Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANGAN BUDI

Bila kalian masuk ke Budi Universe, Pilih 2 orang yang yang jadi teman hidup

  • Amelia

  • Rara

  • Anisa

  • Hana

  • Mirna

  • Yohana

  • Aulia

  • Siti

  • Atun


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Sepertinya. Episode 6.

“Amelia?” Budi tampak kaget melihat ada wanita yang sering sekali di tatapnya dalam diam. Saat mereka sudah di dalam, dengan cepat Amelia mengunci pintu kamar mandi tersebut.

“Mel, Ini toilet cewek,” Lanjut Budi.

“Toilet Dosen cewek, gak akan nada yang masuk sini.” Jawab Amelia. “Apa yang lo bicarakan dengan Anisa?” Tanya Amelia tegas.

“Anisa?”

“Ya tadi gua lihat lo ngomong sama Anisa,” Tanya Amelia.

“Kerjaan,” jawab Budi jujur, dia masih bingung dengan keadaannya sekarang.

“Jangan bohong!” Amelia mendorong Budi, namun badan budi yang tegap dan besar tak membuat tubuh Budi bergeming. Budi tambah bingung dengan Amelia.

“Kerjaan gue, bisnis,” jawab Budi jujur.

“Munafik!”

“Maksud lo?”

“Budi, Gua tahu siapa lo sebenarnya. Dibalik kesopanan lo itu, kebaikan lo, Lo punya ambisi yang besar. Perjuangan lo itu palsu!”

“maksud lo apa?”

“Lo rela melakukan apapun demi tujuan lo! Demi nilai, Demi agar lo dianggap hebat, bahkan rela melakukan hal yang tercela!” Jawab Amelia. Budi tersinggung.

“Gua keluar dari sini,”

“Buka topeng yang lo pakai!” Amelia menahan Budi.

“Topeng apa?”

“Topeng kemunafikan, dan Jangan sentuh Anisa! Kalau lo sampai berani sentuh dia maka gua akan sebarin kelakuan lo dengan Bu Yohana,”

Dug! Jabtung Budi merasa berhenti berdetak. Bagaimana Amelia bisa tahu kejadian malam itu di kantor SEKJUR, atau dia bohong. Otak budi tak bisa berfikir.

“Lo Kaget!”

“Lo gak tahu apa apa”

“Yakin? Gua masih inget dengan jelas Budi, Semester lalu, saat satu kelas hampir dapet E gara-gara ada soal yang bocor dan Pak Heru tahu ada yang membocorkan soal. Gua ingin menemui bu Yohana untuk melaporkan kelakuan Pak Heru karena akan memberikan nilai rata E, Tapi ternyata lo sudah disana, Apa yang lo lakuin di sana Budi?” kata Amelia.

“Gua mau balik ke kelas,” kata Budi, namun Amelia menghalangi jalan budi dan berdiri di depan pintu.

“Buka dulu topeng lo itu!” teriak Amelia marah.

Budi terdiam.

“Lo fikir gua bercanda. Gua tahu jelas apa yang terjadi di dalam ruangan itu, karena gua mendengar suara yang luar bisa gak masuk akal, tahu suara apa? Budi, jilat terus budi, enak budi? Apa yang lo jilat budi?” Ancam Amelia.

“Tutup mulut Lo!,” teriak Budi.

“Lo yang buka topeng munafik itu!”

“Lo gak tahu apa-apa!”

“Ya, gua gak tahu apa apa tapi gua tahu lo merayu bu Yohana agar dia membuat nilai kita gak jadi E dan nilai lo jadi A bukan?. Lo meniduri Bu Yohana agar nilai lo jadi A.” Suara Amelia menajam.

Budi mencoba menyingkirkan badan Amelia menjauhi pintu, namun Amelia kekeh tetap berdiri di sana. Ia takut menggunakan kekuatannya sehingga gadis itu akan terluka.

“Budi, Gua kenal bu Yohana, dia bermartabat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang pinter dan sukses, punya pride dan pasionate dalam pekerjaan, orang seperti beliau bisa luluh dan berbuat mesum di kantor beliau. Entah apa silat lidahmu, entah apa yang lo lakuin, yang jelas lo munafik”

Budi menunduk, mencoba menenangkan emosinya. Setelah detak jantungnya mulai normal dia lalu menatap Amelia.

“Mel, banyak yang gua pertaruhkan untuk bisa kuliah di sini. Dan Lo datang dengan cerita yang entah lo buat dari mana. Tiba-tiba saja lo menuduh gua munafik, bertopeng. Gua memang datang untuk menanyakan nilai E itu tapi. Sudahlah. Lo gak akan pernah mengerti. Karena lo ada di menara gading, terlalu tinggi sampai tidak tahu apa yang dilalui oleh orang orang seperti gua.” Kata Budi. “Kalau lo mau melaporkan gua silahkan saja. Tapi jelas besoknya kamu akan aku bunuh karena merusak hidup yang sudah aku perjuangkan sampai sekarang” Kata Budi.

Amelia shock mendengar ancaman Budi. Budi lalu memanfaatkan itu untuk keluar dari toilet itu.




Kisah beberapa bulan yang lalu


Budi sedang menaruh tugas di meja salah satu dosen di ruang dosen di lantai 3. Tiba tiba Bu Yohana yang kebetulan akan menuju kelantai 3 melihat mahasiswanya. Mahasiswa dengan pakaian yang sederhana, celana kain dan baju kemeja kotak kotak, kontras dengan pakaian mahasiswa lain yang tampak Modis dan rapi.

“Budi” Panggil bu Yohana.

Budi menoleh, mendapati Bu Yohana memanggilnya. Bagi Budi bu Yohana adalah dosen yang sangat dia hormati. Di balik ketegasannya dia selalu membantu Budi banyak hal, mendapatkan buku gratis, mengurusi surat surat agar Budi dibebaskan dari biaya praktikum serta mendapatkan akses bebas ke Lab computer di lantai satu.

“Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu,” jawab Budi sopan.

“Ini masalah beasiswamu,” kata Bu Yohana. “Dua minggu yang lalu kita sudah bahas kalo beasiswa dari daerahmu sedang dipertimbangkan, karena tahun ini anggaran daerahmu minim jadi ibu diminta untuk evaluasi mahasiswa yang dapat beasiswa itu tapi ibu dengar mata kuliah Heru semua dapat E,” kata Bu Yohana. Budi terkejut.

“E bu? Budi belum dengar bu hasilnya”

“jadi kamu belum tahu? Pak Heru kemarin lapor ke Kepala jurusan kalau kelas kalian dapat bocoran soal UAS. 90% dapat di atas 90 padahal selama satu semester paling tinggi nilai kalian Cuma 85 itu aja kamu aja, murid pintar yang lain mentok di angka 70. Bahkan ada yang cuman dapat 25.” Jelas Bu Yohana. “kalau sampai kamu dapat nilai E, Mau tidak mau beasiswa kamu akan di cabut mulai semester depan,” Lanjut Bu Yohana.

“Saya akan bicarakan kepada Pak Heru bu. Jujur bu saya tidak mencontek,” kata Budi panik.

“Ibu percaya kamu tapi teman teman kelas mu gimana?” Tanya Bu Yohana.

“Baik bu, akan saya tanyakan ke teman teman” Balas Budi.

“Kalau sudah ada kabar temui ibu di ruangan ibu” kata bu Yohana.

“Baik bu,” Budi bergegas kembali ke kelasnya namun Bu Yohana memanggilnya kembali.

“Budi,”

“Ya Bu,”

“Goodluck”

Budi tersenyum lalu kembali bergegas menuju kelasnya. Dia merasa beruntung memiliki Dosen yang care dengan dirinya. Dia selalu berdoa untuk kebaikan dosennya itu.

“Han? Lo tahu mata kuliah Pak Heru semua dapet E?” Tanya Budi saat mendapati Farhan yang lesu di dalam kelas.

“Ya, tadi pagi gua denger,” jawab Farhan.

“Lo tahu anak anak nyontek?” Tanya Budi serius. Farhan agak takut menceritakannya. “Han?” Tanya Budi kembali.

“Maaf Bud, sebenarnya gua tahu. Ada kakak tingkat yang ikut ngulang dikelas kita.dia dapat fotocopi soal dari TU. Dia gak sengaja nemu dan di sebar satu kelas.” Cerita farhan.

“Geng - geng yang pinter pinter itu tau juga?”

“Mungkin mereka tahu tapi mereka diam saja karena soal pak Heru kan selalu susah susah,” Lanjut farhan. Budi langsung duduk lemas di kursi kuliah.

“Beasiswa gua Han,” kata Budi.

“Kenapa beasiswa lo,” Tanya farhan.

“Kalau Gua dapat E disini pasti beasiswa gua langsung di Tarik,” kata Budi. Farhan gak menyangka efeknya akan sejauh itu.

“Maaf Bud,”

“Sudah gak apa apa,” Budi langsung bangkit kembali lalu beranjak keluar kelas.

“Lo mau kemana?” tanta Farhan.

“Keruangan Pak heru,” jawab Budi.

Budi sudah dipersilahkan masuk dan duduk di depan Meja Pak Heru. Pak Heru sedang sibuk memeriksa skripsi mahasiswanya, tampak ia sedang mencorat corerk kertas dengan pulpen berwarna merah.

“Gak ada diskusi lagi Budi, kamu juga pasti bersekongkol,” Skak pak Heru.

“Pak mohon dengar penjelasan saya pak,”

“Bapak sudah putuskan dan bapak gak akan menjilat ludah bapak sendiri,” kata Pak Heru.

“tapi pak,”

“Nilai sudah saya kasih ke bagian tata usaha, besok mungkin akan dimasukkan ke dalam system. Jadi sudah tidak ada yang bisa diubah,” jawab Pak heru.

“Kalau nilai saya sampai E mungkin ini semester terakhir saya kuliah di sini pak,”,”Beasiswa saya akan dicabut,” kata Budi Jujur.

“Bu Yohana sudah bicara seperti itu kemarin, dia juga mencoba membuat pengecualian kepada kamu. Tapi tetap gak adil budi. Ini adalah konsekuensi dari tindakan curang kalian.” Kata pak Heru.
Budi terdiam cukup lama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Kakinya sudah lemas tak bertenaga.

“Kalau begitu saya permisi pak,” Budi mencoba mengumpulkan tenaganya untuk keluar dari ruangan itu. “Terima kasih atas semua ilmu yang bapak kasih, maaf mengecewakan bapak,” Lanjut Budi.

Pak heru menghentikan aktivitasnya lalu menatap mahasiswa yang memang ia kenal rajin keluar dari ruangannya.

*********************************************​

Gedung kuliah itu sudah tampak sangat sepi. Hanya ada kuliah malam di lantai 1. Ruangan dosen di lantai 3 sudah kosong sejak pukul 5 sore tadi. Hanya ruangan Bu Yohana yang masih menyala lampunya. Di lantau paling tinggi. Budi duduk terdiam di kursi ruang kerja Bu Yohana di lantai empat setengah. Bu Yohana mencoba memberikan semangat untuk mahasiswa favoritnya ini. Jam sudah menunjukan Pukul 7 malam. Bu Yohana baru menyelesaikan semua pekerjaannya. Budi melapor apa hasil dari obrolannya dengan Pak heru.

“Ini cobaan yang harus kamu jalani Budi. Ibu akan mencoba mencarikan beasiswa lain tapi akan susah dengan nilai E mu itu,” kata Bu Yohana.

“Terima kasih bu, Budi menghargai semua bantuan ibu selama ini”

“Jangan patah semangat ya,” Bu Yohana juga merasakan patah hati melihat mahasiswanya sedang di ujung tanduk.

“Baik bu,” Budi lalu berdiri dan pindah duduk di sofa pojok ruangan itu. “Boleh saya duduk di sini bu?” Tanya Budi yang yang merebahkan punggungnya sedikit di sofa yang empuk itu.

“Ya, kamu rilek saja,” kata Bu Yohana. Ia bisa merasakan ketegangan dari mahasiswanya itu.

“Banyak yang Budi korbankan untuk kuliah di sini tapi tiba tiba karena kesalahan orang lain saya harus ikut jatuh dalam lumpur yang di gali orang lain.” Kata Bu Yohana.

“Pasti ada jalan Budi,”

“Terima kasih bu, ibu sudah banyak bantu saya selama ini. Kalau memang saya tidak bisa lanjut lagi, maka saya izin pamit untuk berjuang dengan cara yang lain.”

“Jangan berkata begitu budi,”

Bu Yohana lalu bangkit dan duduk di sofa, Ia duduk di samping budi sambil menepuk punggung Mahasiswanya itu agar lebih kuat.

“Budi belum membalas kebaikan ibu sama sekali,”

“Gak ada yang perlu kamu balas, ibu melakukannya dengan ikhlas” kata Bu Yohana. “Baik begini saja budi, besok ibu akan membicarakannya dengan Pak Heru kembali. Kalau tetap tidak bisa ibu akan coba bawa ke pembantu dekan bagian akademik untuk mencoba bernego dengan Pak heru. Semoga saja bisa. Tapi ibu akan usahakan.” Bu Yohana tidak tega melihat kesusahan mahasiswanya yang menurutnya akan memiliki masa depan yang cerah.

“Apa ibu tidak berlebihan membantu Budi?”

“Ibu gak akan rugi membantu mahasiswa pintar seperti kamu budi,” kata Bu Yohana.

Budi gak bisa menahan air matanya, “terima kasih atas bantuannya bu. Budi akan membalas semua kebaikan ibu, walau sekarang Budi belum bisa apa apa,”

Bu Yohana tersenyum. Bu Yohana lalu memegang kakinya yang terasa pegal karena harus kesana kemari sejak pagi sampai malam seperti ini.

“Ibu kayakny pulang dari sini harus pijet deh, capek.”

“Budi bisa pijet bu,” kata Budi yang ingin segera membalas perlakuan baik Bu Yohana.

“Bener?” Tanya Bu yohana Ragu. Bu Yohana lalu duduk bersandar di pojok sofa dan meluruskan kakinya keaarah budi duduk. “Coba gimana pijetan kamu,”

Budi lalu melepas kaos kaki Bu Yolanda dan dengan sigap memihat betis bu Yolanda dengan kombinasi pijetan keras dan pelan. Ia sudah lama memilki skil pijat, tidak belajar dari siapa siapa namun hanya belajar dari pengalaman saat dulu sering menjadi kuli panggung di pelabuhan bangsal. Ia sering memijat teman teman kuli dan kadang pedagang-pedagang disana.

“Ahh..”

“Gimana Bu,”

“Kok enak yak bud,”

Budi senang dengan tanggapan Bu Yohana lalu terus memijat kaki bu Yohana dengan cermat. Namun di sisi lain Bu Yohana merasakan hal yang berbeda. Pijatan yang ia rasakan bukan hanya membuat kaki pegalnya merasa nyaman namun ada getaran yang berdesir diseluruh tubuhnya. Ia memejamkan matanya mencoba merasakan sensasi yang ia rasakan.

“Ahhh..mmm” Yang keluar dari mulutnya malah desahan yang tidak bisa dia kontrol. Bu Yohana membuka matanya. Mencoba kembali sadar bahwa sensasi yang dia rasakan tidak benar. Ia menatap Budi, pemuda sederhana yang penuh semangat untuk menjalani hidup. Ada adrenalin yang meracuni kepala Bu Yohana setelah membayangkan hal yang tidak pernah dia fikirkan sebelumnya. Bersetubuh dengan mahasiswanya.

Tangan Bu Yohana lalu memegang tangan Budi dan mengarahkannya ke kaki yang lain, Paha. Budi lalu menggeser duduknya hingga kaki bu Yohana ada di pangkuan Budi. Budi yang canggung memulai menyentuh kulit yang biasa ditutup rok itu. Tangan budi agak bergetar namun dia tak ingin mengecewakan Bu Yohana dengan pijatannya.

Sensasi itu membuat Yohana seolah melayang terbang. Sentuhan sentuhan itu membuat darahnya berdesir dan sekujur tubuhnya menjadi geli yang terasa nikmat.

“Ah mmhh enak budi.” Kata Bu Yohana meracau.

Budi tak sadar pusaka diantara pahanya sudah berontak mau bebas. Ia mencoba mengerakkan kakinya agar pusakanya bisa sedikit leluasa. Namun malah menyentuh kaki Bu Yohana. Bu Yohana yang masih menikmati remasan tangan Budi tiba tiba kaget mendapatkan kakinya menyentuh tonjolan besar diantara Paha Budi. Mereka hanya terdiam. Sampai Bu Yohana manarik tangan budi dan meletakknnya masuk kedalam Rok dan menekan celana dalammnya yang sudah lembab. Budi kaget namun ia tidak menarik tangannya. Bu Yohana hanya diam. Fikirannya sudah tidak berisi akal sehat lagi.

Bu Yohana tidak punya masalah dengan suaminya masalah seks namun kali ada sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ada sungkan, takut , berdebar namun nikmat.

Bu yohana lalu mengangkat roknya sehingga semua pahanya tampak di depan Budi. Ia lalu melebarkan kakinya sehingga celana dalam hitam yang menutupi lubang vaginanya yang basah Nampak dengan jelas di hadapan Budi. Budi lalu menekan memek tembem yang terbungukus kain tipis itu. Bu Yohana mendesar dengan keras.

“Ahh.. mmhh.. ah,” rintih Yohana. Bu yohana lalu menarik kepala budi diantara selangkangannya.. Budi menurut, ia lalu dengan insting menarik kain tipis yang melapisi pertahan terakhir dari memek bu yohana. Kini terpampang Memek bersih tanpa bulu. Bisa dilihat kalau Bu Yohana rajin merawat daerah kewanitaannya.

Budi lalu menjilat bagian atas vagina Bu Yohana. Bu Yohana gemetar menahan sensasi yang dia rasakan.

“Ahh..”

Budi menjilat pelan sehingga desahan Bu Yohana kembali menyelimuti heninggnya ruangan itu. “Enak budi, Terus jilat budi.” Budi yang merasa darahnya semakin panas menjilat memek Bu Yohana dengan ganas. Ia sesekali menyedot vagina yang sudah basah oleh cairan bu Yohada dan air liur budi. sehingga bu Yohana tak bisa diam merasakan kenikmatan yang dia rasakan.

“Budi, ahh.. Budi, jilat memek ibu Budi. Kamu hebat budi”

Mulut Budi semakin ganas menyedot memek yohana, sesekali dia menusukkan tangannya ke memek Bu Yohana hingga bu Yohana tergelinjang kenikmatan.

“Budi, kenapa enak sekali, ahhh… mmhh.. sshaa ahhh,” jerit Bu Yohana. Bu Yohana yang sudah tidak tahan mendorong kepala Budi untuk mundur, ia lalu membuka celana budi yang tak mengenakan sabut. Tampak ada gumpalan otot yang ingin segera di bebaskan. Bu Yohana lalu menarik celana dalam Budi dan ia kaget melihat Kontol hitam besar seolah menodong kepalanya. Diameter yang lebar dan panjang yang tak pernah Bu Yohana bayangkan sebelumnya.

Bu Yohana menarik kontol budi mendekati wajahnya. Ia mencoba memasukkan kedalam mulutnya namun yang masuk hanya kepala kontol budi. Budi memejamkan matanya, mulut hangat dosennya tiba tiba menyentuh kontolnya yang sejak tadi sudah sangat keras.

Merasa susah untuk mengulum Kontol Budi, Bu Yohana langsung mengarahkan kontol Budi ke memeknya yang sudah basah.

“Masukin budi, semoga bisa masuk,” kata Bu Yohana ragu.

Budi lalu dengan pelan-pelan menekan kontolnya ke memek bu Yohana. Ternyata tak semudah itu. Bu yohana lalu membantu Budi mengarahkan kontol besar itu ke memeknya dan dengan dorongan yang cukup keras. Kontol itu lalu merajam vagina hingga menusuk Rahim Bu Yohana dengan keras.

“Ahhh Budi, ahh, rasanya penuh budi”

Budi lalu menaik turunkan pinggulnya dengan pelan, diiringi dengan desahan dari Bu Yohana yang beriring dengan suara memek basah dan hujaman kontol besar budi.

“Ahhh,,, Budi. Terus, ah. Budi enak.”

“Yah bu, Budi juga enak,”

“Terus budi, terus,” goyangan budi semakin cepat sehingga tangan Bu yohana Mencekram tangan budi yang kekar dengan kuku kukunya.

“Ah bud, cepat sekali, sakit,”

“budi pelankan bu,”

“Jangan, sudah begini aja, ini enak Budi, lebih keras, Ahh budi,”

Mendengar racauan itu Budi semakin mengganas. Kontolnya di genjot dengan cepat hingga membuat bu Yohana mendesah tidak beraturan.

“memek ibu enak Budi?”

“Budi, budi, enaaakk. Ibu aahhhhhhhhh,” Memek yohana terasa berkontraksi dengan keras. Badannya agak bergetar seolah sedang merasakan kenikmatan yang keluar dari seluruh tubuhnya.

“Ibu keluar budi, lama ibu tak pernah seperti ini,” Badan Yohana lemas. Kakinya terasa sudah tidak ada tenaga, Namun kontol Budi masih merajam memeknya. Budi mengentikan goyangannya. Bu Yohana memejamkan matanya lemas tak bisa bicara.

Berapa saat Budi lalu menekan kontolnya, Bu Yohana kaget dan merasakan kenikmatan lagi saat kontol besar budi menggesek lubang memeknya yang terasa penuh. Serasa dia masih belum punya anak, masih keset seperti saat muda dulu.

Budi lalu menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, Bu Yohana yang masih lemas merasakan kenikmatan yang luar biasa.

“Budi, kamu enak, ahhh. Budi.”

Goyangan budi terjadi cukup lama. Bu Yohana berulang kali merasa Klimak namun Budi tak kunjung ejakulasi. Bu Yohana lalu membuka kancing bajuny yang masih rapi tak tersentuh. Ia lalu membuka kancingnya dan tampak dada besar yang masih tertutup BH. Bu yohana mengarahkan tangan budi untuk meremas susunya yang putih. Budi dengan instingnya meremas susu Bu Yohana sambil menggenjot memeknya yang semakin basah dan menimbulkan suara.

Plok… plok….

Sensasi itu akhirnya membuat Budi merasakan bahwa spermanya akan keluar.

“AHHHHHH,” Budi melepas sperma itu di dalam Rahim bu Yohana. “Maaf bu,” Budi kaget saat sadar dia lupa mencabut kontolnya. Ia lalu melepasnya dengan cepat. Memek Yohana tampak basah dan peju yang tadi masuk tampak ada yang meleleh di memeknya.

“Gak apa apa,”

Budi tiba tiba terdiam. Dia lalu sadar bahwa apa yang dia lakukan salah. Ia lalu menarik celananya keatas dan mengenakannya kembali. Tampak bu Yohana juga merapikan pakaian yang dia kenakan. Dia membiarkan memek basahnya tertutup kembali dengan celana dalam tanpa dia bersihkan.

“Maaf bu, harusnya budi tidak begini.”

Bu Yohana kembali duduk di kursi kerjanya. Dia memegang kepalanya menyadari apa yang tadi terjadi.

“Anggap ini tidak pernah terjadi budi, kamu boleh keluar. Urusan Pak haru besok ibu urus,”

Budi terdiam.

Dibalik pintu ruangan BU Yohana. Seorang gadis tampak berdiri kaget mendengar apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Takut hal buruk menimpanya ia memutuskan untuk pergi setelah yakin ada hal buruk terjadi di ruangan itu.

“Budi, jangan ada yang tahu,”

“Baik bu,”

Budi lalu pergi dengan perasaan bersalah.



Kembali ke masa kini.

Budi keluar dari kamar mandi, bukannya ke kelas tapi Budi kembali keruangan Bu Yohana. Tanpa mengetuk pintu ia masuk ke ruangan kerja bu Yohana.

“Budi ada apa lagi?”

“Budi mau minta maaf,” kata Budi.

“Bisa kita lupakan masalah itu,” Bu Yohana tau apa yang di maksud Budi.

“Budi gak akan lupa bu, Budi menghindar selama ini bukan karena budi kecewa, bukan juga karena Budi menganggap ibu murahan atau jahat. Budi bahkan merasa sangat bersyukur dengan semua yang ibu berikan ke Budi. Setelah hari itu, saya merasa tidak lagi memandang ibu sebagai dosen Budi.”

“maksud kamu Budi,”

“Budi suka ibu sebagai seorang wanita,” Jujur Budi.

Bu Yohana kaget bukan kepalang.

“Budi, kamu tahu kan hubungan seperti itu terlarang.”

“Budi tahu, budi juga gak akan merusak rumah tangga, karir dan semua yang ibu punya sekarang hanya demi perasaan saya. Saya hanya ingin jujur aja dengan perasaan saya bu. Apapun yang ibu butuhkan budi akan siap membantu ibu. Budi pamit bu. Budi akan simpan rahasisa itu tapi maaf bu, Budi gak akan lupa malam itu”​
 
Sepertinya. Episode 6.

“Amelia?” Budi tampak kaget melihat ada wanita yang sering sekali di tatapnya dalam diam. Saat mereka sudah di dalam, dengan cepat Amelia mengunci pintu kamar mandi tersebut.

“Mel, Ini toilet cewek,” Lanjut Budi.

“Toilet Dosen cewek, gak akan nada yang masuk sini.” Jawab Amelia. “Apa yang lo bicarakan dengan Anisa?” Tanya Amelia tegas.

“Anisa?”

“Ya tadi gua lihat lo ngomong sama Anisa,” Tanya Amelia.

“Kerjaan,” jawab Budi jujur, dia masih bingung dengan keadaannya sekarang.

“Jangan bohong!” Amelia mendorong Budi, namun badan budi yang tegap dan besar tak membuat tubuh Budi bergeming. Budi tambah bingung dengan Amelia.

“Kerjaan gue, bisnis,” jawab Budi jujur.

“Munafik!”

“Maksud lo?”

“Budi, Gua tahu siapa lo sebenarnya. Dibalik kesopanan lo itu, kebaikan lo, Lo punya ambisi yang besar. Perjuangan lo itu palsu!”

“maksud lo apa?”

“Lo rela melakukan apapun demi tujuan lo! Demi nilai, Demi agar lo dianggap hebat, bahkan rela melakukan hal yang tercela!” Jawab Amelia. Budi tersinggung.

“Gua keluar dari sini,”

“Buka topeng yang lo pakai!” Amelia menahan Budi.

“Topeng apa?”

“Topeng kemunafikan, dan Jangan sentuh Anisa! Kalau lo sampai berani sentuh dia maka gua akan sebarin kelakuan lo dengan Bu Yohana,”

Dug! Jabtung Budi merasa berhenti berdetak. Bagaimana Amelia bisa tahu kejadian malam itu di kantor SEKJUR, atau dia bohong. Otak budi tak bisa berfikir.

“Lo Kaget!”

“Lo gak tahu apa apa”

“Yakin? Gua masih inget dengan jelas Budi, Semester lalu, saat satu kelas hampir dapet E gara-gara ada soal yang bocor dan Pak Heru tahu ada yang membocorkan soal. Gua ingin menemui bu Yohana untuk melaporkan kelakuan Pak Heru karena akan memberikan nilai rata E, Tapi ternyata lo sudah disana, Apa yang lo lakuin di sana Budi?” kata Amelia.

“Gua mau balik ke kelas,” kata Budi, namun Amelia menghalangi jalan budi dan berdiri di depan pintu.

“Buka dulu topeng lo itu!” teriak Amelia marah.

Budi terdiam.

“Lo fikir gua bercanda. Gua tahu jelas apa yang terjadi di dalam ruangan itu, karena gua mendengar suara yang luar bisa gak masuk akal, tahu suara apa? Budi, jilat terus budi, enak budi? Apa yang lo jilat budi?” Ancam Amelia.

“Tutup mulut Lo!,” teriak Budi.

“Lo yang buka topeng munafik itu!”

“Lo gak tahu apa-apa!”

“Ya, gua gak tahu apa apa tapi gua tahu lo merayu bu Yohana agar dia membuat nilai kita gak jadi E dan nilai lo jadi A bukan?. Lo meniduri Bu Yohana agar nilai lo jadi A.” Suara Amelia menajam.

Budi mencoba menyingkirkan badan Amelia menjauhi pintu, namun Amelia kekeh tetap berdiri di sana. Ia takut menggunakan kekuatannya sehingga gadis itu akan terluka.

“Budi, Gua kenal bu Yohana, dia bermartabat, keluarga yang harmonis, anak-anak yang pinter dan sukses, punya pride dan pasionate dalam pekerjaan, orang seperti beliau bisa luluh dan berbuat mesum di kantor beliau. Entah apa silat lidahmu, entah apa yang lo lakuin, yang jelas lo munafik”

Budi menunduk, mencoba menenangkan emosinya. Setelah detak jantungnya mulai normal dia lalu menatap Amelia.

“Mel, banyak yang gua pertaruhkan untuk bisa kuliah di sini. Dan Lo datang dengan cerita yang entah lo buat dari mana. Tiba-tiba saja lo menuduh gua munafik, bertopeng. Gua memang datang untuk menanyakan nilai E itu tapi. Sudahlah. Lo gak akan pernah mengerti. Karena lo ada di menara gading, terlalu tinggi sampai tidak tahu apa yang dilalui oleh orang orang seperti gua.” Kata Budi. “Kalau lo mau melaporkan gua silahkan saja. Tapi jelas besoknya kamu akan aku bunuh karena merusak hidup yang sudah aku perjuangkan sampai sekarang” Kata Budi.

Amelia shock mendengar ancaman Budi. Budi lalu memanfaatkan itu untuk keluar dari toilet itu.




Kisah beberapa bulan yang lalu


Budi sedang menaruh tugas di meja salah satu dosen di ruang dosen di lantai 3. Tiba tiba Bu Yohana yang kebetulan akan menuju kelantai 3 melihat mahasiswanya. Mahasiswa dengan pakaian yang sederhana, celana kain dan baju kemeja kotak kotak, kontras dengan pakaian mahasiswa lain yang tampak Modis dan rapi.

“Budi” Panggil bu Yohana.

Budi menoleh, mendapati Bu Yohana memanggilnya. Bagi Budi bu Yohana adalah dosen yang sangat dia hormati. Di balik ketegasannya dia selalu membantu Budi banyak hal, mendapatkan buku gratis, mengurusi surat surat agar Budi dibebaskan dari biaya praktikum serta mendapatkan akses bebas ke Lab computer di lantai satu.

“Selamat siang bu, ada yang bisa saya bantu,” jawab Budi sopan.

“Ini masalah beasiswamu,” kata Bu Yohana. “Dua minggu yang lalu kita sudah bahas kalo beasiswa dari daerahmu sedang dipertimbangkan, karena tahun ini anggaran daerahmu minim jadi ibu diminta untuk evaluasi mahasiswa yang dapat beasiswa itu tapi ibu dengar mata kuliah Heru semua dapat E,” kata Bu Yohana. Budi terkejut.

“E bu? Budi belum dengar bu hasilnya”

“jadi kamu belum tahu? Pak Heru kemarin lapor ke Kepala jurusan kalau kelas kalian dapat bocoran soal UAS. 90% dapat di atas 90 padahal selama satu semester paling tinggi nilai kalian Cuma 85 itu aja kamu aja, murid pintar yang lain mentok di angka 70. Bahkan ada yang cuman dapat 25.” Jelas Bu Yohana. “kalau sampai kamu dapat nilai E, Mau tidak mau beasiswa kamu akan di cabut mulai semester depan,” Lanjut Bu Yohana.

“Saya akan bicarakan kepada Pak Heru bu. Jujur bu saya tidak mencontek,” kata Budi panik.

“Ibu percaya kamu tapi teman teman kelas mu gimana?” Tanya Bu Yohana.

“Baik bu, akan saya tanyakan ke teman teman” Balas Budi.

“Kalau sudah ada kabar temui ibu di ruangan ibu” kata bu Yohana.

“Baik bu,” Budi bergegas kembali ke kelasnya namun Bu Yohana memanggilnya kembali.

“Budi,”

“Ya Bu,”

“Goodluck”

Budi tersenyum lalu kembali bergegas menuju kelasnya. Dia merasa beruntung memiliki Dosen yang care dengan dirinya. Dia selalu berdoa untuk kebaikan dosennya itu.

“Han? Lo tahu mata kuliah Pak Heru semua dapet E?” Tanya Budi saat mendapati Farhan yang lesu di dalam kelas.

“Ya, tadi pagi gua denger,” jawab Farhan.

“Lo tahu anak anak nyontek?” Tanya Budi serius. Farhan agak takut menceritakannya. “Han?” Tanya Budi kembali.

“Maaf Bud, sebenarnya gua tahu. Ada kakak tingkat yang ikut ngulang dikelas kita.dia dapat fotocopi soal dari TU. Dia gak sengaja nemu dan di sebar satu kelas.” Cerita farhan.

“Geng - geng yang pinter pinter itu tau juga?”

“Mungkin mereka tahu tapi mereka diam saja karena soal pak Heru kan selalu susah susah,” Lanjut farhan. Budi langsung duduk lemas di kursi kuliah.

“Beasiswa gua Han,” kata Budi.

“Kenapa beasiswa lo,” Tanya farhan.

“Kalau Gua dapat E disini pasti beasiswa gua langsung di Tarik,” kata Budi. Farhan gak menyangka efeknya akan sejauh itu.

“Maaf Bud,”

“Sudah gak apa apa,” Budi langsung bangkit kembali lalu beranjak keluar kelas.

“Lo mau kemana?” tanta Farhan.

“Keruangan Pak heru,” jawab Budi.

Budi sudah dipersilahkan masuk dan duduk di depan Meja Pak Heru. Pak Heru sedang sibuk memeriksa skripsi mahasiswanya, tampak ia sedang mencorat corerk kertas dengan pulpen berwarna merah.

“Gak ada diskusi lagi Budi, kamu juga pasti bersekongkol,” Skak pak Heru.

“Pak mohon dengar penjelasan saya pak,”

“Bapak sudah putuskan dan bapak gak akan menjilat ludah bapak sendiri,” kata Pak Heru.

“tapi pak,”

“Nilai sudah saya kasih ke bagian tata usaha, besok mungkin akan dimasukkan ke dalam system. Jadi sudah tidak ada yang bisa diubah,” jawab Pak heru.

“Kalau nilai saya sampai E mungkin ini semester terakhir saya kuliah di sini pak,”,”Beasiswa saya akan dicabut,” kata Budi Jujur.

“Bu Yohana sudah bicara seperti itu kemarin, dia juga mencoba membuat pengecualian kepada kamu. Tapi tetap gak adil budi. Ini adalah konsekuensi dari tindakan curang kalian.” Kata pak Heru.
Budi terdiam cukup lama. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Kakinya sudah lemas tak bertenaga.

“Kalau begitu saya permisi pak,” Budi mencoba mengumpulkan tenaganya untuk keluar dari ruangan itu. “Terima kasih atas semua ilmu yang bapak kasih, maaf mengecewakan bapak,” Lanjut Budi.

Pak heru menghentikan aktivitasnya lalu menatap mahasiswa yang memang ia kenal rajin keluar dari ruangannya.

*********************************************​

Gedung kuliah itu sudah tampak sangat sepi. Hanya ada kuliah malam di lantai 1. Ruangan dosen di lantai 3 sudah kosong sejak pukul 5 sore tadi. Hanya ruangan Bu Yohana yang masih menyala lampunya. Di lantau paling tinggi. Budi duduk terdiam di kursi ruang kerja Bu Yohana di lantai empat setengah. Bu Yohana mencoba memberikan semangat untuk mahasiswa favoritnya ini. Jam sudah menunjukan Pukul 7 malam. Bu Yohana baru menyelesaikan semua pekerjaannya. Budi melapor apa hasil dari obrolannya dengan Pak heru.

“Ini cobaan yang harus kamu jalani Budi. Ibu akan mencoba mencarikan beasiswa lain tapi akan susah dengan nilai E mu itu,” kata Bu Yohana.

“Terima kasih bu, Budi menghargai semua bantuan ibu selama ini”

“Jangan patah semangat ya,” Bu Yohana juga merasakan patah hati melihat mahasiswanya sedang di ujung tanduk.

“Baik bu,” Budi lalu berdiri dan pindah duduk di sofa pojok ruangan itu. “Boleh saya duduk di sini bu?” Tanya Budi yang yang merebahkan punggungnya sedikit di sofa yang empuk itu.

“Ya, kamu rilek saja,” kata Bu Yohana. Ia bisa merasakan ketegangan dari mahasiswanya itu.

“Banyak yang Budi korbankan untuk kuliah di sini tapi tiba tiba karena kesalahan orang lain saya harus ikut jatuh dalam lumpur yang di gali orang lain.” Kata Bu Yohana.

“Pasti ada jalan Budi,”

“Terima kasih bu, ibu sudah banyak bantu saya selama ini. Kalau memang saya tidak bisa lanjut lagi, maka saya izin pamit untuk berjuang dengan cara yang lain.”

“Jangan berkata begitu budi,”

Bu Yohana lalu bangkit dan duduk di sofa, Ia duduk di samping budi sambil menepuk punggung Mahasiswanya itu agar lebih kuat.

“Budi belum membalas kebaikan ibu sama sekali,”

“Gak ada yang perlu kamu balas, ibu melakukannya dengan ikhlas” kata Bu Yohana. “Baik begini saja budi, besok ibu akan membicarakannya dengan Pak Heru kembali. Kalau tetap tidak bisa ibu akan coba bawa ke pembantu dekan bagian akademik untuk mencoba bernego dengan Pak heru. Semoga saja bisa. Tapi ibu akan usahakan.” Bu Yohana tidak tega melihat kesusahan mahasiswanya yang menurutnya akan memiliki masa depan yang cerah.

“Apa ibu tidak berlebihan membantu Budi?”

“Ibu gak akan rugi membantu mahasiswa pintar seperti kamu budi,” kata Bu Yohana.

Budi gak bisa menahan air matanya, “terima kasih atas bantuannya bu. Budi akan membalas semua kebaikan ibu, walau sekarang Budi belum bisa apa apa,”

Bu Yohana tersenyum. Bu Yohana lalu memegang kakinya yang terasa pegal karena harus kesana kemari sejak pagi sampai malam seperti ini.

“Ibu kayakny pulang dari sini harus pijet deh, capek.”

“Budi bisa pijet bu,” kata Budi yang ingin segera membalas perlakuan baik Bu Yohana.

“Bener?” Tanya Bu yohana Ragu. Bu Yohana lalu duduk bersandar di pojok sofa dan meluruskan kakinya keaarah budi duduk. “Coba gimana pijetan kamu,”

Budi lalu melepas kaos kaki Bu Yolanda dan dengan sigap memihat betis bu Yolanda dengan kombinasi pijetan keras dan pelan. Ia sudah lama memilki skil pijat, tidak belajar dari siapa siapa namun hanya belajar dari pengalaman saat dulu sering menjadi kuli panggung di pelabuhan bangsal. Ia sering memijat teman teman kuli dan kadang pedagang-pedagang disana.

“Ahh..”

“Gimana Bu,”

“Kok enak yak bud,”

Budi senang dengan tanggapan Bu Yohana lalu terus memijat kaki bu Yohana dengan cermat. Namun di sisi lain Bu Yohana merasakan hal yang berbeda. Pijatan yang ia rasakan bukan hanya membuat kaki pegalnya merasa nyaman namun ada getaran yang berdesir diseluruh tubuhnya. Ia memejamkan matanya mencoba merasakan sensasi yang ia rasakan.

“Ahhh..mmm” Yang keluar dari mulutnya malah desahan yang tidak bisa dia kontrol. Bu Yohana membuka matanya. Mencoba kembali sadar bahwa sensasi yang dia rasakan tidak benar. Ia menatap Budi, pemuda sederhana yang penuh semangat untuk menjalani hidup. Ada adrenalin yang meracuni kepala Bu Yohana setelah membayangkan hal yang tidak pernah dia fikirkan sebelumnya. Bersetubuh dengan mahasiswanya.

Tangan Bu Yohana lalu memegang tangan Budi dan mengarahkannya ke kaki yang lain, Paha. Budi lalu menggeser duduknya hingga kaki bu Yohana ada di pangkuan Budi. Budi yang canggung memulai menyentuh kulit yang biasa ditutup rok itu. Tangan budi agak bergetar namun dia tak ingin mengecewakan Bu Yohana dengan pijatannya.

Sensasi itu membuat Yohana seolah melayang terbang. Sentuhan sentuhan itu membuat darahnya berdesir dan sekujur tubuhnya menjadi geli yang terasa nikmat.

“Ah mmhh enak budi.” Kata Bu Yohana meracau.

Budi tak sadar pusaka diantara pahanya sudah berontak mau bebas. Ia mencoba mengerakkan kakinya agar pusakanya bisa sedikit leluasa. Namun malah menyentuh kaki Bu Yohana. Bu Yohana yang masih menikmati remasan tangan Budi tiba tiba kaget mendapatkan kakinya menyentuh tonjolan besar diantara Paha Budi. Mereka hanya terdiam. Sampai Bu Yohana manarik tangan budi dan meletakknnya masuk kedalam Rok dan menekan celana dalammnya yang sudah lembab. Budi kaget namun ia tidak menarik tangannya. Bu Yohana hanya diam. Fikirannya sudah tidak berisi akal sehat lagi.

Bu Yohana tidak punya masalah dengan suaminya masalah seks namun kali ada sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Ada sungkan, takut , berdebar namun nikmat.

Bu yohana lalu mengangkat roknya sehingga semua pahanya tampak di depan Budi. Ia lalu melebarkan kakinya sehingga celana dalam hitam yang menutupi lubang vaginanya yang basah Nampak dengan jelas di hadapan Budi. Budi lalu menekan memek tembem yang terbungukus kain tipis itu. Bu Yohana mendesar dengan keras.

“Ahh.. mmhh.. ah,” rintih Yohana. Bu yohana lalu menarik kepala budi diantara selangkangannya.. Budi menurut, ia lalu dengan insting menarik kain tipis yang melapisi pertahan terakhir dari memek bu yohana. Kini terpampang Memek bersih tanpa bulu. Bisa dilihat kalau Bu Yohana rajin merawat daerah kewanitaannya.

Budi lalu menjilat bagian atas vagina Bu Yohana. Bu Yohana gemetar menahan sensasi yang dia rasakan.

“Ahh..”

Budi menjilat pelan sehingga desahan Bu Yohana kembali menyelimuti heninggnya ruangan itu. “Enak budi, Terus jilat budi.” Budi yang merasa darahnya semakin panas menjilat memek Bu Yohana dengan ganas. Ia sesekali menyedot vagina yang sudah basah oleh cairan bu Yohada dan air liur budi. sehingga bu Yohana tak bisa diam merasakan kenikmatan yang dia rasakan.

“Budi, ahh.. Budi, jilat memek ibu Budi. Kamu hebat budi”

Mulut Budi semakin ganas menyedot memek yohana, sesekali dia menusukkan tangannya ke memek Bu Yohana hingga bu Yohana tergelinjang kenikmatan.

“Budi, kenapa enak sekali, ahhh… mmhh.. sshaa ahhh,” jerit Bu Yohana. Bu Yohana yang sudah tidak tahan mendorong kepala Budi untuk mundur, ia lalu membuka celana budi yang tak mengenakan sabut. Tampak ada gumpalan otot yang ingin segera di bebaskan. Bu Yohana lalu menarik celana dalam Budi dan ia kaget melihat Kontol hitam besar seolah menodong kepalanya. Diameter yang lebar dan panjang yang tak pernah Bu Yohana bayangkan sebelumnya.

Bu Yohana menarik kontol budi mendekati wajahnya. Ia mencoba memasukkan kedalam mulutnya namun yang masuk hanya kepala kontol budi. Budi memejamkan matanya, mulut hangat dosennya tiba tiba menyentuh kontolnya yang sejak tadi sudah sangat keras.

Merasa susah untuk mengulum Kontol Budi, Bu Yohana langsung mengarahkan kontol Budi ke memeknya yang sudah basah.

“Masukin budi, semoga bisa masuk,” kata Bu Yohana ragu.

Budi lalu dengan pelan-pelan menekan kontolnya ke memek bu Yohana. Ternyata tak semudah itu. Bu yohana lalu membantu Budi mengarahkan kontol besar itu ke memeknya dan dengan dorongan yang cukup keras. Kontol itu lalu merajam vagina hingga menusuk Rahim Bu Yohana dengan keras.

“Ahhh Budi, ahh, rasanya penuh budi”

Budi lalu menaik turunkan pinggulnya dengan pelan, diiringi dengan desahan dari Bu Yohana yang beriring dengan suara memek basah dan hujaman kontol besar budi.

“Ahhh,,, Budi. Terus, ah. Budi enak.”

“Yah bu, Budi juga enak,”

“Terus budi, terus,” goyangan budi semakin cepat sehingga tangan Bu yohana Mencekram tangan budi yang kekar dengan kuku kukunya.

“Ah bud, cepat sekali, sakit,”

“budi pelankan bu,”

“Jangan, sudah begini aja, ini enak Budi, lebih keras, Ahh budi,”

Mendengar racauan itu Budi semakin mengganas. Kontolnya di genjot dengan cepat hingga membuat bu Yohana mendesah tidak beraturan.

“memek ibu enak Budi?”

“Budi, budi, enaaakk. Ibu aahhhhhhhhh,” Memek yohana terasa berkontraksi dengan keras. Badannya agak bergetar seolah sedang merasakan kenikmatan yang keluar dari seluruh tubuhnya.

“Ibu keluar budi, lama ibu tak pernah seperti ini,” Badan Yohana lemas. Kakinya terasa sudah tidak ada tenaga, Namun kontol Budi masih merajam memeknya. Budi mengentikan goyangannya. Bu Yohana memejamkan matanya lemas tak bisa bicara.

Berapa saat Budi lalu menekan kontolnya, Bu Yohana kaget dan merasakan kenikmatan lagi saat kontol besar budi menggesek lubang memeknya yang terasa penuh. Serasa dia masih belum punya anak, masih keset seperti saat muda dulu.

Budi lalu menggoyangkan pinggulnya dengan cepat, Bu Yohana yang masih lemas merasakan kenikmatan yang luar biasa.

“Budi, kamu enak, ahhh. Budi.”

Goyangan budi terjadi cukup lama. Bu Yohana berulang kali merasa Klimak namun Budi tak kunjung ejakulasi. Bu Yohana lalu membuka kancing bajuny yang masih rapi tak tersentuh. Ia lalu membuka kancingnya dan tampak dada besar yang masih tertutup BH. Bu yohana mengarahkan tangan budi untuk meremas susunya yang putih. Budi dengan instingnya meremas susu Bu Yohana sambil menggenjot memeknya yang semakin basah dan menimbulkan suara.

Plok… plok….

Sensasi itu akhirnya membuat Budi merasakan bahwa spermanya akan keluar.

“AHHHHHH,” Budi melepas sperma itu di dalam Rahim bu Yohana. “Maaf bu,” Budi kaget saat sadar dia lupa mencabut kontolnya. Ia lalu melepasnya dengan cepat. Memek Yohana tampak basah dan peju yang tadi masuk tampak ada yang meleleh di memeknya.

“Gak apa apa,”

Budi tiba tiba terdiam. Dia lalu sadar bahwa apa yang dia lakukan salah. Ia lalu menarik celananya keatas dan mengenakannya kembali. Tampak bu Yohana juga merapikan pakaian yang dia kenakan. Dia membiarkan memek basahnya tertutup kembali dengan celana dalam tanpa dia bersihkan.

“Maaf bu, harusnya budi tidak begini.”

Bu Yohana kembali duduk di kursi kerjanya. Dia memegang kepalanya menyadari apa yang tadi terjadi.

“Anggap ini tidak pernah terjadi budi, kamu boleh keluar. Urusan Pak haru besok ibu urus,”

Budi terdiam.

Dibalik pintu ruangan BU Yohana. Seorang gadis tampak berdiri kaget mendengar apa yang terjadi di dalam ruangan itu. Takut hal buruk menimpanya ia memutuskan untuk pergi setelah yakin ada hal buruk terjadi di ruangan itu.

“Budi, jangan ada yang tahu,”

“Baik bu,”

Budi lalu pergi dengan perasaan bersalah.



Kembali ke masa kini.

Budi keluar dari kamar mandi, bukannya ke kelas tapi Budi kembali keruangan Bu Yohana. Tanpa mengetuk pintu ia masuk ke ruangan kerja bu Yohana.

“Budi ada apa lagi?”

“Budi mau minta maaf,” kata Budi.

“Bisa kita lupakan masalah itu,” Bu Yohana tau apa yang di maksud Budi.

“Budi gak akan lupa bu, Budi menghindar selama ini bukan karena budi kecewa, bukan juga karena Budi menganggap ibu murahan atau jahat. Budi bahkan merasa sangat bersyukur dengan semua yang ibu berikan ke Budi. Setelah hari itu, saya merasa tidak lagi memandang ibu sebagai dosen Budi.”

“maksud kamu Budi,”

“Budi suka ibu sebagai seorang wanita,” Jujur Budi.

Bu Yohana kaget bukan kepalang.

“Budi, kamu tahu kan hubungan seperti itu terlarang.”

“Budi tahu, budi juga gak akan merusak rumah tangga, karir dan semua yang ibu punya sekarang hanya demi perasaan saya. Saya hanya ingin jujur aja dengan perasaan saya bu. Apapun yang ibu butuhkan budi akan siap membantu ibu. Budi pamit bu. Budi akan simpan rahasisa itu tapi maaf bu, Budi gak akan lupa malam itu”​
Terima kasih master atas updatenya. Semoga master sehat selalu:mantap::semangat::beer:
Ane ada sedikit kesan² di scene ini
Pertama, terlihat banget Amelia ingin melindungi Anisa. Wajar sih 1 geng cewek di kampus gitu. Apalagi Amelia mergokin Budi pas "ihik ihik" dengan Bu Yohana, yang menurutku beneran khilaf. Tapi cara yang dia lakuin salah... Hal itu bisa menghancurkan 2 orang, Budi sama Bu Yohana. Untung Budi orangnya pinter, dia minta bukti dan sekalian ancaman ke Amelia. Apa dia gak berfikir ya, dia sendiri yang narik Budi ke toilet, dan bilang "gak ada orang yang bakal tau", kalo Budi emang bener seperti yang dituduhkan, bisa aja kan Amelia digarap Budi.. tulul loh Mel!!
:kretek::gila:
Yang Kedua, ane akuin kamu gentle. Berani ngakui kalo itu enak di depan dosenmu Bu Yohana. Tapi ya kira² ngakuin.. pelan². Perlu waktu yang pas. Ane takutnya yang awalnya khilaf, jadi berlanjut... Bukan kamu, tapi Yohananya.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd