
“Ayo dong! udah jam enam!” Kataku sambil mencubit pinggangnya.
Brian masih terlelap, tidak ada tanda-tanda bangun. Padahal kemarin ia menyuruhku membangunkannya pagi-pagi, karena ia mau latihan musik.
“Sayang…!” Aku membelai-belai rambutnya sambil menikmati wajah ganteng itu. Kapan lagi aku bisa memperhatikannya sedekat ini tanpa ia sadari?
Kali ini aku duduk ditempat tidur sambil meraba-raba wajah dan mengusap-usap dada bidang yang masih tertutup selimut itu. Aku terus memperhatikan dia sambil setengah memeluk tubuhnya yang ramping… dan membuka selimut. Mungkin setelah merasa dingin, ia akan terbangun dengan sendirinya.
Dan tepat ketika aku membuka selimut, aku terkejut melihat apa dibalik selimut itu.
“Astaga!”
Ternyata Brian tidur telanjang, dadanya yang berotot dan berbulu tersaji didepanku. Aku jadi kagum melihat keindahan tubuh cowok ini. Macho banget, padahal ia cowok yang romantis.
Mataku terus memperhatikan sekujur tubuhnya, kali ini jatuh ke bagian bawah tubuhnya yang masih ditutupi selimut. Tampaknya ada bagian tertentu yang menonjol.
‘Eh apa? Iya… itu pasti kontolnya!” Aku hampir teriak kaget melihat tonjolan di celana cowok itu.
Ih.. bukannya orangnya yang bangun, justru batangnya. Dasar mesum… Eh, iya, aku baru ingat kalo pada dasarnya semua cowok normal, biasanya ereksi pada pagi hari.
Aku jadi penasaran apa Brian tidur gak pake celana? Batang kebanggannya cukup jelas tercetak di selimut. Dengan perlahan aku mencoba membuka selimut sambil mengintip isinya… benar kelihatan dari samping kalo ia telanjang bulat. Entah kenapa aku jadi penasaran hendak melihat kontolnya
Eh tunggu… Aku melirik kembali ke wajah cowok itu, memastikan kalo ia masih tertidur..
Aman…
Kemudian tanganku dengan gemetaran menurunkan selimut itu dan membebaskan batangnya.
“Toink”
Setelah merdeka, batang yang sudah tegang itu segera melonjak naik keatas.
‘Astaga! besar sekali!’ Aku menutup mata dengan kedua tangan, karena ngeri. Tapi kemudian aku mengintip takut-takut dari sela-sela jari.
Aku jadi terkagum-kagum… bukan cuma ukurannya yang panjang dan gemuk, tapi juga helm baja itu kelihatan gagah perkasa.
Tak lama kemudian aku merasa jengah sendiri, tapi aku harus hati-hati supaya tidak membangunkannya. Dan ketika melihat ada pergerakan kecil di tangan cowok itu. Dengan cepat aku menutup kembali kontolnya kedalam selimut dan bangun hendak lari keluar.
“Hahahaha!” Brian tertawa keras membuat aku gugup.
“Eh, kamu udah bangun?” Aku pura-pura hendak membangunkannya.
“Kamu tadi ngapain, kenapa mau lari?”
“Eh, gak kok. Aku cuma kaget kalo kamu udah bangun!”
“Hahaha… sayang, ngaku aja!” Brian tertawa lagi. Apa ia tahu kelakuanku tadi? aku jadi malu sekali, tapi tunggu… mungkin ia hanya pancing.
“Ngaku apa?”
“Kamu mau lihat lagi?” Ia menyingkapkan selimutnya.
“Ih, mesum…!” Aku jadi merah… malu sekali. Ternyata ia tahu…
“Hahaha…” Ia tertawa keras, lalu menarik tubuhku hingga jatuh menimpanya.
“Eh, Brian… ahhh… nakal!”
Tapi aku tidak bisa bicara lagi setelah bibirku kembali disumpal bibirnya. Aku diam aja menikmati penodaan ini pagi-pagi.
“Cup… cup…” Kami saling berciuman dengan mesra penuh perasaan cinta.
Setelah kurasa cukup, aku mencubit pinggangnya sambil pura-pura marah.
“Kamu sih, pagi-pagi udah mesum!”
“Sayang, kalo cowok mesum pagi-pagi itu wajar, tapi kalo cewek? Pake lihat-lihat kontol lagi” Brian meledekku.
“Ihhhhh….” Aku merajuk. Malu sekali… ia terus meledekku hingga berhenti sendiri.
“Kamu habis olahraga?” Brian kini melihat keadanku. Mungkin sekali masih ada sisa-sisa keringat di wajah dan rambutku.
“Iya, tadi aku jogging terus senam!” Aku menceritakan kegiatan rutinku tiap bangun pagi.
“Pantes bauh acem…!” Aku tahu ia bercanda.
“Eh, bilang bauh tapi kamu peluk terus dari tadi!”
“Aku suka…!” Ia mengerling.
“Udah, aku mau ke dapur dulu. Kamu mau sarapan apa?” Aku bertanya.
“Aku makan apapun yang kamu masak!” Sempat-sempatnya ia merayu.
“Oke oke, asal jangan protes lagi makanannya kepedasan…!” Kataku sambil berdiri dan siap melangkah keluar.
“Eh, Tien. Besok bangunkan aku jam 5-an yah?”
“Eh, kenapa?” Tumben ia mau bangun pagi.
“Aku mau temani kamu jogging!”
“Oke…!” Aku jadi senang. Enak juga punya pacar yang perhatian seperti ini.
—--—
“Suara apa ini... pagi-pagi berisik amat!” Naya langsung ngomel waktu turun dari paviliunnya. Pasti ia terbangun oleh suara saxophone dengan nada naik turun.
Kasihan juga anak itu, tidurnya direnggut oleh Brian yang lagi latihan.. Sebenarnya pada awalnya ada nada-nada teratur ... sebuah lagu instrumen yang sangat indah. Tapi kemudian sampai di tengah berubah jadi kacau lagi... Brian seakan-akan masih mencari not yang pas!
Duh, anak itu kalo latihan bisa berjam-jam lagi, kayaknya sejak aku bangunkan tadi sampai jam 7. Kemarin sih ia juga latihan, tapi suara violin dan gitar tidak terlalu ribut kayak saxophone …
Eh jadi ingat, Naya sampai sekarang gak tahu perbedaan antara saxophone dan terompet! Padahal aku sudah jelaskan kemarin… Baginya kedua alat musik itu sama aja. Sama-sama berisik!
Tuh kan, Naya datang kepadaku minta keadilan lagi…
“Kak Titien, bisa dibilangin gak ke Brian? Apa ia gak sadar yah ada cewek cute, cantik dan manis lagi terganggu dari tidur!” Kata-kata hiperbola gadis rewel itu sudah jadi santapan harianku.
“Naya, cewek cute, cantik dan manis itu gak bangun jam 7 pagi!” Aku balas dengan klise lagi.
“Ih, mentang-mentang pacar sendiri dibela mati-matian!” Katanya cemberut.
Aku hanya tertawa dengan candanya.
“Kak masak apa?”
“Gak kok, hanya bantu bikin
breakfast sama persiapan untuk di bawah ke tempat
outing” Aku berkelit.
“Kak, udah dibilangin….” Naya mulai mengerutu lagi. Aku tahu apa maksudnya, hanya sengaja gak mau dengar kata-katanya.
Aku udah tahu pasti ia ngomel soal aku mengambil tugas pembantu-pembantunya. Dan aku tahu itu semua karena ia menyayangiku, gak tega menyuruh aku masuk dapur. Padahal kan itu mauku sendiri, gak mungkin kan aku bilang kalo mau buat breakfast special untuk Brian.
“Sayang, breakfeast spesial untuk ku sudah siap?” Brian tiba-tiba muncul mengagetkan kami.
“Eh, tunggu yah, lima menit lagi!”
“Oh!?!” Naya kaget mendengar percakapan tadi. Ia langsung tersenyum… ia pasti tahu sekarang.
Cepat-cepat aku masuk dapur dan kembali melanjutkan pekerjaanku. Naya ikut dari belakang, pura-pura mau bantu. Padahal aku tahu kalo ia mau meledekku lagi… Aku harus mengalihkan perhatiannya.
“Nay, Shaun udah bangun? Kamu gak bangunkan?”
“Udah kayaknya. Tadi aku dengar kamarnya udah ribut lompat-lompat!”
Pasti si Dickhead lagi main X-box pake Kinect…Lucu juga yah, biasanya orang olah raga nonton video areobik … bukan sambil main game.
“Kalo Brenda?”
“Biasa, masih sibuk dengan laptop barunya. Kan baru tiba semalam dipesan dari Jakarta, isinya besar… ada alat macam-macam!” Kata Naya.
“Baguslah, itu artinya mereka betah di sini!”
“Gimana gak betah? mereka berdua ikut pimpinan mereka, si Brian, dan ia gak mau jauh-jauh dari Kak Titien. Udah merasakan makanan yang dimasak pake bumbu cinta” Kata Naya menggodaku lagi.
“Tapi mereka suka kan tour-nya?” Aku gak mau bahas personal.
“Eh iya, kemarin seharian Shaun bicara soal keramik di desa Pulutan. Menurutnya pengalaman yang seru sekali, Kak Edo juga senang… nyesal aku tertidur. Sekarang aku akan ikut terus tour hari ini.” Kata Naya semangat.
“Baguslah, supaya Shaun semangat!”
Naya kelihatan malu.
“Kalian udah jadian?”
Naya gak menjawab.
“Nay, kakak mau ingatkan lagi. Kamu harus jaga kegadisan kamu yah, jangan kasih sembarang cowok. Kasih kepada orang yang kamu udah percaya bisa menjaga kamu, dan menjaga harga diri kamu.” Aku kembali menasihatinya.
“Itu sebabnya kamu harus hati-hati, boleh bergaul dengan cowok, boleh bermesraan tapi ingat jangan terlena. Jangan terpesona hanya karena ketampanannya, harus pelajari sikapnya juga.” Aku meneruskan kata-kataku. Dari dulu ia selalu mendengarkanku.
Naya diam aja, kayaknya ada yang ia mau bilang tapi ragu.
“Kenapa Nay?” Aku tahu pasti ada yang ia mau omongin.
“Gini Kak, kemarin Shaun memberiku hadiah, ditaruh di dalam kardus dan dibungkus rapi, katanya suatu kenang-kenangan berharga supaya aku ingat terus dirinya. Kayaknya surprise deh! Pasti hasil karya tangannya. Apa ini caranya nyatakan cinta?” Kata Naya dengan polosnya.
Aku jadi ingat hasil karya tanah liat Shaun. Hampir aja aku tertawa mendengarnya, untuk sempat kutahan. Kemudian Naya melanjutkan ceritanya.
“Tadi malam aku sudah mau buka, tapi dilarang. Katanya nanti cari waktu yang pas... apa dia tahu ultahku sudah dekat? Mungkin ia ingin aku buka waktu itu didepan semua teman-temanku yah!”
“Hah? Hahahaha….!” Aku gak tahan lagi, langsung tertawa terpingkal-pingkal membayangkan kejadian itu.
“Ih, gimana sih, kok Kak Titien ketawain aku!” Naya merajuk.
“Eh sorry sayang. Gak kok… itu artinya Shaun perhatian dan sayang sama kamu! Eh, itu makanannya sudah siap, cepat panggil mereka!”
Aku harus menjaga sikapku, untung Naya gak tanya-tanya lagi.
——
Waktu sarapan aku kembali briefing rencana hari ini. Kita akan ke kebun... yah benar! Ke kebun sawah, telaga dan buah-buahan yang berada di desa Kolongan 20 km sebelah timur kota Manado.
Aku juga membuat umpan untuk pancing ikan, dan pengalamanku di desa tinggal di samping telaga membuat aku mahir membuat umpan. Bentuknya sih mirim kue biji-biji kecil, di taruh di toples. Teksturnya agak lembek.
“Humph!!! Ahhhh....” Aku mendengar Naya lari ke wastafel membuang sesuatu yang dimakannya. Ia pake berkumur dan membersihkan mulut.
“Kak Titien... biasanya kakak jago masak. Tapi kali ini kue-nya sangat mengecewakan deh...” Katanya mengagetkannya dari belakang.
“Hadeh! Kamu makan itu?” Tanya aku
“Emangnya itu kue apa, kak?” Ia menunjuk ke umpan yang ku buat.
“Itu bukan kue, Naya. Itu umpan ikan yang rencana kita gunakan waktu mancing sebentar!” Aku jelaskan sambil tertawa.
“Pantesan, gak enak!”.
“Umpan itu dibuat dari campuran gluten sama makanan anjing dan ditaruh daging ikan mentah. Direbus aja seperti itu.” Aku coba jelaskan, Naya kelihatan tambah jijik.
“Ini salah Kak Titien... masak umpan taruh di toples... dikira kue”
“Eh... kamu aja yang langsung makan gak pake tanya-tanya!”
Naya kemudian ikutan membantu aku membereskan dapur dan mencuci piring serta belanga yang kotor dipakai tadi. Aku segera ijin mandi sebentar, sementara Naya menyuruh pembantunya menyapu dan pel lantai. Tak lama kemudian ia juga sudah rapi dan siap jalan…
“Eh Nay, kamu taruh di mana umpannya?” Aku kaget mencari toples yang tadi.
“Tadi di meja!” Naya menjawab.
Tapi ternyata meja sudah kosong... umpannya sudah hilang. Kami bingung kemana larinya, tapi kemudian pertanyaan kami segera terjawab.
“Awh! Titien kue apa ini?” terdengar suara Edo di ruang tamu.
“Ih… jijik, kok bau-nya menyengat gitu!”
“Ihhh… gak enak!”
Begitu kami melihat keruang makan, tampak Edo, Shaun dan Brenda sementara mengumpat-umpat karena makan kue yang rasa aneh.... Aku dan Naya langsung tertawa. Jadi gak tega mo jelasin ke mereka apa itu. Nanti aja mereka lihat di kolam pancing.
——
Hebat juga si Titien bisa merancang paket wisata seperti ini. Kami masih di kebun buah-buahan. Ada mangga, manggis dan rambutan. Minumnya kelapa muda langsung dari batoknya.
Ketiga tamu kami sangat menikmatinya... mereka asyik panjat-panjat di atas pohon. Bagi mereka ini adalah pengalaman pertama makan buah duku dan rambutan, apa lagi langsung di atas pohon... Brenda pake hotpants. Brian dan Shaun malah sudah melepas celananya dan hanya pake boxer aja naik pohon, pakaiannya segera dibawa Titien ke mobil, sekalian pergi mencari duren dengan pemilik kebun.
Apalagi tadi kami melewati persawahan penduduk. Jalan di litir sawah menikmati alam yang indah... Dari tadi Brian dan Shaun terus memuji keindahan alam di tempat ini. Katanya lebih indah dari yang dibayangkan. Waktu tiba di dangau, Brenda sempat minta difoto-foto, kali ini menggunakan kamera profesional milik Shaun.
Dan Titien serta Naya terus aja ceria menemani cowok-cowok bule tersebut. Titien menceritakan soal bagaimana menanam padi dan merawatnya sampe panen. Ia tahu banyak mengenai pertanian. Ia juga bercerita tentang irigasi dan pengaturan air. Wah! Memang dari dulu ia terkenal pinter.
Eh... Naya kayaknya sudah berubah deh! Kini ia makin mesum... tidak lagi seperti sebelumnya gadis mungil yang imut dan polos. Masak kemarin aku lihat sendiri tangannya masuk ke celana Shaun untuk memegang kontolnya... Wah... gile juga tu anak. Berani sekarang yah!
Kemarin mataku sempat silau melihat Shaun mengrepe-grepe tokednya... eh si Naya malah hanya tertawa dan terus menyerang kontol Shaun... sampe dia terlepas. Kepalaku jadi nyut-nyut melihatnya.
Naya itu salah satu incaranku... mungkin gadis tercantik ke dua setelah Titien. Eh gak... sama-sama nomor satu. Dua-duanya sangat cantik dan memiliki kecantikan yang berbeda. Titien mengarah ke cantik yang anggun, sedangkan Naya cantik menggoda.
Beruntung amat dua bule itu bisa dekat-dekat dengan kedua gadis idola Manado. Eh aku juga beruntung kok... Brenda itu sangat cantik.... sexy dan hot! Eh ia juga rada genit, tapi sekali-sekali muncul tomboynya. Mau dapat dimana cewek kayak gitu... hayoo? Lihat gayanya diatas pohon... benar-benar natural. Persis kayak kemarin waktu menggodaku.
Flashback kemarin dulu… bukit kasih.
Setelah dibuat penasaran di Bukit Doa, Brenda langsung menarikku di mobil dan menuntut. Terpaksa aku harus mengeluarkan ilmu yang ku dapat dari bokep dan ajaran teman, jariku harus kerja keras membelah memeknya yang legit... gayanya yang seksi membuat aku mengerjainya habis-habisan dengan jurus-jurus terdasyhatku. Untung saja jariku mengenai titik yang tepat.
Desahannya top sekali... apa lagi waktu memandangku dengan nafsu sementara memeknya diobok-obok. Wajahnya sangat cantik dengan ekspresi yang sangat menggoda. Tapi akhirnya jariku menang juga. Ia sampe dua kali orgasme dan minta-minta ampun...
Setelah itu giliranku... ia membuka celanaku dan menyuruhkan tidur terlentang. Tak puas-puasnya tangannya bekerja dan mengocok kontolku. Tangannya juga sangat ahli... membuatku berkali-kali hampir orgasme. Pas sudah mau keluar ia akan meremas pangkal helmku, membuat gairah jadi down lagi. Ia sungguh pinter membuat cowok kentang terus... kayaknya mo balas dendam perbuatanku di Bukit Kasih.
Dan akhirnya ia mulai mengemutku... tekniknya hebat, kontolku sampe menyentuh kerongkongannya di bagian dalam... huh! Luar biasa enaknya... sayang.. pas enak-enaknya hampir keluar, tiba-tiba muncul dua anak begal itu membuka pintu. Eh pake teriak-teriak kaget segala.
Bubar deh kenangan oral pertamaku, memang aku sempat petting beberapa kali, bukan cuma dengan ex-ku. Malah sampe buat cewek-cewek puas, tapi baru sekarang aku di oral. Dan kini aku belajar hal yang baru, ternyata kentang itu sangat menyakitkan.... mudah-mudahan malam ini ada lanjutannya.
End of flashback
Titien sudah datang dengan pemilik kebun. Mereka membawa durian besar-besar 10 buah... wah pesta ini. Orang bule kan gak tauh makan durian! Pasti aku yang dapat banyak. Brenda dan Brian kelihatan mereka bingung buah apa itu...
“Ini duren kan?” Tanya Shaun.
“Yah... ini buah paling enak sedunia. Dan kita belum akan jalan kalau kalian belum mencobanya.”
“Ih bauh!
I dont like it!” Brenda tidak mau dekat-dekat.
Shaun dan Brian terus memperhatikan pemilik kebun membelah buah duren sesuai ruasnya, dan menyajikannya di atas meja bambu. Setelah enam buah yang dibuka, Titien menyuruh Brian mulai...Ia memberikan kepada Brian, yang memegang buah itu dan memperhatikannya. Brian mulai menggigit kecil ujungnya...
“Gimana... enak toh?” tanya Titien.
“Rasanya seperti ... seperti menggigit puting mu, sayang!” bisik Brian kepada Titien mesra.
“Hush.... makan dulu. Belum makan sudah mesum” Titien langsung memerah.
“Jadi kalo sudah habis makan boleh kan” Brian terus bertanya.
“Ihhhhh! Maunya….” kepalanya dijitak Titien.
Brian memakan durian itu dengan lahap, malah mau tambah. Tapi dengan satu syarat, disuap lagi seperti tadi. Titien sih oke-oke aja. Brian ternyata nakal juga, habis makan duriannya justru jari Titien yang dijilat. Titien kayaknya gak bisa mengelak, tangannya ditahan Brian yang sementara mengisap telujuknya. Eh sambil tertawa ia justru mencowel muka Brian dengan tangan yang masih cemot dengan durian. Brian membalas ….
Huh! Bikin cemburu aja. Dua sejoli itu terus aja bercanda. Mereka sangat cocok bersama, tapi kadang lupa teman. Pikirnya dunia hanya milik berdua. Eh... tapi ada saingannya... ternyata Naya juga sudah dekat-dekat dengan Shaun. Mereka berdua juga selalu bersama, walau banyakan berantemnya.
“Ayo Shaun... jangan bilang kamu takut” kata Naya mulai memanas-manasin
“Kalo aku makan emangnya kamu kasih apa?” Tantang Shaun.
“Emangnya kamu mau apa?” Naya tak mau kalah.
“Kalo aku makan 3 biji, kamu harus rela aku bugilin...” Bisik Shaun!
“Ih.... maunya! Ini tiga yah” Naya terus tertawa tapi ia memilih 3 biji durian yang paling besar. Gayanya memang begitu, centil dan suka main api dan segala sesuatu pake taruhan. Sekarang sampe menyerempet di hal-hal berbau mesum. Tambah genit yah!
“Ok! Deal is deal!” Shaun mulai makan durian dengan lahapnya. Ternyata sudah lama ia suka durian. Baru aku tauh kalo ada bule suka durian. Naya jadi kaget ketakutan melihatnya. Dengan cepat Shaun menghabiskan 2 buah, tinggal 1 lagi. Pasti sebentar lagi Naya akan teriak panggil Titien.
“Eh... dealnya gak jadi yah!”
“Enak aja, aku sudah capek-capek makan!” Shaun membuat gerakan seperti menyelanjangi.
“Gak mau... eh, Kak Titien, tolong dong!”. Naya lari lagi ke tempatnya Titien yang masih tertawa-tawa melihat canda mereka. Muka Titien sudah berlepotan dengan durian, pasti ulah Brian.
Aku mengambil satu potong dan kasih sama Brenda. Ia hanya menutup mata dan mulut tidak mau sama sekali. Walau ku paksa ia tetap menutup mulutnya kuat-kuat. Tubuhnya langsung ku peluk dari belakang... sedang buah durian berputar-putar depan wajahnya.
"Ayo dong makan, sayang!" Brenda masih menutup mata... tapi aku ada ide... secara tiba-tiba tangan kiriku meremas toketnya...
“Ahhhh... hap” Brenda teriak... tapi aku sudah siap. Ketika mulutnya terbuka karena berteriak, potongan durian langsung masuk. Brenda terbelalak tidak percaya sudah ada durian di mulutnya. Ia kaget tapi tak berani teriak…
Mulutnya terus diam dan coba menikmati buah itu. Tangannya di taruh di kepala… dengan ekspresi muka yang lucu. Ah... Brian dan Shaun melihat kami, tapi hanya tertawa-tawa. Eh… ia lupa tanganku yang satunya masih terus berada di dada kirinya.
“Ternyata enak sekali... tapi kok baunya gitu yah!” Brenda akhirnya menyukainya.
“Edo.... Makasih yah sudah mengajariku makan Duren” Brenda tersenyum
“
Anytime honey.... tenang saja, aku juga suka membelai toket mu kok!” Brenda ngamuk... ia baru sadar sempat ku cabuli. Tanganku langsung dicubit kuat-kuat.
Ketiga tamu bule itu sekarang jadi doyan durian... pastilah mereka suka. Ini durian paling enak... Titien yang memberitahu kami tipe-tipe durian lokal dan impor dan rasanya yang berbeda-beda.
“Titien... bilang dong sama pak petani, aku mau diajari lagi hal baru” kata Brian...
“Apa tuh...!” kata Titien...
“Aku mau belajar belah duren!” kata Brian dengan
innocent-nya. Titien jadi merah...
Naya dan aku langsung tertawa kuat-kuat ... Brian masih terbegong dengan muka melongo, ia tidak mengerti artinya.
“Romeo, kalo yang itu nanti Titien yang ajar... tapi sebentar malam di kamar, jangan di sini!” ujarku sambil tertawa. Brian masih bingung.
——-
“Astaga, jadi itu umpannya?”
Ekspresiku seperti seorang yang melihat hantu. Titien sementara menaruh umpan di pancingan tradisional. Shaun dan Brenda datang mendekat untuk mencari tahu yang mana umpannya.
“Ahhhh!” Brenda berteriak berbarengan Shaun.
“Ini pasti perbuatan dua anak jahil itu!” Kata ku.
Brian mendekat dan bertanya-tanya apa masalahnya. Naya langsung cerita mengenai umpan yang dibuat Titin tadi pagi di dapur, dikira ‘kue’ sehingga sempat dimakan bertiga tadi. Naya pun menceritakan adonan istimewa kue itu, yang langsung disambut dengan rasa jijik. Eh... sampe Naya sendiri kelihatan menahan rasa jijik.
“Lho, kok kamu juga jijik, kan kamu dan Titin yang buat?” tanyaku kepada Naya.
“Sebenarnya yang pertama mencicipinya justru si Naya...” Jawab Titien sambil tertawa.
“Siapa suruh gak tanya-tanya sudah langsung makan.”
“Kalo begitu, kamu juga harus makan kue ini... supaya sama!” Shaun menuntut. Titien langsung mengelak, bersembunyi di belakang Brian. Mereka tampaknya kompak saling melindungi.
“Sudah-sudah... ayo mulai memancing!’ Brian kembali memutuskan. Ia cocok jadi pemimpin, selalu memberikan arahan. Semua merasa segan padanya. Padahal ia juga suka bercanda.
Kami berenam berpencar mencari spot yang nyaman untuk memancing. Kolam ini memiliki beberapa spot pancing yang menjorok ke kolam. Disana ada tempat duduk dari bambu, bisa untuk 2-3 orang.
Kolam pancing tersebut berada di kampung yang sama. Disitu ada beberapa telaga besar, dan sebuah restoran ikan mujair. Nama restorannya, Pondok Pantera, masih sedikit dikunjungi. Padahal tempatnya indah sekali. Mungkin karena jalan masuknya berupa lorong yang sempit sehingga banyak yg tidak tahu. Eh, mungkin saja tempat ini nanti rame waktu sore ato malam.
Dari mana Titien tahu tempat ini? Mungkin dari pemilik kebun tadi. Kebetulan pemiliknya adalah saudara dekat dengan pemilik kebun buah tadi.
Kami berenam masing-masing memegang alat pancing tradisional dari bambu kering, namun terbukti sangat ampuh. Setiap lemparan, tidak tunggu lama, umpannya menjadi rebutan ikan-ikan. Ternyata umpan buatan Titien sangat efektif, terbukti banyak ikan yang langsung mendekat. Heran, dari mana ia tahu cara buat umpan.
Baru sekarang aku merasakan serunya memancing. Aku sih pernah tapi gak dapat-dapat ikan, jadi malas. Tapi ini jauh berbeda, hanya dalam waktu 30 menit ember yang dibawah sudah penuh dengan ikan besar-besar.
Rencananya ikan ini akan kita bakar untuk makan siang. Wah! Selama hidup belum pernah aku dapat pengalaman seperti ini. Titien itu sangat hebat merancang paket wisata, kami bukan hanya melihat alam, tapi berinteraksi langsung dengan kehidupan di sini.
Tangan cekatan Titien dan Naya terus mempersiapkan makanan, fish and chip: ikan bakar, kentang goreng dan dabu-dabu – saos pedas mentah khas manado. Ikan yang dibakar langsung kami sambar, makan menggunakan peralatan seadanya.
Bau ikan yang harum membuat lapar, padahal baru jam 12. Titien dan Naya ternyata cekatan makan pake tangan sedang kami harus pake garpu.
Ikan mujair yang langsung di makan terasa enak dan gurih. Apalagi makan sambil duduk-duduk sejenak menikmati keindahan telaga yang besar dan luas ini. Airnya bening dan cukup dalam, ada tempat yang dua meter katanya. Pasti segar kalo mandi. Si pemilik sih sudah ijinkan kalo kami mau mandi, asal hanya di telaga ini.
Dari jauh kami lihat ada orang lain yang datang untuk mancing, tetapi di telaga satunya. Untung kami datang pagi-pagi, ternyata waktu siang tempat ini agak rame juga. Tampak di sana ada segerombolan anak sekolahan juga datang ke tempat itu. Mungkin juga akan mandi-mandi. Tetapi mereka kayaknya singgah dulu di kios sebelah untuk makan. Untunglah, privasi kami masih aman untuk 30 menit kedepan.
“Byurrr... Eh!” terdengar suara ada yang jatuh di air.
Ternyata si Brenda. Ia teriak-teriak minta tolong karena terpeleset jatuh. Anak itu sangat tidak cocok dibawa ke alam, cocoknya dibawah ke hotel, hehehe. Padahal tadi ia dengan lincah lewat jalan setapak di litir sawah. Jangan-jangan ia sengaja...
"Tolong dong!" Brenda berseru sambil mengangkat tangan kepayahan.
“Eh, tolong dong!” Kata Shaun…
“Brenda gak bisa berenang!” Kata Brian
Aku jadi panik, cepat-cepat membuka baju dan mengeluarkan isi kantongku.
“Edo... tolong dong!” Titien dan Naya juga teriak. Kedua gadis itu kelihatan sangat kuatir. Aku harus cepat.
“Byurrrr!” Tanpa pikir panjang aku lompat ke air untuk menarik Brenda. Waktu mendekat Brenda hanya tertawa-tawa melihatku.
Aku bingung… apa yang terjadi.
Ketika aku memandang sekeliling, kelihatan pula Brian dan Shaun ikutan tertawa. Brenda berenang dengan lincahnya menjauh. Astaga… Ternyata mereka sengaja menjebakku.
Harus ku balas mereka… gimana?
“Eh Brian tolong, Edo gak tahu berenang. Tuh ia mulai tenggelam!” Terdengar suara Titien menyuruh Brian menolongku. Gadis itu memicingkan sebelah mata kearahku.
Aku mengerti maksudnya, dan langsung pura-pura tenggelam.
“Tolong.!” Aku berteriak sambil mengerahkan seluruh kemampuan actingku.
“Eh, kamu juga Shaun. Tuh Edo udah hampir tenggelam…” Suara Naya juga kelihatan panik sekali.
“Cepat…!” Titien teriak lagi, padahal aku tahu ia main-main.
Aku melirik Shaun dan Brian yang lagi membuka baju, dan siap terjun dengan boxer mereka. Hehehe…
acting ku ternyata berhasil juga, ini semua berkat teriakan Titien.
“Byur…!” Shaun langsung lompat ke air, lalu mendorongku mendekat ke pinggiran. Brian pinter juga, ia gak buru-buru lompat, tapi hanya memberi tangannya untuk menarikku keatas. Tinggal dia cowok yang belum basah.
“Ayo Edo, tarik tangan Brian!” Aku mendengar kata-kata Titien, dan ketika melihatnya aku melihat ia tersenyum sambil main mata kepadaku. Aku kini mengerti apa maksudnya.
Segera ku raih tangan Brian yang menarikku keatas, lalu secara tiba-tiba aku menariknya ke air…
“Eh… aduh…!” Brian hampir jatuh, keseimbangannya goyah.
Tiba-tiba Titien tambah mendorongnya dari atas, membuat cowok itu langsung jatuh ke air.
“Byurrr!”
“Hahaha…!” Terdengar tawa yang khas gadis itu. Aku juga tertawa melihat Brian dan Shaun jadi korbanku.
“Hihihihihi” Terdengar tawa dari Naya, padahal ia tadi sempat ketakutan… Brenda juga ikutan mengejek.
Aku langsung berenang menjauhi mereka, ke arah Brenda. Sementara dari atas terus terdengar suara Titien dan Naya langsung mengejek kebodohan kedua cowok itu.
“Romeo, ayo kita tangkap dua anak jahil itu, mereka harus diberi pelajaran!” Kata-kata Shaun terdengar jelas.
Brian dan Shaun cepat-cepat cari tempat untuk naik, siap menangkap Naya dan Titien.
“Awas kalau ketangkap!
I’m going to strip your clothes off...” Titien dan Naya mulai lari menjauh sambil tertawa-tawa. Pasti seru melihat mereka berkejaran.
Brian mengejar Titien yang lari ke sebelah kanan, sementara Naya yang lari ke sebelah kiri adalah bagian Shaun.
“Eits tidak bisa lari kau...”
Titien terpojok, didepannya ada saluran air, Ia takut melompat. Terpaksa ia menyerah dan membiarkan tangannya ditarik oleh Brian. Tak lama kemudian keduanya sudah di air, masih berpegangan tangan.
Naya masih lolos... cepat sekali si mungil itu lari... Cukup lama Shaun mengejarnya, tapi jaraknya justru tambah jauh. Shaun kelihatannya akan menyerah ketika Naya sudah hampir mengintari telaga, namun tiba-tiba...
“Ahhhh... Byurrrr!” Naya berhenti tiba-tiba, berbalik arah dan lompat ke dalam telaga. Shaun langsung lompat turun dan mendekatinya di telaga, takut kenapa-kenapa.
“Ada apa Nay!” ia keliatan masih kaget. Shaun memegang tangannya dan membelai pundaknya. Naya memeluknya hangat.
“Yah, basah deh! Tadi ada kodok besar... aku takut!” Kata-kata Naya lucu sekali.
“Hahahaha.... rasain! Mending dari tadi langsung nyerah aja, gak pake cape kejar-kejaran.” Kata Shaun sambil nyengir. Cowok itu memeluknya dari belakang dan Naya menyandarkan diri di dada telanjang milik Shaun.
‘Astaga, apa Shaun sudah beneran jadian dengan Naya?’ Aku tahu mereka sering bersama dan saling menyukai, tapi aku gak menyangka gadis imut itu sampai bermesraan dengan cowok seperti Shaun. Kayaknya mereka udah jadian.
Sementara itu aku juga melirik kearah sebelah, dan mendapati kalo Titien lagi ciuman dengan Brian. Astaga! Gak nyangka kedua cowok bule itu sudah bisa menggaet kedua bunga kampus yang diincar hampir semua mahasiswa cowok.
Pake bermesraan di umum lagi. Brian dan Titien memang cocok sih.
Aku gak tahu harus kecewa atau bahagia. Kecewa karena aku menyukai Titien, sangat menyukainya. Berkali-kali aku menembaknya, tapi ia menolak… eh, kita pernah jadian sih, tapi gak lama. Aku yang maksa, besoknya Titien langsung ia minta putus.
Tapi aku juga harus merasa bahagia untuknya. Titien adalah pacar dari Nando, sahabat baikku. Eh, Titien juga sebenarnya sahabatku juga. Kami melalui banyak hal bersama. Udah lama ia menjomblo, bahkan kehilangan minat untuk jatuh cinta lagi setelah Nando meninggal. Sudah waktunya untuk bahagia sekarang.
Ah, udahlah. Itu urusan mereka… Kenapa aku harus stress. Kan disampingku ada bidadari bule yang gak kalah seksinya. Mesum lagi… hehehe…
——
POV Titien
"Auhhh, ihh mesum." Aku menghidar dari pelukan Brian yang mencoba menangkapku. Hush, sudah di kolam masih bercanda.
Namun kemudian ia segera memelukku, pasti sudah kangen dari tadi baru kesampaian. Aku biarkan aja, apalagi tangannya tersembunyi di air yang dalamnya sampe ke dada.
Brian membelai-belai punggungku, tapi ku tahu sebenarnya sasarannya di dadaku. Tanganku melindungi dua toketku dari jarinya yang nakal. Ia kembali mencium pipi dan leherku, pasti ada maunya. Aku pura-pura aja cuek. Tak lama kemudian bibirku berhasil dikecup dengan ciuman yang panas.
Tangannya turun kebawah, mungkin membetulkan boxernya... kelihatan sempat menarik-narik sesuatu. Kemudian kini menggenggam tangan kananku, memaksanya turun ke bawah. Aku bertahan... bahaya ini, karena tangan satu tidak cukup untuk melindungi toket dari jarinya yang lihai.
Walaupun kita masih bercanda tertawa di sela-sela ciuman, tangan kanan kami masih saling tarik menarik. Ia menarik tanganku ke bawah dan aku bertahan terus diatas. Tak lama kemudian Brian tampak kegelian. Ciumannya terlepas.
"Tien, gapain main-main di pahaku? Auw, jangan cubit dong, sakit!" Ia mengerang, gak tauh antara sakit dan geli. "Auw... jangan di helm dong aku sayang,"
Aku jadi penasaran apa uang terjadi. Ih.. ada gerakan beberapa ekor ikan di dekat selangkangannya. Tangan kiriku langsung menggenggam tangan kirinya.
"Heh... kalo tanganmu disini, siapa yang mainkan kontolku?" Tanya Brian bingung. Astaga! Tak lama kemudian ia berteriak kesakitan. "Auuhhh, ampun!" Brian memegang kontolnya sambil teriak kesakitan.
"Kenapa, kenapa?" Aku meraba-raba di daerah selangkangannya tapi kaget celananya sudah terbuka dan kontolnya yang sudah di luar. Setelah sekilas rabaan aku mendapati kontolnya lagi mengecil loyo. Tanganku pun merasakan sentuhan ikan-ikan disekelilingnya. Ah pasti kontolnya lagi menjadi santapan ikan. Jangan-jangan digigit belut ato disengat ikan lele.
"Duh kacian, hilang begalnya deh, hihihi....!" Kontolnya sempat kuurut dan kucubit.
"Auw, sakit dong Tien! Bukannya membantu malah ... terus kalo kontolku jadi apa-apa yang rugikan kamu?" Brian jadi bingung, gak tau harus meringis atau tertawa.
"Siapa suruh pikirannya mesum melulu..."
"Eh, siapa yang mesum. Kontolku lagi digigit ikan dibilang mesum!" Brian membela diri.
"Terus, kenapa boxermu sudah terbuka?' Tanyaku menyelidik.
"Eh... gini, tadi ku buka karena... eh siapa tahu kamu mau pegang-pegang" Nah kan benar tebakanku, ia mau mencabuliku.
"Ih... mesum" aku kembali mencubitnya. Kali ini di pinggang. Takut jangan nanti impoten, gimana? Hihihi.
——
Walaupun aku masih terus berciuman dengan Brian, dan menjaga asetku dari tangan nakalnya, aku terus memperhatikan Naya, adik angkatku. Mereka tadi asik kejar-kejaran, akhirnya nyerah juga.
“Byurrr…!” Naya lompat ke kolam sendiri. Astaga, jangan-jangan ada apa-apa.
“Ada apa Nay!” Terdengar suara Shaun, Naya memeluknya hangat. Pasti ada sesuatu.
Aku kini melepaskan diri lalu berjalan mendekati Naya dan Shaun. Brian mengerti kecemasanku dan Brian mengikutiku dari belakang.
“Yah, basah deh! Tadi ada kodok besar... aku takut!” Kata-kata Naya lucu sekali
Ternyata karena itu.
Mereka berdua kembali ciuman dan bercumbu mesra. Aku mau melindungi jangan-jangan mereka keterusan, Kami berjalan pelan-pelan supaya tidak ketahuan.
Mereka sibuk bercumbu, sampai gak sadar kalo kami berdua sudah dekat sekali, tepat disamping kiri mereka.
Benar aja, kelihatan Shaun sementara memeluk Naya dari belakang… tangan Shaun kayaknya udah menyusup dibalik tanktopnya dan membelai perut rata milik gadis imut itu. Permukaan air yang sampai di dada memang menyembunyikan, tapi aku bisa melihat apa yang terjadi secara samar-samar. Naya juga diam saja tapi ia melindungi toketnya dengan tangan kiri dari luar baju. Mungkin malu…
Aku membiarkan mereka, karena pada saat yang sama Brian juga kembali menyerang tubuhku. Kali ini aku biarkan tangannya merabai perutku dari dalam. Apa karena terbawa dengan tingkah Naya?
"Naya, kamu sangat cantik, sayang!" Aku mendengar rayuan Shaun, sebelum tangannya menarik dagu Naya membuat ia mengadah keatas. Dan kembali suatu ciuman mesra penuh gairah terlihat. Naya ternyata udah jago ciuman, dan ia menyambut permainan lidah cowok itu, dan membalas dengan gerakan yang sama. Gadis ini cepat sekali belajar…
Setelah Naya menutup mata, serangan Shaun makin hebat. Aku terus memperhatikan mereka dari dekat, Naya gak sadar kalo aku sudah disampingnya.
“Kamu juga mau dicium?” Bisik Brian. Aku diam aja…
Brian menarik daguku dan mulai menciumku lagi. Gak lama sih… mulutnya berpindah ke telinga dan tengkukku lalu bermain-main disana. Aku membiarkan saja sambil menahan geli.
Perhatianku terbagi, aku mau memperhatikan Naya, tapi aku juga gak boleh lengah dengan serangan pacarku yang tak kalah ganas mencoba membuat aku lupa diri.
Sementara belaian tangan Shaun mulai naik, menuju ke dua bongkahan dada gadis itu yang kenyal. Naya melonggarkan pertahanan tangannya, memberikan akses kepada cowok itu untuk membelai. Ketika tangan Shaun membekap bulatan yang padat dan kenyal, serta meremasnya dengan lembut, terdengar keluhan Naya.
Aku harus buat apa? Aku gak bisa salahkan Naya, karena aku juga sementara merasakan tangan Brian menabrak gundukan dadaku dari bawa.
Entah kenapa, melihat Naya aku jadi cepat terangsang. Aku membuka tanganku memberikan akses kepada tangan Brian. Dengan cepat ia menjelajah dibawa bra sportku… mengobrak-abrik bongkahan dadaku dengan lembut.
Brian mencium tengkukku dan telingaku. Geli sekali… sementara itu tangannya bermain-main didadaku. Rasanya geli sekali, mungkin sekali Naya juga merasakan hal yang sama…
Sementara itu disebelah kanan kami, Shaun makin berani…
Tangannya yang satu mencari mangsa lain, yaitu gundukan kecil di selangkangan gadis imut itu. Celana karetnya menyisakan celah sempit bagi jarinya yang mulai menjangkau semak belukar yang dipangkas pendek. Walau penuh perjuangan, tangan Shaun mulai menjangkau... Ini gak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Brian juga melihat kegiatan mereka.
Tangan Brian juga ikutan turun, tapi langsung ku cegah. Aku gak merasa nyaman. Ia mengerti… padahal sebenarnya aku juga udah ingin, karena melihat Naya udah mendesah saking nikmatnya.
Sementara itu aku melihat tangan Naya sudah mencubit perut di bagian atas celana Shaun. Aku tersenyum, pasti cari kontol cowok itu. Mereka saling memegang, menggenggam dengan mesra.
Aku melepaskan tangan Brian, membiarkan ia menjelajah. Aku gak perduli lagi… masak cuma Naya yang bisa merasakannya?
Tangan Brian mulai membelai gundukan selangkanganku dari luar celana. Baju renang yang tipis membuat senttuhan tangannya terasa. Aku mengelinjang kegelian… aku makin pasrah… Untunglah kami gak sampai keterusan.
"Hey, lihat ada bule ciuman," ada suara orang dari belakang. Anak-anak sekolah itu sudah mulai berdatangan.
Aku tercegang… dan cepat-cepat menarik tangan Brian serta merapikan pakaianku. Hampir aja ketahuan.
Naya juga segera tersadar dan mengibaskan tangan Shaun. Wajahnya jadi merah dan jengah.
"Ih, Shaun mesum!” Katanya pelan.
"Sayang, nanti lanjut lagi, yah" kata cowok itu lembut.
"Ih... ngarap!" Naya hanya tersenyum.
"Ehm ... cie cie, yang lagi asik pacaran,” Aku meledek mereka, Naya berbalik kearahku.
“Kak Titien, ngapain disini?” Ia kaget sekali, gak nyangka kalo selama ini aku ada didekatnya.
“Hihihi, keasikan yah, sampe gak sadar!” Aku meledek Naya.
"Ih gak lah ... kita tadi lagi cari jeruk bali yang jatuh di telaga!” Naya menjawab asal-asal.
"Gak percaya kalo cari jeruk! Cocoknya lagi nyodok-nyodok mangga!" Ejek Brian lebih menjurus lagi. Pasti ia tahu tangan Shaun tadi mempetreli toket Naya yang kecil namun padat itu dalam air.
"Bukan mangga, Brian. Kok aku lihat tadi lebih mirip nyolok jambu kayaknya!" Aku ikutan meledek mereka dengan kata-kata kiasan.
"Eh, enak aja... mentang-mentang gue kecil gini!" Naya protes.
"Sudah... sudah, gak kecil kok! Justru buahnya Naya padat dan membulat, ukurannya pas digenggam dan putingnya menantang lho." Kata Shaun membela Naya...
“Siapa bilang toket mungil itu tidak indah!” Ia keceplos lagi.
“Huh?” Brian langsung tertawa.
"Apa? Astaga... Jadi tadi sudah sempat...., Ih! Hahahaha" Aku sampai terkejut mendengar kata-kata Shaun yang polos tadi.
Naya jadi malu sekali…
"Ihhhh, Dickhead, kok ngomong jorok gitu.... ih sebel!" Tangan Naya langsung memukul-mukul pangkal lengan cowok itu. Ia kelihatan malu sekali.
Sementara Shaun hanya bingung menahan sakit serangan Naya.
"Apa salahku?”
——
Bersambung