Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Semua ini gara-gara adik kembarku (by C4th13)

C4th13

Guru Semprot
Daftar
20 Jan 2017
Post
662
Like diterima
1.453
Lokasi
Aussie
Bimabet
Semua ini gara-gara adik kembarku
A story by C4thie

Prolog

Tokoh cerita ini, Reyhan Rianto Saputra, adalah seorang mahasiswa tingkat 2 di salah satu universitas negeri di Sulawesi Utara, dan sejak kecil menemani ibunya dan ayah tiri-nya di Manado. Ayah kandungnya sudah lama bercerai dengan ibu-nya, karena perbedaan suku. Sedangkan ibunya sudah lama kawin lagi dengan mantan pacar-nya dulu, yang juga sudah menjadi duda.

Keseharian Reyhan adalah seorang mahasiwa yang cerdas dan dikelilingi teman-teman yang simpatik. Gayanya yang formal dan terkesan kampungan, membuatnya kurang menonjol dilingkungan kampus, padahal kalau saja ia mau membenahi penampilannya, dengan mudah ia dapat mengaet gadis-gadis idola kampus.

Sedangkan kembaran-nya yang memiliki wajah dan tubuh yang identik sehingga sukar untuk dibedakan, bernama Reyvan Riyadi Saputra. Reyvan adalah anak gaul yang tinggal di ibukota, dan berkuliah di sebuah universitas swasta yang top. Dibesarkan oleh keluarga Babe yang kaya raya, Reyvan menjadi anak yang populer di kalangan kampus, dan dikelilingi oleh banyak teman cewek. Pembawaannya yang supel serta kepandaiannya merayu membuat ia menjadi playboy kelas wahid.

Walaupun terpisah dari kecil, Reyhan dan sang adik Reywan selalu memiliki ikatan batin dan ingin saling berbagi. Kesamaan wajah sering dimanfaatkan untuk urusan pelajaran mereka sedari SD. Itulah sebabnya mereka tidak ingin orang lain tahu kalo punya saudara kembar, dan hanya segelintir dari keluarga dekat aja yang tahu.

Akhirnya segala sesuatu berubah sejak beberapa minggu lalu, waktu Reyhan liburan paskah di kos adiknya, di Jakarta di bulan April.

Disclaimer: Cerita ini hanyalah fiksi, kesamaan dengan peristiwa lain adalah kebetulan.



Daftar isi
  1. Episode 1. Ternyata aku bisa juga SSI (Part 1) - di bawah, (Part 2) di hal 2.
  2. Episode 2. Belah duren pertamaku - hal 3.
  3. Episode 3. Awal dari segalanya - hal 4
  4. Episode 4. TTM dan petualangan - hal 5
  5. Episode 5. Korban pertama di Manado - hal 6
  6. Episode 6. Kak Tina dan aku - hal 8
  7. Episode 7. Cinta itu masih ada - hal 11
  8. Episode 8. Petualangan bersama adik di Manado 1 (Kak Tina) - hal 12
  9. Episode 9. Petualangan bersama adik di Manado 2 (Teman adik) ... loading
 
Terakhir diubah:
Episode 1 - Ternyata aku bisa juga SSI



POV Reyhan (Kakak)



“Han, aku keluar dulu yah, ditunggu teman!” Kata adik kembar ku tiba-tiba. Aku jadi kaget, jauh-jauh datang untuk berlibur ke kota-nya, eh dia malah ngacir dengan teman. Gak pake ajak-ajak lagi.



“Teman kuliah?” Aku tanya, siapa tahu diajak. Tapi ia gak mau jawab, dan terus merapikan rambut dan memakai parfum.



Tak lama kemudian aku melihat sebuah mobil Rush putih berhenti di halaman, dua orang gadis cantik dengan gaya modis dan kacamata hitam melambaikan tangan kepada kami.



“Hahaha, bilang aja jalan sama cewek. Gak masalah bro! Kecuali kamu butuh bantuan” Kataku sambil tertawa.



“Hahaha… cuma dua orang kok, aku bisa lawan mereka sekaligus!” Reyvan tertawa.



“Dasar… cewek sampe dua gak mau bagi!” Aku membalasnya. Enak sih jadi cowok segaul Reyvan, banyak cewek yang mau.



“Kamu gak apa-apa kan sendirian di apartemenku? Ato kalo mau pake aja Ninja ku ke mall kemarin!” Tawarnya, sambil menambahkan: “Pasti banyak cewek yang mau nyemperin, setelah gayamu aku permak kemarin!”



