Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [Part 10]

Karena agak kaget..
Joki bergerak mundur. Tapi Lusi mengikutinya dengan merangsek maju..
Makin mendekat hingga tubuhnya condong ke badan Joki.
Ciuman Lusi di bibirnya.. sempat membuat Joki bingung. Tapi akhirnya, toh ia tetap merespon juga.

“Aku takkan melakukan hal ini pada sembarang pria, Jok.
Dulu.. kita belum dapat menjadi kekasih. Tapi apakah kita juga harus berhenti menjadi teman akrab..?”
Tanya Lusi yang menghentikan ciumannya secara tiba-tiba.

Mereka baru saja balik dari rumah sakit.
Joki meminta kepada Lusi agar membantu mengantar Pakde Bahar pulang menggunakan mobilnya.
Kondisi laki-laki itu mulai membaik.. syukurlah.

Ternyata bukan serangan jantung, hanya sedikit kecapekan. Karena itu hanya tiga hari berada di rumah sakit.
Dan selama tiga hari pula Joki berbuat mesum dengan Lia.

Ah.. teringat gadis itu.. batin Joki jadi campur aduk. Lia terang-terangan mengatakan cinta kepadanya.
Sedangkan Joki..? Entahlah. Dia sudah memiliki Widuri. Dan Joki teramat mencintainya.

Namun sudah tiga hari ia tidak menghubungi gadis itu.. jangan-jangan Widuri mengira dia lagi marah.
Dan kini muncul Lusi.. cinta semasa kecil Joki. Yang pesona tubuhnya teramat sukar untuk dielakkan.

“Aku selalu menganggapmu lebih dari sekedar teman, Lus.. meski pun bukan kekasih..” jawab Joki pada akhirnya.
“Terimakasih, Jok..” kata Lusi dengan tersenyum manis.

Joki mengangguk tanda setuju.
Mereka berdua duduk berdampingan dengan santai di sofa ruang tamu.

Sambil menggelayut manja, Lusi bertanya. “Yakin tak ingin balik ke kota besok..?”
“Iya.. aku ingin merawat ibuku dulu..” jawab Joki.
Padahal niat sebenarnya masih ingin bercinta lagi dengan Widuri. Atau Lia.. mungkin.

“Kamu sendiri.. tetap berangkat besok..?” Lusi mengiyakan, lalu mengeluarkan sebuah permintaan..
“Jok.. sebagai teman akrab.. masa’ kamu tidak ingin memberiku sesuatu..?”

“Memberi apa..?” Joki bertanya bingung.
“Apa saja.. agar bisa kubawa pulang sebagai kenang-kenangan..”

Joki tampak berpikir sejenak.. lalu berkata.. “Pejamkan mata dulu, aku punya kejutan untukmu..”
Permintaan itu langsung dituruti oleh Lusi.

Dengan mata terpejam, ia merasakan bibirnya mendapat ciuman basah dari Joki.
Sebuah sentuhan halus juga ia rasakan mengusap kedua bulatan payudaranya.

Mengerang.. jiwa Lusi pun seakan terbang ke awang-awang.
Sekujur tubuhnya terasa bergairah kembali.

Ciuman Joki bergerak ke arah leher lalu turun ke payudara.
Lusi heran dengan kecepatan dan kelihaian Joki dalam membuka jilbab..
serta melepas kancing kemejanya tanpa ia sadari.

Namun keheranan itu segera sirna.. karena jalan pikirannya telah buntu..
oleh rasa nikmat yang ia rasakan.

Dengan mata masih terpejam.. Lusi dapat merasakan..
kedua payudaranya memperoleh kuluman nikmat secara bergantian oleh lidah basah Joki.

“Ahh.. Jok.. lepaskan sekalian..! Ahh..!!” Lusi mengeluarkan desahan pertamanya..
saat tangan-tangan Joki bergerak lagi.. kali ini membuka kancing dan ritsleting celana jinsnya.

Pemuda itu mengusap-usap celana dalam Lusi tepat di daerah kemaluan..
Daerah yang mulai nampak basah.

Tanpa kesulitan Joki melepasnya karena Lusi sudah mengangkat pantatnya.
“Ahh..!!” Mata Lusi terbelalak..
ketika ciuman bibir basah Joki telah mencapai liang kenikmatannya.

Desah panjang nan dalam pun membahana di ruang depan yang luas dan sepi itu.
Sesekali lidah Joki menjulur-julur ke dalam liang kenikmatan Lusi..
Menyelingi kuluman yang dibuat oleh bibirnya.

Tak lama kemudian.. Lusi mengerang..
Ia menarik kepala Joki dengan tangannya dan menjepitnya dengan kedua kaki.

Tubuhnya mengejang dan akhirnya menggelinjang.
“Oh, kamu nakal banget, Jok..!” Kata Lusi manja dan tersenyum puas.

“Itu tadi belum masuk kategori nakal, Lus..!
Kamu ingin tau apa yang lebih nakal..?” Tanya Joki.
Lusi hanya tersenyum dan mengangguk penasaran.

Joki langsung melayangkan ciuman di bibir perempuan itu.
Sesaat kemudian Joki juga telah melepas celananya.. sambil tetap melumat rakus bibir tipis Lusi.

Berikutnya Joki merebahkan Lusi di sofa dan segera menindih serta menyetubuhinya.
Aksi tiba-tiba yang dilakukan oleh Joki membuat Lusi terkejut dalam kenikmatan tingkat tinggi.

“Ahh.. ahh.. Jok.. ohh..!!” Desah perempuan itu keenakan.

Joki melepas ciumannya dan menegakkan tubuhnya untuk membuat dorongan maju-mandur..
yang makin lama makin cepat.. sambil memegangi kedua payudara Lusi yang bergetar pelan.

Tak lama.. kedua tubuh yang saling bercengkerama itu pun sama-sama mengejang.
Mereka berpelukan dan saling menggeram bersahut-sahutan..
begitu Joki mau pun Lusi melepas muatan nafsu asmara yang telah mereka tahan sejak tadi.

Kenikmatan dan kepuasan itu mereka raih dalam selimut kebimbangan..
yang telah menyatukan mereka berdua.

Mesra Lusi mengusap rambut Joki dan berkata..
“Terimakasih, Jok. Nikmat sekali. Tidak akan pernah kulupakan..”

Joki tertunduk mendengar pernyataan itu.
”Sama-sama, Lus..” hanya itu jawaban yang bisa ia berikan.

“Aku kemarin bertemu dengan Irwan.
Dia menanyakan, sudahkah kau berikan uang kepada istrinya..?” Lanjut Lusi kemudian.

Joki terhenyak.. “Ah.. iya. Aku lupa..!!” Sibuk bercintaan dengan Widuri..
Membuatnya jadi lupa pada amanat sahabatnya itu.

Ah.. pasti istrinya bingung sekali.
Seharusnya uang itu sudah ia berikan 10 hari yang lalu.

Lusi menggeleng-gelengkan kepala dan berkata.. “Kau ceroboh sekali, Jok..”
“Maafkan aku. Tapi, aku memang tidak tau rumahnya..”

Joki melepaskan pelukan dan segera memakai pakaiannya kembali.
“Itu bukan alasan, Jok..!” Lusi ikut memunguti pakaiannya.

“Minta maaflah pada Irwan. Bagaimana jika anak-istrinya sampai kelaparan..?”
Kata-kata terakhir Lusi menggetarkan hati Joki..
membuatnya tak mampu mengucapkan sepatah kata.

Joki hanya diam dan memandang Lusi.. menunggu dan menunggu.
“Sebaiknya kita ke sana sekarang. Ayo, kuantar..!”

Lanjut Lusi yang sudah berpakaian rapi kembali.
Joki mendehem.. dan segera mengikutinya.

Dengan berjalan kaki.. mereka pergi ke rumah Irwan.
Letaknya ternyata tidak jauh.. dan Joki sudah sering melintasinya.
Tau begini.. sudah sejak kemarin-kemarin ia berikan uang titipan itu.

Joki mengejar Lusi yang berjalan cepat menyusuri gang.
Jantungnya berdenting-denting. Tenggorokannya tersumpal sesuatu yang mengganjal.

Hatinya rusuh dan risau bergalauan.
Itu karena ketika mereka tiba di halaman rumah Irwan yang sempit..

Dilihatnya seseorang sedang duduk di teras depan.
Itu istri Irwan.. perempuan itu tampak termangu-mangu.

Dan.. dada Joki semakin berdebur..
Saat perempuan itu menatap kedatangan mereka dengan mulut ternganga.

Maka Joki ikut terperangah. Mukanya mendadak panas.
Tetapi.. sesungguhnya muka itu pucat.

Pucat dan merah-padam bergantian menghiasi muka Joki.
Napasnya tersengal karena merasa sangat bersalah.
----oOo----

Sore itu hujan masih tersisa di gang menuju rumah Widuri.
Sepatu Linda bertambah tinggi. Tanah liat menempel di hak sepatu itu.

Kalau saja bukan karena Widuri yang berkeluh kesah di telepon..
tak mungkin Linda akan bersusah payah datang kemari.

“Wid.. aku datang..” sapa Linda sambil melepas sepatunya di depan pintu.
“Hai.. masuk saja. Wah.. kayak mau masuk masjid saja.. buka sepatu segala.
Ayo.. langsung saja. Maklum rumah di kampung..” kata Widuri.

Dia tegak menggendong Tody.
“Aih.. ini anakmu, Wid..? Aduh, cakepnya..”
Linda merenggut Tody dari pelukan Widuri dan menciuminya.

“Sudah sebesar ini..” desahnya.
“Kamu sendiri, kapan nyusul..?” Tanya Widuri.

Linda menggeleng, dan katanya.. “Nggak tau.. si Dimas masih ruwet aja tuh..”
“Kalian ‘kan baru dua bulan pacaran. Masih banyak waktu..” kata Widuri.

“Minum, Lin. Maaf ya, aku tak bisa menyuguhi yang lain..”
“Terimakasih.. tak usah repot-repot..”

Linda mengawasi susunan perabot di ruangan itu. Rapi dan resik. Artistik.
Menunjukkan bahwa penghuninya punya apresiasi estetis.

“Masih sering bepergian dengan Joki..?” Tanya Linda.
“Ya..” Bibir Widuri mengelopak mawar dalam senyum.

“Nampak-nampaknya kalian serius..”
“Ah, entahlah..”

“Kenapa, entahlah..?”
“Aku bingung, Lin..” Widuri menatap mata gadis itu.

Dia menemukan mata yang serupa dengan tahun-tahun berselang.
Mata seorang gadis yang bersikap bersahabat.
Seorang yang dipercaya bisa menampung rahasia-rahasia batinnya.

“Kenapa bingung, Wid..?” Suara Linda lunak.
“Hubungan kami akrab sekali..” kata Widuri.

Pandang matanya berpindah-pindah dari Tody ke Linda.
“Lantas..?” Kata gadis itu penasaran.

“Belum pernah aku berhubungan seintens ini dengan lelaki lain semenjak ..”
“Apa, kau mencintainya..?” Tanya Linda.

“Entahlah. Tapi, yang jelas, barangkali aku bukan ibu yang baik.
Juga bukan perempuan yang baik. Barangkali aku memang binal..”

“Ah..!” Linda mengeluh. “Kalau kau tak yakin mencintainya, kenapa kau melakukan itu..?”
Ia bertanya seraya melirik Widuri.

“Dia sangat baik. Aku terharu pada kebaikannya.
Ada dorongan yang sangat kuat.. sehingga aku tak kuasa untuk menolaknya.
Bahkan.. barangkali.. aku juga membutuhkan itu..”

“Tapi, kau tidak mencintainya..” kata Linda.
“Ah, apa sebenarnya cinta itu..?” Widuri berkata murung. Linda menatapnya.

“Aku pernah mencintai seseorang, bahkan sampai sekarang masih mencintainya.
Tapi.. perasaan serupa tidak aku alami dengan Joki.
Aku cuma merasa senang dan aman bersama dia.
Karena itu aku rela menyerahkan diriku sepenuhnya..”

Linda menyusut-nyusut rambut Tody Kecil yang duduk di pangkuannya.
Anak kecil ini rupanya senang berada dalam rangkulan perempuan bermata indah itu.

Apalagi payudara Linda tak jauh beda dengan payudara ibunya;
sama-sama besar, hingga membuatnya bisa menggelendot manja di sana.

“Bagaimana dengan statusmu..?” Linda menarik napas sepenuh dada.
Widuri diam. Matanya menghitung jumlah ubin di lantai.

Tangannya menggurat-gurat lengan kursi. Ia hanya mengangkat kepalanya sekejap.
Sementara Linda menekapkan pipi Tody ke dadanya.. membiarkan mulut anak kecil itu..
menggeser-geser di puncak payudaranya yang menerawang samar.

“Hubungan kami mungkin tak akan berlanjut, Lin..” Isak Widuri yang murung..
bagai datang dari dasar sumur yang teramat dalam. Jauh sekali.

Pelupuk mata Linda panas saat dilihatnya air hangat pelahan-lahan membasahi pipi gadis itu.
“Bersabarlah, Wid. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan bahwa kau masih istri sah seorang laki-laki..”

Widuri menggeleng. Dadanya berombak. Beberapa hari ini berlalu bagai pelangi.
Joki telah mengisi hari-harinya yang kelabu. Tapi kini lelaki itu telah menghilang. Telah lenyap.

Sirna sepenuhnya. Maka pipi Widuri kembali basah.
Genangan air mata membuat matanya berkilauan.

“Ibu..” panggil Tody Kecil.
Widuri cepat-cepat mengusap air mata yang membasahi pipinya.
Dia berusaha tersenyum, tetapi giris.

“Karena itulah aku memanggilmu, Lin. Aku bingung..” katanya pelan-pelan.
“Oh, ya..?” Linda berkata bingung.

“Apa yang harus kulakukan sekarang..?” Lirih Widuri.
Matanya menelusuri wajah lucu Tody.

“Begini, Wid..” Linda terengah. “Kau bukan janda.. jadi tidak dibenarkan untuk menikah lagi.
Suamimu masih ada.. tapi entah sekarang berada di mana. Tak ada yang tau rimbanya.
Bisa saja suatu saat ia muncul lagi..”

“Aku tau di mana dia berada..” kata Widuri mengagetkan.
“Ah, benarkah..!?” Setumpuk kelegaan pecah di hati Linda.

Widuri membisu. “Tapi ini malah jadi rumit. Aku takut kehilangan dia kalau membuka aib ini.
Dia pergi untuk memperbaiki nasib keluarga. Sedangkan aku di sini.. malah mengkhianatinya.
Betapa kotor dan rendahnya diriku..”

“Tidak ada guna menyesali yang telah lalu, Wid. Saatnya untuk menatap ke depan.
Ingat.. masih ada Tody yang membutuhkan kasih sayangmu..”

“Sungguh dilema yang sangat pahit..” kata Widuri perlahan.
“Ya.. buah simalakama..” dukung Linda.

“Tapi tetap.. lebih baik kau kembali ke pelukan suamimu. Relakan Joki pergi..”
“Tapi aku tidak yakin suamiku akan mau menerimaku kembali..”

“Apakah dia pasti akan meninggalkanmu jika tau perbuatanmu ini..?” Tanya Linda.
“Itu perasaanku..”

“Perasaan wanita sering mengada-ada, Wid..” Linda menarik napas panjang.
Dadanya naik-turun sebab dia memaksa tertelannya ludah yang menyekal di tenggorokan.

Ia mendekapkan muka Tody yang tertidur ke gundukan payudaranya.
Widuri menghitung-hitung ubin yang sebagian berwarna kuning dan sebagian lagi berwarna coklat.

Ruangan itu sepi.
Musholla di mulut gang menyuarakan adzan Maghrib lewat loudspeaker yang tidak begitu lantang.

“Haruskah aku berterus terang pada suamiku..?” Kata Widuri kepada dirinya sendiri.
“Barangkali itu yang terbaik. Sebaik apa pun kau menyimpan bangkai.. suatu ketika akan tercium juga.
Dan menurutku.. itu malah lebih berbahaya..” saran Linda.

“Hmm.. entahlah. Akan kupikirkan dulu.“ kata Widuri terengah.
“Aku tak berani menghadapi kenyataan nantinya..
kalau suamiku benar-benar meninggalkanku karena keadaan ini..”

“Lebih baik berlayar sampai tujuan. Kau akan lebih tau dengan pasti lelaki macam apa dia.
Jika dia meninggalkanmu hanya lantaran satu kekhilafan, itu tak mengapa.
Setidaknya statusmu bisa lebih jelas.. daripada menggantung seperti sekarang..”

Widuri mengangguk-angguk dengan bahu tertekuk. “Baiklah. Kalau itu yang kau inginkan..”
“Bukan.. itu adalah hakmu, Wid. Aku hanya punya kewajiban membantumu.
Kau punya hak untuk melakukannya atau pun tidak..”

“Terimakasih, Lin. Terimakasih..” desah gadis itu.
Matanya kembali meneteskan air bening bagai kaca.

Beberapa saat mereka berdua terdiam.
Tody tersenyum-senyum dalam tidurnya di pelukan Linda.
Sepertinya sangat menikmati ‘bantal’nya yang lembut dan empuk.

Malam telah turun sejak tadi.
----oOo----

Angin malam membelainya. Namun.. darah Joki masih saja panas.
Kenapa jadi se-absurd ini..? Kenapa jadi kacau seperti ini..?

Langkahnya tambah bergegas. Ia baru saja keluar dari terminal..
setelah hampir 8 jam duduk menekur dalam bus antar propinsi.

Aku benar-benar bajingan..! Pikir Joki..
sambil merambahi celah mobil yang diparkir di pelataran terminal.
Dia meraba-raba sakunya yang berisi lembar-lembar uang.. sisa-sisa tabungan terakhirnya.

Sebenarnya Joki belum berniat balik ke ibukota..
tapi peristiwa kemarin petang langsung mengubah pikirannya.

“Bangsat..!” Joki menggeram jengkel.
Sebab.. selain harus berpisah dengan Widuri.. belahan hatinya..
dia juga harus merutuki segala kebodohannya. Kenapa dia bisa sampai berbuat seperti itu..?

“Sial..!!!” Lagi-lagi Joki hanya bisa mengumpat.
Di kepalanya terbayang-bayang peristiwa kemarin..

Saat ia berjumpa untuk yang terakhirkali dengan Widuri.
Dan mengetahui status gadis itu yang sebenarnya.

“Kau akan meninggalkanku, Jok..?” Tanya Widuri sambil menggendong Tody.
Joki tertunduk malu mendengar pertanyaan itu.

“Jok.. aku tidak menuntut pertanggungjawaban.
Aku hanya butuh penjelasan darimu..” kata Widuri.

“Kita sama-sama dewasa.. dan aku bisa mengerti kalau kamu hanya menganggap..
apa yang kita lakukan hanyalah sekedar pemenuhan nafsu semata..”
Lanjut Widuri semakin blak-blakan.

Joki menggeleng-gelengkan kepala dan berkata..
“Bukan, Wid. Ini bukan hanya sekedar nafsu. Ini lebih dari itu. Aku benar-benar mencintaimu ..
Dan itulah penyebab perubahan sikapku. Aku sengaja menjauhimu.. bukan karena aku tak suka.
Namun sebaliknya .. aku sangat mencintaimu, Wid..!!”

Kata-kata terakhir Joki menggetarkan hati Widuri..
Membuatnya tak mampu lagi untuk membendung airmata. Ia pun mulai menangis sesenggukan.

“Maaf, Wid. Aku tau.. sebenarnya tak pantas bagiku mengutarakan cinta padamu.
Apa pun tanggapanmu.. aku akan menerimanya. Kamu jangan kasihan padaku..” lanjut Joki.

Widuri mencoba dapat bersuara kembali, lalu berkata..
“Aku nggak ngerti sama kamu, Jok. Bukannya memperjuangkan cinta.. kamu malah menghindarinya..”

“Supaya aku dapat melupakan perasaanku padamu, Wid.
Meski sangat indah, tapi cinta ini salah. Sangat-sangat salah..” jawab Joki.

“Kenapa..? Apa karena aku yang telah bersuami..?” Tanya Widuri pias.
Joki hanya menganggukkan kepalanya.

“Aku tak ingin melukai perasaan suamimu. Aku tak tega, Wid..!”
Sebuah jawaban yang membuat haru hati Widuri.

Cuma.. apakah dia akan terus-menerus merasa bersalah seperti ini..?
Apakah dia akan terus-terusan menghindar..?

Memang Joki tidak takut jadi gelandangan.
Tetapi sebagai seorang laki-laki, nalurinya mengatakan kalau ini salah.

Dia harus menghadapi persoalannya secara jantan.
Berani berbuat.. dia juga harus berani bertanggungjawab.

Maka Joki berdiri murung di dekat gerbang bis kota.
Mobil-mobil antre keluar bagai siput yang beriringan.

Joki merasa dirinya kecil sekali. Seperti kodok.
Apalagi dia melihat seorang gadis menyetir salah sebuah mobil.

Joki merasa bagai ditindih sebongkah batu gunung. Dia merasa dirinya keciiil sekali.
Merasa tak berarti berada di tengah-tengah kehidupan luks Kota Metropolitan ini.

Lantas dia menyusuri trotoar.
Lalu naik ke jembatan dan menatap jalanan yang sibuk. Ia berjalan perlahan.

Tangannya bersamplokan dengan tangan seorang pengemis..
tetapi pengemis itu tidak menadahkan tangan ke arahnya.
Barangkali karena melihat keruhnya muka Joki.

Joki turun di seberang jalan. Lalu menyusuri trotoar.
Dia berusaha agar tidak bersenggolan dengan gadis-gadis yang berjalan bergerombol.
Dia khawatir jika keringatnya mengotori pakaian mereka, pakaian bagus gadis-gadis itu.

Terus berjalan dengan tangan di saku, dia uhf..!
Hampir saja Joki bertabrakan dengan tiang listrik yang diam.
Segera dia berusaha melupakan segala beban pikirannya.

Tapi tetap saja jantungnya menyentak, menggelepar. Sedang tubuhnya menggigil.
Sesuatu menghempas diri Joki sehingga dia merasa dirinya terbenam. Terbenam ditelan tanah.

Joki terus melangkah. Ketika ada bis kota yang menepi.. ia segera melompat ke dalam.
Tak peduli akan dibawa ke mana. Yang jelas bus ini pasti berhenti di terminal.

Lalu nanti di terminal sambung bus lagi. Bus apa, tak jadi soal.
Pokoknya tukar bus untuk menyelusuri lin lain. Pokoknya dari bus yang satu ke bus yang lain.
Sampai pagi nanti. Sampai tubuh letih dan mata mengantuk.

Namun, bangsat..! Ternyata bus itu melintasi jalur menuju bengkel.
Melihat gedung itu, Joki jadi tak kuasa untuk melompat turun.
Lantas.. bagai orang linglung.. ia melangkah menuju kamar Irwan.

Temannya itu tampak sedang berselonjor menonton teve.
Dia tidak bangkit ketika Joki menyeruak masuk ke dalam. Cuma matanya yang bertanya-tanya.

“Lho, kok sudah balik..?” Tanya Irwan.
“Katanya mau satu bulan di kampung..”

Joki menggeleng, “Aku bingung, Wan..”
Alis Irwan terangkat. “Ada apa..?”

“Aku tidak bisa menceritakannya padamu..” lanjut Joki.
“Kok jadi kacau begini..?” Kata Irwan sembari menggaruk-garuk kuduknya.

Joki mengeluh sambil duduk. “Persetanlah..!” Dia menyibak rambutnya.
Irwan berdiri. Dia merentangkan tangan untuk mengejangkan tubuh.

Dia menggeliat beberapakali. Joki menarik-narik rambutnya. Matanya merah.
“Mau minum..?” Tanya Irwan. Joki menggumam.

Irwan keluar mengambil air putih. Dan, saat itulah hapenya berdering.
“Dari istriku..” katanya pada Joki.

Joki yang sedang meminum air dari botol.. langsung tersedak dan terbatuk-batuk..
saat minuman itu masuk ke saluran pernapasannya.

Dipandanginya paras Irwan yang mengangkat kepala. Mereka bertatapan.
Joki menangkap kilasan sinar tajam dalam mata sahabatnya itu.

Tetapi.. sinar itu cepat padam.. berganti oleh sorot penuh kemarahan.
Dan.. Joki menggeleng cepat. “T-tenang, Wan. A-aku bisa menjelaskan..” gagap Joki bingung.

Irwan tak menjawab. Dia meletakkan botol minumannya di meja..
lalu menyambar kunci pas yang tergantung di dinding.

Bunyi logam yang beradu dengan tulang mengisi cahaya lampu jalan yang mencorong lewat ventilasi.
Warnanya merah gelap.. segelap darah Joki yang bermuncratan dari kepalanya..
saat Irwan menghantam mukanya berkali-kali.. hingga Joki rubuh dan tidak bergerak lagi.

Darah menghambur dari tengkorak kepalanya yang pecah berantakan.
Ludah Irwan terasa pahit saat ia mengangkat lagi teleponnya yang masih tersambung.

Bajunya basah oleh darah.
“Aku sudah membunuhnya..!!” Kata Irwan dalam satu tarikan napas.

“Kau boleh meniduri setiap wanita, Jok. Tapi, tidak istriku..!”
Katanya pada mayat Joki yang terbaring tak bernyawa di lantai.

Sementara Widuri.. yang tersadar dengan apa yang telah dilakukan suaminya..
berteriak-teriak histeris di seberang sana,

“Mas..! Mas Irwan..!!” Lalu.. entah berapakali dia mendesahkan nama sang suami..
Sebelum kemudian pingsan begitu mengetahui laki-laki itu telah menjadi seorang pembunuh..!! (. ) ( .)
-----------------------------------------------oOo--------------------------------------------

End of Cerita 163..

Sampai Jumpa di Lain Cerita.. C U..!!

:bye:
 
:pandapeace: .. irahinid dooG
Eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Part 10 Cerita 163..

Sialkan dikenyot.. :nenen: n KEEP SEMPROT..!!
 
Closing nya kereenn suhuu...
Gw demen nih...
Fuck Happy Ending...
Sesekali kita harus terima Bitter and Sadness ending...
Lebih realistis, lebih banyak kejadian spt ini...
Gw nyaris berakhir kyk Joki... sebelum gw di "aman: kan... :Peace:
Long gone days... ago.....:getok:

Ditunggu next stories nya Huuu....
 
Closing nya kereenn suhuu...
Gw demen nih...
Fuck Happy Ending...
Sesekali kita harus terima Bitter and Sadness ending...
Lebih realistis, lebih banyak kejadian spt ini...
Gw nyaris berakhir kyk Joki... sebelum gw di "aman: kan... :Peace:
Long gone days... ago.....:getok:

Ditunggu next stories nya Huuu....
:jempol: Hehehehe..
Kudu emang harus ati2 brada..

Siapppp brada..
Mudah2an Nubi masih bisa membersamai..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd