19. Lilith with Roses.
(hari ke 80)
POV Devan
Aku terbangun karna suara alarm yang bersik. Sesungguhnya aku sedang malas malasnya untuk bangun terlebih, masih ada wanita yang tidur di sebelah. Semalam memang andria menginap di kosan karna kami baru pergi melayat kalau tidak salah. Walau bukan pertama kalinya dia kemari dan menginap tetap saja itu membuatku ingin selalu jahil dengan tubuh putih bersih nan indah miliknya.
‘de...ade....!’. Aku menggoyang goyangkan badannya yang tertidur tengkurap disebelahku.
‘cup..’. Aku cium pipinya karna tidak bangun setelah ku goyangkan badannya beberapa kali.
Kulihat dia mulai membuka mata.
‘ayo bangun udh pagi kamu kerja engga hari ini de...?’.
‘aku kerja, kamu anterin aku ke rumah dulu ya...’.
‘iya aku juga mau kekantor hari ini..’.
Aku tinggalkan Andria ke kamar mandi. Saat kembali dia sudah duduk di tepi kasur walau masih menyelimuti tubuh polosnya dengan selimut. Matanya masih sangat sayu aku dekati dia lalu mencium bibirnya. Dia hanya menongak lalu tersenyum kemudian berlalu ke kamar mandi sambil memunguti baju yang tergeletak di lantai.
‘de jangan lama lama mandinya.....!!’. Aku teriak padanya lalu menyalakan rokok sambil menunggu dia mandi.
Ketika ingat andria tidak membawa handuk, langsung aku ketuk pintu kamar mandinya lalu meletakan handuk di gagang pintu. Kemudian berteriak bahwa handuknya ada di gagang pintu. Ku cek hp siapa tau ada pesan penting atau semacamnya dari kantor. Karna aku belum lama kerja di kantor ini jadi harus lebih sigap.
.
.
.
.
Aku sampai kantor setelah mampir mampir dulu dari kosan andria lalu kekantornya. Sampai kantor jam 09.40 salah aku tadi memakai rojo harusnya pakai malaika aja. Segera aku lari ke atas tanpa menyapa para resepsionis cantik yang begitu melihatku langsung berdiri tadi.
‘maaf saya terlambat...’. saat melihat teryata ruangan sudah kosong tidak ada orang.
‘sial udah pada di ruang meeting nih..’. segera menaruh tas ke mejaku langsung naik ke ruang meeting.
Saat tiba di lantai empat teryata semua sudah berkumpul di atas. Ada pak Topik, mba Rina, mba Yuni, dan para atasku. Pak Kevin yang melihatku dari pintu kaca ruang meeting langsung menyuh masuk. Tentu aku langsung meminta maaf karna keterlambatanku. Ternyata mereka sedang mengevaluasi minggu lalu.
Ketika aku masuk beberapa bulan lalu kantor ini benar benar kacau. Bukan sepenuhnya kesalahan dari kantor, tapi sebagaian dari para kontraktor dan suplier. Memang untuk menjalankan sebuah perusahaan berkembang membutuhkan suntikan modal besar. kalau bosku tidak mempunyai modal cukup mungkin prusahan ini pasti sudah koleps dari dulu.
Saat aku masuk beberapa bulan lalu sangat semerawut. Banyak barang yang belum bisa dikirim, banyak barang yang harusnya belum di kirim tapi sudah ready serta harus keluar. Alhasil di tolak oleh kontraktor karna mereka tidak punya gudang untuk menerimanya. Lalu kemana barang itu. Kami akhirnya menyewa gudang untuk menyimpan sementara barang tadi.
Setelah aku dan pak Topik masuk sekarang agak lebih termanage. Karna tugas kantor ini juga aku sekarang lebih jarang jalan dengan andria. Mungkin sekarang lebih cendrung ke mencuekin dia dan hilang tanpa kabar. Walau kami sama sama belum berkomitmen untuk pacaran tapi, kedekatan aku dan andria lebih dari pacar. Freands Zone adalah istilahnya sekarang.
‘Devan, Tofik jangan turun dulu ya kita masih ada perlu di bahas...’. ucap pak kevin setelah menutup meeting tadi.
‘Baik pak..’. aku dan pak Topik menjawab secara bersamaan.
‘Devan, Tofik seperti kalian tau beberapa minggu lagi akan ada meeting tander untuk proyek baru.’. pak Kevin mulai berbicara saat mba Rina dan mba Yuni keluar.
‘Nanti akan banyak kompetitor yang akan menggunakan berbagai cara untuk mendapat gols dari developer..’.
Mendengar itu aku dan pak Tofik yang duduk di sebalah saling menatap sebentar lalu kembali melihat ke arah pak Kevin. Sepertinya aku sudah tau tujuan dari ini semua.
‘Kira kira kalian berdua punya ide apa untuk kita supaya mendapat gols dari developer...?’. pak kevin serta para atasku melihat ke arah kami.
‘Kita harus mempersepsikan dengan baik pak...’. jawaban pak Tofik polos.
‘Iya itu juga pasti, dan itu nanti kalian yang akan mengurus itu. Untuk pemperian produk knowledge pada tim asitek..’. respon pak Cris saat mendengar jawaban pak tofik.
‘Kalo menurut kamu Devan....?’. tanya bu Vivian.
‘Apa kita boleh melakukan sedikit gratifikasi...?’. tanyaku percaya diri.
Mereka bertiga saling melihat satu sama lain, kemudian pak Kevin tersenyum. Melihat itu aku mengerti mungkin jawabanku benar.
‘Apa jawaban saya salah pak...?’. aku memastikan lagi mengenai jawaban yang tadi.
‘Jadi gini ya devan. Seharusnya tidak diperkenankan melakukan gratifikasi dalam bentuk apapun karna bila itu terjadi kita akan di blacklist oleh developer ini..’. terang pak Kevin.
‘Tapi..’.
‘Tapi apa pak Kevin..?’. aku penasaran mengenai jawabannya.
‘Jadi gini Van, kita bisa saja melakukan itu tapi sebelumnya harus tau dulu siapa asitek kepala yang akan menangani proyek itu..’. Pak Kevin mulai membenarkan posisi duduknya.
‘Mencari tau siapa arsitek kepalanya terlebih dahulu menjadi hal mutlak agar kita tidak salah mengambil keputusan..’.
‘Tugas tambahan kalian sekarang saat sedang di lapangan adalah cari informasi dari project manager mengenai siapa aritek kepala untuk proyek terbaru itu..’. bu Vivian menambah penjelasan pak kevin.
Kembali aku dan pak Tofik mengiyakan permintaan mereka. Pekerjaanku makin banyak saja. Karna proyek terdekat adalah di wilayah tanggung kota berarti aku harus mulai lebih sering berada di lapangan untuk mengobrol dengan para kontraktor serta project manager. Aku juga bertanya apa kami boleh mengajak para pm untuk ke karoke atau semacamnya. Pak Kevin tidak keberatan selama masih berhubungan dengan pekerjaan.
.
.
.
.
.
(hari ke 92)
Hampir dua minggu aku sibung menjilat mondar mandir. Setiap pulang dari kantor atau proyek pasti lebih malam. Pengeluaran minggu ini juga lebih banyak aku sampai lebih pusing mengatur keuangan. Semua aku lakukan untuk mendapat nama seorang Budi prasetio saja. Dia adalah aritek kepala untuk proyek terbaru tersebut.
Hari ini aku langsung menuju salah satu mall dekat kampus untuk janjian dengan pak kevin beserta yang lain. Kami akan membahas masalah pak Budi yang menurut beberapa PM yang aku ajak ke karaoke dan makan beliau bisa di gratifikasi. Aku tiba lebih cepat dari jadwal pertemuan dengan mereka. segera aku memesan tempat di salah satu restoran.
Yang pertama datang adalah pak Topik. Dia masih saja menggunakan baju yang lumayan rapih, polo shirt dengan tas gendongnya. Berbeda denganku yang hanya menggunakan kaos dan jaket. Dia langsung menyapaku ketika baru sampai depan restoran. Memang aku pesan tempat yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk restoran agar mudah untuk di cari.
Aku dan pak Topik tidak banyak mengobrol hanya sesekali saja. Aku lebih sibuk untuk membalas wa andria sekalian nitip absen. Sudah sangat jarang ku kontak dengan dia karna masalah gratifikasi ini. Aku juga dengar katanya dia sedang di dekati oleh seorang cowok senior kampus yang berbeda jurusan dengan kami.
Walau aku sedikit cemburu tapi toh bisa apa. Aku dan dia hanya sebatas teman tidak lebih. Cukup lama kami menunggu pak Kevin dan para atasan belum ada yang datang juga. Aku bahkan sudah menghabiskan satu gelas minuman.
‘pak devan itu bu Vivian..’. pak Topik memberi tahuku kalau dia sudah melihat bu Vivian.
Aku langsung melihat ke arah pintu masuk. Benar sudah ada sosok wanita yang luar biasa modis, mungkin kalau bukan atasanku sudah aku goda dia. Ketika bu Vivian lewat banyak mata laki laki yang melihat kearahnya. Memang walau sudah berumur tapi masih terlihat awet muda. Tipikal istri yang memanfaatkan uang dari suami dengan benar.
‘siang semua, pak kevin belum datang..?’. Bu Vivian menghampiri kami berdua.
‘siang bu..’. kami berdua langsung berdiri serta memberikan salam pada bu Vivian.
‘belum baru kami saja yang tiba..’. aku menjelaskan sambil memberikan kursi untuk bu Vivian duduk.
‘terima kasih devan..’. Bu Vivian tersenyum sangat manis kepadaku.
‘Oh iya kemungkinan pak Chris tidak bisa hadir jadi kita tinggal menunggu pak Kevin saja..’.
‘Oh begitu ya bu..’. pak Topik memberi respon
‘Jadi gimana devan kamu sudah dapat infonya...?’. Bu Vivian langsung melihat ke arahku.
‘Sudah bu saya juga sudah menjelaskan juga tadi sedikit ke pak Topik..’.
‘Lalu bagaimana..?’.
‘Jadi arsitek kepala untuk proyek di Sutra Semesta nanti namanya adalah pak Ir. Budi prasetio, beliau memang bisa di gratifikasi biasanya beliau aga lemah dengan wanita bu..’.
‘Lalu apa masalahnya..?’. bu Vivian langsung bertanya ketika melihat wajahku yang seperti ragu ragu untuk menjelaskan kelanjutannya.
‘Emm begini bu...’. saat aku mau menjelaskan ku lihat pak Kevin sudah datang.
‘Maaf bu itu pak Kevin sudah datang..’.
Mereka berdua langsung melihat ke arah pintu masuk restoran. Bu vivian langsung berdiri bersama dengan aku dan juga pak Topik. Sama seperti bu Vivian tadi kami menyembut pak Kevin yang berdandan agak santai dengan kaus serta celana pendek model bahan sambil membawa tas GYM.
Saat pak Kevin duduk aku langsung memanggil Pelayan. Kami memasan makan terlebih dahulu saat pelayan datang. Setelah pelayan pergi pak Kevin langsung menanyakan bagaimana apa aku sudah mengetahui siapa yang akan menanggani proyek Sutra Semesta. Saat mendengar nama Budi prasetio pak Kevin seperti tidak asing. Matanya mulai melihat ke atas seperti menerawang mengingat nama itu.
Aku juga mulai menjelaskan masalah yang belum sempat tersampaikan tadi kepada bu Vivian. Bahwa kita harus mengeluarkan dana cukup besar karna menurut rumor beliau tidak mempan dengan wanita biasa. Nantinya beliau malah akan melaporkan balik kita dan memeras bila menurutnya perempuan yang di sogokan untuknya kurang kompenten dalam melayani.
‘kita bisa menyeretnya juga dong pak devan kalau seperti itu..’. pak topik memberikan pendapat setelah mendengar perkataanku.
‘sepertinya saya tau siapa dia..’. pak Kevin mulai menginggat siapa pak Budi sebenarnya.
‘Dia merupakan orang dekat dengan salah satu pemegang saham terbesar di AgengKusmoro Land...’.
‘Lalu bagaimana pak..?’. aku melihat pak Kevin dengan penuh pengharapan.
‘Apa tetap kita lanjutkan untuk mengambil resiko ini..?’.
Aku lihat pak kevin mulai memaikan jarinya. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Semantara ku lihat bu Vivian juga sama dia mencoba menemukan solusi terbaik untuk gamebling yang kami hadapi ini. aku dan pak Tofik juga ikut berfikir, di tambah waktu meeting tandernya hanya beberapa hari lagi.
‘kamu bisa mencari kira kira wanita yang pas untuk pak Budi ini..?’. pak Kevin mulai merubah posisi duduknya menjadi lebih tegap.
‘saya punya kenalan orang yang cukup berpengalaman untuk masalah ini pak, tapi untuk sejauh mana dia masuk dalam keriteria atau tidak saya belum bisa menjamin...’.
‘Gimana Vivi..?’. Pak Kevin melihat ke arah bu Vivian mencari pendapat.
‘Kita coba saja dulu pak. Mungkin calon yang di ajukan devan harus bertemu dengan kita terlebih dulu bagaimana..?’.
Pak Kevin mulai kembali berfikir.
‘Hmm, baik kapan kamu bisa memberi nama nama calon untuk masalah ini pada kami...?’.
‘Paling lambat senin besok pak waktu meeting...’. Aku dengan lantang menjawab.
‘Aku setuju oke dengan itu. Kalau Devan tidak bisa membawa beberapa refrensinya pada kita sampai hari senin maka kita akan lalukan dengan cara normal saja..’. Bu Vivian melipat kedua tangannya ke dada.
‘Oke. Tofik kamu juga harus mencari beberapa refrensi siapa tau akan bisa menjadi backup untuk Devan..’.
‘Baik pak...’.
‘Maaf pak. Sama satu lagi, Bila saya dapat namun memerlukan biaya yang lumayan besar bagimana kira kira..?’.
Aku yang bertanya mengenai masalah pembayaran. Aku tau dia atau anak buahnya tidak akan mau di bayar murah untuk melakukan pekerjaan ini. Pak Kevin dan bu Vivian saling menatap kemudian dia berbicara bahwa akan memberikan dana berapapun untuk kelancaran proyek pembagunan komplek apartemen ini. Ditambah aku akan mendapat bonus bila mencapai deal dengan developer.
.
.
.
.
Aku baru selesai wasapp Ngamar bertanya apa nanti malam ada kopi darat di RYG. Pak Topik, pak Kevin, dan bu Vivian sudah pergi semua. Hanya aku yang masih ada di mall karna memang sudah terlambat untuk ke kampus sekarang. Aku juga barusan wa dengan ayu katanya dia ingin makan siang di mall ini.
Sekarang kami mulai dekat dengan ayu. Walau tidak terlalu dekat tapi setidaknya kadang dia suka duduk bareng dengan aku, riki, jojo dan bang Ucok saat di danau. Sebuah kebanggan tersendiri bisa nongkrong bareng sama cewek yang cukup terkenal.
Ayu pernah masuk dalam akun cewek cewek cantik di IG. Ternyata dia adalah seorang model selain sebagai pegawai swasta. Aku harus berterima kasih kepada riki karna kalau bukan dia yang mulai bertekat untuk mendekati ayu dulu kami tidak akan menjadi dekat seperti sekarang.
‘Hallo yu lu dimana..?’. Aku menelephone ayu karna terlalu lama wa ku dibalas olehnya.
‘Aku baru turun Stopcar bentar. Kamu di lobby mana..?’.
Dia dari kampus ke mall yang tidak lebih dari lima kilo meter saja naik Stopcar dasar orang kelewat cantik mah susah. Dumelku dalam hati.
‘Gua di lobi selatan yu..’. Aku langsung melihat kesekeliling siapa tau bisa melihat ayu.
‘Yaudah tunggu di situ ya devaan..’.
Tidak lama aku bisa melihat wanita blasteran cantik luar biasa datang dengan menutupi wajahnya dari sinar matahari siang ini. dia tampak begitu casual dengan kemeja motif anjing serta jelana denim ketat warna hitam dengan sepatu
yeyzy hitam bercorak putih dari Addios. Tidak ketinggalan tas jinjing merek ternama yang pasti original dan mahal.
‘Haii. Maap ya macet soalnya tadi di depan kampus..’. Sapa Ayu saat baru menghampiriku.
‘Ye lau lagi si bos dari kampus ke sini pake Stopcar...’. Gumamku padanya sambil memasukan tangan ke kantung celana.
‘Yaudah yuk makan....’.
Aku dan ayu masuk kedalam mall untuk mencari resto. Sebenarnya aku sudah makan saat meeting tapi, karna dia mengajak untuk menemaninya makan jadi ku terima saja. Toh kapan lagi saat jalan di mall sama wanita secantik dia. Semua mata laki laki yang melihatku jalan dengan ayu seperti iri dan tidak percaya.
Tingkat kepercayaan diriku saat berjalan bersama ayu meningkat seribu persen dari biasanya. Semua orang yang melihat kami jalan beriringan sambil sesekali mengobrol seolah tidak percaya ada orang seperti aku yang bisa berdampingan dengan wanita seperti ayu. Seolah kami bagaikan langit dan bumi. Tapi aku tidak perduli.
‘yu kok lu ga ajak anak anak dah..?’.
‘hmm mereka ga mau tadi di ajak..’. jawabnya santai sambil matanya melihat beberapa toko baju yang kami lewati.
‘eh tadi kamu kemana dah kok ga kelas..?’.
‘Gua abis ada meeting urusan kantor soal gratifikasi gitu...’.
‘Ouuhh...’. Dia berhenti lalu masuk kesebuah toko baju.
‘Devan sini dulu..’.
‘Lah kok lu jadi shopping si kan tadi katanya mau makan..’. aku menepuk jidad sambil mengikutinya masuk kedalam sana.
‘Namanya juga cewek..’. Jawab dia santai sambil matanya memilih pakaian.
Aku hanya berdecih malas mendengar alasan klasik semua wanita. Aku duduk di salah satu sofa yang di sedikan sementara ayu sudah di hampiri oleh SPG toko. Dia mulai berbicang bicang sambil memegang baju yang di pajang oleh toko ini. Aku meninggalkannya sambil main hp saja karna malas juga mengurusi ayu. Mending ngechat dengan andria lebih berfaedah.
.
.
.
Aku dan Ayu turun dari Rojo mobil
nyaris merah kesayanganku. Kami berdua baru sampai kampus setelah makan dan menemani ayu memilih pakaian tadi. Dia hanya membeli tiga baju di satu toko saja bisa menghabiskan waktu hampir satu jam. Begitu sampai danau aku bisa melihat bang Ucok, Riki, Jojo, Bone, kang Wisesa, Kuma, dan Yuwen. Mereka asik mengobrol dan merokok membuang waktu menunggu jam kuliah.
Kami langsung menyapa mereka. banyak yang bertanya dari mana saja aku tadi sampai tidak masuk kelas. Ku jawab saja sedang ada urusan kantor. Kami mulai merokok hampir semua merokok yang tidak hanya kang Wisesa, Bang Ucok dan Kuma. Banyak obrolan yang tidak penting di bahas oleh kami.
Saat melihat Andria lewat bersama Kara, Dado, dan beberapa maba lain aku langsung memberikannya senyum. Dia melihat kearah kami tapi bukanya membalas senyumanku dia malah menegur bang Ucok dan kang Wisesa. Andria mengingatkan kami agar segera masuk kelas karna sudah ada dosen. Kami hanya mengiyakan saja, aku hanya bisa melihat dia pergi dengan tersenyum entah dia melihatku atau tidak.
Kang Wisesa mengajak kami masuk ke kelas. Dia berjalan lebih dulu bersama Riki sementara aku berjalan terakhir karna harus mengambil tas di mobil dulu. Sambil jalan menuju kelas mereka mulai membahas kemana kami setelah pulang kuliah nanti. Banyak yang memberi masukan ide. Aku tidak memberikan masukan karna tidak bisa ikut juga.
.
.
.
Kelas pak Mulya pun selesai aku segera turun bersama Ayu. Dia ingin mengambil belanjaanya yang tadi di taruh mobil. Setelah selesai Ayu langsung pamit pergi sementara aku masih di dalam mobil menunggu andria yang ingin di antar pulang karna dia tidak membawa kendaraan hari ini.
Setelah mengantar andria dan juga mengobrol bersama dia dan teman temanya aku pamit. Mobil langsung aku arahkan ke Cigedug karna Ngamar sudah menunggu. Sampai di RYG jam 20.00 tempat ini masih sangat sepi. Aku langsung parkirkan mobil di depan lalu naik ke sekret di lantai tiga distro.
‘Woi mar, lu entar temenin gua ketempat Vee..’. Tanpa basa basi aku langsung mengejakya ketika melihat dia.
‘Ngapain lu tiba tiba minta anterin gua ke tempat vee..?’. Dia menjulurkan tangannya padaku untuk tos.
‘Kangen ngewe ya lu..?’.
‘Bukan BANGSAT...!!!’. Aku menepuk tangannya dengan sedikit keras.
‘Lah terus buat apa lagi..? Gada angin ga ada ujan langsung ngajak ketempat vee lu..’.
‘Buat lobi klien kantor gua...’. Aku langsung duduk di sebelahnya.
‘Ngapain. Orang vee entar malem dateng ke kopdar kok...’.
‘Tumben..’. Aku heran kenapa Vee mau datang ke kopi darat BG setelah sekian lama sibuk dengan bisnisnya.
‘Ga tau lagi ada masalah kali, mungkin lagi nyenggol orang...’. Ngamar menjawab asal sambil membakar rokok.
‘ Tapi nanti kalo lu jadi ke tempat Vee gua ikut yaa..’. Dia terseyum sambil mengedip kedipkan matanya yang membuatku jijik.
‘Yaudah tapi gua pinjem Jaket soalnya gua baru dari kampus engga bawa persiapan...’.
‘Lu tu ya nyusahiin orang mulu kerjaan nyee..’. Ngamar bangkit pergi ke bawah.
‘Sok banget si anjing kaya lu kaga sering ngerepotin orang aja...!!’. Aku berteriak sedikit aga keras supaya dia mendengar.
Saat dia kembali sudah membawa satu jaket dengan lambang BG entah punya siapa. Aku bertanya padanya ini jaket siapa dia tidak menjawab katanya pakai saja dari pada nanti suruh push up karna tidak membawa atribut. Itu merupakan salah satu peraturan bagi setiap anggota menggunakan atribut dalam kopi darat tiap malam minggu.
.
.
.
Hari semakin malam dan sudah banyak anak anak BG berkumpul. Kami mengobrol di parkiran distro karna RYG sedang banyak pengunjung. Motor para member baru juga di taruh di seberang agar tidak mengganggu. Hanya mobilku yang masih terparkir di depan RYG sisanya hanya para pelanggang.
‘Hy Vee. gua ada bisnis nih...’. Aku yang langsung to the poin saat melihatnya selesai mengobrol dengan ketum.
‘Yaudah ke tempat gua aja lah...’. Ucapnya santai sambil menghisap rokok yang ada di tangannya.
‘Urusan kantor lu belom beres juga dari kemaren...?’. ketum yang tau masalah gartifikasi kantor. Karna aku selama satu minggu ini mengajak para PM untuk karaoke di tempatnya.
‘Iya gitu deh tum..’ Ketum yang mengerti hanya mengangguk dan tersenyum
‘tapi gua butuh yang high class ya Vee...’.
‘Asal budgetnya cukup mah gua sediain Van...’.
‘berapa yang luminta pasti di kasih...’. aku meyunggingkan senyum pada Vee.
‘Yaudah Kalo gitu. ke tempat aku aja...’. Dia menjawab setelah mengetik di Hpnya.
‘Gua ikut Dongg kalo ke tempat lu, Vee...!!’. Ngamar yang tiba tiba datang entah dari mana.
‘Tum liat nih tingkah anak buah lu, giliran urausan ngewe cepet banget..’. Aku langsung memiting lehernya Ngamar lalu memberikan sedikit jitakkan pada kepalanya.
‘Hahaa..’. Aku, ketum dan Vee hanya tertawa.
‘Woi anjing lepasin bangsat..!!’. Ngamar yang mulai meronta sambil sedikit berteriak.
‘Dasar babi emang lu...’. Ngamar yang marah marah ketika aku lepaskan dia
‘Van naik apa..?’. Tanya Vee setelah melihat hpnya lagi.
‘Bawa mobil kenapaa...?’.
‘Kita ketempat gua sekarang aja...’. Aku melihat jam ternyata baru jam 23.40.
‘sekarang..?’. Aku memastikan kembali ajakannya
.
‘Iya. Gua ambil tas dulu di atas...’. Vee langsung masuk ke distro.
.
.
.
(Hari ke 93)
Aku baru tiba di sebuah claster yang tampak dari luar seperti rumah tinggal biasa. Sama seperti claster pada umumnya selalu ada pos satpam yang berjaga di depan gerbang, tapi saat Vee membuka kaca mobil semua satpam langsung menunduk memberi hormat. Tanpa kata terucap dari mulut mereka palang pintu langsung terbuka.
Aku arahkan mobil langsung lurus membelah deretan rumah dengan lampu warna warni serta suara yang sedikit bergemuruh. Banyak kendaraan yang terparikir di depan rumah. Padahal sudah di sediakan sebuah lahan kosong didekat pintu masuk untuk para pengunjung memarkirkan kendaraannya.
Aku langsung di sambut oleh pria besar bertato di wajah dengan stelan jas hitam saat sampai di depan sebuah rumah di ujung claster. Tempat ini adalah pintu menuju neraka, tempat dimana temanku ini melakukan bisnisnya. Bila kalian tau mitologi Lilith maka dialah definisi Lilith dalam dunia modern.
Veronica “Lilith” Regina. Ibu dari para PSK di kawasan binator. Vee adalah orang yang menyelamatkan para PSK di daerah ini, setelah tempat biasa mereka mangkal yang orang kenal “
Gragotan” sudah tergusur dan tidak aman lagi. Dia jugalah yang menaikan penghasilan, memberi tempat tinggal, serta merawat mereka.
Dia bagaikan wanita yang dibuang dari surga. Datang untuk membantu para perempuan penuh dosa. Mereka menyebut Vee adalah Nona Lilith. Mereka yang bekerja untuknya sangatlah patuh pada perintah Lilith, kalau ada yang berani menentang dia, berarti nyawanya dan orang orang terdekat mereka dalam bahaya.
Aku menunggu Vee di ruang tamu rumah mewah miliknya. Kami hanya datang berdua saja karna Ngamar tidak di izinkan untuk datang ke mari bersama kami. Dia harus melakukan sesuatu terlebih dahulu bersama para member atas perintah ketum. Nanti dia akan menyusul setelah semua beres.
Vee turun dari lantai dua rumahnya dengan aura yang berbeda. dia turun perlahan dengan di dampingi oleh dua orang pelayan. Sekarang dia tampak anggun tapi mematikan, dengan tatapan tajam berjalan ke arahku. Vee melihatku sebentar lalu berpaling pergi ke pintu depan. Aku yang masih bertanya tanya langsung melihat ke pintu depan.
Di sana sudah ada sebuah golf car warna putih yang menunggu lengkap dengan supir. Aku langsung menyusul Vee dan berjalan di sampingnya. Kalau disini dia memang seperti menjaga wibawanya sekali. Kami naik ke mobil di dampingi oleh satu pengawal dan satu wanita berpakaian pembatu yang duduk di belakang.
‘Kita ke Rumah Amarilis..’.
‘Baik nona Lilith..’.
Tanpa banyak bertanya sang supir langsung mengarahkan mobil ke salah satu rumah bordir yang ada di komplek. Tempat ini lumayan ramai padahal masih jam 01.00 dengan kecepatan lambat golf carnya membelah hingar bingar komplek yang dari luar terlihat seperti rumah biasa. Saat kami tiba di rumah yang di maksud ternyata Ngamar sudah ada disana.
‘Lah lu udah di sini Mar..?’. Aku yang kaget ketika melihat Ngamar yang senyam senyum saat melihat Golf car kami tiba.
‘Iyalah tugas gitu doang mah cepet anjing hahaa...’. Dia menaruh kedua tanganya di kantung sambil tertawa.
‘Vee..., Diskon ya....’. Ngamar mengedip ngedipkan matanya lalu tersenyum seolah dirinya lucu.
Vee hanya melirik sebentar Ngamar lalu mendengus malas. Dia hanya mengangguk, wajah gembira langsung terpacar dari Ngamar. Dengan sangat percara diri Ngamar berjalan masuk aku dan Vee mangikutinya dari belakang. Ketika kami masuk sudah ada yang menunggu. Seorang wanita berbadan aga gemuk dengan pakaian seksi make up menor.
‘Selamat datang nona Lilith, tuan muda Van, dan tuan muda Ngamar..’. dia menunduk memberi hormat pada kami.
‘Sebuah kehormatan bisa menyambut anda sekalian di sini...’.
‘Ya sama sama... terima kasih sambutaanya...’. Ngamar langsung merangkulku.
‘Temen gua ini lagi membutuhkan pelicin kelas Internasional katanya kalian punya...?’.
‘Tunjukan saja dimana showroomnya...’. Aku langsung to the poin karna malas melihat pemandangan yang sangat mengoda iman seperti sekarang. Dimana banyak wanita dengan pakaian seksi bertebaran dibawah lampu yang remang berwarna mencolok dengan alunan musik jazz yang smoothy. Tempat yang sangat menghipnotis.
‘Baik tuan Muda mari saya antaran...’. Perempuan ini langsung melebarkan tanganya mempersilakan kami untuk jalan lalu mengikutinya.
Kami di arahkan menuju lantai dua rumah ini. Saat kami lewat banyak wanita yang menatap nakal aku dan Ngamar. Kesempatan yang tentu tidak disia siakan oleh si bangsat yang ada di sebelahku terkadang dia mencolek colek gemas wanita yang kami lewati. Mereka semua tidak ada yang protes hanya memasang wajah nakal. Entah bagaimana ekspresi Vee di belakang yang jelas aku hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan si bangsat satu ini.
Kami tiba di ruangan dengan sofa dan meja yang menghadap sebuah tirai. Disana sudah disediakan satu botol minuman beralkohol golongan dua lengkap dengan gelas yang berjumlah tiga. Kami langsung di persilakan duduk oleh wanita yang bahkan aku tidak tau namanya siapa.
Saat tirai dibuka terlihat beberapa wanita yang duduk rapih dengan pakaian seksi serta senyum manis menggoda. Mereka membawa papan nomor kecil yang berurutan dari satu sampai lima. Mucikari tadi lalu mempernalkan satu persatu padaku nama mereka serta usia dan lain sebagainya.
Seolah marketing mobil yang menjelaskan spesifikasi yang dimilik. Mulai dari keugulan sampai kelemahan yang di punya. Sebenarnya aku kurang tau pasti selera dari pak Budi ini seperti apa, apakah dia suka big boobs atau mungkin yang kutilang. Aku hanya mengira ngira serta mendengarkan kalau ada yang bisa kuat beberapa ronde dan berwajah cantik, badan bagus mungkin aku pilih.
‘Next Next..’. Aku tidak selera dengan deretan wanita pertama langsung meminta giliran berikutnya.
‘Next ladies...’. Mucikari itu lalu menepuk kedua tangannya.
Para wanita yang didalam ruang kaca dengan sigap dan teratur berjalan keluar. Setelahnya langsung masuk deretan wanita lain dengan nomor urut berikutnya. Masih kelipatan lima, dan masih dengan metode yang sama. Aku hanya mendengarkan penjelasan mucikari itu satu persatu.
.
.
.
‘Oke kamu yang nomor dua puluh empat..’. Aku menujuk satu wanita dengan rambut panjang wajah sedikit panlok berusia dua puluh tahun yang juga seorang mahasiswi menurut penjelasan mucikarinya.
Vee memang memperbolehkan anak asuhnya memiliki pekerjaan lain selain menjadi wanita panggilan. Karna dia juga ingin para anak-anaknya memiliki masa depan setelah tidak laku lagi di dunia prostitusi nantinya. Gadis nomor dua puluh empat ini adalah beberapa gadis yang masuk kriteria awal yang aku tetapkan. Mereka yang terpilih lalu berdiri di sudut ruangan namun sudah tidak di dalam kaca.
‘Van lu mau pilih berapa wanita lagi..?’. Vee bertanya padaku saat dia melihat sudah ada sekitar tujuh wanita yang aku pilih.
‘Sebanyak yang menurut gua masuk kriteria..’.
‘Woi, Van. Emang lu mau ngelobi berapa orang, sekampung..?’. Ngamar yang heran aku memilih beberapa wanita.
‘mending yang nomor dua belas buat gua aja..’.
‘Engga Cuma satu orang bapak bapak umur hampir setengah abad yang katanya punya stamia kuat dan tahan lama...’. Aku dengan santai menjelaskan sambil menenggak minuman.
‘Vee mereka yang kepilih sekarang tolong kalo bisa di foto dengan beberapa pose, buat gua kirim ke atasan gua. Bisakan...? karna gua juga harus rundingan sama atasan gua..’.
‘Bisa ga masalah..’. Vee mendengar permintaanku berfikir senjenak sambil meminum anggur yang ada di tanganya. Dia jentikan gerakan jari telunjuknya, dengan sigap pelayan yang dari tadi berdiri di belakang langsung mendekat.
‘Tolong bawa mereka yang udah dipilih sama tuan muda Van ke rumah utama, suruh photografer buat ambil gambar mereka sebagus mungkin...’.
Tanpa berbicara pelayan itu langsung pergi keluar. Mucikari yang juga mendengar perkataan Vee barusan langsung menyuruh anak asuhnya pergi mengikuti pelayan tadi. Ngamar yang masih melihat kearah nomor dua belas keluar hanya bisa meratapi kepergiaanya.
‘Itu entar buat lu anjing gua butuh mereka hari kamis. Jadi lu pake aja nanti malem terserah..’. Aku menepuk paha Ngamar.
‘Nah gitu dong, woi tante itu yang nomor dua belas entar kalo udah foto suruh tunggu di rumah utama ya...’. Dia girang langsung tanpa minta persetujuan Vee membuat keputusan sendiri.
Karna binggung si mucikari hanya melihat kearah Vee tanpa berani memberi jawaban. Vee hanya memutar bola mata malas dan mengangguk. Mengerti pesan dari Vee si mucikari kemudian mengiyakan permintaan Ngamar dan show kembali di lanjutkan sampai stok terakhir dari wanita di tempat ini.
‘Mereka adalah stock terakhir yang kami punya tuan muda....’. Dengan senyum simpul si Mucikari mengakhiri penjelasannya.
‘Oke makasih ya. Kamu boleh keluar saya mau pinjem ruangan ini sebentar..’.
‘Baik tuan muda Van saya permisi. Nona Lilith, tuan muda Ngamar...’. Dia memberi hormat lalu pergi meninggalkan kami.
‘Vee senin lu ikut ke kantor gua ya, buat persentasi calon calon yang tadi...’. Pintaku pada Vee setelah mucikari itu keluar dari ruangan.
‘Oke tidak masalah. Ayo kita lanjutkan ke tempat selanjutnya..’. Dia bangun lalu berjalan pergi.
‘Ini kita kelilingin satu komplek...?’. Ngamar terlihat malas mengikuti kami.
‘Iyalah anjing, masa Cuma segitu doang refrensi gua. Udah lah lu ikut dulu....’. Aku menarik tangan Ngamar yang masih bersandar malas di sofa.
Karna membangunkan si kampret Ngamar tadi aku jadi tertinggal Vee yang sudah turun lebih dulu. kami akhirnya berjalan santai sambil kadang Ngamar menggoda lagi wanita yang masih berdiri menawari kami untuk making love. Bahkan aku sampai tidak sadar menyenggol seorang pria yang sepertinya setangah mabok sambil merangkul seorang wanita.
‘Sorry, sorry ga sengaja...’. aku yang langsung minta maaf karna sepertinya, menumpahkan minuman di gelas yang membasahi bajunya.
‘Anjing. WOI!!!...’. Dengan wajah marah dia melihat ke arahku. Mata beler khas orang mabuk terlihat dengan jelas dari muka yang di penuhi oleh bulu itu.
‘Lu jalan pake mata dong. Lu liat nih baju gua jadi basah bgst...!!’. Tangan yang tadi merangkul wanita kini sedang mendorong dorongku.
‘Sorry bang yaa...’. Aku berusahaa meredakan konflik karna tempat ini sedang memasuki jam padat pengunjung ditambah ini adalah malam minggu.
Pria yang mungkin usianya sama ini, malah menarik kerah bajuku. Dia pecahkan gelas yang ada di tangannya ke tembok lalu bagian tajamnya di arahkan ke wajahku. Ngamar yang melihat itu langsung tanpa perintah memukul wajah pria tadi hingga tersungkur. Sontak wanita yang di dekatnya berteriak dan membuat semua mata melihat ke arah kami.
‘Nyet lu ga papa....?’. Ngamar yang memastikan kondisiku baik baik saja.
‘Santai. Udah yu cabut...’. Aku yang mengajak Ngamar pergi meninggalkan pria yang masih terkapar di lantai.
Sebelum pergi tetap Ngamar memberi salam perpisahan dengan satu tendangana tepat di perut pria itu. Didepan Vee bertanya apa kami terlibat masalah aku hanya menjawab, tidak. Kalau aku jawab iya mungkin pria tadi tidak akan pulang ke rumahnya melaikan ke UGD. Kami lanjutkan ketempat selanjutnya.
.
.
.
.
Kami tiba di rumah bordir terakhir di claster milik Vee. Rumah yang diberinama Melati adalah tempat yang paling dekat dengan pintu masuk. Di sini berbeda dengan tempat awal, suara musik elektronik dangdut bergema memenuhi ruangan. Lampu disko berputar tepat di tengah, sudut ruangan hanya di isi oleh bar serta beberapa bar table.
Vee membuat tingkatan tingkatan untuk rumah bordirnya ada yang mahasiswi atau pegawai swasta berusia delapan belas sampai dua puluh dua tahun seperti yang di awal kami kunjungi, ada juga yang khusus berwajah panlok, ada yang kelas model, dan yang terakhir kelas paket hemat.
Semua sudut claster ini sudah kami kunjungi yang tidak hanya kamar eksekusi, striptis show, club, bar, dan teater sex live. Tempat tadi hanya hiburan yang di sediakan oleh Vee pada clasternya. Semua berbau birahi dan kesenangan underground. Surga dunia, Neraka di alam kubur. Yang kurang hanya kelas internasional serta casino. Bila itu ada maka lengkap menjadi claster dunia malam.
Setelah semua selesai kami kembali ke rumah utama. ternyata total ada sekitar tiga puluh orang kandidat yang menurutku masuk kriteria. Berhubung sendang jam sibuk maka sesi fotonya dilanjutkan besok. Mungkin memang sesi ini aga memakan waktu lalu yang aku pilih juga adalah wanita wanita pemberi pemasukan banyak di saat seperti ini. kami keliling claster hampir dua setengah jam.
‘Selamat datang Nona, Makananya sudah kami siapkan..’. Sambutan yang kami bertiga dapat saat baru tiba di rumah utama. Entah kapan Vee memberitau anak buahnya untuk menyiapkan kami makan.
‘Wih, asik makan...’. Ngamar yang sangat gembira saat mendengar kata makanan.
‘Eh cantik kamu udah nunggu dari tadi ya..’. Si bangsat ini menyapa gadis nomor dua belas yang ikut menunggu nyambut kami.
‘Van, Mar ayok kita makan...’. Ajak Vee yang langsung jalan ke dalam.
Aku dan Ngamar hanya mengikutinya dari belakang. Semua pengawal yang tadi terus menjaga Vee sudah tidak mengikuti kami lagi. hanya ada aku Ngamar serta si nomor dua belas. Pemandangan yang mengejutkan terlihat di depan kami, ternyata suguhannya adalah
Nyotamori.
‘Anjing ini baru suguhan dari Lilith Regina....’. Ngamar terlihat sangat antusias menyaksikan tubuh seksi yang tersaji diatas meja.
‘Jangan katro bangsat hahaa...’. Aku menjitaknya karna suara teriakannya terdengar memenuhi ruangan.
‘Udah kalian makan aja jangan berisik...’. Vee langsung duduk di salah satu
zabuton yang di siapkan.
‘Tolong siapkan satu piring serta zabuton lagi untuk dia...’. Vee menyuruh pelayan yang menunggu di ruang makan sambil menunjuk si nomor dua belas.
‘Van engga mau ngambil satu juga kaya Ngamar...?’.
‘Belum pengen gua Vee...’. Aku menjawab tanpa melihatnya karna sedang sibuk memilih makan sushi yang mana terlebih dahulu.
.
.
.
‘Vee...’. Ngamar melihat Vee kembali dengan wajah menjijikan. Vee hanya mengerling kearah Ngamar karna sudah tau apa maksud panggilan menjijikan itu.
‘Kamar tamu dideket balkon belakang...’.
Mendengar itu Ngamar tanpa pamit langsung menerik si nomor dua belas pergi dari meja makan.
‘Makasih...!!’. Teriaknya sambil pergi.
Hanya aku dan Vee yang masih di meja makan. lalu dia mengajakku ke kolam renang untuk merokok serta menikmati suasana subuh sambil ditemani sake dan air limun yang kami bawa. Aku tidak kuat lagi meminum alkohol sudah terlalu banyak jadi lebih memilih air limun untuk menetralisir.
‘Udah Vee ga usah terlalu wibawa lah udah ga ada orang..’. Aku meledeknya karna dia masih tidak terlihat santai.
Dia hanya mendengus lalu merubah posisinya lebih bersandar pada kursi santai di tepi kolam renang. Suasana malam dengan bulan dan bintang yang terang sungguh menenagkan. Kami mengobrol sesekali sampai aku mengantuk. Aku putuskan untuk tidur, Vee menunjukan kamarku yang katanya berada di kamar tamu sebelah Ngamar.
‘Yaudah gua tidur ya....’. Aku tinggalkan dia yang masih asik menikmati bintang di jam 03.00 pagi.
‘hmmm....’. Dia menjawab asal dengan mata tertutup.
Sebelum masuk kamar aku teriak di samping kamar Ngamar, sambil mengetuknya dengan keras memperingatkan agar dia tidak terlalu berisik karna ingin tidur. Masuk kekamar dengan gaya casual yang sudah rapih. Memang Vee sudah menyiapakan dua kamar dari awal. Dia tau kalau kami pasti akan menginap di sini. Kepekaan yang luar biasa memang cocok untuk memimpin bisinis ini.
.
.
.
Suara Hp yang berada entah dimana membuat aku tersadar. Mata masih terpejam tapi tangan tetap berusaha mencari asal suara berisik itu. Aku masih tidak bisa menemukan Hp bahkan mengingat itu dimana saja tak sanggup. Akhirnya suaranya berhenti dan membuatku kembali tertidur pulas.
Kasur empuk, ac dingin, serta ruangan tenang adalah kunci tidur nyenyak. Akhirnya aku terbangun dengan malas karna kebelet ke toilet. Badan terasa masih lemas serta kaku, rasanya malas pergi kemana mana hanya ingin berbaring saja seharian di kasur. Aku ambil hp yang ada di nakas dekat lampu tidur.
Sudah jam satu siang, hari ini kelas pertama di mulai satu jam lagi. disana juga bayak miss call dari andria. Jadi suara telephone yang berisik tadi dari andria. Aku telephone balik dia ternyata tidak di angkat. Ku coba sekali lagi menelephonenya tetap tidak di angkat juga yasudah mungkin sedang sibuk. Aku keluar kamar berusaha mencari keberadaan Vee.
‘Vee Ngamar mana....?’. Aku yang melihat dia di dekat kolam renang sambil membaca koran dan meminum entah apa.
Dia hanya mengerling kearahku.
‘Pagi Vaan. Dia sudah pulang dari tadi katanya dia kerja hari ini...’.
‘Ouh. Santai Banget lu....’. Aku yang melihatnya memakai bikini tapi tanpa bagian atas.
‘Panas...’. Dia kemudian menaruh korannya di atas meja.
‘Ikut gua..’. Dia berjalan lebih dulu dariku.
Kami berjalan melewati ruang keluarga masuk kedalam sebuah ruangan seperti perpustakaan yang di sulap menjadi studio foto dadakan dengan banyak lampu sorot serta baju baju untuk fotoshoot. Vee berjalan melewati mereka semua ke sebuah meja yang terlihat banyak tumpukan kertas. Aku ambil satu ternyata, seperti daftar riwayat hidup para wanita yang aku pilih kemarin. Data yang di berikan cukup lengkap mulai dari pas foto, daftar riwayat hidup, daftar cek kesehatan, sampai fetis sex mereka.
‘Komplit Vee...’. Aku melihatnya kagum setelah membaca satu.
‘Gua profesional Van...’. Jawabnya datar.
‘Gua butuh copy menjadi empat ya masing masing...’. Aku taruh kertas yang tadi ku pegang lalu berbalik melihat sesi pemotretan wanita cantik dengan berbagai gaya dan pakaian. Kebanyakan memakai baju seksi tentunya.
Tidak lama wanita dengan pakaian pembantu pergi dengan semua kertas kertas yang ada di atas meja tadi. Mereka semua juga mahir dalam berbagai pose seksi serta sensual. Memang luar biasa totalitas Vee mengelola dagangannya.
‘Van ayuk makan siang...’. Aku menengok melihatnya yang sedang duduk bersandar pada kursi di belakang meja.
‘Oke, Ehh Vee gua jajan juga dong....’.
‘Tumben..!!’. Vee mengernyit heran.
’Yaudah pilih...’.
‘Free ya....’. Aku menaikan turunkan alisku.
Dia tidak menjawab hanya mengacungkan jari tengahnya dengan ekspresi datar. Aku tertawa melihat itu lalu pergi untuk makan karna lapar. Dia mengikutiku dari belakang dengan santai. Mereka yang sedang fotoshoot seolah tidak acuk dengan keberedaan kami tadi. Di meja makan sudah tersedia banyak makanan walau tidak ada sushi manusia lagi.
.
.
.
‘Vee apa di antara mereka ada yang bisa memijat gua lagi pegel pegel banget...’. Aku menyelakan rokok setelah makan selesai.
‘Ada. Apa mau ke Spa aja...?’.
‘Males njing gua pengen tidur lagi rasanya...’. Aku memutar mutarkan bahu lalu merengangkan leher.
‘Bayar ya...’.
‘Iya tapi setengah yee kaya Ngamar....’. Aku tersenyum melihat kearah Vee. Dia memutar mata malas, Lalu memanggil salah satu pembantunya lalu berbisik entah apa.
‘Yaudah lu tunggu kamar sana nanti dia dateng..’.
‘Terbaik....’. Aku acungkan kedua jempol padanya.
Aku meniggalkanya dengan langkah senang dan lenggang ke kamar. Dikamar aku melihat hp ternyata andria WA bertanya apa aku kuliah atau tidak. Ku bilang sedang ada tugas kantor jadi akan izin dan menitip absen padanya. Dia hanya mengiyakan, tidak ada obrolan lagi untuk di lanjutkan setelahnya.
‘Permisi tuan Muda...’. Suara ketukan pintu di iringi panggilan dari luar.
‘Masuk...’. Teriakku dari dalam yang memang tidak mengkunci pintu kamar.
Masuklah seorang wanita paruh baya dengan pakaian pembantu.
‘Maaf tuan muda yang mau memijit sudah sampai, tuan muda bisa ke ruang pijat. Nanti saya antarkan...’. Dia hanya menunduk dengan nada suara pelan serta halus.
‘Oke...’. Aku bangkit dan mengikutinya dari belakang.
Kami menuju salah satu ruangan di ujung lantai dua. didalam layaknya tempat spa sampai sampai wangi aroma terapinya persis di spa mahal. Memang Vee baru baru ini mulai merambah ke dunia Spa dan salon kecantikan. Tidak aku sangka dia memiliki ini dirumahnya sampai ada ruang sauna dan
whirlpool.
‘Katanya sudah ada terapisnya mana ya...?’. Aku yang tidak melihat seorang terapispun di ruangan ini.
‘Dia sedang dipanggil Nona sebentar, silakan tuan muda mengganti pakaian terlebih dahulu...’. Dia memberikan
bathrobe padaku.
‘Oke...’. Aku ambil lalu masuk ke ruang ganti di kamar ini.
Saat kembali aku sudah tidak melihat wanita tadi. Aku menunggu terapis sambil duduk duduk di kasur spa. Lalu munculan seorang wanita muda cantik yang berwajah lugu polos. Kalau aku tebak mungkin dia seperti orang sunda.
‘Selamat siang tuan muda Van...’. Sapanya ramah padaku.
‘Siang. Kamu yang akan jadi terapis saya...?’.
‘Iya tuan muda....’. Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Wajahnya si boleh, jari jemarinya juga terlihat kuat.
‘Kamu spesialis apa...?’.
‘Saya bisa semua jenis body massage termasuk Ashiatsu...’.
‘Oke saya mau yang terbaik dari kamu...’.
‘Baik tuan muda. Saya permisi sebetar ingin berganti pakaian serta bersiap siap...’.
‘ya...’. Aku kemudain berbaring dan menunggunya.
.
.
Tidak lama dia kembali sudah menggunakan
bathrobe sama sepertiku. Sang terapis kemudian menyuruh agar aku masuk ke ruang sauna yang sudah dia siapkan. Dengan pasrah aku mengikutinya. Dia menyuruhku melakkuan sauna sepuluh menit. Didalam aku merasa rileks mencium aroma terapi yang menenangkan. Selanjutnya aku di sracb oleh si terapis yang belum sempat ku tanya namanya.
Selesai di sracb aku kemudian mulai di massage olehnya. Mataku tiba tiba berat badan menjadi sangat rileks membuat aku mulai memejamkan mata. Sepertinya aku tertidur beberapa menit karna kenikmatan pijitan yang di berikan.
‘Tuan Muda....’. Suara lembut samar terdengar dari dekat telingaku.
Aku buka mata perlahan lalu melihat seorang wanita berwajah sundanis cantik. Dia mengajakku untuk menuju
whirlpool. Tentu aku dengan sangat senang hati mengikutinya. Aku perlahan masuk kedalam air yang bertempratur hangat. Disusul oleh sang terapis yang namanya adalah Dewirati.
Dewi membuka
bathrobe yang dia pakai. Dengan tubuh polos dia berjalan perlahan kearahku. Aku bantu dia dengan memegang tangannya dari dalam
whirlpool. Tanganya aga kasar namun tetap memiliki jari jemari kuat. Kulit putih mulus bersinar saat terkena pantulan lampu ruangan. Rambut hitam panjangnya mengambang di atas air.
Dia kemudian mengambil
loofah yang ada sisi
whirlpool. Dengan cekatan dewi menggosok semua bagian tubuhku. Tentu tanganku yang dengan jahil menyentuh bagian bagian sensitif milik Dewi. Dia hanya tersenyum simpul tidak menolak. Aku tarik dia aga mendekat, kucium dia tepat di bibir tebal miliknya.
‘Cup....cup...cup....’.
Ciumanku di sambut tanpa penolakan. Tanganya hanya menggosok bagian dada tidak pernah berpindah saat aku menciumnya.
‘Cup...ssllluurrppp...cuup.....’.
‘Aacchh...’.
Aku lepas ciumanku lalu berpindah ke leher putih Dewi.
Loofah yang ada dipeganggnya kini terlepas mengapung di permukaan air. Aku arahkan tangan Dewi untuk mengocok penisku di dalam air. Tentu Dewi menurut tanpa ada penolakan sama sekali.
‘Aacch...’.
‘Tuan muda....acchh...’.
Desah pelan dari Dewi sangatlah sensual aku jadi makin bersemangat mendengarnya. Tanganku yang bebas mulai bergerilia ke dalam vaginanya. Saat jari ku mulai menggosok gosok pelan vagina Dewi, tubuhnya mulai bergoyang goyang.
‘Acch....’.
‘Enak tuan muda....aacchh...’.
‘Kamu bisa ga pake caps.....?’. Aku hentikan sejenak permainan bibirku pada tubuh Dewi.
Dewi tidak mengeluarkan suara hanya mengganguk saja. melihat itu aku langsung kembali menciumnya sebentar lalu berpindah ke dada yang mungkin ukuranya tiga puluh dua. Dada dengan puting kecoklatan itu tanpa basa basi aku cium, jilat, lalu hisap secara bergantian.
‘Aacch.....’.
‘Aaacchh....’.
Tubuh Dewi makin bergejolak saat jari jemariku mulai masuk kedalam vaginanya. Tangan Dewi tidak berhenti mengocok pelan penisku di dalam air walau dia mendapat serangan yang hebat dariku. Memang dia seorang yang profesional sekali. Karna menurutku Dewi sudah siap. Langsung aku angkat badanya ke pangkuanku.
‘Dew aku masukin ya....’.
‘Iya tuan muda silakan...’. Dengan mata yang sayu
Tanganya kini pindah melingkar di leherku. Aku arahkan penis tepat di vaginanya. Memang butuh beberapa kali percobaan agar penisku pas masuk. Saat sudah masuk Dewi langsung mencium dengan ganas. Suara desahnya sempat tertahan oleh bibirku. Aku gerakan pinggulnya dewi naik turun secara perlahan.
‘Aaacchh....’
‘Aahh...’.
‘Plak.....plak.....plak....’.
Suara gemericik air yang terjadi ketika aku menaik turunkan tubuh Dewi mulai terdengar. Kini dia menggerakanya sendiri. Kadang dia maju mundurkan kadang pula dia naik turunkan semua dia lakukan tanpa perintah. Vaginanya benar benar seperti lubang hitam yang menyedot penisku.
‘aacchh...’.
‘Enak tuan muda kontolnya...’.
‘aahh....iya Dew memekmu juga luar biasa...aahh’.
Desah kami diiringi rancuan kotor keluar tak terkendali dari mulut kami. Membuat sensai bercinta di air menjadi makin panas serta menantang. Terkadang desah itu juga tertutup oleh ciumanku di bibir Dewi. Kadang terdengar makin keras dan binal saat mulutku bermain di payudaranya.
Cukup puas dengan itu semua aku suruh dia berbalik badan. Kini terlihatlah punggung putih yang tertutup oleh tato wanita yang dililit oleh ular. Simbol bahwa dia adalah anak buah dari seorang Lilith Regina Immortalis. Dengan cekatan dia mulai kembali menaikturunkan pinggulnya sesekali dia putar dan maju mundurkan.
‘Aaacchh....’.
‘Tuan muda Kontolnya Gede banget....aaacchh....’.
‘Aaahhh....fuck....’.
‘Plaak....pllaakk...pllaaak...’.
‘Aaacchh...aaammmhhmm...’.
Suara desahnya terhalang oleh bibirku yang menciumnya dari belakang. Tangan dengan mudahnya meremas serta memutar puting puting indah miliknya. Vagina Dewi walau sudah tidak terlalu rapet tapi tetap teras luar biasa.
Aku dorong tubuh dewi sedikit menjauh. Kemudian ku rubah posisi duduk di tepi
whirlpool. Dewi tanpa di perintah langsung mendekatkan wajahnya ke penisku. Dengan cekatan dia keluar masukan penisku kedalam mulutnya. Dewi terlihat sangat menikmati apa yang dia lakukan.
‘Emmmhhmm...eemmhmm...’.
‘Fuck....’.
Aku hanya merancu kini dia lepas tangannya. Sesekali Dewi putar putar buah zakarku. Permainan mulutnya dengan kecepatan sedang. Aku hanya bisa menikmatnya dengan memejamkan mata. Kadak aku tahan kepala dia dengan tangan.
‘Aahhhgggkkk....aahhggkk....’.
‘Aahhggkk...aaammhhgggkk....’.
‘Aahh...fuck..terusin Dew...’.
Suara Deeptroth Dewi terdengar seperti “jangan berhenti tuan muda saya suka”. Dia begitu menikmati. Aku genjot mulutnya sampai air liur berceceran mengalir. Dia masih bisa menatapku dengan senyum manis walau, lipstik merahnya sudah memudar oleh keringat serta cipratan air.
Setelah puas aku tarik Dewi keluar dari
whirlpool. Kini aku baringkan dia diruang spa tanpa perintah dia langsung melebarkan kedua pahanya. Aku arahkan Penisku tepat di tengah vaginanya.
‘Aaaahhh...’.
‘Acchh...’.
Dia gengam pergelangan tanganku dengan kuat. Mata sipitnya tertutup seperti menikmati benda panjang dan besar serta keras ini menghujam vaginanya. Langsung aku gerakan dengan kecepatan sedang di atas tempat tidur.
‘Pllookk...plloookk....pplllookk....’.
‘Aacchh...geedeeaachh....’.
‘Aahh....’.
Tangan Dewi makin keras mencengkram tanganku. Desah dengan suara stereo bergema memenuhi seluruh ruangan yang tidak terlalu bersar ini. Terkadang tanganku meremas payudara Dewi yang ikut naik turun karna goyanganku. Tubuhnya dengan sangat profesional bergoyang mengikuti ritme sodokanku.
‘Acchh...’.
‘Dew..aahh...Buang di Mulut ya sayang.....?’.
‘Plook..plook..ppllook..plookk...’.
Aku bertanya sambil menghapus kringat yang muncul di pipi Dewi. Dia hanya mengangguk tentu sambil mendesah kenikmatan. Tidak banyak suara yang kami hasilkan hanya desahan, peraduan kulit serta erangan. Kenikmatan ini akan segera berakhir karena aku sudah merasakan gatal menyelimuti seluruh penisku.
Segera aku cabut penisku dari vagina Dewi. Dengan sigap tanganya meraih penisku yang dia dekatkan ke mulutnya. Kembali dia maju mundurkan penisku dengan sangat brutal dan ganas. Mata sipit itu sesekali melirik manja kearahku.
‘Dew...Aku mau sampee...aahh....’.
‘Dew dikit lagiii...’
‘Aaahh...’
‘SAMMPPEE......!!!!!’
‘CCRROOOTT.....CCCRROOOOTT....CCRROOOTT....’.
Aku masih menatap langit menikmati sekujur tubuh yang melemas. Tulang tulang di semua sendiku seolah copot dari tempatnya. Penisku juga langsung mengecil setelah dikeluarkan dari mulut Dewi. Aku tatap dia sebentar sepertinya Dewi juga masih tergolek lemas sama sepertiku. Ku elus lembut rambutnya Dewi lalu mengucap terimakasih
Dewi membalas ucapanku hanya dengan senyum simpul di bibir tebal miliknya. Aku tinggalkan dia sebentar untuk mengambil sejumlah uang dari dompetku yang ada di celana. Aku berikan dia sejumlah tips. Dia tidak menolak saat aku berikan dan mengucap terima kasih.
Aku tinggalkan dia untuk mandi lagi karna sekarang badanku sudah di penuhi keringat. Ketika kembali dewi sudah bangkit dan mengenakan
bathrobenya lagi. Dia juga sudah menyediakan air jahe yang katanya bagus untuk memulihkan stamina setelah habis massage. Aku hanya bawa air jahenya lalu kembali kekamar. Di kamar ternyata sudah ada baju yang terlipat rapih.
.
.
.
.
Aku sudah selesai berpakaian bermaksut mencari diamana Vee. Ku tanya pada seorang pembantu yang lewat. Katanya Vee sedang mandi di kamarnya. Aku langsung pergi kebawah karna kamarnya ada didekat ruang keluarga. Pintu kamarnya sedikit terbuka.
‘Veee...!!!’.
‘Masuk Vaann...!!’. Suara Vee yang terdengar dari arah pintu yang terbuka dengan cahaya lampu yang menyala.
Kamar Veronica sangatlah luas. lebih luas dari kamar kosku. Mungkin dua kali atau tiga kali lebih besar. Dengan kasur lima kali lipat dari punyaku. Hiasan mewah serta beberapa lukisan terpajang indah . Dari sini pemandangan kolam renang dapat terlihat sangat jelas. Entah dia lebih suka membuat kamar utama di bawah bukanya di atas seperti orang orang.
‘Vee..Gua mau cab....’. Belum selesai aku berbicara semua kata kata tiba tiba bubar ketika melihatnya tanpa busana yang berendam di dalam bathtab merwah dengan lapisan emas. Yang menutupi pemandangan tubuhnya hanyalah busa busa putih yang dia mainkan.
‘Biasa aja lu liatnya...’. Bentak Vee yang langsung menyadarkanku.
‘Iya gua mau cabut ya...’. Aku meneruskan ucapan yang tadi tiba tiba menghilang itu
.
‘Iya udah sana pulang lu. Jangan lupa di trasfer ke rekening gua...’.
‘Oke ibu Lilith. Besok gua jemput pagi ya. Awas lu belom bangun, gua acak acak ni tempat...’.
‘Iya. Itu semua berkas sama file foto ada di atas meja ruang kerja gua....’.
‘Oh iya. Sip gua ambil dulu...’. Aku berjalan keluar meninggalkan dia yang sedang menjadi dirinya sendiri ketika tidak ada orang.
Saat aku melewati lorong aku melihat ke arah kolam renang. Dua orang pengawal Vee yang berbadan seperti John Cena sendang menekan kepala seseorang kedalam kolam renang. Aku yang orangnya cuek dan tidak mau ikut campur meninggalkan mereka. Samar saat pergi terdengar sura tangisan wanita.
‘Kasian Amat itu cewek ya...’. Aku yang berjalan santai menuju ruangan pemotretan tadi yang tidak di kunci. Di atas mejanya benar sudah ada amplop dan hard disk. Ruangan ini juga sudah rapih, tidak ada lagi perlengkapan pemotretan tadi. Cepat juga kerja pembantunya Vee hanya sekitar tiga jam ruangan ini sudah rapih lagi.
Saat keluar aku bermaksud kembali kekamar Vee, tapi mataku melihat ke arah wanita yang sudah tergeletak di pinggir kolam renang. Aku segera berlari untuk menghampirnya.
‘Itu salahnya, Melanggar perintahku...’. Suara yang membuat langkah kakiku terhenti.
Aku melihat Vee dengan
bathrobe putih serta handuk di kepalanya sedang bersantai di sebuah meja kecil dengan rokok dan segelas minuman. Dia hanya mengerling santai lalu meminum minuman di gelasnya.
‘Maaf Nona, maafkan saya....’. Dewi dengan sisa tenaganya berusaha berlutut kearah Vee.
‘Soal tips...?!’. Aku yang langsung menebak permasalahannya. Segera aku hampiri Dewi untuk membantunya berdiri.
‘Kalo lu sentuh dia Van!. Lu pergi dari sini dia mati...’. Aku pun berhenti dan tidak jadi membantunya.
‘Ayolah Vee, Gua yang memaksa dia ga salah...’. Aku coba sedikit memberi pembelaan padanya.