Reyvan tertawa mengingatkanku kalo kemarin aku seharian di salon untuk makeover penampilan. Supaya gak gaya kampungan, katanya. Yang jadi malah kami berdua makin mirip, eh kalo wajah memang mirip karena kembar, tapi penampilan dan gaya rambut kini sukar dibedakan lagi.



“Nanti aja bro, aku di sini aja! Masih mager, mungkin sejam aku keluar bentar”



“Oke, aku mungkin nanti balik besok malam.” katanya lagi sambil memakai sepatu. Aku lihat Reyvan membawa sebuah ransel dan mengecek isinya.



“Oke deh, hati2 di jalan, gak lupa pengaman kan?”



“Ihhh… aku jalan bareng teman-teman kok!” Katanya gak mau ngaku.



“Hahaha… kayak aku gak tahu saja siapa kamu, bro.” Aku memukul pundaknya pelan mengucapkan selamat jalan.



Aku memandang dari jauh kepergian adik kembarku, Reyvan memasuki mobil itu, dan disambut dengan ciuman dan pelukan oleh gadis yang duduk di kursi penumpang. Keduanya langsung pindah di belakang.



Wah, gadis-gadis Jakarta cantik-cantik yah…



——



Oh yah, perkenalkan diri dulu. Namaku Reyhan, dan yang tadi itu adikku Reyvan. Aku kuliah di Manado, sedangkan Reyvan di Jakarta. Aku lagi liburan di Jakarta karena di kampusku sedang ada liburan Paskah selama seminggu. Selain mau mengunjungi saudara kembarku dan tinggal di apartemennya, aku juga mau belanja beberapa barang yg sukar didapatkan di Manado.



Kami berdua sangat dekat dan sering saling mengunjungi. Waktu lulus SMA Reyvan menghabiskan masa liburan dengan ku di Manado, di rumah Mama. Sedangkan tahun sebelumnya, aku yang menghabiskan liburan di Jakarta, nginap di rumah Babe.



Yah, orang tua kami bercerai sejak kami masih sangat kecil, mungkin masih SD kelas dua. Padahal menurut kata orang, awalnya mereka berdua saling mencintai. Ayah berasal dari suku Sunda dan dan berdara campuran Arab, bertemu dengan Mama yang asli orang Manado yang kalo ditelusuri masih ada campuran darah Belanda. Yang pasti hasilny adalah dua anak kembar yang ganteng.



Ayah dan Mama bertemu waktu kuliah di Malang. Keduanya saling mencintai, sehingga begitu ayah di wisuda, ia langsung mengawini ibu. Untunglah Ibu masih meneruskan kuliahnya sampai tamat, sebelum mereka bekerja di Surabaya.



Aku dan Reyvan lahir di Surabaya, waktu Babe bekerja jadi Direktur di perusahaan yang dimiliki kakek. Aku masih mengenang sedikit masa-masa indah dengan Babe dan Ibu di Surabaya. Tapi kemudian sejak Kakek sakit-sakit, ayah diminta pindah ke Bekasi, kantor pusat perusahaan menggantikan kakek. Dan sejak itu masalah terjadi, ayah dan ibu bertengkar terus. Alasannya hanya satu, keluarga Babe (kakek) gak begitu suka sama ibu yang bukan berasal dari suku yang sama.



Akhirnya mereka bercerai, dan kami berpisah. Lima tahun kemudian, ibu kawin lagi, usut punya usut ternyata dengan kekasih pertamanya asal kampung, seorang ASN Esalon dua di Kota Tomohon, yg hanya terpaut beberapa puluh kilo dari Manado. Kehidupanku di Manado cukup lumayan, karena walaupun hanya pegawai negeri, Papa tiri ku punya posisi yang bagus, dan gaji ibu sendiri sebagai guru udah lumayan. Memang sih gak sebanding dengan keluarga sebelah Ayah di Jakarta yang kaya raya.



Satu hal mengenai aku dan Reyvan, kami berdua tidak pernah jalan bersama-sama sejak kecil. Aku tidak pernah bilang-bilang orang kalo ada adik kembar, begitu juga Reygan. Itu udah kayak hukum tidak tertulis di antara kami. Dan mungkin diluar keluarga, gak ada yang tahu. Ibu gak pernah bahas tentang kami, malah gak ada foto kami berdua di dinding rumah.



Bayangkan aja, Tono juga sampe kaget waktu ia tahu! Padahal Tono itu adalah sepupuku sendiri, yang sehari-hari datang ke rumah. Dan ia nanti tahu waktu Reyvan berkunjung ke Manado kesini waktu SMA.



Tapi ada keuntungannya juga seperti ini… dan setengah jam kemudian ini terbukti.



——-



“Rey? Ngapain kamu disini?” Seorang gadis yang imut dengan rambut sebahu tiba-tiba menyapaku. Cantik pake banget, kulit putih dan mulus lagi… Aku sampe terpana melihatnya.



Saat itu kamu berada di Alfamart dekat apartmen.



“Hai cantik, Lama yah gak ketemu, tumben kamu masih ingat aku!” Kataku belum yakin kalo itu sohib ku.



“Apa? Hahaha... masih muda udah pikun. Kan barusan kita sekelas kemarin dulu!” Katanya.



Oh ternyata temannya Reyvan. Tapi manis juga, siapa tahu bisa di ssi.



“Oh iya yah, kok aku bisa lupa yah. Apa karena terlalu kangen?” Aku mulai melancarkan jurus yang sering aku dan Reyvan pakai.



“Hahaha, basi tahu!. Kamu ngapain disini?” Tanyanya lagi sembarang, menutupi wajahnya yang sudah merah merona.



“Eh... aku kan tinggal dekat sini. Justru aku yang tanya kamu ngapain?”



“Tadi antar sodara, terus cari makan. Aku mau buat mie.”



“Aku juga, gimana kalo masak di apartemenku aja? Aku juga lagi cari makan!”



“Tapi...?” Ia kelihatan ragu.



“Aku hanya sendiri kok, kamu temani yah? Nanti pulangnya aku antar kerumah?” Kataku dengan wajah memelas.



“Oke deh!” Katanya.



It will be an interesting afternoon after all.



——



“Eh, ini kamu?” Aku tertegun ketika ia membuka pintu kamar mandi. Kayaknya udah ganti baju, sekarang memakai pakaian yang agak mengundang.



“Ihhh, Rey… kok sampe segitu matanya!” Ia tersipu melihatku, dan tersenyum malu-malu. Wah, manisnya…



Eh… aku baru sadar, Reyvan juga biasa dipanggil Rey oleh kawan-kawannya. Wah… ini namanya rejeki anak soleh, gak diajak keluar dengan cewek, eh malah ada cewek cantik mau-mau aja di bawa ke apartemen.



“Yuk mari makan…!” Kataku mempersilahkan mahluk cantik ini mengambil mie.



“Rey, kamu barusan gunting rambut yah? tambah cakep deh.” Belum sempat aku ssi, justru aku yang disanjung.



“Eh, iya…”



“Ih pake gugup lagi sih” dia tertawa manis sekali.



“Jarang-harang lho kamu gak keluar, ini Nesha temanin. Seneng ada teman makan…” katanya sambik tersenyum.



Ohhh jadi namanya Nesha! Wah hebat juga koleksi adikku. Aku yakin gadis manis dan polos ini salah satu sasaran ssi adikku.



“Wah, senangnya ditemani gadis cantik…” Aku mulai jurus-jurus yg diajarkan adikku. Mudah-mudahan pelajarannya tentang ssi selama seminggu aku di sini dapat aku terapkan.



“Ih gombal!” Nesha tertawa lagi, tapi aku tahu itu untuk menutupi pipinya yg sempat merona tadi.



“Tapi benarkan?”



“Udah gak usah gombal, Rey... kayak aku gak tahu aja.” Nesha memicingkan matanya, berani juga cewek yg satu ini.



Aku masih bertanya-tanya apa maksud perkataannya. Nesha sendiri udah kabur ke dapur mengambil piring



Nesha menaruh kue brownies itu di meja makan kecil dan kami pun duduk berhadapan.

Langsung aja aku mengambil sesendok dan mencicipinya.



“Enak!”



“Aku tahu selera kamu, kok!” Katanya.



“Pantesan manis, kayak orangnya!”



“Gombal lagi” Katanya.



“Makasih yah Nesha cantik..”



“Sama-sama, Rey ganteng!” Katanya tersenyum. Langkah pertama check.



“Kita keatas yuk!”



“Ada apa diatas?”



“Kolam renang, juga ada taman. Bagus banget, kamu suka foto-foto kan?” Pelajaran kedua, mana ada cewek gak mau selfie.



“Oh oke. Kalo aku tahu, udah bawa baju renang.”



“Gak pake baju juga boleh kok!”



“Aih... hahaha. Untung di kamu dong! Dasar mesum”, Nesha tertawa manis.



“Eh maksudku, baju biasa aja, gak perlu baju renang.”



“Oh kirain... kamu mau lihat aku bugil”



“Eh gak kok, ngapain juga aku lihat.” aku asal ngomong.



“Apa? Gak mau lihat? Bener?” Nesha tertawa menggoda dengan centil. Pasti ia sudah dekat sekali dengan adikku.



“Yah kalo kamu kasih sih, terpaksa aku lihat.” Kataku sambil mmicingkan mata.



“Tuh kan? Dasar...” Nesha mencubitku. Langkah tiga check.



Skil skip



Setelah asyik foto-foto di Kolam yang indah, aku merasa jarak antara Nesha dengan diriku semakin dekat. Eh, mungkin aja Nesha memang udah dekat dengan adikku, tapi aku juga tidak canggung lagi bercengkrama dengan gadis cantik itu. Nesha memang berwajah fotogenik, serta perangainya yang cenderung centil dengan gaya mantap.



Gadis itu cantik sekali, cantik dan menggoda. Nesha sudah melepaskan pakaian luarnya dan hanya memakai tank top yang seksi.



“Nesha…. Selfie yuk…” Aku mengajaknya untuk berpose bersama.



Tanpa malu-malu ia mendekat sehingga tubuh kami bertempelan dengan dekat. Malah sekali-kali toketnya sempat kesenggol. Apa ia tahu kalo toket kenyalnya bikin aku harus menahan konak?



“Ih.. ulang, kok kamu gak senyum?” Gadis itu komplain dengan hasil selfie-nya.



Dan kesempatan itu terjadi lagi dimana tubuh kami berhimpitan dalam pose-pose yang makin intim. Aku juga membuat hal-hal itu seperti biasa, Nesha sendiri cuek aja walau bongkahan dadanya kena lengan serta punggung ku.



“Kamu mau foto di situ?” Ajakku menuju ke pinggir kolam dekat air terjun.



“Ayo…” Nesha setuju, walaupun tempat itu cukup sempit untuk kami berdua. Terpaksa tangan kiriku harus memeluknya dengan tangan kanan memegang foto. Nesha sudah pasang wajah imut yang membuatku makin gemes.



“Ih… kenapa sih?” Nesha protes karena aku menatapnya terus, sedangkan ia sudah berpose. Mungkin sekali ia jengah. Aku hanya senyum, sehingga ia salah tingkah lalu mencubitku.



“Eh, astaga!” Aku kaget, kakiku menginjak udara ketika menghindar, dan segera hilang keseimbangan. Untunglah tepat sebelum jatuh ke kolam, otakku sempat bekerja dengan cepat untuk menyelamatkan hape, lau menarik Nesha ikutan jatuh.



“Eh, jangan…!” Gadis itu juga ikutan hilang keseimbangannya. Ia terkejut ketika ku tarik.



“Hahaha…!” Kami berdua pun sukses jatuh ke kolam sambil tertawa-tawa.



Untunglah kami jatuh di bagian kolam yang cukup dalam, ketinggian air sekitar 1.8 m sehingga aku bisa jinjit untuk terus bernafas. Nesha kayaknya gak sampai.



“Usil!” Ketika kepala Nesha keluar, ia menyiramkan air kepadaku. Dengan cepat tangannya ku tangkap.



“Eh, Rey!” Ia protes lagi ketika tangannya ku tahan. Ia terpaksa harus berpegang pada tubuhku.



“Di sini aja…”



“Aku gak nyampe Rey”



“Sini, pengang pundakku”



“Aku gak tahan berenang Rey” Ia protes tapi tak ku gubris.



“Peluk aku kuat-kuat!” kataku.



“Maunya…”



“Supaya kamu gak tenggelam”



“Tapi” Masih protes lagi, padahal dari tadi tangannya diam aja. Penolakan yang hanya di kata-kata.



“Udah sini” Kataku sambil memeluk tubuhnya tanpa malu-malu. Nesha diam aja, tangannya terpaksa memelukku.



“Untung banyak deh kamu!” Kataku mencoba mencairkan suasana.



“Eh?”



“Ia bisa peluk-peluk aku sampai puas!” Aku menggodanya.



“Gak salah…. hahaha!” Ia ketawa jengah. Kembali sebuah cubitan menggelitik pinggangku. Perlahan-lahan kita pindah ke tempat yang agak dangkal hingga Nesya bisa berjinjit.



“Udah kamu aman di sini” Kataku lagi.



“Aman tapi kamu makan untung dari tadi” Nesya cemberut.



“Kan kamu juga yang mau”



“Ihhhh!” Ia tertawa lagi lalu melepaskan tangannya sambil membalikkan tubuhnya. Dengan segera aku memeluknya dari belakang supaya tidak lolos.



“Ih… nakal!” Ia terpekik tapi tidak protes. Aku diam aka



“Awas yah kalo kamu macam-macam aku lapor ke Kak Bona!” Ancamnya.



Pantesan dia dekat, mungkin dia masih ada hubungan sodara sama si Bona, salah seorang sohib adikku.



Tapi aku keburu nafsu, sayang kalo gadis secantik ini dilepaskan begitu saja.



Tanganku terus memeluknya sambil membelai-belai perut langsing itu. Nesha memang cantik.



Kali ini tonjolan kemaluanku kini menyenggol pantatnya dari belakang. Ditambah lagi dengan pelukanku di perutnya membuat aku makin ngaceng…



“Ngapain sih?”



“Diam dulu… gak lama!”



“Rey….” Mungkin disaat ini ia sadar akan tongkatku yang menusuk pantatnya dibalik celana.



“Kenapa?” Aku pura-pura gak tahu.



“Kita balik aja yah?” Mungkin ia gak nyaman.



“Kok cepat-cepat?”



“Soalnya kamu mesum.”



“Gak kok!”



“Adik kamu nakal, hahaha”katanya.



“Gak kok’



“Ihhhh.” Kata Nesha tertawa sambil melepaskan diri.



“Adek?” Aku baru mengerti ketika ia menatap ka bawah.



“Iiihhhh ngeri!” katanya lagi menggodaku ketika tubuhnya terlepas.



“Gimana gak tegang ada gadis cantik sandar-sandar dari tadi!”



——



“Kita ke kamar gimana?” Katanya setelah cukup lama kami berenang.



“Lari aja, badah-basah!” Ajak ku.



“Nanti orang-orang lihat!” Katanya ragu.



“Kan masih pake baju!”



“Tapi tangtopku nyeplak Rey!” Katanya lagi.



“Gak kelihatan kok!”

Otomatis aku Aku lihat baik-baik. Wah bukan cuma membayang, tapi nyeplak jelas putingnya kelihatan jelas.



“Ihhh kamu lihat lagi!”



“Kamu gak pake bra?” Tanyaku kaget.



“Enak aja. Ada kok, cuma tipis!” Katanya sambil mencubitku yang sudah menyerempet ke ranah pribadi cewek.



Aku jadi gemes dan memeluknya erat hingga dadanya menyardqr di dadaku.



“Tuh kan mesum!” Katanya lagi.



“Gak kok, aku hanya menutup dadamu jangan dilihat om-om sana!” Kataku sok pahlawan.



Ada dua om om datang ke kolam, membuat Nesha makin gugup.



“Kita gimana, Rey?”



“Aku tutup aja, yah!” Tanpa dia protes, tanganku taruh di toket sambil menutupnya.



“Ih apaan sih!” Nesha memberontak.



“Kan supaya gak kelihatan!”



Nesha tidak bisa protes lagi, ia bahkan hanya menutup mata ketika tangan nakalku mencoba mengankat kaosnya kedepan agar tidak nyeplak.



Nesha diam, ia kelihatan gugup dan kurang nyaman tapi dia diam saja.



Ketika aku melihat kebawah, aku melongo.



Keseluruhan toketnya jelas kelihatan dari lobang leher yang ikut ketarik kedepan. Bra tipisnya ikutan tertarik memnyajikan pemandangan indah.



Aku sampai terpana melihat seantero toket yang indah itu, lumayan besar dengan puting yang piting yang udah menegang.

Untuk berapa lamanya aku sampai terdiam sambil menikmati ciptaan Tuhan yang begitu indah.



“Rey kok diam!” Nesha membuka mata dan menatap keatas menyusuri tatapan mataku. Ia langsung sadar.



“Ihhh mesum nakal...” Ia menggeliat membebaskan diri sambil mencubitku kuat-kuat.



Aku hanya bisa tertawa melihat gadis itu berenang menjauhiku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd