---------------------------------------------------------------------------------------
Cerita 163 – Karma..!? [Part 07]
Setelah mendapat aba-aba.. Slebbb.. perlahan Joki menekan ke dalam.
Dapat ia rasakan betapa basah dan sempitnya benda ajaib itu.
“Nghhhhh.. banghhh..!!” Rintih Jihan menikmati gelusuran batang pejal di liang nikmatnya.
Sementara Joki terus mendorong dan masuki sampai batangnya masuk semua ke dalam.
“Ehmmm..!!” Lenguh Joki. Nikmat sekali rasanya.
Bersenggama tanpa memakai kondom adalah sesuatu yang paling Joki sukai.
“Bang, ohh.. Jihan sayang banget sama Bang Joki. M-malam ini.. tubuhku adalah milik abang..”
Bisik Jihan sambil terengah-engah.. dan menggerakkan pinggulnya menyesuaikan hujaman Joki.
Kata-kata itu membuat Joki jadi semakin bernafsu. Sambil pinggul dan pantatnya bergerak naik-turun..
Ia mulai memompa tubuh indah Jihan secara perlahan-lahan.
Bunyi gesekan penis di lorong kewanitaan Jihan yang sangat basah..
terdengar merdu di telinga.. bersamaan dengan desahan napas gadis itu..
yang membuat Joki jadi tambah bersemangat dalam menggoyang.
“Jihan.. ohhh.. nikmatnya..!!” Katanya terengah-engah.. dalam dengus.
“Jihan juga nikmat, Bang.. oh, enak banget..!!” Jihan menjawab tak ingin kalah.
Liang senggama gadis itu terasa basah sekali..
hingga gesekan penis Joki jadi semakin kuat dan lancar.
Tubuh mereka sudah sama-sama berkeringat.
Melihat bulatan payudara Jihan yang kini jadi mengkilap..
Joki tak tahan untuk tidak menjamah dan meremas-remasnya lembut.
Putingnya yang mungil juga ia pilin-pilin pelan.. sampai Jihan akhirnya berteriak..
“Bang Joki..!! Oohh bangghh.. Jihan mau datang..!!
Dorong terus, Bang.. oughhh..!!” Gadis itu meracau.
Crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb-crebb-clebb-clebb..
Joki semakin mempercepat dorongan dan goyangan pantatnya..
Hal itu membuat Jihan mendesah panjang sambil meremas-remas bantal.
Dari liang kemaluannya.. kembali mengucur cairan panas yang teramat banyak.
Mengguyur dan membasahi batang penis Joki yang masih menancap tangguh.
Joki diam sejenak.. membiarkan gadis itu mengatur napasnya.
Dikecupnya pipi Jihan kiri dan kanan, dan kemudian mencium bibirnya.
“Enak banget, Bang. Bang Joki memang hebat..!!” Kata Jihan sambil tersenyum.
Kedua pipinya tambah kemerahan.
“Iya, sekarang mari kita selesaikan..” jawab Joki sambil mencium bibirnya lagi.
“Oh, iya.. Bang Joki belum ya..?” Sambil tertawa.. Jihan segera mengambil posisi di atas.
Perlahan ia tuntun penis Joki yang tadi sempat terlepas ke arah lubang kelaminnya.
Lalu ia mendorong ke bawah.. blesspp..!!
Dan seketika amblaslah penis itu masuk ke dalam sana. “Ughhhh..!!” Melenguh sejenak..
Jihan kemudian mulai memaju-mundurkan pinggulnya.
Terkadang ia juga membungkuk sedikit..
agar Joki bisa mencucup puting payudaranya yang bergelantungan indah.
Di pendakian yang kedua ini.. gerakan Jihan sungguh sangat cepat..
hingga napas Joki jadi semakin terengah-engah.
Hampir sepuluh menit ia digoyang..
sebelum kemudian Jihan memeluknya erat-erat dan tersenyum,
“Sudah hampir ya, Bang..?” Tanya gadis itu, lugu. Joki mengangguk..
Kemudian segera merebahkan tubuh telanjang Jihan kembali ke tempat tidur.
Mengambil posisi di atas..
Ini adalah posisi favorit Joki untuk ejakulasi. Clekk-clekk-clebb-clebb-crebb..
Ia kembali memompa.. menggerakkan batang penisnya keluar-masuk..
di liang hangat senggama Jihan yang semakin lama semakin terasa basah.
Gadis itu tiada henti-hentinya mendesah-desah.. merintih-rintih..
Dan berkata kalo dia menyukai apa yang sedang mereka lakukan saat ini.
“Ahh.. ahh..!!” Joki menggeram.. mulai merasakan penisnya menegang hebat..
Dan terasa ada sesuatu yang ingin mendesak keluar.
Ia akan mencapai klimaks sebentar lagi.
“Jihan.. abang mau keluar. Di luar atau di dalam..?” Tanya Joki buru-buru.
“Terserah Bang Joki.. pilih mana yang paling abang suka..”
Jawab Jihan juga dengan napas terengah.. sembari mengetatkan pelukannya.
“Bentar lagi, Jihan.. bentar lagi..” Joki merintih.
“Kita sama-sama, Bang..!!” Desah Jihan seperti erangan panjang.
Joki mempercepat goyangan pinggulnya.
Clobb-clobb-jlebb-clebb-clebb-jlebb-jlebb..!!
Bisa ia rasakan penisnya mengeras dan akhirnya..
“Jihan, aku.. ahhh..!!” Cratt.. cratt.. cratt..!!
Kata-kata itu terputus saat penis Joki meledak.. menyemprotkan cairan spermanya..
yang kental.. deras ke dalam liang kelamin Jihan yang sudah begitu lengket dan basah.
Entah berapakali ia menyembur. Yang jelas Jihan menjepitkan kedua pahanya..
untuk mendorong agar penis Joki tertanam lebih dalam lagi ke lubuk liang nikmatanya.
Sepertinya gadis itu ingin mengisap semua sperma Joki ke dalam mulut rahimnya.
“Bang Joki.. ughh.. enak banget.. sperma Bang Joki hangat..!”
Jihan mencium kening Joki yang penuh keringat.
Mereka saling berpelukan dengan penis Joki masih tertanam di belahan liang kelamin Jihan..
Namun benda kejal itu mulai sedikit melemas sekarang.
Berdua mereka berusaha mengatur napas yang berceceran.
“Kamu hebat sekali dalam bercinta, aku kagum..” kata Joki memuji.
“Bang Joki juga jago..” Jihan tersenyum.
“Dan juga, sperma Bang Joki kok banyak banget yah..?
Punya Jihan rasanya penuh, nih seperti mau tumpah..”
“Ah.. masa’ sih..?” Sleppp..!
Dengan tak percaya Joki mencabut penisnya pelan-pelan.
Dan ternyata benar kata gadis itu..
spermanya banyak sekali di liang kelamin Jihan dan mulai sedikit tumpah.
Cepat-cepat Jihan menutupnya dengan tangan dan mengelapnya menggunakan kain kaos Joki.
“Bisa-bisa aku hamil ini..” katanya sambil tersenyum.
Mereka saling berpandangan dan tersenyum. Sungguh manis senyum gadis itu.
Mereka sempat berciuman sekali lagi..
sebelum kemudian Jihan mulai memunguti pakaiannya yang berserakan di ranjang.
“Terimakasih, Jihan..!” Kata Joki.
“Aku yang harusnya terimakasih, Bang..” jawab gadis itu.
“Jadi, mau ‘kan mengerjakan PR-ku..?” Joki mengangguk muram.
”Yah, mau bagaimana lagi..? Sudah dibayar di muka sih..” jawab Joki dengan nada bercanda.
Mereka tertawa.
“Aku ambil besok pagi ya, Bang..? Saat Jihan berangkat sekolah.
Sekarang aku mau pulang dulu, tidur. Sudah ngantuk berat nih, dan badan juga capek banget..”
Joki mengangguk dan mengecup bibir gadis itu sekali lagi..
sebelum membiarkannya berlalu dari kamar.
Begitu mudah ia mendapatkan seorang gadis.. bahkan yang cantik dan muda seperti Jihan.
Tetapi kenapa menghadapi Widuri terasa sangat sulit sekali..? Apa yang salah..?
Joki menghempaskan badannya. Kakinya terasa pegal..
namun terasa darah kembali mengalir ke atas secara normal.
Dia tak ingin mengingat-ingat. Tetapi, ternyata tidak semudah itu.
Joki tak mampu mengusir bayangan Widuri. Selama meniduri Jihan tadi.. sosok gadis itulah yang hadir.
Semakin dia berusaha melupakan.. semakin kuat keinginannya untuk bertemu dengan Widuri.
Joki memperhatikan sarang laba-laba di pojok kamar.
Ada seekor laba-laba beringsut pelahan.
Tentunya laba-laba itu sedang menunggu mangsa.
Nanti.. jika ada nyamuk yang meleng.. pasti terperangkap. Biar meronta.. takkan bisa lepas.
Aku pun bagai nyamuk yang terperangkap..” pikir Joki.
Semakin aku meronta untuk melepaskan diri.. semakin jaring-jaring cinta menjeratku..
Joki menyeka peluhnya. Di luar rumah.. masih terdengar suara anak-anak bermain kejar-kejaran.
Si Penjol berhasil ditangkap oleh teman-temannya. Sekarang dia yang harus mengejar.
Joki membalik badannya.. menatap langit-langit.
Kusamnya dinding menambah pengap ruangan itu. Lampu duapuluh lima watt bersinar redup.
Dia sangat ingin bertemu Widuri. Kehadiran Jihan..
meski sangat nyaman dan memabukkan.. sama sekali tidak bisa menghangatkan hatinya.
Mata Widuri yang redup. Bibirnya yang mungil. Dan harum wangi tubuhnya.
Ah.. selalu bisa membikin Joki melayang.
“Hah..” pemuda itu menghela napas berat.
----oOo----
Widuri menjilat bibirnya. Di depannya, tegak Darmuji.. sekretaris kepala desa.
Dia tak berani menatap muka lelaki itu.
Sebab.. di mata lelaki ini.. dia menangkap keramahan yang memukau.
Mata Darmuji menyimpan kejenakaan..
yang membuat siapa pun akan senang bercanda dengannya.
Inilah yang membuat Widuri takut.
Sebagai atasan.. Darmuji memang terlalu baik.
Tetapi, kebaikan ini yang justru membuat Widuri takut.
Dia waswas.. bagai anak rusa yang diramahtamahi pemburu.
“Beberapa hari ini kau kelihatan cerah..” kata Darmuji memulai.
“Ah.. biasa saja, Pak..” jawab Widuri.
“Tidak biasa. Aku perhatikan, beberapa hari ini kau sering senyum-senyum sendirian..”
“Ah..!?” Dada Widuri terperangah.
Darmuji tersenyum. Matanya yang hitam dirasa menikam oleh Widuri.
Maka Widuri menunduk.. pura-pura asyik membuka-buka map di mejanya.
“Habis kantor nanti aku ingin mengajakmu meninjau proyek kantor Puskesmas yang baru..”
kata Darmuji.
“Oh.. Baik, Pak..” kata Widuri cepat-cepat. Saking cepatnya, napasnya terasa sesak.
Darmuji tersenyum lagi. “Kalau begitu, nanti aku tunggu ya. Oke..?”
Widuri tak menjawab. Dia menekuni kertas-kertas di depannya.
Dia tak berani menatap Darmuji yang melangkah kembali ke ruang kerjanya.
Widuri resah. Mata lelaki itu menimbulkan rasa waswas.
Lantas Widuri ingat cerita Linda.. salahsatu staf di kelurahan.
Kata Linda.. Darmuji itu suka sama daun muda.
“Hati-hati kau, Wid..” kata Linda suatu hari. Widuri hanya tersenyum.
“Jangan tersenyum dulu.
Menghadapi lelaki mesum itu.. kau harus punya pertahanan diri yang kuat..”
“Ya, Lin..” kata Widuri, “Aku tau..”
“Mulutnya bukan main manis. Kita tak tau mana yang bohong-bohongan..
mana yang sungguhan. Rayuannya maut..” Widuri tak bereaksi.
“Aku sudah mengalaminya sendiri..” kata Linda murung.
“Ah, benarkah..?”
“Semula kupikir aku bisa menguasainya..” Linda meneruskan.
“Kau ingin menguasainya..?”
“Ya. Sejak Semula aku tau dia seorang hidung belang.
Aku tau.. sudah banyak gadis yang jadi korbannya. Tapi, kupikir aku bisa menaklukkannya.
Bukankah kalau aku bisa menaklukkannya berarti aku seorang yang jenius..?
Pada mulanya seolah-olah dia mencintaiku. Maka aku mengira sudah berhasil.
Tapi, ternyata..? Palsu..! Aku menjadi korban ambisiku sendiri. Aku ingin dipandang hebat.
Aku ingin lebih dibanding gadis-gadis lain. Dan.. barangkali gadis-gadis yang jadi korbannya..
juga punya perasaan sepertiku.. merasa sudah berhasil menaklukkannya.
Memang.. jika berhasil, kita akan bangga sekali.. menjadi pelabuhan terakhir perahu tanpa kendali itu..”
Widuri mengangguk takzim. Kelopak mata Linda berkedip-kedip..
sehingga eyeshadownya semakin nampak biru..
dan alisnya yang tercukur lentik membuat matanya semakin galak.
Sapuan lipstik di bibir Linda juga mengesankan kekenyalan bibir itu.
Tak mengherankan jika menimbulkan keinginan lelaki untuk menciumnya.
Jika kau mengira bahwa untuk menaklukkan lelaki adalah dengan jalan menyerahkan diri..
maka kau memang layak menjadi korban.
Jika kau mengira dapat memancing cinta seorang lelaki dengan jalan mengumpankan tubuhmu..
maka kau memang bernasib untuk menjadi korbannya.
Tidakkah kau tau.. bahwa setiap lelaki punya insting binatang buas..?
Tidakkah kau tau.. bahwa secara naluriah lelaki ingin menjadi penguasa..?
Dia akan menguasai dirimu..
untuk kemudian meninggalkanmu jika dia memang tidak mencintaimu.
Hanya cinta yang membuat hubungan lelaki dan perempuan..
tidak menimbulkan keinginan untuk saling menguasai.
Begitukah..? Ah.. Widuri terdiam dalam perbincangan dengan hatinya sendiri.
“Yakin tetap pergi..?” Tanya Linda. Suaranya bernada was-was.
Widuri hanya mengangguk. Dia merapikan file di mejanya.
-----oOo-----
Sorenya.. dia telah duduk di samping Darmuji..
dalam sedan tua yang meluncur cepat meninggalkan halaman kantor desa.
Ban mobil menjerit begitu tiba di jalan aspal. Dada Widuri menyentak.
Angin berdesau di dekat telinganya. Dia menekap file di dadanya.
Menekankan benda itu kuat-kuat untuk meredakan kegelisahan yang menggeliat-geliat.
Mobil meluncur dalam kecepatan tinggi. Jarum spedometer melewati kulminasi.
Ban menjerit-jerit pada setiap belokan. Pohon-pohon berlari dalam bentuk bayangan kabur.
Matahari telah berlindung di balik gunung.
Sebentar lagi senja akan menyungkup daerah pegunungan itu.
Dan.. Widuri makin kuat menekankan file ke dadanya.
Kaca jendela tertutup, tetapi tubuh Widuri masih juga dingin.
Jalanan berkelok-kelok. Telapak tangan Widuri basah. Kepalanya pening.
Keringat dingin merembes lewat pori-pori gadis itu, membasahi kain jilbabnya.
Dia memejamkan mata. Maka dia tidak tau bahwa mereka sudah tiba di tempat tujuan.
“Ayo, Widuri..!” Suara Darmuji mengejutkannya. Widuri gelagapan.
Dia keluar dari mobil.
Matanya waswas memperhatikan bangunan Puskesmas yang akan mereka masuki.
Pintu gedung itu bercat biru. Mereka ke sini untuk meninjau.
Widuri terpaksa menyertai karena cuma dia yang tau..
apa-apa saja yang kurang atau sekiranya masih perlu penambahan.
Bangunan semi permanen itu akan diperluas..
dengan jalan menggabungkan beberapa ruang yang selama ini terpisah-pisah.
Widuri melangkah ke dalam puskesmas.
Darmuji berjalan sembari mengedarkan pandang ke sekitar halaman.
Juga ke arah pohon di pinggir jalan.
Tempat itu sepi. Darmuji tersenyum kecil.
Dan ia tetap tersenyum ketika mengikuti Widuri masuk ke ruang periksa puskesmas.
Di dekat pintu, dia menoleh ke arah Widuri, dan tersenyum lagi.
Widuri menatapnya nanar.
Langkahnya lunglai mengikuti langkah Darmuji yang mengajaknya berkeliling.
Angin yang mendesau lembut.. kendati dingin dan sejuk..
tetap tak mampu mengusir kemelut yang menerpa hati Widuri.
Widuri berdiri diam memegang berkas-berkasnya..
sementara Darmuji asyik membicarakan blue-print rancangan gedung itu.
Pembicaraan itu lama sekali, sampai akhirnya senja berakhir di kaki gunung.
Langit mulai remang-remang. Widuri tetap membisu.
Begitupula ketika Darmuji mencoba menghidupkan mesin..
Tetapi tubuh mobil hanya menyentak. Mesin tak mau menderum.
Darmuji mengulangi.. tetapi tubuh mobil hanya menyentak tanpa disertai bunyi mesin.
Darmuji keluar dan membuka kap mesin. Widuri memeluk file.
Matanya nanap memandang ke luar mobil. Ke pohon-pohon pinus, ke batu-batu gunung.
Darmuji masuk ke mobil lagi. Mulai lagi men-start, tetapi starter hanya merengek-rengek.
Darmuji gelisah. Bagaimana mungkin Widuri tau apa yang ada di balik kegelisahan lelaki itu..?
Berkali-kali Darmuji mencoba men-start mobilnya, tetapi mobil hanya mau merengek.
Keresahan berlompatan di dada Widuri.
Bagaimana dia tau bahwa sebenarnya Darmuji sengaja tidak menghidupkan mesin mobil itu..?
Darmuji memang sengaja tidak memasang kontak ketika men-start mobil tadi.
Lalu.. sebelum menggunakan starter.. dia lebih dulu telah melepaskan kabel koil.
Apa sulitnya untuk tidak menghidupkan mesin mobil itu..
di depan seorang gadis yang tak pernah kenal mesin mobil.
Sementara itu, senja benar-benar telah temaram.
“Wah, sulit ini..” keluh Darmuji. Tubuh Widuri menggigil. Bukan cuma lantaran dingin..
Melainkan juga lantaran kegelisahan mulai merambati seluruh jaringan tubuhnya.
“S-saya harus pulang, Pak..” katanya terbata-bata.
“Tapi, mobil rusak..” kata Darmuji santai.
“Saya cari kendaraan lain saja..”
“Kalau malam tak ada kendaraan di sini..”
“Bagaimana saya harus pulang..?” Tanya Widuri getas, tetapi tersekap.
“Bapak juga tak tau. Tapi sudahlah, Widuri, kita menginap saja di sini.
Toh bangunan Puskesmas bisa dipakai untuk berteduh..”
“Tidak, Pak..!!” Pekik Widuri. “Tidak.. tidak.. tidak..!” Sambungnya dalam desah.
“Tak ada pilihan lain..”
Widuri melangkah ke halaman Puskesmas.. berharap ada kendaraan yang lewat.
“Besok pagi kita turun. Akan kuusahakan kendaraan..” Darmuji berusaha membujuknya.
“Tolonglah, usahakan sekarang, Pak. Saya ingin pulang sekarang. Saya ingin pulang..”
Kata Widuri bercampur isak.
“Tak ada kendaraan kalau malam begini..” kata Darmuji lagi.
Bibir gadis itu bergerak-gerak.
Dan, keinginan Darmuji untuk mengulum bibir itu semakin menjadi-jadi.
“Saya harus pulang, Pak..” kata Widuri. Tubuhnya tambah menggigil.
Udara bukan main dingin, dan dia tidak memakai jaket.
Meski pakaiannya panjang.. namun hanya cocok untuk ke kantor..
bukan untuk daerah pegunungan yang sedingin itu.
Ada sinar lampu mobil datang dari atas. Widuri lekas berlari ke pinggir jalan.
Dua lampu itu semakin dekat. Kemudian terdengar derum mesin.
Widuri menstop. Mobil berhenti.
Tetapi.. badan Widuri tambah menggigil, dan dia membalik badan.
“Hai, Neng..!”
“Eh, cakep bro..!”
“Rezeki nih..!”
Suara-suara orang muda dalam mobil itu terdengar bagai raung serigala di telinga Widuri.
Dia lekas kembali ke halaman Puskesmas.
“Eh, kok lari..?”
“Ayo, kejar..!”
“Ssst..! Apa lu nggak lihat ada batangnya tuh..? Jangan cari gara-gara lagi, ah..!”
“Eh.. iya ya. Urusan yang di atas tadi saja hampir membuat kita kena bacok..”
“Ayo, let’s go..!”
Orang-orang muda itu pergi. Ban mobil yang mereka tumpangi menjerit di belokan jalan.
Lampu di Puskesmas redup menimpa muka Widuri. Pipinya basah. Tubuhnya gemetaran.
Giginya gemeletuk. Angin bertiup giris melambaikan ujung jilbabnya.
Darmuji berpeluk tangan, dan katanya..
“Jangan sembarangan menumpang mobil orang, Widuri.
Bisa-bisa kau diperkosa. Banyak orang muda berandalan cari mangsa di sini..”
Widuri mengeluh. “Saya harus pulang. Sekarang. Saya harus pulang, Pak..” katanya.
“Ya, kita akan pulang kalau ada kendaraan.
Kita tunggu saja. Tapi, di sini dingin sekali. Ayo, ke dalam..”
“Tidak. Biar saya tunggu di sini saja..”
“Dalam beberapa jam belum tentu ada kendaraan. Ayolah, ke dalam. Di dalam hangat..”
Jaringan di bawah kulit Widuri menggigil. Pelipisnya berdenyutan. Matanya perih.
Dia bersedekap.. tetapi dingin yang menusuk-nusuk tak bisa hilang.
Di dalam hangat. Di sini dingin sekali.
Tapi, ah..! Widuri menoleh ke arah lelaki itu. Tubuhnya menggigil lagi.
Bukan hanya dingin melainkan juga ngeri. Ngeri sekali..!
Lelaki tua itu bisa berubah menjadi srigala..!
“Saya harus pulang, Pak..” katanya sekali lagi.
“Apa yang diburu di rumah, Widuri..? Di sini ‘kan bisa istirahat.
Kenapa kau takut..? Takut padaku..? Ah.. itu menyinggung perasaan, Widuri..”
“Saya harus pulang..! Saya harus pulang..!” Keluhan Widuri berberaian di dada.
Terdengar lagi deruman mesin dari bawah. Widuri segera berlari ke pinggir jalan.
Dan.. gerung bubnyi raungan mesin tambah kuat di jalan menanjak itu.
Satu cercah sinar telah nampak oleh Widuri.
Tuhan.. jangan kirim serigala lagi padaku.
Jangan kirim lagi binatang buas padaku yang sengsara ini.
Aku mencintai-Mu, Tuhan.
Jangan sengsarakan aku dengan serigala-serigala ciptaan-Mu.
Aku mencintai-Mu, Tuhan. Cintailah aku.
Lindungilah aku. Aku hanya sendiri di dunia ini, Tuhan.
Hanya Engkau yang mau melindungiku. Hanya Kau.
Jika Kau masih juga mengirimkan serigala, oh..!
Widuri menstop motor yang datang dari arah depan. Motor berhenti.
Lalu terdengar suara lunak.. “Widuri..!?” Tanya Joki kaget.
Tangis Widuri langsung meledak.
“A-aku mau pulang, Jok. Antar aku pulang..” Katanya berulang-ulang.
“Di mana Pak Darmuji..?” Tanya Joki.
“Mobilnya rusak..”
“Ow, sudah kukira..”
“Dia mengajak menginap..”
“Bangsat..!”
Sesaat Joki mengawasi bangunan Puskesmas..
tampak Darmuji tertegak canggung di dekat mobilnya.
“Ayo pulang bersamaku.
Aku tadi langsung ke sini begitu mendapat cerita dari Linda..” lanjut Joki.
Tubuh lelaki itu terasa hangat.
Sedu sedan yang merambat dalam dada Widuri pecah dan mengalir dalam wujud tangis.
Dia menekap muka dan tersengal menahan gelombang isakan di sepanjang jalan.
Semula Widuri ingin berpisah di pertigaan seperti biasanya, tetapi..
“Itu tidak pantas..” kata Joki.
“Biarlah aku antar kau ke rumahmu..”
“Oh, jangan..!” Kata Widuri terengah.
Joki tak mau merusak keindahan malam itu.
Maka katanya.. “Baiklah. Aku antar sampai mulut gang tempat kau tinggal. Ya..?”
Gadis itu mengangguk.
----oOo----
Joki berjalan sembari mengedarkan pandang ke sekitar halaman.
Juga ke arah pohon di pinggir jalan. Tempat itu sepi. Joki tersenyum kecil.
Sejak peristiwa kemarin.. dia telah empatkali mengantarkan Widuri pulang.
Meski cukup sampai di mulut gang.. tapi sudah ada perkembangan.
Tidak harus buru-buru. Ia mesti pelan-pelan.
Bagi Widuri, Joki sangat baik.
Dia bagai seorang suami dalam memberikan perhatian terhadap Widuri.
Barangkali insting romantisme yang menyebabkan Joki dapat merasakan..
bahwa Widuri tidak serupa dengan gadis-gadis lain di desa.
Tetapi.. taukah Widuri bahwa para tetangga di kanan-kiri rumahnya..
mulai melontarkan pandangan berbisa kepadanya..?
Taukah Widuri.. betapa sinis tatapan mata serta lekuk mulut tetangga..
yang kebetulan berpapasan dengannya di jalan atau di sepanjang gang..?
Taukah Widuri..
Bahwa namanya telah melekat di mulut perempuan-perempuan kampungnya..
yang selalu mengisi waktu luang dengan mencari kutu itu..?
Tentu saja Widuri cepat dapat menangkap udara tak nyaman yang melingkupinya.
Dia kelewat peka. Tatapan mata orang yang paling pintar berpura-pura pun..
tak akan lolos dari perasaannya.
Dia mempunyai kepekaan untuk menangkap apa yang tersirat.
Dia seorang gadis Jawa yang paling murni.
Dia sadar.. betapa pahit kehidupan yang melingkunginya.
Cuma.. mungkinkah..
dia menolak kedatangan seorang lelaki muda yang bersikap lembut itu..?
Mungkinkah dia menolak seorang lelaki yang teramat baik terhadapnya..?
Widuri harus menanggung beban berkepanjangan.
Ditambah kisah masa lalunya yang belum sepenuhnya terhapus.
Mampukah ia membuangnya dan menerima cinta Joki..?
Terdengar suara Joki yang mengagetkannya.
“Sudah siap..?” Tanyanya begitu Widuri melangkah ke mulut gang.
Mengangguk.. Widuri merasakan lengan berbulu lelaki itu melindunginya..
hingga angin di gang kecil itu tak terasa dingin lagi.
Mereka pergi ke kampung sebelah.. di sana ada pertunjukan musik dangdut.
Widuri menontonnya dengan telapak tangannya berada dalam genggaman tangan Joki.
Kesiur angin tajam menerpa wajah Widuri.. tapi hatinya terasa begitu damai.
Tangan Joki terasa menekan tubuhnya.
Dan.. Widuri membalas dengan memberikan kekenyalan dadanya..
ke dalam tindihan tangan lelaki tersebut.
Pipi mereka bergesekan sejenak..
membuat darah Widuri mengalir lebih cepat dari biasanya.
Begitupula dengan Joki.
“Kita pulang yuk..?” Ajak Joki dengan suara parau.. Widuri tak menjawab.
Lampu-lampu di pinggir jalan berkilauan..
ketika mereka melangkah begandengan tangan meninggalkan keramaian.
Selintasan Widuri melirik lelaki di sampingnya.
Profil Joki mengingatkannya pada bintang film tampan Vino Bastian.
Lembut.. sekaligus juga jantan.
Di rumah Joki yang terletak di sudut jalan..
Widuri menerima gelas yang disodorkan laki-laki itu.
Ruangan terlihat remang-remang.. karena Joki sengaja hanya menyalakan lampu depan..
agar tidak mengganggu ibunya yang sudah tertidur pulas.
Joki menyesap gelasnya. Widuri mengikutinya.
“Kamu terlihat cantik malam ini, Wid..” kata Joki lunak.
“Selamat ulang tahun ya..!”
Widuri terpana. Dadanya gemuruh.
Inilah untuk pertamakali..
ada lelaki yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya..!
Bahkan lelaki yang pernah singgah di hatinya pun tak pernah melakukannya.
“Aku kemarin tanya ke Linda..” kata Joki menjelaskan.
Dada Widuri gemuruh lagi. Dia meneguk minumannya cepat-cepat.
Oh.. Lelaki ini sangat baik.. pikirnya.
Dia memperhatikan hari lahirku yang bahkan aku sendiri sudah melupakannya.
Widuri merasakan dadanya menghangat.
Mata Joki meratapnya lembut.. membuat darah Widuri jadi berdesiran. CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------oOo-----------------------------------------