Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

@Pecah Utak

Bener juga, seperti yg dibilang suhu2 di atas. Cerita model ini emang agak langka. Bukan cuman di forum ini, bahkan di situs2 lain, termasuk yg udah lama menghilang.

Ceritanya, bukan cuman romantis, namun juga puitis...

Bener2 deh, koleksinya suhu ini. Lengkap...
Saya yakin, bertahun-tahun itu, ngumpulinnya.
 
@Pecah Utak

Bener juga, seperti yg dibilang suhu2 di atas. Cerita model ini emang agak langka. Bukan cuman di forum ini, bahkan di situs2 lain, termasuk yg udah lama menghilang.

Ceritanya, bukan cuman romantis, namun juga puitis...

Bener2 deh, koleksinya suhu ini. Lengkap...
Saya yakin, bertahun-tahun itu, ngumpulinnya.
:kangen:Hehehe.. iya bener banget brada @Lucky_Lucks
Beneran 'pusing' ngumpulinnya.. hehehe..

Awalnya cuma sekedar 'ngesave' untuk dibaca 'nanti' kalo sedang luang waktu.
Nah.. ke sini-sininya malah ngga sempet lagi baca ulang.. hahaha.

Kesulitan utamanya pas ngopy Cerita yang 'tanggung2'.. plus yang nggak selesai.
Apalagi situs2 zaman lawas-nya udah pada awarahum..
 
---------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [
Part 09]

Malam itu.. 'matahari' dalam kehidupan Widuri bersinar lebih cerah.
Kehadiran Joki benar-benar menyinari hidupnya.

Juga mengisi relung batinnya yang telah lama kosong. Ia puas.
Teramat sangat puas. Sampai akhirnya ia pulang ke rumah..

Seperti biasa.. Joki hanya mengantarkannya sampai ke mulut gang.
Widuri pulang sendiri menuju rumahnya.

Ketika membuka pintu..
seraut wajah mungil dalam gendongan seorang perempuan tua menyambutnya.

“Ah, Tody..” Widuri mencium bibir anak kecil itu, lalu mengusap kepalanya.
Matanya menatap penuh kasih ke arah anak kecil itu. “Ibu pulang, Sayang..”

Buru-buru Widuri menggendongnya. “Ibu..” kata anak itu dengan tangan melambai-lambai.
“Sini, Tody..” sambut Widuri. Anak kecil itu tertawa-tawa di pangkuan ibunya.

“Hari ini Tody tidak nakal, ‘kan..? Iya, Mbok..? Tody tidak nakal hari ini..?”
Tanya Widuri sembari mengelus-elus rambut anaknya. Tody melonjak-lonjak.

Widuri merasa dadanya sejuk ketika pipi Tody yang halus menyentuh-nyentuh hidungnya.
Sementara ibunya yang dipanggil ‘mbok’ hanya memandangnya dalam diam
----oOo----

Hari ini Widuri berniat untuk menonton layar tancap bersama Joki.
Ia sedang menunggu di mulut gang ketika tiba-tiba ada yang mencolek pundaknya dari belakang.

“Linda..!” Pekik Widuri. Dan.. dia memeluk perempuan teman sekantornya itu.
Linda hanya tersenyum kecil. Ada perubahan, pikirnya. Ini bukan Widuri yang biasanya.
Bukan Widuri yang pemalu. Apakah Joki telah mengubahnya..?

“Kamu cantik malam ini..” kata Widuri..
sembari mengundurkan kepalanya yang tertutup jilbab hitam.

Linda tersenyum-senyum, dan memperhatikan pakaian Widuri.
“Kau mau bepergian..?” Tanyanya.

“Iya, sama Joki..”
“Ow, ada kemajuan nih..?” Kata Linda. Widuri tersipu.

“Mau ke mana..?” Tanya Linda.
“Ah, enggak. Cuma nonton layar tancap..” Widuri tersipu.
Pipinya merona merah di bawah tatapan mata Linda.

“Dia sering mengajakmu keluar..?” Tanya Linda. “Hati-hati lho.. ingat statusmu..”
“Eh, iya..” Widuri bergoyang canggung.

Linda menelan ludah. Ini bukan Widuri yang dulu.. kata hatinya.
Widuri merapikan jilbabnya. Kepalanya mendongak..
hingga jilbabnya yang panjang tergerai seluruhnya sampai ke perut.

“Sebenarnya aku kemari tadi juga berniat mengajakmu nonton. Aku pergi sama Dimas..”
Linda memperkenalkan pemuda tampan yang ada di sampingnya.

“Kalau begitu, kita barengan saja..” kata Widuri.
“Kalo nggak mengganggu acaramu..”

“Ah, tidak, tidak..” ujar Linda cepat.
“Justru malah enak.. bisa rame-rame..”

Dan.. di keremangan lapangan bola.. berkali-kali Linda menarik napas dalam-dalam.
Desahnya didengar oleh Dimas. “Ada apa..?” Tanya pemuda itu. Linda menggeleng.

Sementara telapak tangan Dimas yang sejak tadi bermain di gundukan payudaranya..
kini terasa menggenggam semakin kuat.

Linda mendesah.. namun tetap berusaha menoleh..
ke pasangan Joki dan Widuri yang juga telah berbuat hal serupa.

Bahkan sepertinya sebagian besar pasangan di tempat itu juga melakukan yang sama.

Film hanya sebagai pengalih perhatian saja..
sementara tangan-tangan mereka terus bergerak rakus tanpa diketahui.

Hawa malam itu sejuk. Kepala Widuri miring ke arah Joki..
hingga jilbabnya mengelus-elus wajah lelaki itu.

Di layar.. tampak seorang lelaki tengah menggeluti seorang wanita.
Ranjang yang mereka tiduri telah kusut.

Sehelai selimut terjuntai di lantai.
Mata wanita itu terpejam menerima lumatan bibir pasangannya.

Lalu, plassh..! Layar tiba-tiba berubah hitam.
Tidak ada penonton yang protes.. karena memang itu pula yang mereka harapkan.
Suasana yang sepenuhnya gelap membuat mereka jadi lebih bebas.

Widuri menghela napas panjang. Barangkali sejak tadi dia menahan napas..
sejak jari-jari Joki mulai menyelusuri celah lorong kewanitaannya.

Sementara dia sendiri juga tengah mempermainkan batang penis laki-laki itu.
Dan tak lama.. serr.. serr.. crrr..!!
Jari-jarinya sudah tersiram oleh cairan lengket yang sangat panas. Joki telah klimaks.

Dan sepertinya sebagian lelaki juga.. karena beberapa pasangan langsung berdiri..
kemudian merapikan pakaian seadanya.. sebelum kemudian beranjak dari tempat itu.

Linda dan Widuri hanya saling menatap. Keduanya lalu tersenyum.
Linda kemudian mengajak Widuri pulang.

Berempat mereka menyusuri jalanan kampung sebelum kemudian berpisah di mulut gang.
----oOo----

Dan sore berikutnya.. Widuri telah mengeringkan rambutnya.
Tody mengembangkan lengannya ingin digendong.

“Sebentar, Sayang..” kata Widuri. Dia menyisir rambutnya. Baru saja dia selesai mandi.
Tody melangkah tertatih-tatih mendekat. Dia memeluk kaki ibunya.

Widuri tetap menggeraikan rambutnya dengan sisir. Tody menyelinap di celah kakinya.
Widuri membiarkannya. Kepala anak kecil itu menggesek paha ibunya.

Widuri merasakan rasa hangat menjalari dadanya.
Ada jalaran halus datang dari kepala anak kecil itu.
Dan.. jalaran itu mengalir dari paha menuju ke tubuh bagian atas Widuri.

Anak kecil itu memeluk kaki ibunya.
Tentu saja belum disertai kesadaran bahwa kaki itu bagai pualam kuning yang terpahat halus.
Tody menarik-narik handuk yang melilit tubuh ibunya sebatas dada.

Widuri merasakan pipi anaknya hangat menyentuh paha, dan.. sret, aih..!
Handuk terlepas dari tubuh Widuri. Dia menangkap bayangan tubuhnya yang polos di cermin.

Bahunya yang mulus.. dadanya yang diganduli bukit kenyal.. pinggang yang genting..
dan pinggul yang menonjol.. semuanya masih serba menantang.
Widuri menarik napas dalam-dalam.

“Ibu..” rengek Tody. Aih.. Widuri baru sadar akan keadaannya.
Mata Tody yang bundar hitam menatapnya. Cepat-cepat Widuri memungut handuk dari lantai.

Cepat-cepat pula dia membelitkan handuk itu kembali ke tubuhnya.
Dan, buru-buru dia menyelesaikan sisirannya. “Sebentar ya, Sayang, Ibu pakai baju dulu..”

Tody mengikuti setiap langkah ibunya. Dia tau ibunya mau pergi.
Baru saja pulang.. tetapi akan pergi lagi.
Barangkali rasa sepi mulai belajar menggeliat dalam hati anak kecil itu.

Lidahnya masih pelo untuk berkata-kata..
tetapi matanya yang sedih mengikuti setiap gerak ibunya yang sibuk berdandan.
Barangkali sepi mulai berarti dalam diri anak kecil itu.

Widuri telah rapi berdandan. Tak mungkin lagi dia menggendong Tody.
Gaun panjangnya akan kusut jika untuk menggendong.

Maka dia hanya membawa anaknya ke ruang depan. Ibunya sudah menunggu di sana.
Widuri memberikan bocah kecil itu kepadanya.

“Tody jangan nakal ya..? Nanti Ibu bawa oleh-oleh..”
Apalah arti oleh-oleh bagi seorang anak yang sedang membutuhkan belaian ibunya..?

Maka Tody hanya memandangi ibunya yang melangkah pergi.
Sementara si mbok hanya bisa mengelus dada melihat perubahan putrinya.

Dan sekali lagi.. sore itu Widuri takluk di dalam dekapan Joki.
Kali ini mereka melakukannya di tengah sawah..
setelah menonton festival panen di kantor kecamatan.

Keduanya tidak sampai telanjang. Hanya sekedar melepas celana dan rok..
hingga alat kelamin mereka bisa saling bersentuhan.

Namun itu pun sudah cukup membuat sperma Joki membanjir deras..
di kedalaman rahim Widuri yang lagi subur.
----oOo----

Setelah mengantar Widuri pulang sampai ke mulut gang..
Joki memasuki pintu rumahnya dengan langkah pasti.

Hatinya sedang gembira.. ia bernyanyi-nyanyi kecil.
Lama juga dia tak bersiul-siul.

Perkenalannya dengan Widuri.. juga percintaan mereka yang selalu panas..
membuat Joki merasa lengkap.
Hari bertambah cerah bagi batinnya yang selama ini gersang.

Tetapi.. tawa yang semula menggeliat di dada Joki surut mendadak.
Di rumah sebelah.. tampak beberapa orang bergerumbul berbisik-bisik.
Nampaknya ada sesuatu yang sedang terjadi.

“Hei, ada apa..?” Joki bertanya.
Seorang lelaki tua menatapnya. “Pak Bahar masuk rumah sakit..?”

“Ha..!?” Joki menatap kaget.
Pakde Bahar, begitu Joki memanggilnya, masih termasuk familinya.
Lelaki itu selama ini tampak sehat, jadi cukup aneh kalau tiba-tiba masuk rumah sakit.

“Memang sakit apa..?”
“Nggak tau.. tadi ditemukan pingsan di kamar mandi..” kata seseorang.
“Sepertinya, jantungnya kumat..” tambah yang lain.

Joki membisu. Cepat dia beranjak untuk menyusul ke rumah sakit.
Bau formalin mengambang saat ia tiba.

Langkahnya berdetuk pelahan di lantai ubin rumah sakit yang dingin.
Di belokan.. Joki berpapasan dengan perawat berpakaian putih.

Tetapi.. wajah perawat yang cantik itu..
tak berhasil menenangkan galau yang berputaran di dadanya.

Di pintu kamar.. Joki bertemu pandang dengan Lia, anak perempuan Pakde Bahar.
Gadis remaja itu bersimbah airmata.

Setelah sekian tahun tak berjumpa, gadis yang dulu masih berkepang dua itu..
kini sudah menjelma menjadi perempuan berjilbab yang teramat cantik.
Ah.. alangkah cepat waktu berlalu.

“Bang Joki..” sapa gadis itu.
“Lia..” gumam Joki.

Dan.. Lia menerkamnya serta membenamkan tangisnya di dada lelaki itu.
Haru mengusap-usap hati Joki.. “Jangan menangis, Lia, jangan menangis..”

Diusapnya gadis cantik bermata seindah bintang itu.
Tetapi.. Joki sendiri merasa matanya mulai panas dan pipinya ikut basah.

Maka Joki mencium kening gadis itu. Dan, Lia menangis lagi.
Mereka masuk ke ruang paviliun tempat Pak Bahar dirawat.

Tampak lelaki itu terbaring dengan masker zat asam.
Matanya terpejam. Mata yang letih.

Napasnya satu-satu. Udara tampak menjadi berharga sekali.
Lia tak sanggup untuk menatap.

Napasnya seketika sesak.
Hampir saja dia berlari keluar, untunglah Joki menahannya dengan rangkulan.

Matahari telah lenyap. Langit yang kelam terlapisi cahaya merah.
Sepotong bulan mengintai di balik atap-atap gedung.

Orang-orang yang mengantar satu per satu pamit pulang..
meninggalkan Joki hanya berdua dengan Lia di kamar itu.

Si gadis merapatkan tubuhnya ke badan Joki.. seperti mencari pegangan.
Tangannya tak lekang dari pergelangan tangan Joki.

Padahal.. menurut adat.. bersikap seperti ini sangatlah terlarang.
Sebagai seorang yang masih bertautan darah..
tak boleh sebenarnya memperlihatkan kemesraan seperti itu.

Tetapi.. apa peduli mereka..? Joki adalah lelaki yang sangat baik bagi Lia.
Dan Lia adalah gadis yang sangat menyenangkan bagi Joki.

“Lia kepingin cerita-cerita sama Abang..” kata gadis itu memecah kesunyian.
Joki cuma bergumam. Jilbab Lia tercium harum olehnya.

Angin bulan Juli melintas di luar kamar, mengirim desirnya yang dingin ke dalam.
Joki dapat merasakan napas gadis itu mulai teratur setelah tadi puas menangis.

“Nah, kelas berapa kau sekarang..?” Tanya Joki.
“Kelas tiga..”

“Wah, kok cepat sekali..?”
“Cepat..? Lia baru kelas tiga SMP..”

“Ooo..” Joki menaksir-naksir gadis itu.
“Tapi, kau kelihatan sudah begini.. besar..”
Anak-anak zaman sekarang memang lebih cepat pertumbuhan badannya.. pikir Joki.

“Lia sedih sekali, Bang Joki. Ayah sakit, dan kelihatannya parah..”
“Ah.. ayahmu akan sembuh..” hibur Joki.

“Tapi.. belum pernah ayah mengalami yang begitu. Sampai pakai bantuan pernapasan segala..”
Joki tak menjawab. Sebenarnya dia juga ngeri memikirkan keadaan Pakde-nya.

“Lia takut kalau ayah sampai.. Ah, Lia takut. Dengan siapa Lia akan tinggal.
Mama sudah nggak ada. Lia sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini..”

“Ayahmu akan sembuh. Beliau akan kembali sehat..”
“Kalau ayah sampai .. ah..! Lia tidak tau apa yang terjadi..”

Joki mengurut-urut tenggorokannya yang tersekat. Jari-jari tangannya gemetaran.
“Percayalah, Lia, ayahmu akan sembuh kembali..” suara Joki menyentak.

Kepala Lia terangkat. Matanya berkilauan.
“Ya.. mudah-mudahan..” ucapnya kepada diri sendiri.

Berangsur ketakutan gadis remaja itu lenyap.
Lalu matanya kembali berkilauan bagai bintang.

Joki mengangguk menguatkan.
Lia tersenyum bagai bunga mawar yang mekar di pagi hari.

“Kalau begitu, Bang Joki jangan pulang nanti. Abang harus di sini.
Menemani Lia menunggu ayah di rumah sakit..”

“Aku..?” Lia mengangguk, dan tersenyum lagi. Maka Joki mengangguk.
Malam itu.. tanpa bisa menolak, ia menemaninya.

Joki mengajak gadis itu makan malam di warung tenda depan rumah sakit.
Adanya Joki membuat kesedihan Lia perlahan-lahan terangkat.

Gadis itu terus bercerita sambil tersenyum..
tawanya cerah seperti matahari menembus hujan.

Mereka duduk berdempetan..
tapi tidak cukup romantis untuk menimbulkan kecurigaan orang yang melihat.

Malam belum begitu larut ketika mereka balik lagi ke kamar.
“Selamat malam, bang..” Lia berkata.. lalu berjinjit untuk mencium Joki lembut.

“Tidurlah..” Joki menarik diri..
namun sempat tergetar juga kala menghirup harum tubuh manis Lia.

Gadis itu menyelinap ke tikar tipis yang sudah mereka gelar di lantai dan tertidur pulas.
Joki menyusul tak lama kemudian.. dan ia memiliki mimpi indah.

Rasanya ia sedang terbang di atas hutan.. menatap danau dan sungai yang berkilauan.
Terbang seperti burung.. namun tanpa mengepakkan sayap.

Hanya melayang, dengan lengan terulur jauh. Lalu Joki menukik ke bawah..
kemudian mendarat di semak-semak hutan.. sangat redup dan gelap.

Di tengah-tengah pepohonan ada tempat tidur besar dengan kanopi kain sutra putih.
Dia yang sangat lelah setelah terbang.. memutuskan untuk naik ke sana dan beristirahat.

Joki tertidur dan ketika ia terbangun..
tampak seorang gadis cantik datang dan melayang ke samping tempat tidurnya.

Tubuhnya halus, melengkung dan indah. Dia telanjang.
Rambutnya yang hitam tampak bersinar keemasan.
Payudaranya padat dan bulat.. dengan puting merah muda sesegar mawar.

Pinggulnya yang ramping tampak feminin..
didukung oleh sepasang paha putih mulus nan halus..
Gumpalan bulu keriting terlihat di antara pangkalnya yang munjung.

Gadis itu naik ke tempat tidur dan mencium Joki mesra.
Kulitnya hangat seperti sutra.. tubuhnya terasa kuat.. matang dan lembut.

Kulit mereka menyatu.. memberi Joki sebentuk pengalaman yang paling menakjubkan.
Sensasinya sungguh nikmat.. seolah-olah ia benar-benar mengalaminya.

Gadis itu mengangkang dan Joki mengulurkan tangan..
untuk membelai serta menciumi gundukan payudaranya.

Dia bisa merasakan putingnya yang mungil.. namun
sangat menegang.. dengan jari-jarinya.

Mengirimkan gelombang kenikmatan kala di saat yang hampir bersamaan..
gadis itu meraih ke bawah untuk membelai batang penis Joki..
yang langsung berubah tegak di dalam genggamannya.

“Ahhh..!!” Mereka berdua mendesah.
Perasaan hangat.. namun juga indah.. mengalirkan kepuasan yang tiada tara.

Lalu perlahan-lahan, gadis itu mulai meluncur.. pinggulnya maju..
dan dengan lembut mengusapkan celah vaginanya ke batang penis Joki.

Sekali lagi.. mereka berdua mendesah dengan penuh kesenangan.

Berikutnya.. masih tetap perlahan-lahan.. gadis itu menggerakkan pinggulnya..
Membuat celah vaginanya meluncur di sepanjang batang panjang Joki..

Sampai kepala penis pemuda itu bergesekan dengan biji klitorisnya.
“Hmm..” Joki melenguh.. begitu pula dengan gadis itu.

Sangat nikmat rasanya ketika memiliki penis yang membelai biji klitorisnya.
Gelombang besar mulai menyebar dan semakin menghangat.

Apalagi saat gadis itu meluncur perlahan turun lagi..
Bibir vaginanya yang basah dan licin menggesek di sekitar kemaluan Joki..

Memberinya belaian hangat nan lembab pada kantong telur.
Dan ketika ia melakukannya lagi.. semuanya menjadi serba nikmat dan sensual.

“Ahh..” melenguh keenakan.. tangan Joki terulur untuk membelai pantat manis si gadis..
yang begitu halus.. juga bagian belakang pahanya yang mulus.

“Uhh..” gadis itu menghela napas dan mencium Joki..
Sementara bibir vaginanya terus meluncur..
turun-naik di sepanjang batang keras pemuda itu.

Saat pinggulnya sudah semakin bergetar..
barulah ia mengarahkan penis Joki ke pintu masuk liang senggamanya.

Kemudian.. slebbb.. dengan sangat perlahan.. mulai meluncurkannya ke dalam.
Rrrrrrbbbbb..!! Sedikit demi sedikit, batang penjang itu meluncur lebih jauh..

Memunculkan desahan mereka berdua di setiap gerakannya.

“Ahh..!!” Joki memekik.. merasakan penisnya seperti ditelan oleh lubang nikmat..
Liang yang teramat dalam.

Hampir ia tidak bisa bernapas..
saat gadis itu mengajaknya berciuman lembut.. penuh gairah.

Menatap wajahnya.. Joki melihat mata hitam sejernih bintang..
Dan menyadari bahwa wanita muda itu adalah Lia..!!
“Oh.. Lia.. aku menyukai milikmu. Jangan berhenti..!!” Pekik Joki.

Namun Lia malah mengangkat tangannya dan menutup mulut Joki..
Seolah-olah teriakannya akan bisa merusak kebersamaan mereka.

“Ada apa..?” Joki mencoba bertanya.. tapi tangan gadis itu malah menutup semakin erat.
Bahkan tidak cuma mulut.. tapi juga lubang hidungnya.. hingga Joki jadi tidak bisa bernapas.

“Lia..!?” Joki memekik panik.. dadanya mulai terasa sesak.
Namun gadis itu tetap membekapnya..
sampai semua perlahan berubah menjadi gelap bagi Joki.

“Tidak..!” Joki ingin berteriak. Tidak ingin pergi dari mimpi yang nikmat ini.
Tapi ia sama sekali tidak dapat mencegah begitu perlahan-lahan dirinya mulai terjaga.

Membuka mata.. Joki terkejut saat menemukan dirinya berbaring telentang di lantai.
Dan bahkan lebih terkejut lagi..
saat merasakan tangan halus berada di atas mulutnya.. persis seperti dalam mimpi tadi..!

Ketika matanya lebih terfokus..
Joki bisa melihat sebentuk wajah yang tersenyum kepadanya.

Suasana kamar cukup gelap.. karena lampu tampaknya telah dimatikan.
Tapi Joki dapat melihat mata seorang gadis muda yang sangat cantik.
Mata yang sebening bintang, milik Lia..!

Persis saat kesadaran itu menghantam..
Joki menyadari bahwa dia tengah berbaring telanjang.

Celananya telah terlepas.. dengan Lia berada di atasnya..
sama-sama telanjang dari perut ke bawah.

Paha gadis itu mengangkanginya..
menempatkan penis Joki menembus tepat di liang vaginanya..!

Lia merunduk ke depan dan berbisik di telinga Joki.. “Ssst.. Abang jangan bicara.
Aku mencintaimu, bang.. dan aku tidak bisa tidur. Jadi aku melakukannya. Tidak apa-apa..”

Oh Tuhan..!! Pikir Joki. Rasanya begitu nikmat.. tapi ini gila..!!!
Pakde Bahar terbaring tidur tidak lebih dari dua meter darinya..
sedang ia berbuat mesum dengan putrinya.

Orang macam apa diriku ini..? Geram Joki dalam hati.
Dia sudah akan melepaskan diri..

Namun tatkala Lia mulai menggerakkan pinggulnya.. keprihatinan Joki pun meleleh.
Rasanya begitu nikmat. Gairah ini sukar untuk dipadamkan.
Dan apa yang tadinya salah.. tiba-tiba saja berubah menjadi benar.

“Hhh..!!” Menghela napas berat..
Joki meluncurkan tangannya ke pantat gadis itu.. membelainya lembut.

Meminta Lia agar terus bergerak perlahan.
Dia menerima apa yang tak mungkin dapat terelakkan

“Ahh.. Bang..!” Ikut mendesah..
Lia memutar pinggulnya dengan begitu erotis. Sangat fantastis.

Joki mengulurkan tangan dan menangkup bulatan payudara gadis itu.
Memang masih tertutup kemeja dan jilbab.. namun sudah terasa begitu lembut.

Joki menjentik-jentikkan putingnya yang terasa sedikit mengganjal..
dan Lia langsung mendesah penuh kepuasan.

Lemas ia letakkan kepalanya di dada Joki.. namun dengan pinggul terus mengayun..
Lebih dalam dan lebih dalam lagi.. tapi tetap menjaga suara..
sehingga tidak membikin keributan.

“Hhh.. hh.. hh..” sesaat kemudian.. terasa napas Lia menjadi lebih berat terengah-engah.
Joki juga merasa miliknya semakin mengeras.. dan tambah menguat.

Sampai akhirnya ia merasakan vagina Lia meremas-remas..
dengan kedutan-kedutan lembut yang begitu nikmat di dalamnya sana.

Tidak dapat melawan.. Jlegh..!! Joki pun menyodorkan penisnya dan.. crett.. crett.. crett..!!
Cairan nikmatnya menembak di dalam diri gadis muda itu.

"Nghhh..!!" "Erghhh..!!"
Mereka terkejang-kejang bersama dalam rintih tertahan..

Terus mengusap-usap satu sama lain selama kurang lebih satu menit.
Kemudian mereka berbaring diam sejenak.

Joki bisa mendengar detak jantung Lia yang terasa keras di telinganya.
Kulit mereka basah oleh keringat.

“Bang..” bisik gadis itu pelan. “Aku mencintaimu..”
“Iya, Lia..” bisik Joki kembali.. tidak berani menyahuti.

“Sudah ya.. nanti ada perawat atau orang yang datang menemukan kita..”
“Aku tak peduli..” ketusnya. “Lia mau beginian terus sama abang, semalaman..”

Joki tertawa dalam diam saat Lia menciumnya lagi.
Bulan yang bersinar lemah menyorot memudar melalui jendela samping..
membawa kilauan perak ke tubuh Lia yang terlihat mulus dan halus.

Joki mengelusnya dan mengangguk setuju.
“Hanya untuk malam ini..” bisiknya dan mereka berciuman lagi.

Meringkuk bersama-sama.. keduanya perlahan-lahan jatuh tertidur.
Namun sebelum subuh..

Lia sudah bangun dan mengajak Joki bercinta kembali.. diam-diam.
----oOo----

Kenapa Joki tak muncul..?
Widuri berkali-kali menatap keluar lewat jendela.. tetapi cuma sepinya jalan yang nampak.

Harum parfum menyusup halus ke hidung. Kulit Widuri nampak segar.
Tetapi.. apa arti semua ini..? Perempuan itu mengeluh tanpa terdengar.

Di mana Joki..? Widuri menekap bimbang yang menggelitik hatinya.
Matahari semakin menggelincir di langit barat. Sangsi kian berat menekan diri Widuri.

Di saat yang sama.. dua tangan Lusi memegang dan mendongkakkan wajah Joki..
hingga mereka saling berpandangan. “Aku kangen kamu, Jok..” kata Lusi.

Belum sempat Joki menanggapi.. clrupp..!! Bibirnya telah dilumat oleh bibir gadis itu.
----------------------------------------------oOo-------------------------------------------

CONTIECROTT..!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd