Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mengejar Cita dan Cinta(jalan kedewasaan)

Status
Please reply by conversation.
19. Lilith with Roses.

(hari ke 80)

POV Devan



Aku terbangun karna suara alarm yang bersik. Sesungguhnya aku sedang malas malasnya untuk bangun terlebih, masih ada wanita yang tidur di sebelah. Semalam memang andria menginap di kosan karna kami baru pergi melayat kalau tidak salah. Walau bukan pertama kalinya dia kemari dan menginap tetap saja itu membuatku ingin selalu jahil dengan tubuh putih bersih nan indah miliknya.

‘de...ade....!’. Aku menggoyang goyangkan badannya yang tertidur tengkurap disebelahku.

‘cup..’. Aku cium pipinya karna tidak bangun setelah ku goyangkan badannya beberapa kali.

Kulihat dia mulai membuka mata. ‘ayo bangun udh pagi kamu kerja engga hari ini de...?’.

‘aku kerja, kamu anterin aku ke rumah dulu ya...’.

‘iya aku juga mau kekantor hari ini..’.


Aku tinggalkan Andria ke kamar mandi. Saat kembali dia sudah duduk di tepi kasur walau masih menyelimuti tubuh polosnya dengan selimut. Matanya masih sangat sayu aku dekati dia lalu mencium bibirnya. Dia hanya menongak lalu tersenyum kemudian berlalu ke kamar mandi sambil memunguti baju yang tergeletak di lantai.



‘de jangan lama lama mandinya.....!!’. Aku teriak padanya lalu menyalakan rokok sambil menunggu dia mandi.

Ketika ingat andria tidak membawa handuk, langsung aku ketuk pintu kamar mandinya lalu meletakan handuk di gagang pintu. Kemudian berteriak bahwa handuknya ada di gagang pintu. Ku cek hp siapa tau ada pesan penting atau semacamnya dari kantor. Karna aku belum lama kerja di kantor ini jadi harus lebih sigap.

.

.

.

.

Aku sampai kantor setelah mampir mampir dulu dari kosan andria lalu kekantornya. Sampai kantor jam 09.40 salah aku tadi memakai rojo harusnya pakai malaika aja. Segera aku lari ke atas tanpa menyapa para resepsionis cantik yang begitu melihatku langsung berdiri tadi.

‘maaf saya terlambat...’. saat melihat teryata ruangan sudah kosong tidak ada orang. ‘sial udah pada di ruang meeting nih..’. segera menaruh tas ke mejaku langsung naik ke ruang meeting.

Saat tiba di lantai empat teryata semua sudah berkumpul di atas. Ada pak Topik, mba Rina, mba Yuni, dan para atasku. Pak Kevin yang melihatku dari pintu kaca ruang meeting langsung menyuh masuk. Tentu aku langsung meminta maaf karna keterlambatanku. Ternyata mereka sedang mengevaluasi minggu lalu.

Ketika aku masuk beberapa bulan lalu kantor ini benar benar kacau. Bukan sepenuhnya kesalahan dari kantor, tapi sebagaian dari para kontraktor dan suplier. Memang untuk menjalankan sebuah perusahaan berkembang membutuhkan suntikan modal besar. kalau bosku tidak mempunyai modal cukup mungkin prusahan ini pasti sudah koleps dari dulu.

Saat aku masuk beberapa bulan lalu sangat semerawut. Banyak barang yang belum bisa dikirim, banyak barang yang harusnya belum di kirim tapi sudah ready serta harus keluar. Alhasil di tolak oleh kontraktor karna mereka tidak punya gudang untuk menerimanya. Lalu kemana barang itu. Kami akhirnya menyewa gudang untuk menyimpan sementara barang tadi.

Setelah aku dan pak Topik masuk sekarang agak lebih termanage. Karna tugas kantor ini juga aku sekarang lebih jarang jalan dengan andria. Mungkin sekarang lebih cendrung ke mencuekin dia dan hilang tanpa kabar. Walau kami sama sama belum berkomitmen untuk pacaran tapi, kedekatan aku dan andria lebih dari pacar. Freands Zone adalah istilahnya sekarang.

‘Devan, Tofik jangan turun dulu ya kita masih ada perlu di bahas...’. ucap pak kevin setelah menutup meeting tadi.

‘Baik pak..’. aku dan pak Topik menjawab secara bersamaan.

‘Devan, Tofik seperti kalian tau beberapa minggu lagi akan ada meeting tander untuk proyek baru.’. pak Kevin mulai berbicara saat mba Rina dan mba Yuni keluar. ‘Nanti akan banyak kompetitor yang akan menggunakan berbagai cara untuk mendapat gols dari developer..’.

Mendengar itu aku dan pak Tofik yang duduk di sebalah saling menatap sebentar lalu kembali melihat ke arah pak Kevin. Sepertinya aku sudah tau tujuan dari ini semua.

‘Kira kira kalian berdua punya ide apa untuk kita supaya mendapat gols dari developer...?’. pak kevin serta para atasku melihat ke arah kami.

‘Kita harus mempersepsikan dengan baik pak...’. jawaban pak Tofik polos.

‘Iya itu juga pasti, dan itu nanti kalian yang akan mengurus itu. Untuk pemperian produk knowledge pada tim asitek..’. respon pak Cris saat mendengar jawaban pak tofik. ‘Kalo menurut kamu Devan....?’. tanya bu Vivian.

‘Apa kita boleh melakukan sedikit gratifikasi...?’. tanyaku percaya diri.

Mereka bertiga saling melihat satu sama lain, kemudian pak Kevin tersenyum. Melihat itu aku mengerti mungkin jawabanku benar.

‘Apa jawaban saya salah pak...?’. aku memastikan lagi mengenai jawaban yang tadi.

‘Jadi gini ya devan. Seharusnya tidak diperkenankan melakukan gratifikasi dalam bentuk apapun karna bila itu terjadi kita akan di blacklist oleh developer ini..’. terang pak Kevin.

‘Tapi..’.

‘Tapi apa pak Kevin..?’.
aku penasaran mengenai jawabannya.

‘Jadi gini Van, kita bisa saja melakukan itu tapi sebelumnya harus tau dulu siapa asitek kepala yang akan menangani proyek itu..’. Pak Kevin mulai membenarkan posisi duduknya. ‘Mencari tau siapa arsitek kepalanya terlebih dahulu menjadi hal mutlak agar kita tidak salah mengambil keputusan..’.

‘Tugas tambahan kalian sekarang saat sedang di lapangan adalah cari informasi dari project manager mengenai siapa aritek kepala untuk proyek terbaru itu..’.
bu Vivian menambah penjelasan pak kevin.

Kembali aku dan pak Tofik mengiyakan permintaan mereka. Pekerjaanku makin banyak saja. Karna proyek terdekat adalah di wilayah tanggung kota berarti aku harus mulai lebih sering berada di lapangan untuk mengobrol dengan para kontraktor serta project manager. Aku juga bertanya apa kami boleh mengajak para pm untuk ke karoke atau semacamnya. Pak Kevin tidak keberatan selama masih berhubungan dengan pekerjaan.

.

.

.

.

.

(hari ke 92)



Hampir dua minggu aku sibung menjilat mondar mandir. Setiap pulang dari kantor atau proyek pasti lebih malam. Pengeluaran minggu ini juga lebih banyak aku sampai lebih pusing mengatur keuangan. Semua aku lakukan untuk mendapat nama seorang Budi prasetio saja. Dia adalah aritek kepala untuk proyek terbaru tersebut.

Hari ini aku langsung menuju salah satu mall dekat kampus untuk janjian dengan pak kevin beserta yang lain. Kami akan membahas masalah pak Budi yang menurut beberapa PM yang aku ajak ke karaoke dan makan beliau bisa di gratifikasi. Aku tiba lebih cepat dari jadwal pertemuan dengan mereka. segera aku memesan tempat di salah satu restoran.

Yang pertama datang adalah pak Topik. Dia masih saja menggunakan baju yang lumayan rapih, polo shirt dengan tas gendongnya. Berbeda denganku yang hanya menggunakan kaos dan jaket. Dia langsung menyapaku ketika baru sampai depan restoran. Memang aku pesan tempat yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk restoran agar mudah untuk di cari.

Aku dan pak Topik tidak banyak mengobrol hanya sesekali saja. Aku lebih sibuk untuk membalas wa andria sekalian nitip absen. Sudah sangat jarang ku kontak dengan dia karna masalah gratifikasi ini. Aku juga dengar katanya dia sedang di dekati oleh seorang cowok senior kampus yang berbeda jurusan dengan kami.

Walau aku sedikit cemburu tapi toh bisa apa. Aku dan dia hanya sebatas teman tidak lebih. Cukup lama kami menunggu pak Kevin dan para atasan belum ada yang datang juga. Aku bahkan sudah menghabiskan satu gelas minuman.

‘pak devan itu bu Vivian..’. pak Topik memberi tahuku kalau dia sudah melihat bu Vivian.



Aku langsung melihat ke arah pintu masuk. Benar sudah ada sosok wanita yang luar biasa modis, mungkin kalau bukan atasanku sudah aku goda dia. Ketika bu Vivian lewat banyak mata laki laki yang melihat kearahnya. Memang walau sudah berumur tapi masih terlihat awet muda. Tipikal istri yang memanfaatkan uang dari suami dengan benar.

‘siang semua, pak kevin belum datang..?’. Bu Vivian menghampiri kami berdua.

‘siang bu..’. kami berdua langsung berdiri serta memberikan salam pada bu Vivian. ‘belum baru kami saja yang tiba..’. aku menjelaskan sambil memberikan kursi untuk bu Vivian duduk.

‘terima kasih devan..’. Bu Vivian tersenyum sangat manis kepadaku. ‘Oh iya kemungkinan pak Chris tidak bisa hadir jadi kita tinggal menunggu pak Kevin saja..’.

‘Oh begitu ya bu..’.
pak Topik memberi respon

‘Jadi gimana devan kamu sudah dapat infonya...?’. Bu Vivian langsung melihat ke arahku.

‘Sudah bu saya juga sudah menjelaskan juga tadi sedikit ke pak Topik..’.

‘Lalu bagaimana..?’.

‘Jadi arsitek kepala untuk proyek di Sutra Semesta nanti namanya adalah pak Ir. Budi prasetio, beliau memang bisa di gratifikasi biasanya beliau aga lemah dengan wanita bu..’.

‘Lalu apa masalahnya..?’.
bu Vivian langsung bertanya ketika melihat wajahku yang seperti ragu ragu untuk menjelaskan kelanjutannya.

‘Emm begini bu...’. saat aku mau menjelaskan ku lihat pak Kevin sudah datang. ‘Maaf bu itu pak Kevin sudah datang..’.

Mereka berdua langsung melihat ke arah pintu masuk restoran. Bu vivian langsung berdiri bersama dengan aku dan juga pak Topik. Sama seperti bu Vivian tadi kami menyembut pak Kevin yang berdandan agak santai dengan kaus serta celana pendek model bahan sambil membawa tas GYM.

Saat pak Kevin duduk aku langsung memanggil Pelayan. Kami memasan makan terlebih dahulu saat pelayan datang. Setelah pelayan pergi pak Kevin langsung menanyakan bagaimana apa aku sudah mengetahui siapa yang akan menanggani proyek Sutra Semesta. Saat mendengar nama Budi prasetio pak Kevin seperti tidak asing. Matanya mulai melihat ke atas seperti menerawang mengingat nama itu.

Aku juga mulai menjelaskan masalah yang belum sempat tersampaikan tadi kepada bu Vivian. Bahwa kita harus mengeluarkan dana cukup besar karna menurut rumor beliau tidak mempan dengan wanita biasa. Nantinya beliau malah akan melaporkan balik kita dan memeras bila menurutnya perempuan yang di sogokan untuknya kurang kompenten dalam melayani.

‘kita bisa menyeretnya juga dong pak devan kalau seperti itu..’. pak topik memberikan pendapat setelah mendengar perkataanku.

‘sepertinya saya tau siapa dia..’. pak Kevin mulai menginggat siapa pak Budi sebenarnya. ‘Dia merupakan orang dekat dengan salah satu pemegang saham terbesar di AgengKusmoro Land...’.

‘Lalu bagaimana pak..?’.
aku melihat pak Kevin dengan penuh pengharapan. ‘Apa tetap kita lanjutkan untuk mengambil resiko ini..?’.

Aku lihat pak kevin mulai memaikan jarinya. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Semantara ku lihat bu Vivian juga sama dia mencoba menemukan solusi terbaik untuk gamebling yang kami hadapi ini. aku dan pak Tofik juga ikut berfikir, di tambah waktu meeting tandernya hanya beberapa hari lagi.

‘kamu bisa mencari kira kira wanita yang pas untuk pak Budi ini..?’. pak Kevin mulai merubah posisi duduknya menjadi lebih tegap.

‘saya punya kenalan orang yang cukup berpengalaman untuk masalah ini pak, tapi untuk sejauh mana dia masuk dalam keriteria atau tidak saya belum bisa menjamin...’.

‘Gimana Vivi..?’.
Pak Kevin melihat ke arah bu Vivian mencari pendapat. ‘Kita coba saja dulu pak. Mungkin calon yang di ajukan devan harus bertemu dengan kita terlebih dulu bagaimana..?’.

Pak Kevin mulai kembali berfikir. ‘Hmm, baik kapan kamu bisa memberi nama nama calon untuk masalah ini pada kami...?’.

‘Paling lambat senin besok pak waktu meeting...’.
Aku dengan lantang menjawab.

‘Aku setuju oke dengan itu. Kalau Devan tidak bisa membawa beberapa refrensinya pada kita sampai hari senin maka kita akan lalukan dengan cara normal saja..’. Bu Vivian melipat kedua tangannya ke dada.

‘Oke. Tofik kamu juga harus mencari beberapa refrensi siapa tau akan bisa menjadi backup untuk Devan..’.

‘Baik pak...’.

‘Maaf pak. Sama satu lagi, Bila saya dapat namun memerlukan biaya yang lumayan besar bagimana kira kira..?’.


Aku yang bertanya mengenai masalah pembayaran. Aku tau dia atau anak buahnya tidak akan mau di bayar murah untuk melakukan pekerjaan ini. Pak Kevin dan bu Vivian saling menatap kemudian dia berbicara bahwa akan memberikan dana berapapun untuk kelancaran proyek pembagunan komplek apartemen ini. Ditambah aku akan mendapat bonus bila mencapai deal dengan developer.

.

.

.

.

Aku baru selesai wasapp Ngamar bertanya apa nanti malam ada kopi darat di RYG. Pak Topik, pak Kevin, dan bu Vivian sudah pergi semua. Hanya aku yang masih ada di mall karna memang sudah terlambat untuk ke kampus sekarang. Aku juga barusan wa dengan ayu katanya dia ingin makan siang di mall ini.

Sekarang kami mulai dekat dengan ayu. Walau tidak terlalu dekat tapi setidaknya kadang dia suka duduk bareng dengan aku, riki, jojo dan bang Ucok saat di danau. Sebuah kebanggan tersendiri bisa nongkrong bareng sama cewek yang cukup terkenal.

Ayu pernah masuk dalam akun cewek cewek cantik di IG. Ternyata dia adalah seorang model selain sebagai pegawai swasta. Aku harus berterima kasih kepada riki karna kalau bukan dia yang mulai bertekat untuk mendekati ayu dulu kami tidak akan menjadi dekat seperti sekarang.

‘Hallo yu lu dimana..?’. Aku menelephone ayu karna terlalu lama wa ku dibalas olehnya.

‘Aku baru turun Stopcar bentar. Kamu di lobby mana..?’.

Dia dari kampus ke mall yang tidak lebih dari lima kilo meter saja naik Stopcar dasar orang kelewat cantik mah susah.
Dumelku dalam hati. ‘Gua di lobi selatan yu..’. Aku langsung melihat kesekeliling siapa tau bisa melihat ayu.

‘Yaudah tunggu di situ ya devaan..’.

Tidak lama aku bisa melihat wanita blasteran cantik luar biasa datang dengan menutupi wajahnya dari sinar matahari siang ini. dia tampak begitu casual dengan kemeja motif anjing serta jelana denim ketat warna hitam dengan sepatu yeyzy hitam bercorak putih dari Addios. Tidak ketinggalan tas jinjing merek ternama yang pasti original dan mahal.



‘Haii. Maap ya macet soalnya tadi di depan kampus..’. Sapa Ayu saat baru menghampiriku.

‘Ye lau lagi si bos dari kampus ke sini pake Stopcar...’. Gumamku padanya sambil memasukan tangan ke kantung celana. ‘Yaudah yuk makan....’.

Aku dan ayu masuk kedalam mall untuk mencari resto. Sebenarnya aku sudah makan saat meeting tapi, karna dia mengajak untuk menemaninya makan jadi ku terima saja. Toh kapan lagi saat jalan di mall sama wanita secantik dia. Semua mata laki laki yang melihatku jalan dengan ayu seperti iri dan tidak percaya.

Tingkat kepercayaan diriku saat berjalan bersama ayu meningkat seribu persen dari biasanya. Semua orang yang melihat kami jalan beriringan sambil sesekali mengobrol seolah tidak percaya ada orang seperti aku yang bisa berdampingan dengan wanita seperti ayu. Seolah kami bagaikan langit dan bumi. Tapi aku tidak perduli.

‘yu kok lu ga ajak anak anak dah..?’.

‘hmm mereka ga mau tadi di ajak..’.
jawabnya santai sambil matanya melihat beberapa toko baju yang kami lewati. ‘eh tadi kamu kemana dah kok ga kelas..?’.

‘Gua abis ada meeting urusan kantor soal gratifikasi gitu...’.

‘Ouuhh...’.
Dia berhenti lalu masuk kesebuah toko baju. ‘Devan sini dulu..’.

‘Lah kok lu jadi shopping si kan tadi katanya mau makan..’.
aku menepuk jidad sambil mengikutinya masuk kedalam sana.

‘Namanya juga cewek..’. Jawab dia santai sambil matanya memilih pakaian.

Aku hanya berdecih malas mendengar alasan klasik semua wanita. Aku duduk di salah satu sofa yang di sedikan sementara ayu sudah di hampiri oleh SPG toko. Dia mulai berbicang bicang sambil memegang baju yang di pajang oleh toko ini. Aku meninggalkannya sambil main hp saja karna malas juga mengurusi ayu. Mending ngechat dengan andria lebih berfaedah.

.

.

.

Aku dan Ayu turun dari Rojo mobil nyaris merah kesayanganku. Kami berdua baru sampai kampus setelah makan dan menemani ayu memilih pakaian tadi. Dia hanya membeli tiga baju di satu toko saja bisa menghabiskan waktu hampir satu jam. Begitu sampai danau aku bisa melihat bang Ucok, Riki, Jojo, Bone, kang Wisesa, Kuma, dan Yuwen. Mereka asik mengobrol dan merokok membuang waktu menunggu jam kuliah.

Kami langsung menyapa mereka. banyak yang bertanya dari mana saja aku tadi sampai tidak masuk kelas. Ku jawab saja sedang ada urusan kantor. Kami mulai merokok hampir semua merokok yang tidak hanya kang Wisesa, Bang Ucok dan Kuma. Banyak obrolan yang tidak penting di bahas oleh kami.

Saat melihat Andria lewat bersama Kara, Dado, dan beberapa maba lain aku langsung memberikannya senyum. Dia melihat kearah kami tapi bukanya membalas senyumanku dia malah menegur bang Ucok dan kang Wisesa. Andria mengingatkan kami agar segera masuk kelas karna sudah ada dosen. Kami hanya mengiyakan saja, aku hanya bisa melihat dia pergi dengan tersenyum entah dia melihatku atau tidak.

Kang Wisesa mengajak kami masuk ke kelas. Dia berjalan lebih dulu bersama Riki sementara aku berjalan terakhir karna harus mengambil tas di mobil dulu. Sambil jalan menuju kelas mereka mulai membahas kemana kami setelah pulang kuliah nanti. Banyak yang memberi masukan ide. Aku tidak memberikan masukan karna tidak bisa ikut juga.

.

.

.

Kelas pak Mulya pun selesai aku segera turun bersama Ayu. Dia ingin mengambil belanjaanya yang tadi di taruh mobil. Setelah selesai Ayu langsung pamit pergi sementara aku masih di dalam mobil menunggu andria yang ingin di antar pulang karna dia tidak membawa kendaraan hari ini.

Setelah mengantar andria dan juga mengobrol bersama dia dan teman temanya aku pamit. Mobil langsung aku arahkan ke Cigedug karna Ngamar sudah menunggu. Sampai di RYG jam 20.00 tempat ini masih sangat sepi. Aku langsung parkirkan mobil di depan lalu naik ke sekret di lantai tiga distro.

‘Woi mar, lu entar temenin gua ketempat Vee..’. Tanpa basa basi aku langsung mengejakya ketika melihat dia.

‘Ngapain lu tiba tiba minta anterin gua ke tempat vee..?’. Dia menjulurkan tangannya padaku untuk tos. ‘Kangen ngewe ya lu..?’.

‘Bukan BANGSAT...!!!’.
Aku menepuk tangannya dengan sedikit keras.

‘Lah terus buat apa lagi..? Gada angin ga ada ujan langsung ngajak ketempat vee lu..’.

‘Buat lobi klien kantor gua...’.
Aku langsung duduk di sebelahnya.

‘Ngapain. Orang vee entar malem dateng ke kopdar kok...’.

‘Tumben..’.
Aku heran kenapa Vee mau datang ke kopi darat BG setelah sekian lama sibuk dengan bisnisnya.

‘Ga tau lagi ada masalah kali, mungkin lagi nyenggol orang...’. Ngamar menjawab asal sambil membakar rokok. ‘ Tapi nanti kalo lu jadi ke tempat Vee gua ikut yaa..’. Dia terseyum sambil mengedip kedipkan matanya yang membuatku jijik.

‘Yaudah tapi gua pinjem Jaket soalnya gua baru dari kampus engga bawa persiapan...’.

‘Lu tu ya nyusahiin orang mulu kerjaan nyee..’.
Ngamar bangkit pergi ke bawah.

‘Sok banget si anjing kaya lu kaga sering ngerepotin orang aja...!!’. Aku berteriak sedikit aga keras supaya dia mendengar.

Saat dia kembali sudah membawa satu jaket dengan lambang BG entah punya siapa. Aku bertanya padanya ini jaket siapa dia tidak menjawab katanya pakai saja dari pada nanti suruh push up karna tidak membawa atribut. Itu merupakan salah satu peraturan bagi setiap anggota menggunakan atribut dalam kopi darat tiap malam minggu.

.

.

.

Hari semakin malam dan sudah banyak anak anak BG berkumpul. Kami mengobrol di parkiran distro karna RYG sedang banyak pengunjung. Motor para member baru juga di taruh di seberang agar tidak mengganggu. Hanya mobilku yang masih terparkir di depan RYG sisanya hanya para pelanggang.



‘Hy Vee. gua ada bisnis nih...’. Aku yang langsung to the poin saat melihatnya selesai mengobrol dengan ketum.

‘Yaudah ke tempat gua aja lah...’. Ucapnya santai sambil menghisap rokok yang ada di tangannya.

‘Urusan kantor lu belom beres juga dari kemaren...?’. ketum yang tau masalah gartifikasi kantor. Karna aku selama satu minggu ini mengajak para PM untuk karaoke di tempatnya.

‘Iya gitu deh tum..’ Ketum yang mengerti hanya mengangguk dan tersenyum ‘tapi gua butuh yang high class ya Vee...’.

‘Asal budgetnya cukup mah gua sediain Van...’.

‘berapa yang luminta pasti di kasih...’.
aku meyunggingkan senyum pada Vee.

‘Yaudah Kalo gitu. ke tempat aku aja...’. Dia menjawab setelah mengetik di Hpnya.

‘Gua ikut Dongg kalo ke tempat lu, Vee...!!’. Ngamar yang tiba tiba datang entah dari mana.

‘Tum liat nih tingkah anak buah lu, giliran urausan ngewe cepet banget..’. Aku langsung memiting lehernya Ngamar lalu memberikan sedikit jitakkan pada kepalanya.

‘Hahaa..’. Aku, ketum dan Vee hanya tertawa. ‘Woi anjing lepasin bangsat..!!’. Ngamar yang mulai meronta sambil sedikit berteriak.

‘Dasar babi emang lu...’. Ngamar yang marah marah ketika aku lepaskan dia

‘Van naik apa..?’. Tanya Vee setelah melihat hpnya lagi.

‘Bawa mobil kenapaa...?’.

‘Kita ketempat gua sekarang aja...’.
Aku melihat jam ternyata baru jam 23.40. ‘sekarang..?’. Aku memastikan kembali ajakannya.

‘Iya. Gua ambil tas dulu di atas...’.
Vee langsung masuk ke distro.

.

.

.

(Hari ke 93)



Aku baru tiba di sebuah claster yang tampak dari luar seperti rumah tinggal biasa. Sama seperti claster pada umumnya selalu ada pos satpam yang berjaga di depan gerbang, tapi saat Vee membuka kaca mobil semua satpam langsung menunduk memberi hormat. Tanpa kata terucap dari mulut mereka palang pintu langsung terbuka.

Aku arahkan mobil langsung lurus membelah deretan rumah dengan lampu warna warni serta suara yang sedikit bergemuruh. Banyak kendaraan yang terparikir di depan rumah. Padahal sudah di sediakan sebuah lahan kosong didekat pintu masuk untuk para pengunjung memarkirkan kendaraannya.



Aku langsung di sambut oleh pria besar bertato di wajah dengan stelan jas hitam saat sampai di depan sebuah rumah di ujung claster. Tempat ini adalah pintu menuju neraka, tempat dimana temanku ini melakukan bisnisnya. Bila kalian tau mitologi Lilith maka dialah definisi Lilith dalam dunia modern.

Veronica “Lilith” Regina. Ibu dari para PSK di kawasan binator. Vee adalah orang yang menyelamatkan para PSK di daerah ini, setelah tempat biasa mereka mangkal yang orang kenal “Gragotan” sudah tergusur dan tidak aman lagi. Dia jugalah yang menaikan penghasilan, memberi tempat tinggal, serta merawat mereka.

Dia bagaikan wanita yang dibuang dari surga. Datang untuk membantu para perempuan penuh dosa. Mereka menyebut Vee adalah Nona Lilith. Mereka yang bekerja untuknya sangatlah patuh pada perintah Lilith, kalau ada yang berani menentang dia, berarti nyawanya dan orang orang terdekat mereka dalam bahaya.

Aku menunggu Vee di ruang tamu rumah mewah miliknya. Kami hanya datang berdua saja karna Ngamar tidak di izinkan untuk datang ke mari bersama kami. Dia harus melakukan sesuatu terlebih dahulu bersama para member atas perintah ketum. Nanti dia akan menyusul setelah semua beres.

Vee turun dari lantai dua rumahnya dengan aura yang berbeda. dia turun perlahan dengan di dampingi oleh dua orang pelayan. Sekarang dia tampak anggun tapi mematikan, dengan tatapan tajam berjalan ke arahku. Vee melihatku sebentar lalu berpaling pergi ke pintu depan. Aku yang masih bertanya tanya langsung melihat ke pintu depan.

Di sana sudah ada sebuah golf car warna putih yang menunggu lengkap dengan supir. Aku langsung menyusul Vee dan berjalan di sampingnya. Kalau disini dia memang seperti menjaga wibawanya sekali. Kami naik ke mobil di dampingi oleh satu pengawal dan satu wanita berpakaian pembatu yang duduk di belakang.

‘Kita ke Rumah Amarilis..’.

‘Baik nona Lilith..’.


Tanpa banyak bertanya sang supir langsung mengarahkan mobil ke salah satu rumah bordir yang ada di komplek. Tempat ini lumayan ramai padahal masih jam 01.00 dengan kecepatan lambat golf carnya membelah hingar bingar komplek yang dari luar terlihat seperti rumah biasa. Saat kami tiba di rumah yang di maksud ternyata Ngamar sudah ada disana.

‘Lah lu udah di sini Mar..?’. Aku yang kaget ketika melihat Ngamar yang senyam senyum saat melihat Golf car kami tiba.

‘Iyalah tugas gitu doang mah cepet anjing hahaa...’. Dia menaruh kedua tanganya di kantung sambil tertawa. ‘Vee..., Diskon ya....’. Ngamar mengedip ngedipkan matanya lalu tersenyum seolah dirinya lucu.

Vee hanya melirik sebentar Ngamar lalu mendengus malas. Dia hanya mengangguk, wajah gembira langsung terpacar dari Ngamar. Dengan sangat percara diri Ngamar berjalan masuk aku dan Vee mangikutinya dari belakang. Ketika kami masuk sudah ada yang menunggu. Seorang wanita berbadan aga gemuk dengan pakaian seksi make up menor.

‘Selamat datang nona Lilith, tuan muda Van, dan tuan muda Ngamar..’. dia menunduk memberi hormat pada kami. ‘Sebuah kehormatan bisa menyambut anda sekalian di sini...’.

‘Ya sama sama... terima kasih sambutaanya...’.
Ngamar langsung merangkulku. ‘Temen gua ini lagi membutuhkan pelicin kelas Internasional katanya kalian punya...?’.

‘Tunjukan saja dimana showroomnya...’.
Aku langsung to the poin karna malas melihat pemandangan yang sangat mengoda iman seperti sekarang. Dimana banyak wanita dengan pakaian seksi bertebaran dibawah lampu yang remang berwarna mencolok dengan alunan musik jazz yang smoothy. Tempat yang sangat menghipnotis.

‘Baik tuan Muda mari saya antaran...’. Perempuan ini langsung melebarkan tanganya mempersilakan kami untuk jalan lalu mengikutinya.

Kami di arahkan menuju lantai dua rumah ini. Saat kami lewat banyak wanita yang menatap nakal aku dan Ngamar. Kesempatan yang tentu tidak disia siakan oleh si bangsat yang ada di sebelahku terkadang dia mencolek colek gemas wanita yang kami lewati. Mereka semua tidak ada yang protes hanya memasang wajah nakal. Entah bagaimana ekspresi Vee di belakang yang jelas aku hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan si bangsat satu ini.

Kami tiba di ruangan dengan sofa dan meja yang menghadap sebuah tirai. Disana sudah disediakan satu botol minuman beralkohol golongan dua lengkap dengan gelas yang berjumlah tiga. Kami langsung di persilakan duduk oleh wanita yang bahkan aku tidak tau namanya siapa.



Saat tirai dibuka terlihat beberapa wanita yang duduk rapih dengan pakaian seksi serta senyum manis menggoda. Mereka membawa papan nomor kecil yang berurutan dari satu sampai lima. Mucikari tadi lalu mempernalkan satu persatu padaku nama mereka serta usia dan lain sebagainya.

Seolah marketing mobil yang menjelaskan spesifikasi yang dimilik. Mulai dari keugulan sampai kelemahan yang di punya. Sebenarnya aku kurang tau pasti selera dari pak Budi ini seperti apa, apakah dia suka big boobs atau mungkin yang kutilang. Aku hanya mengira ngira serta mendengarkan kalau ada yang bisa kuat beberapa ronde dan berwajah cantik, badan bagus mungkin aku pilih.

‘Next Next..’. Aku tidak selera dengan deretan wanita pertama langsung meminta giliran berikutnya.

‘Next ladies...’. Mucikari itu lalu menepuk kedua tangannya.

Para wanita yang didalam ruang kaca dengan sigap dan teratur berjalan keluar. Setelahnya langsung masuk deretan wanita lain dengan nomor urut berikutnya. Masih kelipatan lima, dan masih dengan metode yang sama. Aku hanya mendengarkan penjelasan mucikari itu satu persatu.

.

.

.

‘Oke kamu yang nomor dua puluh empat..’. Aku menujuk satu wanita dengan rambut panjang wajah sedikit panlok berusia dua puluh tahun yang juga seorang mahasiswi menurut penjelasan mucikarinya.

Vee memang memperbolehkan anak asuhnya memiliki pekerjaan lain selain menjadi wanita panggilan. Karna dia juga ingin para anak-anaknya memiliki masa depan setelah tidak laku lagi di dunia prostitusi nantinya. Gadis nomor dua puluh empat ini adalah beberapa gadis yang masuk kriteria awal yang aku tetapkan. Mereka yang terpilih lalu berdiri di sudut ruangan namun sudah tidak di dalam kaca.

‘Van lu mau pilih berapa wanita lagi..?’. Vee bertanya padaku saat dia melihat sudah ada sekitar tujuh wanita yang aku pilih.

‘Sebanyak yang menurut gua masuk kriteria..’.

‘Woi, Van. Emang lu mau ngelobi berapa orang, sekampung..?’.
Ngamar yang heran aku memilih beberapa wanita. ‘mending yang nomor dua belas buat gua aja..’.



‘Engga Cuma satu orang bapak bapak umur hampir setengah abad yang katanya punya stamia kuat dan tahan lama...’. Aku dengan santai menjelaskan sambil menenggak minuman. ‘Vee mereka yang kepilih sekarang tolong kalo bisa di foto dengan beberapa pose, buat gua kirim ke atasan gua. Bisakan...? karna gua juga harus rundingan sama atasan gua..’.

‘Bisa ga masalah..’.
Vee mendengar permintaanku berfikir senjenak sambil meminum anggur yang ada di tanganya. Dia jentikan gerakan jari telunjuknya, dengan sigap pelayan yang dari tadi berdiri di belakang langsung mendekat. ‘Tolong bawa mereka yang udah dipilih sama tuan muda Van ke rumah utama, suruh photografer buat ambil gambar mereka sebagus mungkin...’.

Tanpa berbicara pelayan itu langsung pergi keluar. Mucikari yang juga mendengar perkataan Vee barusan langsung menyuruh anak asuhnya pergi mengikuti pelayan tadi. Ngamar yang masih melihat kearah nomor dua belas keluar hanya bisa meratapi kepergiaanya.

‘Itu entar buat lu anjing gua butuh mereka hari kamis. Jadi lu pake aja nanti malem terserah..’. Aku menepuk paha Ngamar. ‘Nah gitu dong, woi tante itu yang nomor dua belas entar kalo udah foto suruh tunggu di rumah utama ya...’. Dia girang langsung tanpa minta persetujuan Vee membuat keputusan sendiri.

Karna binggung si mucikari hanya melihat kearah Vee tanpa berani memberi jawaban. Vee hanya memutar bola mata malas dan mengangguk. Mengerti pesan dari Vee si mucikari kemudian mengiyakan permintaan Ngamar dan show kembali di lanjutkan sampai stok terakhir dari wanita di tempat ini.

‘Mereka adalah stock terakhir yang kami punya tuan muda....’. Dengan senyum simpul si Mucikari mengakhiri penjelasannya.

‘Oke makasih ya. Kamu boleh keluar saya mau pinjem ruangan ini sebentar..’.

‘Baik tuan muda Van saya permisi. Nona Lilith, tuan muda Ngamar...’.
Dia memberi hormat lalu pergi meninggalkan kami.

‘Vee senin lu ikut ke kantor gua ya, buat persentasi calon calon yang tadi...’. Pintaku pada Vee setelah mucikari itu keluar dari ruangan. ‘Oke tidak masalah. Ayo kita lanjutkan ke tempat selanjutnya..’. Dia bangun lalu berjalan pergi.

‘Ini kita kelilingin satu komplek...?’. Ngamar terlihat malas mengikuti kami. ‘Iyalah anjing, masa Cuma segitu doang refrensi gua. Udah lah lu ikut dulu....’. Aku menarik tangan Ngamar yang masih bersandar malas di sofa.

Karna membangunkan si kampret Ngamar tadi aku jadi tertinggal Vee yang sudah turun lebih dulu. kami akhirnya berjalan santai sambil kadang Ngamar menggoda lagi wanita yang masih berdiri menawari kami untuk making love. Bahkan aku sampai tidak sadar menyenggol seorang pria yang sepertinya setangah mabok sambil merangkul seorang wanita.

‘Sorry, sorry ga sengaja...’. aku yang langsung minta maaf karna sepertinya, menumpahkan minuman di gelas yang membasahi bajunya.

‘Anjing. WOI!!!...’. Dengan wajah marah dia melihat ke arahku. Mata beler khas orang mabuk terlihat dengan jelas dari muka yang di penuhi oleh bulu itu. ‘Lu jalan pake mata dong. Lu liat nih baju gua jadi basah bgst...!!’. Tangan yang tadi merangkul wanita kini sedang mendorong dorongku.

‘Sorry bang yaa...’. Aku berusahaa meredakan konflik karna tempat ini sedang memasuki jam padat pengunjung ditambah ini adalah malam minggu.

Pria yang mungkin usianya sama ini, malah menarik kerah bajuku. Dia pecahkan gelas yang ada di tangannya ke tembok lalu bagian tajamnya di arahkan ke wajahku. Ngamar yang melihat itu langsung tanpa perintah memukul wajah pria tadi hingga tersungkur. Sontak wanita yang di dekatnya berteriak dan membuat semua mata melihat ke arah kami.

‘Nyet lu ga papa....?’. Ngamar yang memastikan kondisiku baik baik saja. ‘Santai. Udah yu cabut...’. Aku yang mengajak Ngamar pergi meninggalkan pria yang masih terkapar di lantai.

Sebelum pergi tetap Ngamar memberi salam perpisahan dengan satu tendangana tepat di perut pria itu. Didepan Vee bertanya apa kami terlibat masalah aku hanya menjawab, tidak. Kalau aku jawab iya mungkin pria tadi tidak akan pulang ke rumahnya melaikan ke UGD. Kami lanjutkan ketempat selanjutnya.

.

.

.

.

Kami tiba di rumah bordir terakhir di claster milik Vee. Rumah yang diberinama Melati adalah tempat yang paling dekat dengan pintu masuk. Di sini berbeda dengan tempat awal, suara musik elektronik dangdut bergema memenuhi ruangan. Lampu disko berputar tepat di tengah, sudut ruangan hanya di isi oleh bar serta beberapa bar table.

Vee membuat tingkatan tingkatan untuk rumah bordirnya ada yang mahasiswi atau pegawai swasta berusia delapan belas sampai dua puluh dua tahun seperti yang di awal kami kunjungi, ada juga yang khusus berwajah panlok, ada yang kelas model, dan yang terakhir kelas paket hemat.

Semua sudut claster ini sudah kami kunjungi yang tidak hanya kamar eksekusi, striptis show, club, bar, dan teater sex live. Tempat tadi hanya hiburan yang di sediakan oleh Vee pada clasternya. Semua berbau birahi dan kesenangan underground. Surga dunia, Neraka di alam kubur. Yang kurang hanya kelas internasional serta casino. Bila itu ada maka lengkap menjadi claster dunia malam.

Setelah semua selesai kami kembali ke rumah utama. ternyata total ada sekitar tiga puluh orang kandidat yang menurutku masuk kriteria. Berhubung sendang jam sibuk maka sesi fotonya dilanjutkan besok. Mungkin memang sesi ini aga memakan waktu lalu yang aku pilih juga adalah wanita wanita pemberi pemasukan banyak di saat seperti ini. kami keliling claster hampir dua setengah jam.

‘Selamat datang Nona, Makananya sudah kami siapkan..’. Sambutan yang kami bertiga dapat saat baru tiba di rumah utama. Entah kapan Vee memberitau anak buahnya untuk menyiapkan kami makan.

‘Wih, asik makan...’. Ngamar yang sangat gembira saat mendengar kata makanan. ‘Eh cantik kamu udah nunggu dari tadi ya..’. Si bangsat ini menyapa gadis nomor dua belas yang ikut menunggu nyambut kami.

‘Van, Mar ayok kita makan...’. Ajak Vee yang langsung jalan ke dalam.

Aku dan Ngamar hanya mengikutinya dari belakang. Semua pengawal yang tadi terus menjaga Vee sudah tidak mengikuti kami lagi. hanya ada aku Ngamar serta si nomor dua belas. Pemandangan yang mengejutkan terlihat di depan kami, ternyata suguhannya adalah Nyotamori.



‘Anjing ini baru suguhan dari Lilith Regina....’. Ngamar terlihat sangat antusias menyaksikan tubuh seksi yang tersaji diatas meja. ‘Jangan katro bangsat hahaa...’. Aku menjitaknya karna suara teriakannya terdengar memenuhi ruangan.

‘Udah kalian makan aja jangan berisik...’. Vee langsung duduk di salah satu zabuton yang di siapkan. ‘Tolong siapkan satu piring serta zabuton lagi untuk dia...’. Vee menyuruh pelayan yang menunggu di ruang makan sambil menunjuk si nomor dua belas.

‘Van engga mau ngambil satu juga kaya Ngamar...?’.

‘Belum pengen gua Vee...’.
Aku menjawab tanpa melihatnya karna sedang sibuk memilih makan sushi yang mana terlebih dahulu.

.

.

.

‘Vee...’. Ngamar melihat Vee kembali dengan wajah menjijikan. Vee hanya mengerling kearah Ngamar karna sudah tau apa maksud panggilan menjijikan itu. ‘Kamar tamu dideket balkon belakang...’.

Mendengar itu Ngamar tanpa pamit langsung menerik si nomor dua belas pergi dari meja makan. ‘Makasih...!!’. Teriaknya sambil pergi.

Hanya aku dan Vee yang masih di meja makan. lalu dia mengajakku ke kolam renang untuk merokok serta menikmati suasana subuh sambil ditemani sake dan air limun yang kami bawa. Aku tidak kuat lagi meminum alkohol sudah terlalu banyak jadi lebih memilih air limun untuk menetralisir.

‘Udah Vee ga usah terlalu wibawa lah udah ga ada orang..’. Aku meledeknya karna dia masih tidak terlihat santai.

Dia hanya mendengus lalu merubah posisinya lebih bersandar pada kursi santai di tepi kolam renang. Suasana malam dengan bulan dan bintang yang terang sungguh menenagkan. Kami mengobrol sesekali sampai aku mengantuk. Aku putuskan untuk tidur, Vee menunjukan kamarku yang katanya berada di kamar tamu sebelah Ngamar.

‘Yaudah gua tidur ya....’. Aku tinggalkan dia yang masih asik menikmati bintang di jam 03.00 pagi.

‘hmmm....’. Dia menjawab asal dengan mata tertutup.

Sebelum masuk kamar aku teriak di samping kamar Ngamar, sambil mengetuknya dengan keras memperingatkan agar dia tidak terlalu berisik karna ingin tidur. Masuk kekamar dengan gaya casual yang sudah rapih. Memang Vee sudah menyiapakan dua kamar dari awal. Dia tau kalau kami pasti akan menginap di sini. Kepekaan yang luar biasa memang cocok untuk memimpin bisinis ini.

.

.

.

Suara Hp yang berada entah dimana membuat aku tersadar. Mata masih terpejam tapi tangan tetap berusaha mencari asal suara berisik itu. Aku masih tidak bisa menemukan Hp bahkan mengingat itu dimana saja tak sanggup. Akhirnya suaranya berhenti dan membuatku kembali tertidur pulas.

Kasur empuk, ac dingin, serta ruangan tenang adalah kunci tidur nyenyak. Akhirnya aku terbangun dengan malas karna kebelet ke toilet. Badan terasa masih lemas serta kaku, rasanya malas pergi kemana mana hanya ingin berbaring saja seharian di kasur. Aku ambil hp yang ada di nakas dekat lampu tidur.

Sudah jam satu siang, hari ini kelas pertama di mulai satu jam lagi. disana juga bayak miss call dari andria. Jadi suara telephone yang berisik tadi dari andria. Aku telephone balik dia ternyata tidak di angkat. Ku coba sekali lagi menelephonenya tetap tidak di angkat juga yasudah mungkin sedang sibuk. Aku keluar kamar berusaha mencari keberadaan Vee.

‘Vee Ngamar mana....?’. Aku yang melihat dia di dekat kolam renang sambil membaca koran dan meminum entah apa.



Dia hanya mengerling kearahku. ‘Pagi Vaan. Dia sudah pulang dari tadi katanya dia kerja hari ini...’.

‘Ouh. Santai Banget lu....’.
Aku yang melihatnya memakai bikini tapi tanpa bagian atas.

‘Panas...’. Dia kemudian menaruh korannya di atas meja. ‘Ikut gua..’. Dia berjalan lebih dulu dariku.

Kami berjalan melewati ruang keluarga masuk kedalam sebuah ruangan seperti perpustakaan yang di sulap menjadi studio foto dadakan dengan banyak lampu sorot serta baju baju untuk fotoshoot. Vee berjalan melewati mereka semua ke sebuah meja yang terlihat banyak tumpukan kertas. Aku ambil satu ternyata, seperti daftar riwayat hidup para wanita yang aku pilih kemarin. Data yang di berikan cukup lengkap mulai dari pas foto, daftar riwayat hidup, daftar cek kesehatan, sampai fetis sex mereka.

‘Komplit Vee...’. Aku melihatnya kagum setelah membaca satu.

‘Gua profesional Van...’. Jawabnya datar. ‘Gua butuh copy menjadi empat ya masing masing...’. Aku taruh kertas yang tadi ku pegang lalu berbalik melihat sesi pemotretan wanita cantik dengan berbagai gaya dan pakaian. Kebanyakan memakai baju seksi tentunya.

Tidak lama wanita dengan pakaian pembantu pergi dengan semua kertas kertas yang ada di atas meja tadi. Mereka semua juga mahir dalam berbagai pose seksi serta sensual. Memang luar biasa totalitas Vee mengelola dagangannya.

‘Van ayuk makan siang...’. Aku menengok melihatnya yang sedang duduk bersandar pada kursi di belakang meja. ‘Oke, Ehh Vee gua jajan juga dong....’.

‘Tumben..!!’.
Vee mengernyit heran. ’Yaudah pilih...’.

‘Free ya....’.
Aku menaikan turunkan alisku.

Dia tidak menjawab hanya mengacungkan jari tengahnya dengan ekspresi datar. Aku tertawa melihat itu lalu pergi untuk makan karna lapar. Dia mengikutiku dari belakang dengan santai. Mereka yang sedang fotoshoot seolah tidak acuk dengan keberedaan kami tadi. Di meja makan sudah tersedia banyak makanan walau tidak ada sushi manusia lagi.

.

.

.

‘Vee apa di antara mereka ada yang bisa memijat gua lagi pegel pegel banget...’. Aku menyelakan rokok setelah makan selesai.

‘Ada. Apa mau ke Spa aja...?’.

‘Males njing gua pengen tidur lagi rasanya...’.
Aku memutar mutarkan bahu lalu merengangkan leher.

‘Bayar ya...’.

‘Iya tapi setengah yee kaya Ngamar....’.
Aku tersenyum melihat kearah Vee. Dia memutar mata malas, Lalu memanggil salah satu pembantunya lalu berbisik entah apa. ‘Yaudah lu tunggu kamar sana nanti dia dateng..’.

‘Terbaik....’.
Aku acungkan kedua jempol padanya.

Aku meniggalkanya dengan langkah senang dan lenggang ke kamar. Dikamar aku melihat hp ternyata andria WA bertanya apa aku kuliah atau tidak. Ku bilang sedang ada tugas kantor jadi akan izin dan menitip absen padanya. Dia hanya mengiyakan, tidak ada obrolan lagi untuk di lanjutkan setelahnya.

‘Permisi tuan Muda...’. Suara ketukan pintu di iringi panggilan dari luar. ‘Masuk...’. Teriakku dari dalam yang memang tidak mengkunci pintu kamar.

Masuklah seorang wanita paruh baya dengan pakaian pembantu. ‘Maaf tuan muda yang mau memijit sudah sampai, tuan muda bisa ke ruang pijat. Nanti saya antarkan...’. Dia hanya menunduk dengan nada suara pelan serta halus.

‘Oke...’. Aku bangkit dan mengikutinya dari belakang.

Kami menuju salah satu ruangan di ujung lantai dua. didalam layaknya tempat spa sampai sampai wangi aroma terapinya persis di spa mahal. Memang Vee baru baru ini mulai merambah ke dunia Spa dan salon kecantikan. Tidak aku sangka dia memiliki ini dirumahnya sampai ada ruang sauna dan whirlpool.

‘Katanya sudah ada terapisnya mana ya...?’. Aku yang tidak melihat seorang terapispun di ruangan ini.

‘Dia sedang dipanggil Nona sebentar, silakan tuan muda mengganti pakaian terlebih dahulu...’. Dia memberikan bathrobe padaku. ‘Oke...’. Aku ambil lalu masuk ke ruang ganti di kamar ini.

Saat kembali aku sudah tidak melihat wanita tadi. Aku menunggu terapis sambil duduk duduk di kasur spa. Lalu munculan seorang wanita muda cantik yang berwajah lugu polos. Kalau aku tebak mungkin dia seperti orang sunda.



‘Selamat siang tuan muda Van...’. Sapanya ramah padaku.

‘Siang. Kamu yang akan jadi terapis saya...?’.

‘Iya tuan muda....’.
Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Wajahnya si boleh, jari jemarinya juga terlihat kuat. ‘Kamu spesialis apa...?’.

‘Saya bisa semua jenis body massage termasuk Ashiatsu...’.

‘Oke saya mau yang terbaik dari kamu...’.

‘Baik tuan muda. Saya permisi sebetar ingin berganti pakaian serta bersiap siap...’.

‘ya...’.
Aku kemudain berbaring dan menunggunya.

.

.

Tidak lama dia kembali sudah menggunakan bathrobe sama sepertiku. Sang terapis kemudian menyuruh agar aku masuk ke ruang sauna yang sudah dia siapkan. Dengan pasrah aku mengikutinya. Dia menyuruhku melakkuan sauna sepuluh menit. Didalam aku merasa rileks mencium aroma terapi yang menenangkan. Selanjutnya aku di sracb oleh si terapis yang belum sempat ku tanya namanya.

Selesai di sracb aku kemudian mulai di massage olehnya. Mataku tiba tiba berat badan menjadi sangat rileks membuat aku mulai memejamkan mata. Sepertinya aku tertidur beberapa menit karna kenikmatan pijitan yang di berikan.

‘Tuan Muda....’. Suara lembut samar terdengar dari dekat telingaku.

Aku buka mata perlahan lalu melihat seorang wanita berwajah sundanis cantik. Dia mengajakku untuk menuju whirlpool. Tentu aku dengan sangat senang hati mengikutinya. Aku perlahan masuk kedalam air yang bertempratur hangat. Disusul oleh sang terapis yang namanya adalah Dewirati.

Dewi membuka bathrobe yang dia pakai. Dengan tubuh polos dia berjalan perlahan kearahku. Aku bantu dia dengan memegang tangannya dari dalam whirlpool. Tanganya aga kasar namun tetap memiliki jari jemari kuat. Kulit putih mulus bersinar saat terkena pantulan lampu ruangan. Rambut hitam panjangnya mengambang di atas air.

Dia kemudian mengambil loofah yang ada sisi whirlpool. Dengan cekatan dewi menggosok semua bagian tubuhku. Tentu tanganku yang dengan jahil menyentuh bagian bagian sensitif milik Dewi. Dia hanya tersenyum simpul tidak menolak. Aku tarik dia aga mendekat, kucium dia tepat di bibir tebal miliknya.

‘Cup....cup...cup....’.

Ciumanku di sambut tanpa penolakan. Tanganya hanya menggosok bagian dada tidak pernah berpindah saat aku menciumnya.

‘Cup...ssllluurrppp...cuup.....’.

‘Aacchh...’.


Aku lepas ciumanku lalu berpindah ke leher putih Dewi. Loofah yang ada dipeganggnya kini terlepas mengapung di permukaan air. Aku arahkan tangan Dewi untuk mengocok penisku di dalam air. Tentu Dewi menurut tanpa ada penolakan sama sekali.

‘Aacch...’.

‘Tuan muda....acchh...’.


Desah pelan dari Dewi sangatlah sensual aku jadi makin bersemangat mendengarnya. Tanganku yang bebas mulai bergerilia ke dalam vaginanya. Saat jari ku mulai menggosok gosok pelan vagina Dewi, tubuhnya mulai bergoyang goyang.

‘Acch....’.

‘Enak tuan muda....aacchh...’.

‘Kamu bisa ga pake caps.....?’.
Aku hentikan sejenak permainan bibirku pada tubuh Dewi.

Dewi tidak mengeluarkan suara hanya mengganguk saja. melihat itu aku langsung kembali menciumnya sebentar lalu berpindah ke dada yang mungkin ukuranya tiga puluh dua. Dada dengan puting kecoklatan itu tanpa basa basi aku cium, jilat, lalu hisap secara bergantian.

‘Aacch.....’.

‘Aaacchh....’.


Tubuh Dewi makin bergejolak saat jari jemariku mulai masuk kedalam vaginanya. Tangan Dewi tidak berhenti mengocok pelan penisku di dalam air walau dia mendapat serangan yang hebat dariku. Memang dia seorang yang profesional sekali. Karna menurutku Dewi sudah siap. Langsung aku angkat badanya ke pangkuanku.

‘Dew aku masukin ya....’.

‘Iya tuan muda silakan...’.
Dengan mata yang sayu

Tanganya kini pindah melingkar di leherku. Aku arahkan penis tepat di vaginanya. Memang butuh beberapa kali percobaan agar penisku pas masuk. Saat sudah masuk Dewi langsung mencium dengan ganas. Suara desahnya sempat tertahan oleh bibirku. Aku gerakan pinggulnya dewi naik turun secara perlahan.

‘Aaacchh....’

‘Aahh...’.

‘Plak.....plak.....plak....’.


Suara gemericik air yang terjadi ketika aku menaik turunkan tubuh Dewi mulai terdengar. Kini dia menggerakanya sendiri. Kadang dia maju mundurkan kadang pula dia naik turunkan semua dia lakukan tanpa perintah. Vaginanya benar benar seperti lubang hitam yang menyedot penisku.

‘aacchh...’.

‘Enak tuan muda kontolnya...’.

‘aahh....iya Dew memekmu juga luar biasa...aahh’.


Desah kami diiringi rancuan kotor keluar tak terkendali dari mulut kami. Membuat sensai bercinta di air menjadi makin panas serta menantang. Terkadang desah itu juga tertutup oleh ciumanku di bibir Dewi. Kadang terdengar makin keras dan binal saat mulutku bermain di payudaranya.

Cukup puas dengan itu semua aku suruh dia berbalik badan. Kini terlihatlah punggung putih yang tertutup oleh tato wanita yang dililit oleh ular. Simbol bahwa dia adalah anak buah dari seorang Lilith Regina Immortalis. Dengan cekatan dia mulai kembali menaikturunkan pinggulnya sesekali dia putar dan maju mundurkan.

‘Aaacchh....’.

‘Tuan muda Kontolnya Gede banget....aaacchh....’.

‘Aaahhh....fuck....’.

‘Plaak....pllaakk...pllaaak...’.

‘Aaacchh...aaammmhhmm...’.


Suara desahnya terhalang oleh bibirku yang menciumnya dari belakang. Tangan dengan mudahnya meremas serta memutar puting puting indah miliknya. Vagina Dewi walau sudah tidak terlalu rapet tapi tetap teras luar biasa.

Aku dorong tubuh dewi sedikit menjauh. Kemudian ku rubah posisi duduk di tepi whirlpool. Dewi tanpa di perintah langsung mendekatkan wajahnya ke penisku. Dengan cekatan dia keluar masukan penisku kedalam mulutnya. Dewi terlihat sangat menikmati apa yang dia lakukan.

‘Emmmhhmm...eemmhmm...’.

‘Fuck....’.


Aku hanya merancu kini dia lepas tangannya. Sesekali Dewi putar putar buah zakarku. Permainan mulutnya dengan kecepatan sedang. Aku hanya bisa menikmatnya dengan memejamkan mata. Kadak aku tahan kepala dia dengan tangan.

‘Aahhhgggkkk....aahhggkk....’.

‘Aahhggkk...aaammhhgggkk....’.

‘Aahh...fuck..terusin Dew...’.


Suara Deeptroth Dewi terdengar seperti “jangan berhenti tuan muda saya suka”. Dia begitu menikmati. Aku genjot mulutnya sampai air liur berceceran mengalir. Dia masih bisa menatapku dengan senyum manis walau, lipstik merahnya sudah memudar oleh keringat serta cipratan air.

Setelah puas aku tarik Dewi keluar dari whirlpool. Kini aku baringkan dia diruang spa tanpa perintah dia langsung melebarkan kedua pahanya. Aku arahkan Penisku tepat di tengah vaginanya.

‘Aaaahhh...’.

‘Acchh...’.


Dia gengam pergelangan tanganku dengan kuat. Mata sipitnya tertutup seperti menikmati benda panjang dan besar serta keras ini menghujam vaginanya. Langsung aku gerakan dengan kecepatan sedang di atas tempat tidur.

‘Pllookk...plloookk....pplllookk....’.

‘Aacchh...geedeeaachh....’.

‘Aahh....’.


Tangan Dewi makin keras mencengkram tanganku. Desah dengan suara stereo bergema memenuhi seluruh ruangan yang tidak terlalu bersar ini. Terkadang tanganku meremas payudara Dewi yang ikut naik turun karna goyanganku. Tubuhnya dengan sangat profesional bergoyang mengikuti ritme sodokanku.

‘Acchh...’.

‘Dew..aahh...Buang di Mulut ya sayang.....?’.

‘Plook..plook..ppllook..plookk...’.


Aku bertanya sambil menghapus kringat yang muncul di pipi Dewi. Dia hanya mengangguk tentu sambil mendesah kenikmatan. Tidak banyak suara yang kami hasilkan hanya desahan, peraduan kulit serta erangan. Kenikmatan ini akan segera berakhir karena aku sudah merasakan gatal menyelimuti seluruh penisku.

Segera aku cabut penisku dari vagina Dewi. Dengan sigap tanganya meraih penisku yang dia dekatkan ke mulutnya. Kembali dia maju mundurkan penisku dengan sangat brutal dan ganas. Mata sipit itu sesekali melirik manja kearahku.

‘Dew...Aku mau sampee...aahh....’.

‘Dew dikit lagiii...’

‘Aaahh...’

‘SAMMPPEE......!!!!!’

‘CCRROOOTT.....CCCRROOOOTT....CCRROOOTT....’.


Aku masih menatap langit menikmati sekujur tubuh yang melemas. Tulang tulang di semua sendiku seolah copot dari tempatnya. Penisku juga langsung mengecil setelah dikeluarkan dari mulut Dewi. Aku tatap dia sebentar sepertinya Dewi juga masih tergolek lemas sama sepertiku. Ku elus lembut rambutnya Dewi lalu mengucap terimakasih

Dewi membalas ucapanku hanya dengan senyum simpul di bibir tebal miliknya. Aku tinggalkan dia sebentar untuk mengambil sejumlah uang dari dompetku yang ada di celana. Aku berikan dia sejumlah tips. Dia tidak menolak saat aku berikan dan mengucap terima kasih.

Aku tinggalkan dia untuk mandi lagi karna sekarang badanku sudah di penuhi keringat. Ketika kembali dewi sudah bangkit dan mengenakan bathrobenya lagi. Dia juga sudah menyediakan air jahe yang katanya bagus untuk memulihkan stamina setelah habis massage. Aku hanya bawa air jahenya lalu kembali kekamar. Di kamar ternyata sudah ada baju yang terlipat rapih.

.

.

.

.

Aku sudah selesai berpakaian bermaksut mencari diamana Vee. Ku tanya pada seorang pembantu yang lewat. Katanya Vee sedang mandi di kamarnya. Aku langsung pergi kebawah karna kamarnya ada didekat ruang keluarga. Pintu kamarnya sedikit terbuka.

‘Veee...!!!’.

‘Masuk Vaann...!!’.
Suara Vee yang terdengar dari arah pintu yang terbuka dengan cahaya lampu yang menyala.

Kamar Veronica sangatlah luas. lebih luas dari kamar kosku. Mungkin dua kali atau tiga kali lebih besar. Dengan kasur lima kali lipat dari punyaku. Hiasan mewah serta beberapa lukisan terpajang indah . Dari sini pemandangan kolam renang dapat terlihat sangat jelas. Entah dia lebih suka membuat kamar utama di bawah bukanya di atas seperti orang orang.

‘Vee..Gua mau cab....’. Belum selesai aku berbicara semua kata kata tiba tiba bubar ketika melihatnya tanpa busana yang berendam di dalam bathtab merwah dengan lapisan emas. Yang menutupi pemandangan tubuhnya hanyalah busa busa putih yang dia mainkan.



‘Biasa aja lu liatnya...’. Bentak Vee yang langsung menyadarkanku. ‘Iya gua mau cabut ya...’. Aku meneruskan ucapan yang tadi tiba tiba menghilang itu.

‘Iya udah sana pulang lu. Jangan lupa di trasfer ke rekening gua...’.

‘Oke ibu Lilith. Besok gua jemput pagi ya. Awas lu belom bangun, gua acak acak ni tempat...’.

‘Iya. Itu semua berkas sama file foto ada di atas meja ruang kerja gua....’.

‘Oh iya. Sip gua ambil dulu...’.
Aku berjalan keluar meninggalkan dia yang sedang menjadi dirinya sendiri ketika tidak ada orang.

Saat aku melewati lorong aku melihat ke arah kolam renang. Dua orang pengawal Vee yang berbadan seperti John Cena sendang menekan kepala seseorang kedalam kolam renang. Aku yang orangnya cuek dan tidak mau ikut campur meninggalkan mereka. Samar saat pergi terdengar sura tangisan wanita.

‘Kasian Amat itu cewek ya...’. Aku yang berjalan santai menuju ruangan pemotretan tadi yang tidak di kunci. Di atas mejanya benar sudah ada amplop dan hard disk. Ruangan ini juga sudah rapih, tidak ada lagi perlengkapan pemotretan tadi. Cepat juga kerja pembantunya Vee hanya sekitar tiga jam ruangan ini sudah rapih lagi.

Saat keluar aku bermaksud kembali kekamar Vee, tapi mataku melihat ke arah wanita yang sudah tergeletak di pinggir kolam renang. Aku segera berlari untuk menghampirnya. ‘Itu salahnya, Melanggar perintahku...’. Suara yang membuat langkah kakiku terhenti.

Aku melihat Vee dengan bathrobe putih serta handuk di kepalanya sedang bersantai di sebuah meja kecil dengan rokok dan segelas minuman. Dia hanya mengerling santai lalu meminum minuman di gelasnya.

‘Maaf Nona, maafkan saya....’. Dewi dengan sisa tenaganya berusaha berlutut kearah Vee.

‘Soal tips...?!’. Aku yang langsung menebak permasalahannya. Segera aku hampiri Dewi untuk membantunya berdiri.

‘Kalo lu sentuh dia Van!. Lu pergi dari sini dia mati...’. Aku pun berhenti dan tidak jadi membantunya. ‘Ayolah Vee, Gua yang memaksa dia ga salah...’. Aku coba sedikit memberi pembelaan padanya.
 
Terakhir diubah:
‘Lu bahkan tidak memaksanya, dia menerima dengan senang hati...’. Senyum sinis keluar dari bibir Vee.

‘Iya memang, tapi gua memberikanya, karna pelayanan yang di berikan memuaskan aja jadi pantas untuk diberi sedikit hadiah...’. Mendengar perdebatanku dengan Vee samar suara dewi mulai menanggis.

‘Gua udah melatih mereka, mendidik mereka, mengajarkan mereka, membuat mereka kaya, gua yang rubah nasib mereka Van! Tapi apa, mereka tetep tidak bisa ngikutin peratuan yang gua buat. JANGAN TERIMA TIPS DARI PELANGGAN APALAGI DARI KELUARGA GUA!. Gitu aja ga bisa dasar cewek G0BL0K!’. Vee mendekatiku yang berada tepat di sebelah Dewi. Matanya menatap tajam kearahku, terpancar sebuah kemurkaan. Kakinya menginjak kepala Dewi yang masih bersujut.

‘Oke, lu sekarang mending bikin peraturan baru..’. Vee mengernyit. ‘Khusus untuk gua, kapanpun dan dengan siapapun gua make jasa anak buah lu atau semua bisnis yang di jalankan oleh Veronica Lilith Regina. Gua akan memberikan tips bila pelayanan mereka bagus, dan gua akan selalu memaksa mereka untuk menerima itu..’. Aku lipatkan kedua tangan ke dada.

Vee mendengus. Wajah marahnya berubah menjadi berkaca kaca. Dia hanya berbalik kemudian pergi tanpa berbicara satukata pun. Aku langsung membangunkan Dewi yang sudah basah kuyup lalu menyuruh salah satu pelayan untuk mengantarnya pergi dari sini. Dewi hanya bisa menanggis dengan tubuh yang gemetar saat aku pengang.

.

.

.

‘Hei, Vee..’. Aku menyusulnya yang ada di kamar. Dia langsung menatapku tajam begitu pintu kamarnya aku tutup. ‘Ngapain si lu belain dia..?!!’. Aku bisa melihat air mata yang mentes dari pipinya.

Walau terlihat setangguh apapun seorang wanita tetaplah dia mahluk yang mudah tersayat hatinya. Apalagi Veronica walau selau berlaga sok kuat dan tegar dengan nama, “Lilith”. Dia ingin menjadi sosok wanita kuat yang misterius walau sudah dibuang dari surga.

Aku mendekat kearahnya lalu memeluknya dengan erat. ‘Hey, wanita tadi tetaplah manusia yang harus kita apresiasi. Dia bekerja dengan sepenuh hati dan tidak pernah menolak permintaanku. Tidak mudah bekerja sebagai penghibur, kau pasti lebih paham..’.

‘Iya tetap saja..hikss..hikss..’.
Suaranya mulai samar dengan tangisan. ‘Shutt udah udah. Aku mohon permintaanku barusan yaa. Tolong kamu lakukan untuk hubungan kita di masa lalu..’.

‘Cuup...’.
Aku mencium keningnya lalu tersenyum. ‘Udah ya gua cabut, besok gua jemput jam tujuh..’.

Aku tinggalkan Vee yang masih duduk meringkal di atas tempat tidur. Di depan juga sudah tidak ada Dewi mungkin dia juga sudah pergi. Sudahlah yang penting nyawanya selamat untuk hari ini.

.

.

.

(hari ke 94)

Vee dan aku sedang perjalanan ke kantor. Tidak banyak obrolan yang terjadi kami hanya menikmati macet ibu kota. Dari rumah Vee ke kantor itu menjadi dua kali lipat dibanding dari kosan. Harusnya aku menyuruh Vee jalan sendiri dari pada menjemputnya.

‘Van, gua belom tau siapa orang yang mau lu lobi...?’. Ditengah macet tiba tiba Vee bertanya padaku.

‘Ohh iya, lu belom gua kasih tau, itu gua mau ngelobi pak budi prasetio..’. Aku hanya mengerling kearahnya.

‘ngomong dong kalo laki tua itu yang lu lobi...’. Vee memukul pundakku dengan sedikit kasar. ‘Sakit anjir. Emang lu tau dia?. Apa jangan jangan...?’. Aku langsung berfikir menerawang jauh.

‘Dia dulu adalah salah satu laki laki bodoh yang ngejar ngejar gua, karna dia sangat tegila gila oleh semua yang gua berikan dulu ke dia. Kalao tau dia orangnya kemaren kita ga usah sesi fotoshoot.’.

‘Ouh, dia salah satu submiss lu dong....?’.
Aku yang melihatnya heran. ‘Bukanya dia seorang yang dominan...?’.

‘Karna dia engga bisa menemukan seorang yang dominan seperti gua, makanya dia menjadi dominan agar mendapat memuaskan fantasi sexnya...’.
Terang Vee lalu menyakan rokok dan menurunkan kaca mobilku sedikit.

‘Parah parah parah. Laki laki mana yang bisa kabur dari pesona seorang VERONICA apa lagi waktu Role Play hahaaa...’. Ledekku padanya.

‘Iya lu kan dulu sempet engga bisa berpaling dari memek gua kan...?’.

‘Mana ada, bukanya cuman gua yang bisa naklukin lu..? hahaa...’.


Dia hanya memutar mata malas. Aku terus tertawa menikmati kemenangan atas Vee barusan. Kami sampai kantor jam 10.00. Seperti biasa kami disapa oleh dua orang resepsionis muda dan cantik. Ku ajak Vee langsung ke ruang meeting untuk menemui para atasan. Aku suruh Vee menunggu sebentar di depan ruang meeting karna masih ada mba Yuni dan mba Rina di dalam.

.

.

.

Ketika mba Rina dan mba Yuni sudah keluar baru aku ajak Vee masuk kedalam. Semua berkas yang Vee berikan kemarin, serta hard disknya sudah aku colokan di laptop yang terhubung dengan projector. Aku mengenalkan tentu dengan nama Lilith profesinya adalah mucikari semua wanita rekomendasiku.

Yang membuatku kagum adalah Vee sudah membuat slide power point, foto fotonya juga sudah tersusun dalam file berdasarkan nama mereka masing masing. Aku jadi lebih mudah mendeskripsikannya pada para atasan. Saat menjelaskan tidak terlalu banyak pertanyaan karna datanya lengkap.

Sekitar tiga puluh orang aku jelaskan satu persatu. Dari wanita pertama bernama susan sampai yang terakhir bernama jasmin. Usia mereka aku pilih rentang delapan belas tahun sampai dua puluh lima tahun. Warna kulitnya dominan adalah kuning langsat, ada juga yang putih bersih, ada juga yang sawo matang. Ukuran payudaranya juga beragam.

Selesai aku menjelaskan satu nama biasanya aku buka file foto mereka dan menunjukan kurang lebih 10 gaya dengan berbagai pakaian. Ku lihat ekspresi para atasan mereka semua terlihat biasa dan kurang tertarik dengan itu.

‘Baik pak, hanya ini saja rekomendasi yang saya punya..’. Aku menutup persentasi setelah menjelasakan perempuan terakhri bernama jasmin. ‘Bagaimana pak..?’.

‘Semua yang kamu rekomendasikan ini sangatlah good looking, tetapi apa mereka bisa menghendel pak budi...?’.
Pak Kevin bertanya dengan lugas padaku. Aku langsung memandang Vee yang dari tadi tetap hanya duduk santai sambil menyilangkan kaki.

‘Menurut saya semua wanita itu tidak akan bisa memuaskan seorang Budi prasetio.’ Vee yang tiba tiba berbicara.

Whaat, ini Vee mabok ? apa jangan jangan dia. Aku hanya tersenyum senyum pada para atasan. ‘Yang bisa membuat seorang Budi prasetio bertekuk lutut hanya saya’. Sesuai dugaanku Vee bermaksud mengambil tugas ini.

‘Apa kamu yakin dengan ucapanmu..?’. Bu Vivian kemudian bertanya sambil menatap mata Vee dengan tajam. ‘Apa guarentee yang bisa kamu berikan untuk kami...?’. Pak Kris kemuadian memandang Vee dengan sedikit tajam.

‘Saya akan mengganti semua kerugian kalian berapa pun kalian meminta’. Dia dengan mata sombongnya menatap para atasaku tanpa keraguan. ‘Tapi bila saya berhasil maka kalian harus membayar lima kali lipat dari harga perjanjian yang kalian buat, serta uang ganti rugi senilai 300 juta. Bagaimana Deal..?’. senyuman sinis keluar darinya diakhir kalimat. Dengan penuh percaya diri dia ulurkan tangannya untuk bersalaman.

‘Wow wow wow, maaf pak, bu, teman saya memang suka berlebihan kalau jadi orang...’. Aku yang panik langsung menurunkan tangan Vee. Dia menatapku tanjam setelahnya. ‘lu gila apa Vee berarti total semuanya 400 juta dong’. Aku berbisik panik kepadanya, setelah itu tesenyum senyum mencairkan suasana.

‘Baik saya tidak masalah tapi kamu harus mengganti rugi senilai satu miliar. Saya akan mengirim pengacara berserta teamnya untuk menghitung semua aset kamu, bagaimana deal...?’. Pak Kevin dengan sangat yakin menerima permintaan itu.

‘Oke pak deal!’.

‘Nanti Vivian yang akan membuat kontraknya untuk kamu, lalu team pengacara saya akan menghitung aset kamu besok. Devan yang akan mengatur itu semua’.
Terang pak Kevin. ‘Baik meeting ini selesai terima kasih atas bantuannya, untuk devan, ibu Lilith juga terima kasih, semoga kita menang dalam proyek ini’. Pak Kevin menutup meeting kali ini.

Aku tetap tidak percaya dia berani melakukan itu. Memang si aset Vee mungkin lebih dari satu miliar, dan dia pasti berhasil, tapi tetap saja itu terkesan begitu arogan. Aku suruh Vee menunggu sebentar di mobil karna aku akan menunggu surat perjanjian yang dibuat bu Vivian. Kembali bu Vivian bertanya apa Vee sehebat itu. Aku hanya bilang kalau dia menang sedikit berpengalaman di bidang ini.

Setelah selesai aku langsung ijin pamit untuk mengantar Vee lalu pergi ke proyek untuk mendapat kontak personal pak Budi prasetio. Sebelum mengantar Vee ke claster aku mampir makan siang di dekat spa milik Vee. Disana aku bertemu Dewi dan satu kawanya yang begitu melihat kami langsung membungkuk memberi hormat.

Vee tidak acuh pada sapaan Dewi. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk, lalu mengikuti Vee yang sudah masuk kedalam restoran. Kami makan dan hanya mengobrol sedikit. Aku juga bertanya apa dia yakin soal Budi ini. Dia dengan sangat percaya diri bilang tidak akan gagal, bahkan dia menunjukan Chat Budi prasetio yang tidak pernah di balas olehnya.

Gokil, bahkan Vee pernah di ajak menjadi istri ke dua Budi prasetio. Budi ini sudah punya istri dan anak, karir mapan, penghasilan besar tetap saja hidupnya kurang. Itulah sebabnya Vee sering gonta ganti nomor telephone. Dia tidak mau terus direpotkan oleh pelanggannya yang begitu memuja muja seperti seorang dewi.

.

.

.

.

(hari ke 97)

Setelah kemarin lusa aku dan pengacara pak Kevin pergi ke claster Vee untuk menghitung semua asetnya yang mencapai US$ 5juta dollar amerika. Kalau di rupiahkan pada kurs saat itu mencapai 50 miliar kurang lebih. Tadi pagi juga aku sudah selesai melakukan meeting dengan pak Budi.

Sekarang aku sedang menunggu Vee yang mengganti Bajunya. Kami akan menemui pak Budi malam ini di sebuah restoran bintang lima di daerah tanggung kota. Maka dari itu Vee agak lama mempersiapkan gaun malam untuk membuatnya lebih memukau. Aku juga sudah memesan kamar hotel yang tidak jauh dari restoran itu berada. Semua sudah beres hanya tinggal menuggu Vee saja.

‘Vee lama baget si lu...’. Aku berteriak dari tempat tidur sambil memainkan hp, karna menunggunya dandan hampir dua jam.

‘Sabar!!!...’. Suara Vee dari ruangan yang dipenuhi jajaran baju serta sepatu dan alat make up miliknya. Karna tidak sabar aku mengintipnya di ruangan itu.



‘Gimana Cantik ga gua..?’. Dia yang melihat kedatanganku dari cermin.

‘Cantik baget dah lu, terlihat sangat menggiurkan..’. Aku menghampirinya, lalu mendekapnya kemudian mencium belakang lehernya.

‘Aacchh, tuh kan lu....’. Dia yang memutar tanganya ke belakang untuk mengacak acak rambutnya. ‘Hahaaa. Yaudah ayok...’. Aku melepaskan dekapanku darinya, kalau tidak kami malah akan bercinta.

Dia hanya mengembungkan pipinya kesal sambil melipat kedua tangan ke dada. Aku hampiri dia lagi, lalu mencubit kedua pipinya sambil tersenyum.

‘Gua tunggu mobil ya, dahhh...’. Aku melambai pergi setelahnya.

.

.

Perjalanan kami ke restoran prancis hanya sekitar tiga puluh menit. Kami sampai lebih dahulu dari pak Budi. Vee terlihat begitu anggun dan tenang. Kami sengaja memilih tempat outdoor agar lebih nyaman dan bisa merokok tentunya. Sekitar lima belas menit menunggu akhirnya pak Budi tiba dengan membawa satu buket bunga mawar besar.

‘Selamat malam Nona Lilith...’. Dia mencium tangan Veronica dengan lembut. ‘Selamat malam pak Devan...’. Sapanya padaku.

‘Malam pak Budi. Silakan, silakan duduk..’. Aku yang mempersikan dia duduk setelah menyambutnya dan juga bersalaman.

‘Nona Lilith ini saya bawa bunga mawar untuk nona..’. Di berikanya bunga itu kepada Vee. ‘Terima kasih Budi, kamu masih so sweet ya seperti dulu...’. Vee dengan manja mencubit pipi pak Budi. Beliau hanya tersenyum senyum saja.

‘Kalian akrab sekali ya sepertinya. Oh iya, ayuk, ayuk pak Budi mau pesan apa biar saya panggilkan pelayan hahaa’. Aku membuka suasana agar lebih cair. Tentu diakhiri oleh ketawa bisnis.

Pelayan datang kami mulai memesan. Saat makanan datang mulailah Vee yang mengambil alih dengan melakukan godaan godaan ringan ke pak Budi. Aku hanya menimpali sesekali, dan memastikan wine yang kami pesan masih cukup untuk beberapa menit ke depan.

‘Jadi bagaimana pak..? apakah Sinar kepaus mendapatkan tender ini...?’. Aku mulai bertanya kepadanya saat dia sudah sedikit mabuk. Aku juga memberikan senyum ke arah Vee. ‘Budi...Gimana?, bisakan kamu Bantu Devan...?’. Vee yang mengerti maksud dari senyumanku sebelumnya langsung mengoda pak Budi dengan tatapan memelasnya.

‘Bisa bisa diurus dengan mudah, pak Devan memang mau berapa proyek? Saya berikan semua ke sinar kalau perlu. Kontrak seumur hidup hahaa..’. Dia tertawa dengan suara aga keras.

‘wah bapak bisa saja, hahaaa...’. Aku ikut tertawa lalu mengedipkan satu mata ke Vee. ‘Yaudah kalau gitu saya masih punya satu hadiah buat bapak...’.

‘wah, pak Devan ga usah repot repot ngasih hadiah terus. Saya bisa makan malam bareng nona Lilith aja saya sudah seneng pak hahaa..’.

‘Ahh, ini adalah bentuk apresiasi saja aja pak...’.
Aku keluarkan kunci kamar hotel, lalu meletakannya di atas meja. ‘Ini pak, mungkin bapak terlalu mabuk untuk pulang, kan bahaya membawa mobil saat mabuk, jadi lebih baik istirahat dulu di hotel deket sini biar nanti di temenin sama Lilith pak..’.

‘Hahaaaa, iya juga ya pak Devan memang pintar nih haha..’.
Saat dia mau mengambil Kunci kamar hotel.’Et, bapak harus tanda tangan ini dulu pak, bukti bahwa bapak akan memberikan proyek Sutra semesta ke saya, bila tidak maka bapak akan ganti rugi sesuai harga kontrak tender proyek, gimanaa...?’. Aku mengambil kunci itu kembali, lalu Vee menyodorkan kertas yang sudah bermatrai dan juga sebuah pulpen.

‘Baik pak hahaa, saya akan menandatanganinya hahaa...’. Dia dengan cepet menandatangani dokumen itu. Senyum kemenangan terpancar diwajahku. ‘Terima kasih pak, selamat bersenang senang. Saya tinggal dulu ya. Kebetulan saya ada urusan lain yang tidak bisa di tinggal. Biar nanti bapak di temani oleh nona Lilith..’. Aku lalu meninggalkan mereka setelah mengambil dokumen yang sudah di tanda tangani oleh pak Budi.

Sampai parkiran aku segera memotret dokumen perjanjian itu, lalu ku kirim ke para atasan. Mereka semua merespon gembira. Pak Kevin juga langsung bilang bahwa giro untuk Vee akan di buat besok, jadi aku harus kekantor untuk mengambilnya. Aku hanya mengiyakan lalu kembali ke rumah. Meninggalkan Vee dengan pak Budi nanti dia akan di jemput oleh supir pribadinya.

.

.

.

.

(Masa Sekarang)



‘Besoknya aku kekantor untuk mengambil giro yang di janjikan pak Kevin ke ci Lili, kemudian sabtunya baru aku antarkan ke Vee. Seletah beberapa hari aku baru tau kalau dia juga meminta sejumlah ruko dari pak Budi untuknya membuka bisnis salon n spa...’.



Agne masih mendegarkan semua ceritaku dengan seksama, ini sudah beberapa hari semenjak pertengkaran besarku dengannya, karna maslah Andria. Aku sekarang ditemani dia ke proyek, hari ini dia tidak kekantor lagi. Kebohongan serta alasan apa lagi yang dia gunakan untuk tidak datang ke kantor. Biarlah toh magangnya juga sudah selesai.

‘Besok aku ke kantor buat mengambil surat pengalaman kerja kamu anterin ya...’.

‘Iyaa sayang. Eh, kita makan dulu ya. Kamu mau makan apa....?’.
Aku bertanya padanya saat kami berjalan menuju mobil.

‘Hmmm, terserah aja aku mah...’. Dia menutupi kepalanyan dengan tangan. ‘Terus jadi setiap ada proyek baru kantor selalu kontak si Vee...?’. Dia bertanya saat kami sudah di dalam mobil.

‘Iya, tapi ga selalu Vee kadang juga anak buahnya, ya tergantung badget dan kebutuhan kantor juga..’. Aku mejelaskan sambil berjalan keluar dari proyek. ‘Ayok pak, makasih...’. Aku kemudian menyapa security yang ada di gerbang depan.

‘O, ini Vee mantan kamu itu kan?. Terus apa hubunganya dia sama Ayu, kan aku suruh cerita Ayu. Jangan jangan Ayu juga ikut di bisinisnya Vee...?’.

‘Iya, dia Vee yang member perempuan pertama BG, dia juga mantan aku dulu. Sama kaya dugaan kamu. Mungkin bedanya Ayu itu engga ikut Vee dia, gimana ya beda cara kerjanya sama Vee....’.

‘O gitu, pak Kevin berani juga ya...’.

‘Iya lumayan lah, tapi semua keputusannya selalu work kok, engga ada yang fail’.

‘Terus kenapa tiba tiba bisa Ayu ikut juga...?’.

‘Nah ini tuh bermula dari....’.


.

.

.

.

(hari ke 241)

Aku sedang pusing karna hasil meeting tadi. Katanya aku harus mencari wanita yang lumayan merepotkan untuk gartifikasi proyek selanjutnya. Masalahnya si Arsitek kepalanya aga merepotkan. Dia menyukai tipe wanita yang smart, intelektual, cantik, tinggi seperti model catwalk profesional. Agak merepotkan, tapi proyek yang di tanggani adalah jangka panjang bernilai hampir ratusan miliar.

Kalau di pikir nanti bonus yang aku terima bisa beberapa miliar. Tapi aku sangat malas mencari orang, kalau di sia siakan juga sayang. Kenapa Sinar Perak harus memiliki standar tinggi untuk pelicin. Membuat aku menjadi pusing saja. Aku mencari perempuan model gitu dimana ya. Vee pasti tidak punya yang seperti itu, kalau menyuruhnya dia kurang smart dan tinggi.

Sial membuat kepalaku pusing saja. Masalah andria sudah pusing ditambah ini. Makin menjadi merepotkan. Mana di tambah sebentar lagi aku harus ke luar kota. Mengurus proyek yang sedikit terhambat. Haduh makin membuat pusing saja, jadi aku putuskan untuk pulang dari pada lama lama di kantor tidak jelas.

Ide gila sempat terfikir olehku untuk meminta bantuan Ayu. Dia selain berprofesi sebagai pegawai swasta juga menjadi model profesional. Pasti dia punya teman yang bisa di booking atau sejenisnya. Tidak apa bila sedikit malah yang penting beberapa miliar masuk ke kantongku.




Yu,

Lagi kerja ya? Entar,
Balik kerja sibuk ga?
Ketemuan yu?

Boleh, Nanti ke cafe
Deket kantor aku aja gimana?


Yaudah boleh, sharelock aja

Sip Devan :)

Oke kabarin aja




.

.

.

Sekarang aku sudah perjalanan ke kantor Ayu di sekitaran ibu kota pusat. Cafenya hanya berjarak beberapa ruko dari kantornya. Aku pesan sebuah kopi dengan onion ring serta kentang goreng. Sengaja aku pilih tempat di luar agar bisa merokok.

Tidak lama dia datang dengan wajah yang tersenyum sambil melambai ke arahku. Dilihat dari sudut pandangku pakaiannya tidak mencerminkan kalau dia baru pulang dari kantor. Lebih seperti baru mau pergi ke sebuah party atau semacamnya. Aku sudah tidak mengerti lagi dengan dia.



‘Hai, udah lama nunggu...’. Dia langsung cipika cipiki aku. ‘Mayan sebat duabat lah..’. Aku menjawabnya santai.

‘Ouh, ada masalah apa Van, sampe ngajak ketemuan...?’. Dia yang baru mengeluarkan rokok dari tasnya.

‘Lu mau pesen apa biar gua panggilin..?’. Aku langsung memanggil pelayan. ‘Jadi gini Yu, gua mau minta tolong. Lu punya teman ga yang bisa menghendel orang..?’. Aku mulai menjelaskan, setelah Ayu pesan, dan pelayan itu pergi.

‘Maksudnya menghendel..?’. Dia yang tampak binggung mengeryit kemudian. ‘Ouh, yang bisa di book...?’.

‘Iyaa, itu dia. Temen temen model lu kira kira mau ga yaa? Bayaranya lumanyan gedek kok dari bos gua, asal kerjaan mereka oke dan masuk kriteria...’.

‘Emang kriterianya apa...?’.

‘Dia harus cantik, Smart, Intelek, Tinggi, Putih, Langsing. Ya kriteria modellah kalo untuk bentuk badan. Yang penting cantik, smart, sama inteleknya, itu kudu, wajib, harus banget ada...’.
Aku menerangkan kepada ayu sambil sesekali memekan onion ring.

Dia diam sebentar memakan Burger yang dia pesan. ‘Aku bisa bantu masalah kamu...’. Dia berbicara santai sambil terus memakan burgernya.

‘Thanks god, Makasih yu, gila lu penyelamat hidup gua banget...’. Aku segera mencium tanganya karna rasa sukur yang luar biasa. ‘Terus terus gimana cara gua kontek dia, lewat lu, atau gua sendiri yang chat...?’.

‘Dateng aja ke apart aku, nanti aku kenalin orangnya...’.
Mendengar hal itu aku sedikit panik karna tiga hari ke depan aku harus ke luar kota. ‘Ya minggu ini gua harus ke luar kota yu, gimana kalo weekends besok aja? Temen lu bisakan?’.

‘Bisa dia bebas kok kapan aja bisa..’.

‘Asiik, oke sabtu ini yaaa...’.


Ayu hanya mengangguk saja. Kami kemudian mengobrol sambil makan, ternyata dia setelah bertemu denganku mau ke party sama teman temannya. Aku sebetulnya diajak olehnya karna malas dan takut minder didekat sosialita ibu kota macam Ayu, maka ku tolak tawaranya. Setelah makan dia mengajakku untuk nonton.

Aku terima saja karna besok aku tidak ada pekerjaan, paling ke kantor mengurus akomodasi. Supaya lusa tinggal berangkat saja. Semoga tidak terlalu merepotkan lusa, walau aku di temani mba Rina tetap saja agak malas. Takutnya aku khilaf sama mba Rina yang seksi mulus itu.

.

.

Selesai nonton aku menemani Ayu menjelajahi mall sampai jam 21.30. Ketika dia sudah di jemput temanya. Kami berpisah, setelah aku mengantarnya ke lobi menemui teman temannya yang semua adalah wanita cantik luar biasa. Segera aku ke parkiran lalu bergegas pulang ke kosan.

.

.

.

(hari ke 246)

Apartmen Ayu, bukan lebih dari sekadar apartemen. Pent house lebih tepatnya, karna berada di tiga lantai teratas dengan bangunan dua lantai. Ini adalah ke dua kalinya aku kemari yang pertama adalah saat malam tahun baru bersama teman teman. Kami merayakan tahun baru bersama di sini.



Keadaan kami semua malam itu benar benar kacau. Entah sudah berapa botol minuman yang kami habiskan. Intinya apartemen Ayu berantakan oleh kami. Kini aku kembali ke apartemen ini lagi. Sekarang aku sudah di lift menuju lantai atas di temani oleh mba resepsinis cantik. Aku tidak bisa dengan mudah mendapat akses karna ini apartemen eksklusif.

Aku langsung di sambut oleh Ayu ketika baru keluar dari lift. Aku menghampirinya lalu memberi sedikit cipika cipiki. Sampai ruang tamu apartemennya masih saja aku kagum dengan semua desain interior yang dia punya. Sungguh luar biasa, setajir apa Ayu sebenarnya aku juga tidak tau.

‘Mau minum apa Van...?’. Dia yang berjalan ke dapur. ‘Terserah Yu, tapi jangan alkohol ya...’. Aku sedikit berteriak karna rumah ini besar sekali.

‘Loh kenapa, kamu sekarang udah ga minum lagi...?’. Dia yang datang dengan segelas jus jeruk.

‘Engga, lagi males aje. Nanti kalo mau gua juga ambil sendiri, passwordnya masih yang lama kan..?’.

‘Iya dong, ga pernah aku ganti kok silakan aja....’.
Jawabnya santai.

‘Terus temen lu yang mau di kenalin ke gua kapan datengnya Yu...?’. Aku yang tidak melihat orang lain selain aku dan dia.

‘Hmm, Engga ada..’. Aku yang binggung langsung mengernyit. ‘Hah terus yang kemaren masa becanda doang, astagaa Ayuu udah seneng seneng gua padahal. Hufft’. Aku langsung bersandar ke kursi sambil menepuk jidat.

‘Hahaa, kidding Vaan...’. Dia hanya tertawa. Aku langsung mengacungkan jari tengah padanya.

‘Ya terus mana orangnya yu...?’.

‘I need one question for U?. Kalo lu bisa making love with me, you do it or not?’.
Dia lalu membakar rokoknya.

‘kalo gua pilih iya kenapa? Kalo engga kenapa?’. Aku langsung bertanya karna petanyaan itu menurutku adalah jebakan.

‘Ya semua jawaban akan menentukan, lu bisa ketemu sama orang yang bantulu atau engga...?’.

‘Engga, karna menurut gua ada beberapa bro code yang membuat engga semua cewek bisa di pake, even cewek itu binal banget. Ada yang lebih cocok jadi temen curhat, temen minum, temen seneng seneng, kalo pun cuman one night stand paling juga itu kelepasan..’.
Aku menjawab dengan santai sambi ikut menyalakan rokok.

Ayu tersenyum simpul. ‘Aku suka jawaban kamu, walau sedikit bullshit hahaa...’.

‘Sialan lu, iya gua suka free sex tapi gua engga maniak juga anjir, terus mana cewek yang mau lu kenalin ke gua?’.
Ayu lalu menunjuk ke arah dirinya sendiri, saat itu juga aku langsung menebak. ‘Jadi lu yang...’. Dia langsung mengangguk sebelum aku selesai bicara.

Tidak aku sangkat Ayu yang akan menjadi wanita bookingnya. Aku tau dia memang pecinta kehidupan malam, sex bebas harusnya bukan hal tabu untuknya. Tapi menjadi wanita penghibur itu sepertinya bukan dia sekali. Saat itu juga aku langsung bertanya apa dia serius dengan ucapannya. Dia hanya mengangguk.

‘Kenapa lu mau deh Yu, kan lu udah tajir melintir nih. punya kerjaan, jadi model juga. Emang masih kurang buat biaya hidup lu apa...?’.

‘Buat isi waktu luang aja, sama kalo lagi butuh tas baru tapi duit bulanan deddy udah abis ya aku pake duit itu lah...’.
Mendengar jawaban ayu aku langsung bisa memakluminya, memang anak ini sangat hobi belanja. Aku rasa pasionnya dia adalah belanja. ‘Aku juga melakukan ini ga terang terangan, hanya dikalangan tertentu aja, itupun harus lewat perantara orang ke tiga, dan engga semua tawan yang masuk aku terima kadang juga ada yang aku tolak..’.

‘Ouh, yaudah terus apa syaratnya gua bisa minta bantuan lu?, apa perlu gua hubungi orang ke tiga lu? Terus lu minta bayaran berapa...?’.

‘Hahaa, kaya kamu tau aja siapa orang ke tiga aku....?’.
Aku langsung menggelengkan kepala karna memang tidak tahu siapa orangnya. ‘Sebelum kamu bisa pake jasa aku. Ada satu tantangan yang harus kamu lewatin....’.

‘Tantangan apa..?’.

‘Kamu tadi bilang kalo engga bakal making love sama aku, jadi kamu nanti aku rangsang dan engga boleh sama sekali merasa kenikmatan. Kalo kamu mendesah satu kali saja atau merem untuk menikmati kenikmatan maka kamu gagal dalam tantagan ini. Aku juga engga bakal bantu kamu lagi, tapi kalo kamu bisa, kamu akan jadi orang ketiga sebagai perantara aku, gimana deal?’.
Ayu lalu menjulurkan tanganya untuk bersalaman.

Sakit, nih orang. Masa ngasih tantangan aneh banget sial sial. Hanya itu yang aku pikirkan dari semua perkataannya yang bisa aku serap. ‘Jing susah banget. Mana ada cowok yang tahan di goda cewek macem lu...’.

‘Ya terus gimana kamu mau engga? Kalo engga maaf aku belum bisa bantu kamu...’.
Dia menaikan ke dua bahunya sambil melebarkan tangan.

‘Oke deal....’. Aku nekat saja dari pada makin pusing, karna tinggal tiga hari lagi sebelum meeting itu di adakan.

‘Yaudah oke. Kalo gitu sekarang kita pesen makan dulu ya di resto bawah...’. Ayu kemudian berdiri, mengambil telephonya. ‘Kamu mau makan apa Dev....?’.

‘Terserah aja gua mah...’.

.

.

.


Seletah makan aku di ajak Ayu kekamarnya. Aku ditinggalkan sebentar di sini. Katanya dia mau membayar makanannya dulu. Aku jadi penasaran akan seperti apa tantangan dengannya. Membayangkan saja sudah membuat kepala atas bawahku menjadi pusing bagaimana kalau di lakukan. Tetap aku harus berusaha untuk tidak terbawa suasana saat dia datang nanti.

Suara pintu kamar yang bergaya modern minimalis terbuka. Datanglah seorang wanita berambut kecoklatan, putih, tinggi 175 cm serta langsing seperti gitar spanyol. Dengan mengenakan kemeja oversize tanpa celana. Dia perlahan membuka satu persatu kancing kemejanya sambil berjalan seperti di catwalk dengan badan tegap mata lurus kearahku. Kaki jenjangnya menyilang, sesekali dia menatapku nakal.



Melihat intro masuknya saja, mungkin kalian sudah panas dingin tidak karuan. Aku berusaha tetap terlihat biasa. Tidak acuh dengan apa yang dia lakukan. Tuhan selamatkan aku dari cobaan yang berat ini, semoga hamba bisa melewati bidadari yang sekarang sudah polos hanya menyisakan pantis berwana hitam. Ohh, lihat betapa bagusnya payudara dengan puting pink yang walau tidak besar tetap terlihat sangat kencang dan kenyal sayang aku tidak bisa menyentuhnya. Kembali aku bergumam dalam hati seraya berdoa.

‘Yu no Kissing ya...!!’.
Pintaku saat dia sampai di tepi tempat tidur.

‘Boleh, tapi kamu harus aku iket dan ga boleh bergerak. Kalau bergerak berarti kamu gagal...’. Mau tidak mau harus aku terima. ‘Oke deal...’. Dia berjalan ke lemari mengambil beberapa pasang borgol.

What, kenapa dia punya yang kaya gitu. Aku hanya bisa bertanya tanya heran kenapa dia bisa punya benda aneh macam itu. Secara terampil dia mengikatkan semua borgol tadi di masing masing kaki dan tanganku ke ujung tempat tidurnya. Sekarang aku sudah terpasung polos tanpa baju dan celana dengan kedua kaki serta tangan melebar ke masing masing ujung kasur.

‘Ayok kita mulai...’. Dengan senyum liciknya dia naik ketas kasur.

Dia duduk di antara kedua pahaku. Kakinya sekarang dengan perlahan menyentuh penisku yang masih tertidur. Secara perlahan lahan dia putarkan jari jemari kakinya di atas penis. Aku hanya bisa menarik nafas lalu membuangnya. Mencoba tidak mendesah atau bergerak sedikitpun apalagi merem. Rasa geli yang datang dari bawah memaksaku untuk mendesah.

‘Kenapa Vaannn?. Kok kaya ada yang di tahan...’. Dia mendekatkan wajahnya ke arahku. Tanganya yang dingin berjalan perlahan melewati perut menuju dada. Kemudian dia berbisik. ‘Enak ya, kalo enak lepasin aja...’. setelahnya dia jilat lubang telingaku, lalu tersenyum sangat menggoda.

Fuck!! perlakuan Ayu tadi membuat semua bulu kudukku merinding keenakan, sialnya aku sendang tidak boleh mendesah atau bergerak seolah merasakan keenakan. Aku tetap berusaha tenang sambil mengenggam erat tali borgol untuk menghilangkan rasa nikmat di sekujur tubuhku.

Saat kembali ke bawah dia turun sambil menciumi setiap jengkal tubuhku. Mulai dari leher, turun lagi ke dada. Dia sempat secara bergantian menghisap serta menjilat kedua putingku lalu turun lagi ke perut, kemudian ke ujung penisku yang lama lama bangkit karna semua rangksangannya.

Ahh, Ayu kampret enak baget lagi. Aku dengan makin kuat menggenggam tali borgol serta mengunci rapat rapat kedua rahangku agar tidak merasakan kenikmatan yang Ayu berikan. Dasar kurang ajar. Apa siksaan ini masih akan berlangsung lama oohhh fuckk!!.

‘Kenapa Devan, kamu kalo engga kuat desah aja gapapa. Dari pada menyiksa diri senidiri lohh…’.
Ucapanya di akhiri oleh ciuman lembut dan lama di ujung penisku.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala, sambil pura pura tersenyum. Agar menandakan bahwa aku baik baik saja. Sekarang aku bisa melihat ayu mulai memasukan seluaruh Penisku ke dalam mulut seksi dengan bibir tipis itu. Melihat itu aku hanya bisa menelan ludah. Menyaksikan serta merasakan penisku masuk kedalam lorong yang basah dan lembab.

Emutan dari Ayu bisa membuatku gila. Dia dengan terampil mengeluar masukan penisku kedalam mulutnya. Dengan lidahnya Ayu menjilat setiap inci penisku. Tidak ada yang terlewat dari liurnya ayu semua sudah tertutupi oleh liurnya. Mulai dari, penis, buah zakarku, hingga sun hole yang dengan susah payah dia gapai.

Ahhhh, anjiing enak banget bangke Ayu. Fucking great my god. Please safe mee!!. Aku hanya bisa menatap langit sambil mengumpat dalam hati menikmati rasa tidak wajar saat dia mencoba menyentuh sun hole ku dengan lidahnya.

‘haahh..haaahhh, Gimana sayang akuh enak engga tadi…’. Dengan wajah yang sudah memerah, dan nafas yang masih terdengar berat dia mendekatkan wajahnya yang sudah terlihat sayu di hadapanku. Aku hanya bisa menggeleng saja. Membohongi semua kenikmatan yang aku rasakan.

‘Sekarang gentian ya…’. Dia tersenyum manja kepadaku.

Ayu kini sekarang jongkok di atas mulutku. Pantisnya entah kapan sudah dia buka vagina dengan garis lurus polos tanpa bulu terpampang dengan jelas di atas wajahku. Lama lama vaginanya turun menutupi wajahku. Aku yang menggerti maksudnya langsung menghisap serta menjilat vagina Ayu.

‘Acchhh…’.

‘Aacchh….mmhhhggtt’.


Desahan manja diselingi oleh erangan erangan yang juga sangat menggoda. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan mabuk kepayang dibuatnya. Pinggulnya dia goyangkan saat mulutku terus bermain di bawah sini.

Seolah mencari kenikmatan sendiri yang dia rasakan. Aku juga makin terbawa suasana untuk terus mengaduk aduk vaginanya dengan lidahku. Sesekali aku gigit kecil klitorisnya yang membuatnya mendesah makin gila.

‘Aaacchh….’.

‘Enak sayang terusin….’.

‘Eenggghhh…aaacchh…’.


Ayu makin menikmati semua permainanku. Rasanya aku ingin sekali menemaninya untuk mendesah namun kalau aku lakuan itu, bisa bisa rusak semua rencanaku. Sekarang ayu memutar badanya dan kami melakakuan posisi enam Sembilan. Dia ambil penisku yang memang sudah sangat tegang dari tadi.

‘Mmmccchh…..’

‘Mmmgggghhh…’.

‘Acchhh….’.


Desah Ayu tertahan oleh penisku yang sendang dia kulum. Sementara aku masih terus menderita karna tidak bisa mengeluarkan perasaanku. Hanya tanganku yang sekarang sudah menjadi sakit karna selalu aku remas. Tapi memang apa yang Ayu perbuat di bawah sana sungguh nikmat dan professional. Seolah dia tau semua titik titik yang membuat lelaki tunduk padanya.

‘Devaan, aku udah mau sampeee…’.

‘Aacchh….’.

‘Aaacchh….’.

‘AAACCCHH….AAAAAAACCCCHHHH…..’.


Desahan panjang disertai goyangan pinggul dan keluarnya cairan cinta yang sangat banyak dari vaginanya. Adalah sebuah pertanda bahwa dia sudah mencapai puncaknya. Wajahku sekarang sudah bercampur liur dan air cinta. Ayu hanya tergolek lemas di atas pangkuanku.

Dadanya yang naik turun mengatur nafas sangat terasa olehku. Aku rasakan tangan mulus dengan jari lentik miliknya juga masih mengenggam penisku yang tentu masih berdiri dengan gagah dan kentang.

‘Yuu, udahkan? Bukaain dong keram nih gua, mana kentang lagi…’. Aku yang mencoba memanggilnya. Ayu masih tergolek lemas di depan penisku.

‘Hehee, iya udah kok. Bentar apa Devan aku masih lemes tau…’.

‘Iya, lu lemes gua kentang jir…’.


Ayu hanya tertawa lalu bangkit dari atas tubuhku. Dia kecup pipiku dengan lembut, lalu membuka semua borgol yang tadi mengikatku. Tangan dan kakiku akhirnya bisa bebas. Semua pergelangan kaki dan tanganku memerah, telapak tangan juga sama malah ada bekas tali dan kuku yang menancap disana.

‘Gimana enak ga tadi Van….’. Tanya Ayu dengan tetap mengocok penisku yang masih tegang. ‘Enak kok, apalagi kalo boleh Bersuara behhh lebih lepas…’. Dia hanya tertawa sambil menggaruk wajahku.

‘Sebagai hadiah nih gua bantuin biar ga kentang kentang banget..’. Ayu langsung memasukan penisku kedalam mulutnya

‘Ahhh, fuckkk…..’.

Desahan yang dari tadi tertahan akhirnya bisa keluar dengan bebas. Aku langsung memejamkan mata untuk menikmati setiap jilatan dan hisapan pada penisku. Sesuatu yang dari tadi tidak bisa aku lakukan, karna taruhan bodoh itu. Benar benar ketika memejamkan mata semua yang dilakukan Ayu menjadi lebih luar biasa.

‘Aaahhh…’.

‘Fuck girls, u are so good, damn it…’.

‘Terus yu aahhh, dikit lagi….aaacchh…..’.


Aku sudah merasakan nikmat, hingga rancuan yang keluar sungguh tidak bisaku kontrol. Aku hanya bisa bersandar bertumpu pada kedua tangan. Saat aku rasakan penis sudah mulai bergejolak seolah ada ledakan yang tidak mampu di tahan lagi olehnya. Dengan sangat berengsek Ayu menyudahi semua yang dia lakukan barusan.

‘Dah, sisanya kamu terusin sendiri aku mau mandi dulu dahh….’.

‘Anjing Yu, Ayu!! Sialan gua di tinggal…’.


Dengan terpaksa aku langsung mengocok sendiri penisku. Dia yang melihatku berusaha mengocok sendiri dengan tangan, hanya tertawa puas. Aku berkonsentrasi penuh untuk mengerluarkan semuanya. Aku coba memejamkan mata seolah Ayu sedang duduk dan mengoyang goyangkan vaginanya.

‘Aahhh…’.

‘Aahhh…’.

‘Crot…Crot…Crot….’.


Akhirnya setelah beberapa menit berjuang sendiri. Lahar putihnya keluar beberapa kali membasahi area selangkangan dan juga perutku. Aku coba mengatur nafas, lalu berbaring di atas kasur Ayu. Dari kejahuan dia hanya tertawa, Ayu sempat melihat aku yang ejakulasi sebelum dia pergi.

‘Devan kok encer? Pasti kemaren pas dinas luar kota kamu sex yaa….?’. Tanyanya saat kembali dari kamar mandi.

‘Sotoy, udah lah gua mau bersih bersih dulu…’. Aku segera bangkit ke toilet.

‘Hahaa. Itu kimononya dideket wastafel ya…!!’. Dia berteriak kepadaku.

.

.



Saat keluar aku melihat dia sedang berbaring di kasur. Aku langsung menyusulnya untuk duduk di tepi ranjang. Mengambil hp dan juga kaca mataku yang ada di atas nakas. Segera ku wa pak kevin dan yang lain untuk memberi tau bahwa, aku sudah menemukan wanita yang pas untuk job proyek hari rabu.

‘Yu, besok lu bisa ketemu ama bos gua ga di mall deket kampus…?’. Aku berbalik melihat ke arahnya.

‘Hmm, ngomongin job kamu itu? Boleh aja…’.

‘Sip, gua kabarin bos gua dulu..’.
Segera aku buat janji dengan para atasan, sengaja aku memilih tempat seperti waktu ada job dengan pak Budi. ‘Eh iya, Yu. Ini lu minta harga berapa…?’.

‘Biasanya si sekitar 40-50 Juta untuk satu kali shoot, itu belum termasuk uang belanja aku. Ya total total 60-70 juta, bisa kantor kamu ngasih aku segitu…?’.
Ayu yang menyebutkan harganya dengan sangat santai.

‘Pengalaman gua, si bos pernah berani ngeluarin duit sampe hamper serratus juta buat satu proyek. Tapi semua tergantung seberapa besar profitnya buat kantor…’.

‘Berati kamu dapet juga dong, kalo proyeknya gols. Berapa persen?’.

‘Iyaa, kecil kok cuman satu persen. Kalo lu nambahin mah gapapa yu…’.
Candaku padanya.

‘Boleh, kalo aku lagi engga butuh banget kamu ambil aja….’.

‘Yang bener nih yu, terus kamu kerja kaya gini buat apa, Buat Nyiksa orang doang ya kaya tadi?’.
Aku bertanya malas padanya.

‘Engga menjadi dominan itu menyenangkan tau Devan. Eh, kamu nginep sinikan ya...?’.

‘Boleh, gua juga lagi suntuk banget bosen di kosan....’.
Aku langsung berbaring di sebalah ayu.

Setelah itu tidak terlalu banyak obrolan, kami langsung tidur malam itu. Walau kami tidur satu kamar, tetap tidak terjadi apa apa. Aku hanya bisa memandagi Ayu tidur dengan lelap dan tenang. Pikiranku menerawang dan tidak pernah bisa lupa pemandang yang tadi aku lihat. Mungkin next aku akan mencari pacar yang keturuan bule juga agar dapat melihat sesuatu yang indah seperti dia. Atau adiknya saja ya yang juga model, tapi mana mungkin Ayu mengijinkanku dengan adiknya.

.

.

.

(hari ke 247)



Kami tiba di salah satu restoran menunggu Bu Vivian dan pak Kevin. Hari ini kembali pak Cris tidak ikut meeting di luar. Ayu tampak begitu tenang dan biasa aja, cendrung dia lebih ke cuek. Tadi pas kami kemari dia berpesan untuk memperkenalakan dirinya mengunakan nama belakang yaitu Roses. Aku yang sudah biasa dengan sebutan lain untuk nama seseorang tidak terlalu heran.

Kali ini bu Vivian dan pak Kevin datang secara bersamaan. Dengan hangat kami sambut mereka berdua. Ayu memperkenalakan dirinya sebagai Rose. Kami langsung memulai meeting siang itu juga. Aku sebagai seorang mucikari yang baru merintis lantas mempromosikan Ayu.

Mulai dari pekerjaannya sebagai model, ke fasiahan bahasa, kemampuan intelektualnya bagus, pengetahuan umumnya juga luas. Bu Vivian langsung setuju dan merespon baik semua info yang aku berikan. Namun pak Kevin sedikit ragu dengan Ayu. Aku coba kembali meyakinkan mereka, bahwa pilihanku akan selalu tepat.

Aku juga kembali mengigatkan masalah Lilith pada mereka. Jangan sampai terulang kembali dan membuat perusahaan mengeluarkan uang yang cukup banyak. Pak kevin kemudian bertanya berapa harga yang di patok oleh Rose. Sesuai yang aku diskusiakan dengan Ayu kemarin. Harga untuk sekali kencan dengan Ayu adalah lima puluh Juta ditambah biaya untuk belanja sepuluh juta.

Mereka berdua sempat berunding lumayan alot sepertinya. Pada akhirnya mereka setuju dengan harga yang di berikan. Hari ini adalah weekend jadi pak Kevin tidak bisa mengeluarkan uang untuk belanja Ayu, mau tidak mau aku pakai uangku terlebih dahulu baru hari senin di ganti oleh Kantor.

.

.

Kami berdua langsung berbelanja pakaian berkeliling beberapa mall di ibu kota. Hari ini untung aku membwa mobil Ayu yang autometic. Coba bawa Rojo bisa pegel kakiku, entah walau hari minggu tetap saja ibu kota macet luar biasa. Selesai berbelanja akhirnya kuantara dia ke apartment, lalu mengganti mobil untuk langsung pulang ke kosan.



(hari ke 249)


Kami sudah di gedung meeting sinar perak. Kali ini aku dan Ayu sebagai perwakilan dari Sinar Kepaus. Saingan kami ada sekitar tiga vendor yang memiliki pruduk sejenis dengan kualitas serupa. Perwakilan Sinar perak adalah bapak Nunung Aristio Santoso sebagai arsitek kepala di dampingi oleh dua orang desain interior manager dan satu notulen rapat.

Kami memberikan beberapa rekomendasi yang sesuai agar masuk dengan desain rumah, mulai dari ukuran, ketebalan, bentuknya, dan lain sebagainya. Para kompetitorpun juga mempunyai tipe dan jenis yang hampir mirip. Memang persaingan sangatlah ketat di industri ini. Mereka juga terdiri dari tim dua orang, wanita dan pria. semuanya good looking, apa lagi wanitanya. Dengan pakaian yang ketat namun sopan, walau rok yang dikenakan berada di atas lulut.

Meeting selesai setelah semua mempersentasikan materi yang di bawa. Kami sengaja keluar terakhir, karna memeng untuk mengajak pak Nunung makan siang bersama. Aku dan Ayu bersalaman dengan beliau sambil mengajakanya makan siang Bersama di mall dekat kantor Sinar perak. Dengan senang hati pak Nunung mau mengikuti kami.

Aku beralasan bahwa kami membawa replika barang, agar beliau bisa memilih dan melihat betuk real dari produk sinar kepaus. Memang sengaja kami sudah menyiapkan barang itu di mobil, tinggal di keluarkan saja. Saat makan Ayu mulai mencari perhatian beliau dengan kepintaran, dan interktualnya.

Tidak butuh waktu lama pak Nunung langsung terpikat dengan kecantikan dan inner beauty yang terpancar dari Ayu. Sesuai rencana Ayu mengajak pak Nunung ke kamar hotel yang juga masih dalam komplek perkantoran Sinar Perak. Aku menunggu hampir satu jam setengah di dalam mobil.

Aku menunggu dengan sedikit cemas karna Ayu belum menelephone untuk di jemput. Akhirnya hampir dua jam dia menelephone bilang untuk menjepunya di lobi hotel. Dari kejauhan aku bisa lihat wajahnya tampak biasa saja, walau riasannya sudah sedikit memudar, bajunya juga sedikit acak acakan.

‘Gimana...?’. Aku langsung bertanya saat ayu sudah menutup pintu. ‘Tara.....!!’. Dia berbalik menunjukan surat bertanda tangan pak Nunung.

‘Anjaaayyyy.......’. Aku langsung tersenyum lebar penuh kemenangan.

‘Ahh its easy dude...’. Dia berbicara dengan nada sombong.

‘Yaudah karna lu udah berhasil untuk merayakannya gua beliin sesuatu yang bagus buat lu...’.

‘Mau beliin apa si kamu, Tass? Udah banyak Devan...’.

‘Bukan, udah ikut aja....’.
Aku hanya mengerling kearahnya dan mengarahkan mobil ke RYG.

Aku suruh Ayu menunggu sebentar di mobil. Aku langsung menemui Robert yang kebetulan ada di bawah. Ku minta dia sebuah wine dengan tahun tua milik RYG, serta sebuah barang lain milik om Hartadi. Robert bisa memberikan wine dengan geratis namun kalau barang jualan milik om Hartadi tidak. Aku langsung bilang akan membayarnya untuk satu paket.

Dengan cekatan Robert dibantu Buyung menyiapkan pesananku. RYG sore ini lagi sepi, jadi santai kami transaksi di sini. Aku membayar dengan sisa uang tunai bekas belanja Ayu kemarin. Setelah itu langsung pamit, karna tidak enak Ayu menunggu terlalu lama.

‘Nih buat hadiah lu...’. Aku berikan semua belanjaanku ke dia.

‘Apa nih...’. Dia langsung membuka paper bag yang aku berikan. ‘Ihh, kok kamu tau stok yang ini udah abis di apartment, mana tahuanya lumayan tua lagi...’. Dia yang melihat merek wine import yang RYG punya.

‘Senengkan lu...’. Aku tersenyum gembira melihat Ayu senang.

‘Iyaa, makasih ya Devan...’. Dia langsung mencium pipiku. ‘Kok kamu bisa dapet ini, di sini mana legal lagi. pasti mahal ya...’.

‘Gua mah jalurnya banyak yu. Hahaaa....’.
Aku yang tertawa sombong padanya sambil memundurkan mobil dibantu member BG yang sedang jaga parkir. ‘Gratis kalo winenya mah. Yang bayar itu tuh, hadiah gua yang satu lagi...’.

Dia yang baru sadar ternyata di dalam paper bag itu masih ada sebuah bungkusan kecil selain wine tadi. Dia mengambilnya lalu memandangku heran. Aku langsung menebaknya kenapa bisa tau kalau dia memakai barang itu. Ayu dengan polosnya menjawab iya, dia membenarkan semua tebakanku.

Aku tidak memberi tahunya kenapa aku bisa tau. Yang jelas aku hanya menyuruhnya ini menjadi rahasia di antara aku dan dia saja. Jangan sampai anak kampus apalagi abang Ucok tau. Dia menerima permintaanku, kembali satu ciuman mendari di pipiku karna dia sangat senang menerima kedua hadiah dariku.

Semenjak itu aku diberikan kontak WA dengan nama white Roses. Secara resmi aku sudah menjadi salah satu mangernya dalam bisnis perlendiran. Semua yang berhubungan dengan Roses harus melewati perantaraku dulu. Dia juga mengijinkan aku menaikan harga bila itu dibutuhkan. Asalkan bilang ke dia terlebih dahulu.

.

.

(masa sekarang)


Aku dan Agne baru selesai makan siang sambil bercerita masalah Ayu dan Veronica. Dia terlihat biasa saja mendengar semua ceritaku mengenai mereka. Tidak ada kesan cemburu seperti dengan Gemini dan Luna kemarin.

‘Jadi begitu ya salah satu cara uang tabungan kamu di atm mominalnya bisa sampe segitu...’. Agne yang bertanya langsung Setelah aku selesai bercerita.

‘Iyap, dari menang tender komisiku lumayan lah...’.

‘Ouh, pantes kemaren di rumah sakit engga mau di ganti duitnya sama ibunya ADE kamu ya....’.
Agne mulai lagi membahas masalah andria.

‘engga gitu Nee astaga, kan udah aku jelasin kemarin...’. Aku yang memutar bola mata malas. Membuang nafas dengan kencang karna tau ini akan menjadi pertengakrang yang merusak mood.

‘Yaudah, itu uang kamu terserah mau di apain juga. Eh, tapi jangan jangan untuk projek yang di bali kamu mau kasih papi wanita kaya gitu juga lagi...!!!’. Agne langsung mendelik menyeramkan kepadaku.

‘Hehee, sabar sabar sayang, engga kok. Emang si tadinya bu Vivian pengen minta bantuan Ayu..’. Agne langsung mencubit tanganku. ‘Tuh kaaan, engga boleh pokoknya, Awas aja ya kamu....!!’.

‘Aww, sakit Ne, astaga. Dengerin dulu ih orang belom selesai juga masih ada tapinya tau...’.
Aku mengosok gosokan tangan yang berubah menjadi merah karna cubitan Agne yang sakit luar bisa.

‘Yaudah terusin, lagian kamu cerita setengah setengah...’. Dia yang membuang muka sambil menahan senyum.

‘Orang kamu yang motong si...’. Aku ngedumel pelan. ‘Apa...?!’. Bentaknya padaku.

‘Enggga, Jadi karna itu adalah papi kamu menurut aku dengan ketampatan calon mantu idaman seperti aku aja udah cukup buat luluhin hati papi kamu...’. Dengan senyum menjijikan aku sombong depan Agne.

Dia kemudian tertawa mendengar celotehan asalku. Aku lega dia sudah tidak marah lagi, tapi pertanyaan yang aku benci kemudian terlontar dari mulut wanita yang aku cintai namun aku juga benci ketika sudah berlaga seperti deketif ini. Soalnya bila Agne sudah seperti detektif maka seorang sharelock homes dan sinicikudo bisa dia kalahkan. Agne itu levelnya sekelas dengan detektif kogoromori.

‘Kamu waktu tugas luar kota itu sama siapa?’.

‘Sama mba Rina...’.

‘O, Terus ke bali nanti sama mba Rina juga...?’.

‘engga, sama bu Vivian..’.


Agne menyudahi pertanyaannya. Aku langsung menarik nafas lega. Aku kira dia akan bertanya masalah dinas tiga hari itu. Setelah kenyang kami putuskan untuk pulang ke kosanku. Di mobil kata kata yang keluar mengenai orang yang selanjutnya akan aku ceritakan begitu diluar dugaan. Agne menyebutkan nama....

TO BE Continue......
 
Terakhir diubah:
Ohayooo gozaimasss semuanya. sehat kah kalian semua di masa pande mi saat ini. mana di ibu kota besok psbb lagi. sungguh malamng nasib sugoyyy.

sugoy kembali setelah beberapa minggu kehilangan mood menulis cerbung karna ada alasan alasan yang tidak bisa di ungkapkan. Oh iya apa di sini ada yang masih setia membaca versi wattpad klo ada sudah ada part baru bisa kalian klik di sini untuk part 5. magang dan untuk part 6 bisa kalian klik di sini

selamat membaca cerita baru dari lilith dan roses semoga teka teki yang belum terpecahkan soal dua wanita misterius ini bisa terpercahkan. heheeee jgn lupa tinggalakan like dan juga komennya semuaa cayooooo :kacamata::kacamata::kacamata::kacamata::kacamata:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd