Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

----------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [Part 06]

Joki menghela napas dalam-dalam.
Ah.. kenapa tidak sejak dulu ia jumpa dengan gadis itu..?

Kenapa cuma Mimin.. Yuli.. Winda.. atau Hesti yang ia temui..?

Padahal.. Widuri yang pendiam itu.. jelas tak kalah dengan mereka semua.
Cuma.. dia memang kurang atraktif. Parfumnya terlalu lembut.. kurang merangsang.

Jilbabnya tidak membuat mata Widuri jadi erotis.
Berbeda dengan mata Jaenab atau yang lain-lain yang selama ini selalu menantang.

Joki menyalakan rokoknya. Apa yang harus ia lakukan..?
Tentu saja teknik-teknik yang lazim tidak akan berlaku untuk gadis yang satu ini.
Widuri tidak serupa dengan gadis yang lain.

Seperti film slide.. wajah demi wajah para gadis melintas di depan mata Joki.
Berapa orang..?
Ah.. dia sendiri pun tak mampu mengingatnya satu per satu.. atau bahkan dengan jelas.

Bayangan gadis-gadis itu melintas baur. Hanya beberapa orang yang tajam terbayang.
Ini disebabkan oleh pengalaman yang istimewa dengan mereka.

Gadis-gadis yang memiliki pesona pada tubuh mereka.
Itulah yang mengendap dalam kenangan.. sementara gadis-gadis lain terlewat begitu saja.

Winda atau siapa lagi.. hanya gadis biasa.
Malahan bisa dikategorikan ke dalam jenis batang pisang.

Tau batang pisang..?
Kelihatannya menyegarkan.. tetapi sesungguhnya dingin dan tak bereaksi.

Berbeda dengan Ci Julia.. atau beberapa gadis yang lain.
Nah.. mereka ini baru bukan main..!

Bagai kuda binal. Menggebu-gebu. Tubuh mereka yang kenyal selamanya melawan.
Seluruh bagian tubuh bagaikan menyimpan pegas.

Bibir.. dada.. paha.. semuanya menyimpan pegas yang dapat berdenyut-denyut.
Itulah yang menyebabkan Ci Julia dan sejenisnya masuk dalam kenangan Joki.

Tetapi.. Widuri agaknya tak bisa digolongkan ke dalam jenis ini.
Dia benar-benar lain macamnya.

Dari tubuhnya.. apalah yang bisa diharap. Dia tidak seseksi Mirza.
Dada dan pantatnya tidak bisa menandingi Ci Julia. Itu jelas.

Cuma saja.. rasa-rasanya ada keistimewaan yang lain pada diri gadis itu.
Keistimewaan yang tidak ada pada tubuh Narsih.. Hesti.. mau pun Ci Julia.

Sebab.. keistimewaan itu memang bukan pada tubuh. Tetapi.. pada apa..? Kurang jelas juga.
Joki tidak tau pasti apa yang menyebabkan Widuri menarik-narik perhatiannya belakangan ini.

Dan.. malam itu mereka pulang lebih lambat dari hari biasa.
Teduhnya kerindangan pohon di pinggir jalan menggamit-gamit perasaan Joki..
membuatnya berkeinginan untuk terus menciumi Widuri lagi dan lagi.

Mencucupnya berkali-kali sampai gadis itu jadi terengah. Tapi tentu saja itu tidak mungkin.
Karena Widuri segera memisah tubuhnya dan mengajak Joki pergi meninggalkan tempat itu.
Nah.. benar kan..? Dia memang berbeda..!

Akan halnya Widuri..? Dia tersenyum begitu merasakan hangatnya genggaman jari-jari Joki.
Karena di kantor tadi dia merasa rusuh. Darmuji.. sekretaris Pak Lurah..
telah berani menggodanya. Hanya dalam jemari Joki dia merasa aman.

Langkah mereka beraturan menuju pertigaan. Bulan bergelayut di langit malam.
Sinarnya yang kuning menghampar di tanah. Tetapi.. keduanya terlindung oleh kerindangan pohon.

Tubuh Widuri gemetar dalam rangkulan Joki. Tubuh lelaki itu juga menggigil dalam pelukan Widuri.
Joki merangkul bahunya.. melindungi Widuri dari angin yang meniup dingin.

Mereka membisu. Widuri masih memikirkan Darmuji dengan sorot mata yang membuatnya waswas.
Berbeda dengan mata lelaki yang kini berdiri di sampingnya. Mata yang membuatnya merasa tenteram.

Mata yang membuatnya berani menatap sebab sangat akrab perasaannya.
Ada pun mata Darmuji..? Ah, terasa asing. Sangat asing.

Lelaki ini baru beberapa hari ia kenal.. tetapi rasanya sudah sangat dekat.
Bahkan mulutnya pun sudah teraba oleh lidahnya.

Widuri melirik Joki. Kebetulan lelaki itu berbuat yang sama.
Maka Widuri tersenyum. Joki juga tersenyum.

Lalu.. “Kok diam saja..?” Tanya Widuri.
“Yah..? Ah.. iya, ya..? Kenapa aku diam saja..?” Kata Joki terbata-bata.

“Kau kelihatan sedang bingung..”
“Ah, tidak..”

“Iya, kau bingung. Kelihatan dari matamu. Ada apa..?”
Joki mengalihkan pandangan. “Aku ingin ke rumahmu, Wid..” kata Joki lambat-lambat.

“Ah..!” Napas Widuri sesak. “Jangan..!”
“Sampai hari ini aku tak tau apa alasanmu yang sesungguhnya, kenapa aku tak boleh ke rumahmu..”

“Toh kita bisa ketemu tiap hari. Apakah itu tidak cukup..?”
“Bukan itu soalnya. Aku bingung dengan kenyataan ini. Aku bertemu denganmu hampir setiap hari.
Tapi sampai sekarang, kau masih berupa misteri bagiku..”

Suara Joki yang murung diterima telinga Widuri..
sehingga gadis itu merasa dadanya bagai ditindih batu semeter kubik.
Napasnya sesak. Angin bertiup lembut.. tetapi dia tetap tersengal di balik jilbabnya.

“Aku ingin ke rumahmu..” kata Joki lagi. “Kenapa tidak boleh..?”
Cepat-cepat Widuri membuang pandang ke samping.. menatap hamparan sawah..
yang mulai menguning tanda siap untuk dipanen sebentar lagi.

Joki menghela napas berat. Tetapi Widuri tetap tak bereaksi.
Joki menatapnya, “Kalau kau tak mau, aku tak akan memaksa..” kata Joki murung.

“Oh, bukan itu masalahnya..” Widuri tersengal.
“Karena kita baru tiga hari kenal..?”

“B-bukan..” ulang gadis itu. Pelupuk mata Widuri terasa panas.
Dia mengusap.. berpura-pura matanya perih terterpa angin.

“Jangan kau singgung-singgung soal mau ke rumahku. Toh kita bisa ketemu tiap hari..”
Joki membisu. Mereka bertatapan.

Jika saja kita ketemu beberapa tahun yang lalu..
barangkali persoalannya jadi lain..
pikir Widuri getir.
Tapi sekarang.. lelaki di masa lampau telah menyekap perasaannya diam-diam.

Widuri menoleh ke samping.
“Aku tidak bisa memberikan alasan kenapa kamu tidak boleh datang ke rumahku. Tak bisa.
Aku tak bisa..” katanya dengan akhir kalimat dalam desah. Joki tetap menunduk.

“Bukan karena dirimu.. melainkan karena diriku.
Barangkali karena itu pula maka suatu saat nanti aku harus menjauhkan diri darimu.
Kamu masih muda. Aku tidak ingin menimbulkan masalah buatmu..”

Alis Joki terangkat.
Kerut-merut di jidat itu membuatnya nampak lebih tua belasan tahun dari usia sebenarnya.
“Aku tak mengerti..” katanya hampir tak terdengar.

“Aku punya rahasia pribadi ..”
“Apa itu..? Mungkin aku bisa membantu..”

“Tak mungkin kuceritakan pada orang lain.. bahkan aku tak ingin orang lain tau..”
Bahu Joki tertekuk layu. Dia menghirup napas, tetapi terasa tawar.

“Apakah karena ada lelaki lain..?” Tanyanya sepatah-sepatah.
“Oh.. tidak. Bukan itu. Ini.. masalah lain..”

“Aku tambah tak mengerti..” kata Joki.
“Sulit untuk menjelaskan. Pokoknya aku tidak ingin kamu tau terlalu banyak tentang diriku.
Biarlah kita ketemu di jalan saja. Terserah apa penilaianmu.
Selama kamu masih mau bergaul dengan cara begitu, aku senang sekali.
Barangkali kamu menganggapku perempuan jalanan.
Apa boleh buat. Aku tak punya pilihan lain..”

“Berapa lama harus begini..?”
“Aku juga tak tau. Begitu kamu tak suka, kamu bebas untuk tidak menemuiku..”

Mata Widuri memandang gelisah. Seperti mata binatang rimba yang terperangkap oleh jebakan.
Ketakutan. Waswas. Bingung. Dan, semacamnya.

“Kalau begitu.. barangkali aku memang berharap terlalu berlebihan..”
“Bukan itu maksudku..” kata gadis itu cepat.

“Aku berharap.. kau menjadi orang yang sangat berarti buatku.
Tentunya kau paham apa maksudku kan..?

Jika kau bilang bahwa pertemuan kita hanya untuk iseng saja..
lebih baik aku mundur saja dengan baik-baik..”

“Aku tidak bilang begitu..!” Napas Widuri terengah.
“Sama saja, Wid. Bagimu.. barangkali pertemuan ini hanya merupakan satu hiburan saja.
Tapi, tidak bagiku. Karena itu aku ingin mengenalmu sejelas-jelasnya.
Apa pun dirimu, bagiku kau tetap Widuri..”

“A-aku.. aku ..” ucapan Widuri tersekat di tenggorokan.
“Baiklah. Biarlah kau tetap merupakan misteri bagiku.
Biarlah kau tetap menjadi gadis yang sangat baik buatku.
Walau pun aku sama sekali tak berarti buatmu..”

“Ah, kenapa jadi begini..?” Suara gadis itu bergetar.
“Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.
Aku hanya ingin bilang bahwa kita sebaiknya tidak mengenal terlalu dalam.
Aku tidak ingin orang lain mengetahui masalahku..”

“Ya, aku mengerti..” kata Joki perlahan. Widuri berusaha menatapnya..
Tetapi Joki menyembunyikan wajahnya dengan cara menunduk.. pura-pura melihat rumput.

“Aku senang bisa kenal kamu..” Joki mengangkat kepalanya.
“Hanya mengenal saja..?” Widuri membuang pandang cepat-cepat.

Mata lelaki itu tajam menghujam.. membuat hatinya seperti teriris-iris.
Dari matanya mengalir air bening. Pipinya basah.

“Sudahlah..” kata Joki. Hatinya terasa ditusuk-tusuk.
Lalu dia mengusap air mata gadis itu dengan hati-hati.
“Aku tak bermaksud membuatmu sedih..”

“Iya, Jok. Terimakasih. Aku tidak keberatan kamu menemuiku.. tapi untuk pergaulan biasa saja.
Kita tidak boleh sampai terlalu jauh..”
“Ya, aku mengerti..” ulang Joki dalam satu keluhan.

Widuri mengeringkan pipinya dengan ujung jilbab. Joki tertawa pahit.
Dan.. mereka meninggalkan pertigaan itu. Saling berseberangan jalan seperti biasa.
----oOo----

Gerimis memercik-mercik dari langit. Awan hitam memendungkan angkasa.
Joki yang sedang melamunkan wajah sendu Widuri..
dikagetkan oleh kemunculan Jihan yang tiba-tiba. Wajah gadis itu berseri.

Hmm.. tentu ada maunya. Jihan memang hanya muncul jika membutuhkan sesuatu.
“Hm.. Jihan..” kata Joki separo mengigau. Jihan memang hot. Meledak-ledak.

Joki ingat ketika pertamakali mengenal gadis itu. Jihan adalah anak Paklek Wiji.
Mereka bertemu ketika ada acara sunatan di rumah salahsatu saudara.

Saat itu Jihan masih SMP.. namun sudah terlihat segala pesonanya.
Dan sekarang Joki terpana.

Siapa mengira dalam beberapa tahun saja..
gadis ini sudah berkembang menjadi begitu rupa.

Dia seperti negeri Arab yang mengalami perkembangan drastis..
akibat ditemukannya sumur-sumur minyak.

Tiba-tiba saja menjadi dewasa dan subur.
Rambutnya yang bergelombang berjuntai hingga bahu.

Mukanya lonjong dan mencerminkan kegalakan. Kecantikan gaya Itali.
Lebih-lebih matanya.. dan bibirnya yang menyimpan kesan: berani membentak lelaki.
Wah..!

“Bang Joki.. lama nggak kelihatan. Berapa tahun ya..?” Suara gadis itu nyaring.
“Ya.. lama. Empat tahun. Iya, ‘kan..?”

“Gimana kabar abang..?”
“Hm..” gumam Joki.

“Kok cuma hmm..?”
Joki tak menjawab, malah balik bertanya, “Bagaimana keadaan ayahmu..?”
“Ayah sehat-sehat..” kata gadis itu. Matanya tajam menyeruak. Joki tak acuh.

“Maaf belum sempat main ke rumahmu..” kata Joki.
“Tak apa, Bang Joki pasti sibuk nungguin Budhe..”

“Gimana sekolahmu..?” Tanya Joki.
“Aku sudah SMA sekarang. bentar lagi kuliah..”

“Wah.. hebat. Tak terasa ya..?”
“Hebat apa..?” Gadis itu tertawa. Giginya yang halus.. rata.. dan putih mengintai.
Bibirnya yang merah tampak mengelopak.

Pertemuan itu pun menjadi permulaan baru. Mereka pernah bergaul sewaktu masih kecil.
Maka sekarang.. tinggal penyesuaian saja.

Rintik-rintik hujan semakin kerap. Jihan bercerita soal rencana-rencana masa depannya..
sementara Joki hanya mengiyakan sesekali.

Selebihnya.. dia lebih banyak membisu. Matanya nanar memandang ke depan..
ke arah bongkahan payudara Jihan yang tampak menggelembung indah.

Di sampingnya.. gadis itu masih berbicara terus..
sebelum kemudian meletakkan buku yang tadi dibawanya ke atas meja.

“Bang Joki, tolong kerjakan ya..?” Joki melirik buku tulis dan buku cetakan itu.
“Kalau aku yang mengerjakan.. kau tidak akan pernah bisa matematika..” katanya.

“Nggak bisa matematika juga nggak apa-apa..”
“Kau tak lulus nanti..”

“Ah, siapa bilang..? Ayolah, Bang..” kata gadis itu sembari membuka buku cetakan.
Joki mengawasi jari-jari Jihan yang teramat lentik. Hm.. gadis pesolek.
Baru kelas III SMA, tetapi kuku jarinya sudah pakai kuteks.

“Ini soalnya..” Joki tak bersuara.
“Besok PR ini mau dikumpulkan. Tolong ya, Bang..! Nanti aku kasih imbalan deh..” Joki membisu.

“Abang nggak mau..?” Suara gadis itu tajam.
“Bukan tak mau. Cuma tak baik. Aku bukan menolongmu kalau membuatkan PR-mu.

Aku malah menjerumuskanmu..”
“Ah.. menjerumuskan apa..?”

“PR ini untuk melatih agar kau bisa matematika..”
“Aku tak suka matematika..”

“Bagaimana pun.. kau harus bisa menghitung. Kalau tidak.. nanti kau tidak lulus..” kata Joki.
“Aku tak mungkin tidak lulus..”

“Kalau kau bodoh..”
“Tapi ..”

“Sudahlah.. kerjakan saja sendiri..”
Kata Joki sembari membuka halaman buku dan memberikannya pada Jihan.

“Ah.. tapi aku lagi malas, Bang..”
“Kamu selalu saja malas. Apa sih yang bisa bikin kamu semangat..?”

“Emm.. mungkin ini..” kata Jihan sambil mencium bibir Joki satukali..
Lalu senyum-senyum dengan buku di tangan.
Joki sudah bisa menduga apa mau gadis itu.. jadi ia cuma diam saja.

“Tolong ya, Bang..?” Pinta Jihan sekali lagi.. kali ini sambil memamerkan lirikan mautnya.
Joki tak menjawab.. hatinya perlahan terperangah. Dan Jihan tetap tersenyum.

Malah dia mulai melepasi kain tipis yang sedari tadi membungkus tubuh sintalnya.
Joki menatapnya tanpa berkedip.

“Aku kasih hadiah ini kalau Bang Joki mau mengerjakannya..” kata Jihan menggoda.
Di luar.. hujan turun semakin lebat. Bukan lagi gerimis.

Kaca kamar menjadi buram.. seburam pandangan Joki yang ikut mengabur cepat.
Di depannya.. Jihan duduk dengan tubuh sudah sepenuhnya telanjang.

Ia menggeleyot manja di pundak Joki..
seperti ingin menjejalkan tubuh hangatnya ke badan Joki yang mulai pengap.

“Bang, aku kangen..” Jihan memeluk dengan kedua lengannya.
“Tolong jangan menolakku sekarang..”

Dia mengecup bibir Joki.. meraih tombol lampu dan mematikannya..
membiarkan kegelapan menyelimuti mereka berdua.

“Jihan..” Joki mendesah ketika gadis itu mendekap mulutnya..
dengan bibir yang licin dan hangat..
kemudian menjatuhkannya ke samping tempat tidur.

“Aku ingin bercinta denganmu, Bang..”
“Jangan, Jihan..!” Joki memegangi kedua pundak gadis itu..

Namun ia tak bisa menolak ketika Jihan mulai menciumi leher lalu membuka ritsleting celananya..
menelanjanginya.. membiarkannya mendesah.. saat dengan ujung jemari..
ia menyentuh batang kemaluan Joki yang telah tumbuh membesar secara perlahan-lahan.

“Sentuh aku, Bang..!” Desahnya halus di dada Joki.
Ia memeluk erat sekali..
hingga sangat terasa bulatan payudaranya yang menempel empuk di tubuh Joki.

Joki terdiam sejenak.. berusaha mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan.
Degupan jantungnya semakin lama menjadi semakin kencang.

Nafsu sudah memenuhi rongga kepalanya.. membuatnya terengah dan mendesah..
saat rabaan Jihan di batang kemaluannya semakin terasa nikmat.

“Sentuh tubuhku, Bang..!” Desah gadis itu, lagi. Ia duduk di atas perut Joki.
Terperangah, Joki memandangi tubuh telanjangnya.

Kulit Jihan nampak halus, putih dan mulus.
Dadanya begitu indah.. dengan puting mungil berwarna coklat muda kemerahan.

Perutnya rata.. tidak ada gumpalan lemak sedikit pun yang terlihat di sana.
Membikin darah Joki benar-benar bergejolak saat itu juga.

Ia merasa kagum dengan tubuh Jihan yang teramat sempurna.
Wajahnya juga cantik, dan manis dan tersenyum manja di hadapan Joki.

Rambut Jihan yang panjang tergerai bebas..
membuatnya jadi semakin bertambah anggun.

“Jihan..” pelan, Joki mulai mendorong lembut tubuh gadis itu.
Kini mereka duduk bersila di atas ranjang dengan saling berpandangan muka.

Mencoba untuk tenang, Joki mulai mendekati wajah cantik Jihan.
Secara refleks Jihan memejamkan mata..
seakan-akan mengundang Joki untuk mencium bibirnya.

Joki menempelkan mulut di atas belahan tipis itu.. dan mengecupnya.
Terasa kulit wajah Jihan yang harum dan juga halus.
Tidak tampak ada jerawat di wajah gadis muda itu.

“Hmmp..” Joki mulai memberanikan diri untuk memainkan bibirnya.
Jihan merespon ciuman itu dengan lumatan lidahnya.

Tak lama.. Joki segera merebahkan tubuh telanjang Jihan di atas ranjang.
Gadis itu pasrah dan tidak melawan sedikit pun. Napas keduanya mulai memburu.

Jihan membelai lembut rambut Joki.. dan Joki membalasnya..
dengan semakin berani menjelajahi bagian tubuh Jihan yang lain.

Pertama-tama tangan kanannya menuju pipi gadis itu.. kemudian turun menuju leher Jihan..
yang jenjang sambil bibirnya tetap beradu dengan bibir gadis itu.

Ketika jari-jemari Joki mendarat di dada kirinya, badan Jihan agak sedikit tersentak.
Dan dia mengeluh lembut, namun sama sekali tidak menolak.

Malah Jihan membiarkan saja ketika Joki mulai meremas-remas lembut payudara kirinya.
Merasakan teksturnya yang halus dan kencang..
dan juga kekenyalan putingnya yang terasa begitu menegang.

“Ah, Bang..” Napas Jihan mulai tidak menentu.. ia banyak mengeluh kecil.
Namun itu malah membuat Joki semakin bersemangat dalam mengumbar nafsunya.

Pemuda itu melepaskan ciuman, dan mereka saling bertatap muka.
Dengan wajah yang sayu dan lembut, Jihan berkata..
“Bang, Jihan rindu sama Bang Joki. Jihan sayang banget sama abang..”

Joki tersenyum padanya, dan gadis itu membalas senyumannya.
Perlahan bibir Joki menjilat lembut telinga kanan Jihan.. kemudian turun menuju daerah leher.

Jihan semakin mengeluh lembut..
dan kadang-kadang mendesah dengan nada yang sedikit keras.
Semakin dia mendesah, semakin bersemangat Joki dibuatnya.

Kini bibir Joki turun ke daerah payudara Jihan. Ia mencium.. menjilati putingnya..
sambil meremas-remas bulatannya yang terlihat begitu menggoda.

Benda itu terasa kenyal, juga padat. Membikin Joki jadi gemas.
Bahkan saking gemasnya, terkadang ia gigit-gigit lembut puting itu..

Yang mana itu malah membuat Jihan semakin merintih tidak karuan.
“Ahh.. ughh.. geli, Bang..!”
Gadis itu hanya bisa mendesah, dan tidak jarang nama Joki disebutnya.

Sekarang bibir Joki semakin turun ke bawah, menuju ke perut Jihan yang rata dan bersih.
Ia ciumi pusarnya, tetapi kali ini Joki mendapat sedikit perlawanan.

“Geli, Bang.. nggak enak. Jangan ciumi perut Jihan. Gelinya bikin mules..” pinta gadis itu.
“Kalo yang ini..?” Tanya Joki sambil mengelusi kedua paha Jihan yang putih dan mulus.

Tampak sedikit garis selulit di daerah pantatnya.
Kira-kira dua atau tiga garis selulit yang tipis sekali.
Tapi itu sama sekali tidak mengurangi kecantikan paha mulusnya.

Joki mulai menciuminya..
dengan tangan kiri kembali meremas-remas payudara Jihan secara bergantian..
sedang tangan yang lain ia letakkan pas di tengah-tengah bibir kemaluan.

Joki bisa merasakan daerah itu sudah sangat-sangat basah dan lembab.
Jihan nampaknya telah terbuai oleh nafsu birahinya.

Semakin berani.. Joki mengendusi bulu pubis Jihan yang halus.
Darahnya semakin tersirap ketika ia mendekatkan bibir untuk mulai menjilati daerah kemaluannya..
terutama klitoris Jihan yang sudah muncul dan menegang kuat.

“Jangan, Bang..! Jijik..!”
Jihan berusaha mendorong lembut wajah Joki dari daerah selangkangannya.

“Heh..? Memang kamu tak pernah dijilat..?” Tanya Joki penasaran.
“Engh.. nggak pernah..” Jihan menggeleng.

“Biasanya kalau aku sudah terangsang, pacar Jihan langsung masukin burungnya..”
Joki tersenyum, “Percayalah pada abang. Ini akan membuatmu terbang ke surga..!”

Tanpa basa-basi lagi..
ia segera mendekatkan wajah ke daerah selangkangan gadis itu dan mulai menjilati klitorisnya.

Tubuh Jihan langsung tersentak-sentak hebat seperti kena setrum.
Dia menjeritkan nama Joki berulang-ulang.

“Gimana, enak kan..?” Tanya Joki dengan lidah terus bergerak bagai ular.
“Ehm.. Bang Joki. Ahh.. gila, geli banget..! Tapi enak..!
Ahh.. sumpah, bener-bener geli. Lagi dong..!” Jawabnya sambil tersenyum malu.

Joki kembali mendekatkan wajahnya dan menjilati daerah klitoris gadis itu.
Beberapakali labia minora Jihan juga ia isap-isap pelan.

Tapi sepertinya Jihan paling suka di daerah klitoris. Ia seperti cacing kepanasan..
dan terus menerus meremas bantal serta selimut di sekitarnya begitu Joki mengisapnya rakus.

Benda mungil itu ia gigit-gigit pelan..
hingga membuat desahan Jihan berubah menjadi teriakan dasyat.

Tiada henti-hentinya ia mengeluh nikmat.
Dan Joki dapat merasakan tubuh dan kaki gadis itu mulai menegang kencang.

“Bang Joki, Jihan sepertinya mau dapet ini. Bang Joki.. ahh, Bang..” katanya terputus-putus..
bersamaan dengan napasnya yang terengah-engah.

Joki semakin mempercepat gerakan lidahnya..
ia juga menggeleng-gelengkan kepala untuk membantu menaikkan sensasinya.

“Ehmm.. ahh.. ahh.. ahh..” Tak sampai satu menit kemudian.. Jihan sudah berteriak keras..
tapi buru-buru gadis itu menutup mulutnya agar suara jeritannya tidak sampai terdengar keluar.

Jihan telah mencapai klimaks pertamanya.
Dari belahan kemaluannya tampak cairan vagina mengucur deras..
bercampur dengan air liur Joki yang menetes-netes.

“Hehe..” Joki melepaskan isapan dan memandang wajah gadis itu sejenak.
Mata mereka saling beradu.

“Ah, Bang Joki..!”
Jihan tersenyum malu.. dan cepat-cepat menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

Joki bergeser. Ia buka selimut itu dan ditatapnya wajah Jihan yang malu-malu.
Sungguh bikin gemas. “Kamu suka yang barusan..?” Tanya Joki.

Jihan hanya bisa mengangguk dan tersenyum kembali.
“Mau melakukan hal sama ke punya Abang..?” Tanya Joki lagi.

Jihan mengangguk tanda mengiyakan..
dan kemudian membuka celana Joki bersama dengan celana dalamnya.

Joki hanya bisa tertawa kecil dibuatnya.
Tanpa basa-basi Jihan meraih batang penis Joki dan mengulumnya.

Yang tak disangka adalah, gadis 'sekecil dia' ..
ternyata pandai sekali dalam memberikan isapan.
Sepertinya Jihan sudah sering melakukannya.

“Pacarmu pasti suka kamu begini kan..?”
Tanya Joki penasaran. Jihan mengangguk mengiyakan.

“Bang Joki juga ‘kan..?” Tanyanya manja.
Joki tersenyum. Penisnya telah mengeras seperti kayu rotan.

Jihan menanyakan posisi apa yang paling ia sukai.
Joki menjawab.. “Aku paling suka berada di atas..”

Jihan tersenyum dan segera merebahkan dirinya. Pelan ia memegangi penis Joki..
Kemudian menuntunnya masuk ke dalam belahan liang senggamanya. CONTIECROTT..!!
-----------------------------------------------oOo--------------------------------------------
 
---------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [
Part 07]

Setelah mendapat aba-aba.. Slebbb.. perlahan Joki menekan ke dalam.
Dapat ia rasakan betapa basah dan sempitnya benda ajaib itu.

“Nghhhhh.. banghhh..!!” Rintih Jihan menikmati gelusuran batang pejal di liang nikmatnya.
Sementara Joki terus mendorong dan masuki sampai batangnya masuk semua ke dalam.

“Ehmmm..!!” Lenguh Joki. Nikmat sekali rasanya.
Bersenggama tanpa memakai kondom adalah sesuatu yang paling Joki sukai.

“Bang, ohh.. Jihan sayang banget sama Bang Joki. M-malam ini.. tubuhku adalah milik abang..”
Bisik Jihan sambil terengah-engah.. dan menggerakkan pinggulnya menyesuaikan hujaman Joki.

Kata-kata itu membuat Joki jadi semakin bernafsu. Sambil pinggul dan pantatnya bergerak naik-turun..
Ia mulai memompa tubuh indah Jihan secara perlahan-lahan.

Bunyi gesekan penis di lorong kewanitaan Jihan yang sangat basah..
terdengar merdu di telinga.. bersamaan dengan desahan napas gadis itu..
yang membuat Joki jadi tambah bersemangat dalam menggoyang.

“Jihan.. ohhh.. nikmatnya..!!” Katanya terengah-engah.. dalam dengus.
“Jihan juga nikmat, Bang.. oh, enak banget..!!” Jihan menjawab tak ingin kalah.

Liang senggama gadis itu terasa basah sekali..
hingga gesekan penis Joki jadi semakin kuat dan lancar.
Tubuh mereka sudah sama-sama berkeringat.

Melihat bulatan payudara Jihan yang kini jadi mengkilap..
Joki tak tahan untuk tidak menjamah dan meremas-remasnya lembut.

Putingnya yang mungil juga ia pilin-pilin pelan.. sampai Jihan akhirnya berteriak..
“Bang Joki..!! Oohh bangghh.. Jihan mau datang..!!
Dorong terus, Bang.. oughhh..!!” Gadis itu meracau.

Crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-clebb-crebb-clebb-clebb..
Joki semakin mempercepat dorongan dan goyangan pantatnya..

Hal itu membuat Jihan mendesah panjang sambil meremas-remas bantal.
Dari liang kemaluannya.. kembali mengucur cairan panas yang teramat banyak.

Mengguyur dan membasahi batang penis Joki yang masih menancap tangguh.
Joki diam sejenak.. membiarkan gadis itu mengatur napasnya.

Dikecupnya pipi Jihan kiri dan kanan, dan kemudian mencium bibirnya.
“Enak banget, Bang. Bang Joki memang hebat..!!” Kata Jihan sambil tersenyum.
Kedua pipinya tambah kemerahan.

“Iya, sekarang mari kita selesaikan..” jawab Joki sambil mencium bibirnya lagi.
“Oh, iya.. Bang Joki belum ya..?” Sambil tertawa.. Jihan segera mengambil posisi di atas.

Perlahan ia tuntun penis Joki yang tadi sempat terlepas ke arah lubang kelaminnya.
Lalu ia mendorong ke bawah.. blesspp..!!

Dan seketika amblaslah penis itu masuk ke dalam sana. “Ughhhh..!!” Melenguh sejenak..
Jihan kemudian mulai memaju-mundurkan pinggulnya.

Terkadang ia juga membungkuk sedikit..
agar Joki bisa mencucup puting payudaranya yang bergelantungan indah.

Di pendakian yang kedua ini.. gerakan Jihan sungguh sangat cepat..
hingga napas Joki jadi semakin terengah-engah.

Hampir sepuluh menit ia digoyang..
sebelum kemudian Jihan memeluknya erat-erat dan tersenyum,

“Sudah hampir ya, Bang..?” Tanya gadis itu, lugu. Joki mengangguk..
Kemudian segera merebahkan tubuh telanjang Jihan kembali ke tempat tidur.

Mengambil posisi di atas..
Ini adalah posisi favorit Joki untuk ejakulasi. Clekk-clekk-clebb-clebb-crebb..

Ia kembali memompa.. menggerakkan batang penisnya keluar-masuk..
di liang hangat senggama Jihan yang semakin lama semakin terasa basah.

Gadis itu tiada henti-hentinya mendesah-desah.. merintih-rintih..
Dan berkata kalo dia menyukai apa yang sedang mereka lakukan saat ini.

“Ahh.. ahh..!!” Joki menggeram.. mulai merasakan penisnya menegang hebat..
Dan terasa ada sesuatu yang ingin mendesak keluar.

Ia akan mencapai klimaks sebentar lagi.
“Jihan.. abang mau keluar. Di luar atau di dalam..?” Tanya Joki buru-buru.

“Terserah Bang Joki.. pilih mana yang paling abang suka..”
Jawab Jihan juga dengan napas terengah.. sembari mengetatkan pelukannya.

“Bentar lagi, Jihan.. bentar lagi..” Joki merintih.
“Kita sama-sama, Bang..!!” Desah Jihan seperti erangan panjang.

Joki mempercepat goyangan pinggulnya.
Clobb-clobb-jlebb-clebb-clebb-jlebb-jlebb..!!

Bisa ia rasakan penisnya mengeras dan akhirnya..
“Jihan, aku.. ahhh..!!” Cratt.. cratt.. cratt..!!

Kata-kata itu terputus saat penis Joki meledak.. menyemprotkan cairan spermanya..
yang kental.. deras ke dalam liang kelamin Jihan yang sudah begitu lengket dan basah.

Entah berapakali ia menyembur. Yang jelas Jihan menjepitkan kedua pahanya..
untuk mendorong agar penis Joki tertanam lebih dalam lagi ke lubuk liang nikmatanya.

Sepertinya gadis itu ingin mengisap semua sperma Joki ke dalam mulut rahimnya.
“Bang Joki.. ughh.. enak banget.. sperma Bang Joki hangat..!”

Jihan mencium kening Joki yang penuh keringat.
Mereka saling berpelukan dengan penis Joki masih tertanam di belahan liang kelamin Jihan..

Namun benda kejal itu mulai sedikit melemas sekarang.
Berdua mereka berusaha mengatur napas yang berceceran.

“Kamu hebat sekali dalam bercinta, aku kagum..” kata Joki memuji.
“Bang Joki juga jago..” Jihan tersenyum.

“Dan juga, sperma Bang Joki kok banyak banget yah..?
Punya Jihan rasanya penuh, nih seperti mau tumpah..”

“Ah.. masa’ sih..?” Sleppp..!
Dengan tak percaya Joki mencabut penisnya pelan-pelan.

Dan ternyata benar kata gadis itu..
spermanya banyak sekali di liang kelamin Jihan dan mulai sedikit tumpah.

Cepat-cepat Jihan menutupnya dengan tangan dan mengelapnya menggunakan kain kaos Joki.
“Bisa-bisa aku hamil ini..” katanya sambil tersenyum.

Mereka saling berpandangan dan tersenyum. Sungguh manis senyum gadis itu.
Mereka sempat berciuman sekali lagi..
sebelum kemudian Jihan mulai memunguti pakaiannya yang berserakan di ranjang.

“Terimakasih, Jihan..!” Kata Joki.
“Aku yang harusnya terimakasih, Bang..” jawab gadis itu.

“Jadi, mau ‘kan mengerjakan PR-ku..?” Joki mengangguk muram.
”Yah, mau bagaimana lagi..? Sudah dibayar di muka sih..” jawab Joki dengan nada bercanda.
Mereka tertawa.

“Aku ambil besok pagi ya, Bang..? Saat Jihan berangkat sekolah.
Sekarang aku mau pulang dulu, tidur. Sudah ngantuk berat nih, dan badan juga capek banget..”

Joki mengangguk dan mengecup bibir gadis itu sekali lagi..
sebelum membiarkannya berlalu dari kamar.

Begitu mudah ia mendapatkan seorang gadis.. bahkan yang cantik dan muda seperti Jihan.
Tetapi kenapa menghadapi Widuri terasa sangat sulit sekali..? Apa yang salah..?

Joki menghempaskan badannya. Kakinya terasa pegal..
namun terasa darah kembali mengalir ke atas secara normal.
Dia tak ingin mengingat-ingat. Tetapi, ternyata tidak semudah itu.

Joki tak mampu mengusir bayangan Widuri. Selama meniduri Jihan tadi.. sosok gadis itulah yang hadir.
Semakin dia berusaha melupakan.. semakin kuat keinginannya untuk bertemu dengan Widuri.

Joki memperhatikan sarang laba-laba di pojok kamar.
Ada seekor laba-laba beringsut pelahan.

Tentunya laba-laba itu sedang menunggu mangsa.
Nanti.. jika ada nyamuk yang meleng.. pasti terperangkap. Biar meronta.. takkan bisa lepas.

Aku pun bagai nyamuk yang terperangkap..” pikir Joki.
Semakin aku meronta untuk melepaskan diri.. semakin jaring-jaring cinta menjeratku..


Joki menyeka peluhnya. Di luar rumah.. masih terdengar suara anak-anak bermain kejar-kejaran.
Si Penjol berhasil ditangkap oleh teman-temannya. Sekarang dia yang harus mengejar.

Joki membalik badannya.. menatap langit-langit.
Kusamnya dinding menambah pengap ruangan itu. Lampu duapuluh lima watt bersinar redup.

Dia sangat ingin bertemu Widuri. Kehadiran Jihan..
meski sangat nyaman dan memabukkan.. sama sekali tidak bisa menghangatkan hatinya.

Mata Widuri yang redup. Bibirnya yang mungil. Dan harum wangi tubuhnya.
Ah.. selalu bisa membikin Joki melayang.

“Hah..” pemuda itu menghela napas berat.
----oOo----

Widuri menjilat bibirnya. Di depannya, tegak Darmuji.. sekretaris kepala desa.
Dia tak berani menatap muka lelaki itu.
Sebab.. di mata lelaki ini.. dia menangkap keramahan yang memukau.

Mata Darmuji menyimpan kejenakaan..
yang membuat siapa pun akan senang bercanda dengannya.
Inilah yang membuat Widuri takut.

Sebagai atasan.. Darmuji memang terlalu baik.
Tetapi, kebaikan ini yang justru membuat Widuri takut.
Dia waswas.. bagai anak rusa yang diramahtamahi pemburu.

“Beberapa hari ini kau kelihatan cerah..” kata Darmuji memulai.
“Ah.. biasa saja, Pak..” jawab Widuri.

“Tidak biasa. Aku perhatikan, beberapa hari ini kau sering senyum-senyum sendirian..”
“Ah..!?” Dada Widuri terperangah.

Darmuji tersenyum. Matanya yang hitam dirasa menikam oleh Widuri.
Maka Widuri menunduk.. pura-pura asyik membuka-buka map di mejanya.

“Habis kantor nanti aku ingin mengajakmu meninjau proyek kantor Puskesmas yang baru..”
kata Darmuji.
“Oh.. Baik, Pak..” kata Widuri cepat-cepat. Saking cepatnya, napasnya terasa sesak.

Darmuji tersenyum lagi. “Kalau begitu, nanti aku tunggu ya. Oke..?”
Widuri tak menjawab. Dia menekuni kertas-kertas di depannya.

Dia tak berani menatap Darmuji yang melangkah kembali ke ruang kerjanya.
Widuri resah. Mata lelaki itu menimbulkan rasa waswas.

Lantas Widuri ingat cerita Linda.. salahsatu staf di kelurahan.
Kata Linda.. Darmuji itu suka sama daun muda.
“Hati-hati kau, Wid..” kata Linda suatu hari. Widuri hanya tersenyum.

“Jangan tersenyum dulu.
Menghadapi lelaki mesum itu.. kau harus punya pertahanan diri yang kuat..”
“Ya, Lin..” kata Widuri, “Aku tau..”

“Mulutnya bukan main manis. Kita tak tau mana yang bohong-bohongan..
mana yang sungguhan. Rayuannya maut..” Widuri tak bereaksi.

“Aku sudah mengalaminya sendiri..” kata Linda murung.
“Ah, benarkah..?”

“Semula kupikir aku bisa menguasainya..” Linda meneruskan.
“Kau ingin menguasainya..?”

“Ya. Sejak Semula aku tau dia seorang hidung belang.
Aku tau.. sudah banyak gadis yang jadi korbannya. Tapi, kupikir aku bisa menaklukkannya.
Bukankah kalau aku bisa menaklukkannya berarti aku seorang yang jenius..?
Pada mulanya seolah-olah dia mencintaiku. Maka aku mengira sudah berhasil.
Tapi, ternyata..? Palsu..! Aku menjadi korban ambisiku sendiri. Aku ingin dipandang hebat.
Aku ingin lebih dibanding gadis-gadis lain. Dan.. barangkali gadis-gadis yang jadi korbannya..
juga punya perasaan sepertiku.. merasa sudah berhasil menaklukkannya.
Memang.. jika berhasil, kita akan bangga sekali.. menjadi pelabuhan terakhir perahu tanpa kendali itu..”

Widuri mengangguk takzim. Kelopak mata Linda berkedip-kedip..
sehingga eyeshadownya semakin nampak biru..
dan alisnya yang tercukur lentik membuat matanya semakin galak.

Sapuan lipstik di bibir Linda juga mengesankan kekenyalan bibir itu.
Tak mengherankan jika menimbulkan keinginan lelaki untuk menciumnya.

Jika kau mengira bahwa untuk menaklukkan lelaki adalah dengan jalan menyerahkan diri..
maka kau memang layak menjadi korban.

Jika kau mengira dapat memancing cinta seorang lelaki dengan jalan mengumpankan tubuhmu..
maka kau memang bernasib untuk menjadi korbannya.

Tidakkah kau tau.. bahwa setiap lelaki punya insting binatang buas..?
Tidakkah kau tau.. bahwa secara naluriah lelaki ingin menjadi penguasa..?

Dia akan menguasai dirimu..
untuk kemudian meninggalkanmu jika dia memang tidak mencintaimu.

Hanya cinta yang membuat hubungan lelaki dan perempuan..
tidak menimbulkan keinginan untuk saling menguasai.

Begitukah..? Ah.. Widuri terdiam dalam perbincangan dengan hatinya sendiri.

“Yakin tetap pergi..?” Tanya Linda. Suaranya bernada was-was.
Widuri hanya mengangguk. Dia merapikan file di mejanya.
-----oOo-----

Sorenya.. dia telah duduk di samping Darmuji..
dalam sedan tua yang meluncur cepat meninggalkan halaman kantor desa.
Ban mobil menjerit begitu tiba di jalan aspal. Dada Widuri menyentak.

Angin berdesau di dekat telinganya. Dia menekap file di dadanya.
Menekankan benda itu kuat-kuat untuk meredakan kegelisahan yang menggeliat-geliat.

Mobil meluncur dalam kecepatan tinggi. Jarum spedometer melewati kulminasi.
Ban menjerit-jerit pada setiap belokan. Pohon-pohon berlari dalam bentuk bayangan kabur.

Matahari telah berlindung di balik gunung.
Sebentar lagi senja akan menyungkup daerah pegunungan itu.

Dan.. Widuri makin kuat menekankan file ke dadanya.
Kaca jendela tertutup, tetapi tubuh Widuri masih juga dingin.

Jalanan berkelok-kelok. Telapak tangan Widuri basah. Kepalanya pening.
Keringat dingin merembes lewat pori-pori gadis itu, membasahi kain jilbabnya.

Dia memejamkan mata. Maka dia tidak tau bahwa mereka sudah tiba di tempat tujuan.
“Ayo, Widuri..!” Suara Darmuji mengejutkannya. Widuri gelagapan.

Dia keluar dari mobil.
Matanya waswas memperhatikan bangunan Puskesmas yang akan mereka masuki.
Pintu gedung itu bercat biru. Mereka ke sini untuk meninjau.

Widuri terpaksa menyertai karena cuma dia yang tau..
apa-apa saja yang kurang atau sekiranya masih perlu penambahan.

Bangunan semi permanen itu akan diperluas..
dengan jalan menggabungkan beberapa ruang yang selama ini terpisah-pisah.

Widuri melangkah ke dalam puskesmas.
Darmuji berjalan sembari mengedarkan pandang ke sekitar halaman.
Juga ke arah pohon di pinggir jalan.

Tempat itu sepi. Darmuji tersenyum kecil.
Dan ia tetap tersenyum ketika mengikuti Widuri masuk ke ruang periksa puskesmas.

Di dekat pintu, dia menoleh ke arah Widuri, dan tersenyum lagi.
Widuri menatapnya nanar.
Langkahnya lunglai mengikuti langkah Darmuji yang mengajaknya berkeliling.

Angin yang mendesau lembut.. kendati dingin dan sejuk..
tetap tak mampu mengusir kemelut yang menerpa hati Widuri.

Widuri berdiri diam memegang berkas-berkasnya..
sementara Darmuji asyik membicarakan blue-print rancangan gedung itu.

Pembicaraan itu lama sekali, sampai akhirnya senja berakhir di kaki gunung.
Langit mulai remang-remang. Widuri tetap membisu.

Begitupula ketika Darmuji mencoba menghidupkan mesin..
Tetapi tubuh mobil hanya menyentak. Mesin tak mau menderum.

Darmuji mengulangi.. tetapi tubuh mobil hanya menyentak tanpa disertai bunyi mesin.
Darmuji keluar dan membuka kap mesin. Widuri memeluk file.

Matanya nanap memandang ke luar mobil. Ke pohon-pohon pinus, ke batu-batu gunung.
Darmuji masuk ke mobil lagi. Mulai lagi men-start, tetapi starter hanya merengek-rengek.
Darmuji gelisah. Bagaimana mungkin Widuri tau apa yang ada di balik kegelisahan lelaki itu..?

Berkali-kali Darmuji mencoba men-start mobilnya, tetapi mobil hanya mau merengek.
Keresahan berlompatan di dada Widuri.
Bagaimana dia tau bahwa sebenarnya Darmuji sengaja tidak menghidupkan mesin mobil itu..?

Darmuji memang sengaja tidak memasang kontak ketika men-start mobil tadi.
Lalu.. sebelum menggunakan starter.. dia lebih dulu telah melepaskan kabel koil.

Apa sulitnya untuk tidak menghidupkan mesin mobil itu..
di depan seorang gadis yang tak pernah kenal mesin mobil.
Sementara itu, senja benar-benar telah temaram.

“Wah, sulit ini..” keluh Darmuji. Tubuh Widuri menggigil. Bukan cuma lantaran dingin..
Melainkan juga lantaran kegelisahan mulai merambati seluruh jaringan tubuhnya.

“S-saya harus pulang, Pak..” katanya terbata-bata.
“Tapi, mobil rusak..” kata Darmuji santai.

“Saya cari kendaraan lain saja..”
“Kalau malam tak ada kendaraan di sini..”

“Bagaimana saya harus pulang..?” Tanya Widuri getas, tetapi tersekap.
“Bapak juga tak tau. Tapi sudahlah, Widuri, kita menginap saja di sini.
Toh bangunan Puskesmas bisa dipakai untuk berteduh..”

“Tidak, Pak..!!” Pekik Widuri. “Tidak.. tidak.. tidak..!” Sambungnya dalam desah.
“Tak ada pilihan lain..”

Widuri melangkah ke halaman Puskesmas.. berharap ada kendaraan yang lewat.
“Besok pagi kita turun. Akan kuusahakan kendaraan..” Darmuji berusaha membujuknya.

“Tolonglah, usahakan sekarang, Pak. Saya ingin pulang sekarang. Saya ingin pulang..”
Kata Widuri bercampur isak.

“Tak ada kendaraan kalau malam begini..” kata Darmuji lagi.
Bibir gadis itu bergerak-gerak.

Dan, keinginan Darmuji untuk mengulum bibir itu semakin menjadi-jadi.
“Saya harus pulang, Pak..” kata Widuri. Tubuhnya tambah menggigil.

Udara bukan main dingin, dan dia tidak memakai jaket.
Meski pakaiannya panjang.. namun hanya cocok untuk ke kantor..
bukan untuk daerah pegunungan yang sedingin itu.

Ada sinar lampu mobil datang dari atas. Widuri lekas berlari ke pinggir jalan.
Dua lampu itu semakin dekat. Kemudian terdengar derum mesin.

Widuri menstop. Mobil berhenti.
Tetapi.. badan Widuri tambah menggigil, dan dia membalik badan.

“Hai, Neng..!”
“Eh, cakep bro..!”
“Rezeki nih..!”

Suara-suara orang muda dalam mobil itu terdengar bagai raung serigala di telinga Widuri.
Dia lekas kembali ke halaman Puskesmas.

“Eh, kok lari..?”
“Ayo, kejar..!”
“Ssst..! Apa lu nggak lihat ada batangnya tuh..? Jangan cari gara-gara lagi, ah..!”

“Eh.. iya ya. Urusan yang di atas tadi saja hampir membuat kita kena bacok..”
“Ayo, let’s go..!”
Orang-orang muda itu pergi. Ban mobil yang mereka tumpangi menjerit di belokan jalan.

Lampu di Puskesmas redup menimpa muka Widuri. Pipinya basah. Tubuhnya gemetaran.
Giginya gemeletuk. Angin bertiup giris melambaikan ujung jilbabnya.

Darmuji berpeluk tangan, dan katanya..
“Jangan sembarangan menumpang mobil orang, Widuri.
Bisa-bisa kau diperkosa. Banyak orang muda berandalan cari mangsa di sini..”

Widuri mengeluh. “Saya harus pulang. Sekarang. Saya harus pulang, Pak..” katanya.
“Ya, kita akan pulang kalau ada kendaraan.
Kita tunggu saja. Tapi, di sini dingin sekali. Ayo, ke dalam..”

“Tidak. Biar saya tunggu di sini saja..”
“Dalam beberapa jam belum tentu ada kendaraan. Ayolah, ke dalam. Di dalam hangat..”

Jaringan di bawah kulit Widuri menggigil. Pelipisnya berdenyutan. Matanya perih.
Dia bersedekap.. tetapi dingin yang menusuk-nusuk tak bisa hilang.

Di dalam hangat. Di sini dingin sekali.
Tapi, ah..! Widuri menoleh ke arah lelaki itu. Tubuhnya menggigil lagi.

Bukan hanya dingin melainkan juga ngeri. Ngeri sekali..!
Lelaki tua itu bisa berubah menjadi srigala..!

“Saya harus pulang, Pak..” katanya sekali lagi.
“Apa yang diburu di rumah, Widuri..? Di sini ‘kan bisa istirahat.
Kenapa kau takut..? Takut padaku..? Ah.. itu menyinggung perasaan, Widuri..”

“Saya harus pulang..! Saya harus pulang..!” Keluhan Widuri berberaian di dada.
Terdengar lagi deruman mesin dari bawah. Widuri segera berlari ke pinggir jalan.

Dan.. gerung bubnyi raungan mesin tambah kuat di jalan menanjak itu.
Satu cercah sinar telah nampak oleh Widuri.

Tuhan.. jangan kirim serigala lagi padaku.
Jangan kirim lagi binatang buas padaku yang sengsara ini.

Aku mencintai-Mu, Tuhan.
Jangan sengsarakan aku dengan serigala-serigala ciptaan-Mu.

Aku mencintai-Mu, Tuhan. Cintailah aku.
Lindungilah aku. Aku hanya sendiri di dunia ini, Tuhan.

Hanya Engkau yang mau melindungiku. Hanya Kau.
Jika Kau masih juga mengirimkan serigala, oh..!


Widuri menstop motor yang datang dari arah depan. Motor berhenti.
Lalu terdengar suara lunak.. “Widuri..!?” Tanya Joki kaget.

Tangis Widuri langsung meledak.
“A-aku mau pulang, Jok. Antar aku pulang..” Katanya berulang-ulang.

“Di mana Pak Darmuji..?” Tanya Joki.
“Mobilnya rusak..”
“Ow, sudah kukira..”

“Dia mengajak menginap..”
“Bangsat..!”

Sesaat Joki mengawasi bangunan Puskesmas..
tampak Darmuji tertegak canggung di dekat mobilnya.

“Ayo pulang bersamaku.
Aku tadi langsung ke sini begitu mendapat cerita dari Linda..” lanjut Joki.

Tubuh lelaki itu terasa hangat.
Sedu sedan yang merambat dalam dada Widuri pecah dan mengalir dalam wujud tangis.
Dia menekap muka dan tersengal menahan gelombang isakan di sepanjang jalan.

Semula Widuri ingin berpisah di pertigaan seperti biasanya, tetapi..
“Itu tidak pantas..” kata Joki.

“Biarlah aku antar kau ke rumahmu..”
“Oh, jangan..!” Kata Widuri terengah.

Joki tak mau merusak keindahan malam itu.
Maka katanya.. “Baiklah. Aku antar sampai mulut gang tempat kau tinggal. Ya..?”

Gadis itu mengangguk.
----oOo----

Joki berjalan sembari mengedarkan pandang ke sekitar halaman.
Juga ke arah pohon di pinggir jalan. Tempat itu sepi. Joki tersenyum kecil.

Sejak peristiwa kemarin.. dia telah empatkali mengantarkan Widuri pulang.
Meski cukup sampai di mulut gang.. tapi sudah ada perkembangan.
Tidak harus buru-buru. Ia mesti pelan-pelan.

Bagi Widuri, Joki sangat baik.
Dia bagai seorang suami dalam memberikan perhatian terhadap Widuri.

Barangkali insting romantisme yang menyebabkan Joki dapat merasakan..
bahwa Widuri tidak serupa dengan gadis-gadis lain di desa.

Tetapi.. taukah Widuri bahwa para tetangga di kanan-kiri rumahnya..
mulai melontarkan pandangan berbisa kepadanya..?

Taukah Widuri.. betapa sinis tatapan mata serta lekuk mulut tetangga..
yang kebetulan berpapasan dengannya di jalan atau di sepanjang gang..?

Taukah Widuri..
Bahwa namanya telah melekat di mulut perempuan-perempuan kampungnya..
yang selalu mengisi waktu luang dengan mencari kutu itu..?

Tentu saja Widuri cepat dapat menangkap udara tak nyaman yang melingkupinya.
Dia kelewat peka. Tatapan mata orang yang paling pintar berpura-pura pun..
tak akan lolos dari perasaannya.

Dia mempunyai kepekaan untuk menangkap apa yang tersirat.
Dia seorang gadis Jawa yang paling murni.
Dia sadar.. betapa pahit kehidupan yang melingkunginya.

Cuma.. mungkinkah..
dia menolak kedatangan seorang lelaki muda yang bersikap lembut itu..?
Mungkinkah dia menolak seorang lelaki yang teramat baik terhadapnya..?

Widuri harus menanggung beban berkepanjangan.
Ditambah kisah masa lalunya yang belum sepenuhnya terhapus.
Mampukah ia membuangnya dan menerima cinta Joki..?

Terdengar suara Joki yang mengagetkannya.
“Sudah siap..?” Tanyanya begitu Widuri melangkah ke mulut gang.

Mengangguk.. Widuri merasakan lengan berbulu lelaki itu melindunginya..
hingga angin di gang kecil itu tak terasa dingin lagi.

Mereka pergi ke kampung sebelah.. di sana ada pertunjukan musik dangdut.
Widuri menontonnya dengan telapak tangannya berada dalam genggaman tangan Joki.

Kesiur angin tajam menerpa wajah Widuri.. tapi hatinya terasa begitu damai.
Tangan Joki terasa menekan tubuhnya.

Dan.. Widuri membalas dengan memberikan kekenyalan dadanya..
ke dalam tindihan tangan lelaki tersebut.

Pipi mereka bergesekan sejenak..
membuat darah Widuri mengalir lebih cepat dari biasanya.
Begitupula dengan Joki.

“Kita pulang yuk..?” Ajak Joki dengan suara parau.. Widuri tak menjawab.
Lampu-lampu di pinggir jalan berkilauan..
ketika mereka melangkah begandengan tangan meninggalkan keramaian.

Selintasan Widuri melirik lelaki di sampingnya.
Profil Joki mengingatkannya pada bintang film tampan Vino Bastian.
Lembut.. sekaligus juga jantan.

Di rumah Joki yang terletak di sudut jalan..
Widuri menerima gelas yang disodorkan laki-laki itu.

Ruangan terlihat remang-remang.. karena Joki sengaja hanya menyalakan lampu depan..
agar tidak mengganggu ibunya yang sudah tertidur pulas.

Joki menyesap gelasnya. Widuri mengikutinya.
“Kamu terlihat cantik malam ini, Wid..” kata Joki lunak.

“Selamat ulang tahun ya..!”
Widuri terpana. Dadanya gemuruh.

Inilah untuk pertamakali..
ada lelaki yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya..!
Bahkan lelaki yang pernah singgah di hatinya pun tak pernah melakukannya.

“Aku kemarin tanya ke Linda..” kata Joki menjelaskan.
Dada Widuri gemuruh lagi. Dia meneguk minumannya cepat-cepat.

Oh.. Lelaki ini sangat baik.. pikirnya.
Dia memperhatikan hari lahirku yang bahkan aku sendiri sudah melupakannya.

Widuri merasakan dadanya menghangat.
Mata Joki meratapnya lembut.. membuat darah Widuri jadi berdesiran. CONTIECROTT..!!
----------------------------------------------oOo-----------------------------------------
 
Bimabet
------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita 163 – Karma..!? [Part 08]

Joki meletakkan gelasnya di meja. Lalu dia mengeluarkan kotak kecil dari kantongnya.

“Aku punya hadiah kecil. Tidak berharga.. tapi aku berharap kamu menyukainya..”

Katanya sembari mendekati Widuri. Mata Widuri tak berkedip menatap lelaki itu.
Matanya yang tenang bagai danau yang sejuk sekaligus juga menghanyutkan.

Joki membuka kotak kecil itu.. dan menguraikan kalung emas bermata hijau.
Dia mengalungkan kalung itu ke leher Widuri yang jenjang namun masih tertutup jilbab.

Widuri memejamkan mata. Dadanya berombak dan matanya panas.
Tak bisa dicegah.. air matanya pun mengalir membasahi pipi.

Joki mencium pipi Widuri sekilas.. lalu dia mundur.
Widuri membuka matanya. Kilau air mata itu bagai embun pagi hari.

“Terimakasih..” desahnya sendu. Joki hanya membalas dengan senyum.
Jalaran hangat semakin menguasai dada Widuri, membuat pipinya jadi berona merah.

“Kenapa, kau tak suka..?” Tanya Joki. Widuri menggeleng.
“Syukurlah..” Joki menarik tubuh mulus Widuri dan meletakkannya ke dalam pelukan.

Widuri membiarkan dirinya tenggelam dalam rangkulan laki-laki itu.
Lengan Joki yang semula memeluk.. kini mengikuti ketatnya alur tubuh indah Widuri.

Dengan desahan napas menyusup ke telinga Widuri..
perlahan Joki memiringkan kepala hingga pipi mereka bergesekan.

Sejak tadi desiran dalam jaringan tubuh Widuri..
bersumber pada segumpal rasa hangat di dadanya.

Semakin ketat lelaki itu memeluknya.. semakin merata kehangatan menyebar.
Nyaman. Apalagi gesekan di pipi keduanya jadi semakin sering.

“Aku mencintaimu, Wid..” desah Joki di dekat telinga Widuri..
sehingga Widuri melenguh halus..
sembari membenamkan tubuhnya lebih dalam lagi ke pelukan lelaki itu.

Bibir Joki menjalar di pinggir mulut Widuri.
Terasa hangat oleh Widuri. Terasa manis. Berbau tembakau tapi berasa madu.
Maka Widuri menerima bibir itu. mengulumnya.. dan kemudian merintih halus.

Malam semakin sunyi. Lampu di ruangan juga seperti bertambah redup.
Cahayanya temaram. Dengus napas makhluk berlainan jenis itu tidak lagi beraturan.

Tubuh Widuri terpilin dalam pelukan Joki.
Dan ketika kemudian Joki mendukungnya ke kamar tidur..
Widuri hanya bisa melenguh bagai sapi di padang rumput.

Sambil menciumi mulut lelaki itu.. jilbabnya berberaian..
menutupi sebagian wajahnya yang telah semerah tomat masak.

Joki meletakkan kepala gadis itu di atas bantal.
Tercium bau harum sabun mandi dari tubuh Widuri yang putih dan mulus.

Kancing atasnya telah terbuka.. sehingga mata Joki dapat melihat dengan leluasa..
kemontokan gumpalan daging kenyal yang berada di dalamnya.

Alangkah merangsang. Nafsunya pun naik. Kejantanannya jadi semakin tegang.
Dan ketika ia menarik diri dari pinggul Widuri..

Tangannya tanpa sengaja mengusap paha gadis itu yang juga telah tersingkap.
Paha itu hangat.. licin.. dan mulus.

Widuri menatapnya. Sinar mata itu.. seperti meminta.
Itu adalah sinar mata orang yang sedang kehausan.
Sinar mata orang yang sedang penuh hasrat.

”Jok, cumbui aku. Sudah lama aku merindukan cumbuan hangat yang menggelora.
Cumbuan laki-laki jantan yang penuh tenaga..” bisik Widuri lirih.

Nafsu Joki pun terbakar. Ternyata hasratnya untuk merasakan keindahan tubuh Widuri..
yang sudah lama timbul tidak bertepuk sebelah tangan.
Ternyata gadis itu juga menyimpan hasrat untuk bercinta dengannya.

“Widuri..” desah Joki penuh nafsu. Bibirnya lekas menggeluti bibir ranum gadis itu.
Bibir sensual yang selalu menantang itu ia lumat-lumat dengan begitu ganasnya.

Sementara Widuri yang tak mau kalah.. ikut menyerang dengan tak kalah dahsyat.
Seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibir Joki yang bertubi-tubi.

Kedua tangan Joki menyusup di antara lengan tangan Widuri.
Tubuh seksi dan kenyal itu kembali berada di dalam dekapannya.
Mereka saling mempererat pelukan.

Kehangatan tubuh Widuri terasa merembes ke hati Joki..
walau masih ada lembaran baju yang menghalangi.

Payudara gadis itu yang membusung indah terasa semakin menekan.
Memberinya kekenyalan dan kehangatan yang semakin membangkitkan gairah.

“Ehmm..” Widuri memejamkan mata.. napasnya sudah tak teratur.
Joki memandanginya. Alangkah cantiknya wajah sendu itu. Juga bibirnya yang ranum.

Serta daging montok di dada Widuri yang terus bergerak naik-turun..
mengiringi desah napasnya.. seolah menantang kejantanan Joki.

Pinggang Widuri yang ramping..
dan pinggulnya yang besar melebar dengan begitu indahnya.

Kain panjang yang mengkilap tersebut..
tak mampu menyembunyikan garis segitiga celana dalam Widuri yang kecil.

Sungguh kontras.. celana dalam minim membungkus pinggul yang berukuran maksimum.
Di antara dua paha.. celana dalam itu terlihat membelah.

Pasti di situ letak lubang kemaluan Widuri.
Terbayang dengan apa yang ada di baliknya.. penis Joki jadi semakin menegang.

Apalagi Widuri dengan bebas mempertontonkan kulit pahanya yang putih mulus.
Dan paha tersebut tersambung dengan betis yang cukup indah.

“Hmm.. Wid..!’ Hasrat Joki semakin memuncak. Ia elus betis indah itu..
kemudian sedikit meremasnya..
manakala Widuri menyingkap sedikit bagian bawah roknya sampai sebatas perut.

Kini paha mulus gadis itu terhampar jelas di hadapan Joki.
Paha yang sungguh menantang.

Di atasnya.. beberapa helai bulu jembut..
tampak melesak keluar dari celah celana dalam Widuri yang minim.

Sungguh kontras..
rambut itu berwarna hitam. sedang tubuh Widuri berkulit putih mulus.

Joki mengeluskan tangan menuju pangkal paha gadis itu..
sambil mengamati wajah cantik Widuri.

Dia masih tetap terpejam. Joki menyentuhkan perlahan ibu jarinya..
di bagian celana Widuri yang mempertontonkan belahan kewanitaannya.

“Ahh..!!” Gadis berjilbab itu hanya tersentak sesaat. Kaget. Namun tidak melarang.
Widuri tetap terpejam dengan deru napas semakin tak teratur.

Keberanian Joki tambah membuncah. Kini ia ciumi paha mulus gadis itu.
Berganti-ganti.. kiri dan kanan..
sambil tangannya mengusap dan meremas-remasnya secara perlahan-lahan.

Widuri bergerak.. tanpa sadar membukanya agak lebar.
Bau harum yang terpancar dari liang kewanitaannya..
membimbing hasrat Joki untuk terus melanjutkan pendakian.

Joki segera melepas baju dan celananya.
Juga ia preteli pakaian Widuri hingga hanya memakai celana dalam saja.
Jilbabnya ikut ia lepas agar tidak kusut.

Selanjutnya mereka kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir..
dengan tangan saling meremas-remas kulit punggung masing-masing.

Kehangatan menyertai tubuh bagian depan mereka yang saling menempel erat.
Joki bisa merasakan payudara Widuri yang montok menekan nakal ke dada bidangnya.

Dan ketika saling sedikit bergesekan, putingnya seolah-olah menggelitik lembut di sana.
Membikin kejantanan Joki jadi terasa hangat dan mengeras di balik celana dalam.

Benda itu protes.. ingin ikut-ikutan menyerang juga.
Joki segera mengeluarkannya. Batang itu terlihat sudah begitu tegang.

Panjang sekali. Joki menempelkan ujungnya yang tumpul di paha mulus Widuri.
Rasa hangat langsung mengalir ke dalam dirinya.

Lekas Joki menggesek-gesekkan di sepanjang paha Widuri sambil agak menekan sedikit.
Semakin terasa nikmat.

Benda itu jadi semakin tegang. Nafsu Joki sudah benar-benar meninggi sekarang.
“Ahh.. geli, Jok..!!” Desah Widuri saat bibir Joki bergerak ke arah lehernya.

Ia menengadahkan kepala agar seluruh leher sampai dagunya terbuka lebar..
memudahkan bagi Joki untuk mengisap-isap dengan hidungnya dan menjilati dengan lidahnya.

Joki mengendusi tubuh mulus Widuri yang tergolek pasrah dengan perasaan puas.
Tubuh molek yang sehari-hari tertutup rapat itu sungguh sangat membangkitkan birahi.

Payudara Widuri yang besar terlihat membusung indah.. putih..
dan membulat dengan begitu bagusnya.

Putingnya yang berdiri tegak di puncak.. berwarna merah kecoklat-coklatan..
dan dikelilingi oleh lingkaran hitam di sekitarnya.

Urat-uratnya yang kehijauan tersebar merata..
menunjukkan kalau permukaannya benar-benar halus dan mulus.

Joki segera menurunkan ciuman ke arah payudara montok tersebut.
Hidungnya mengendus-endus sebentar sebelum kemudian mulai membuka mulut..
untuk mengecup dan menjilatinya berkali-kali.

Kedua tangannya meremas-remas, sambil menekan-nekankannya ke arah wajah.
Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu seperti ingin dihirup olehnya.

Segala keharuman yang terpancar dari benda itu ingin ia habiskan semua..
seolah-olah tidak rela apabila ada aroma yang masih tersisa.

“Ahh.. Jok, geli.. enak.. tapi ngilu..!!” Widuri mendesis-desis..
sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.. bagaikan ular yang kelaparan mencari mangsa.

Joki memperkuat remasan..
sementara bibirnya dengan gemas mengulum puting Widuri yang sebelah kanan.

Bergantian ia mempermainkannya.
Bulatan daging empuk itu kadang ia sedot besar-besar.. seperti ingin melahap semuanya.

Kadang hanya ia isap putingnya saja.. dan digelitiknya dengan menggunakan gigi dan lidah.
Ditambah pijitan yang kadang kuat-kuat dan sesekali hanya memelintir-lintir putingnya saja..
semakin membuat benda itu mencuat gagah.

“Ahh.. Jok, terus.. terus.. hss.. ngilu.. tapi enak..!!" Widuri mendesis-desis.
Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering.

Sampai akhirnya gadis itu tidak kuat lagi melayani serangan-serangan Joki.

Dengan gerakan cepat.. Ctapp..!! Jari-jari tangan Widuri yang lentik dan lembut..
menangkap kejantanan Joki yang sudah sedari tadi menyundul-nyundul di pangkal paha.

Sejenak Widuri memperlihatkan rasa terkejutnya.
“Ohh.. Jok..!! Besar sekali..” ucapnya terkagum-kagum.

Perlahan ia meremas-remas batang itu secara berirama..
seolah berusaha mencari kehangatan dan kekenyalannya.

Remasan itu memberi rasa nikmat pada Joki. Akibatnya.. ia jadi tak tahan.
Lekas ia copot celana dalam Widuri yang masih melekat di tubuh rampingnya.

Dan wow.. sungguh luar biasa tubuh yang tergolek pasrah itu.
Gumpalan daging di selangkangan Widuri terlihat menggunduk dengan amat bagusnya.

Jembutnya hitam lebat.. menutupi daerah sekitar lubang kemaluannya..
yang berwarna coklat tua bersemu kemerahan.

Di bawah.. kulit pantat dan pahanya tampak begitu putih dan licin. Sungguh mulus sekali.
Joki tidak dapat berlama-lama memandanginya.

Segera ia rengkuh tubuh itu dengan begitu gemas.
Dikecupnya daerah antara telinga dan leher Widuri.
Bau harum dan segar yang terpancar dari kulit gadis itu ia isap dalam-dalam.

Kadang daun telinga Widuri yang tak beranting juga ia kulum-kulum mesra..
sambil tangannya mendekap dan meremas-remas kedua payudara gadis itu kuat-kuat.

Sementara di bagian bawah.. Joki menekan kejantanannya..
ke gundukan kemaluan Widuri yang kini sudah jadi teramat basah.

“Ehmm..!!” Merasa hangat.. Joki terus menghimpitkan tubuhnya..
Sementara Widuri..
Semakin menggelinjang ke kiri-kanan bagaikan ikan yang hampir kehabisan air.

“Ahh.. Jok..! Terus..!! Aah.. enak.. enak.. enak..!!”
Gadis itu merintih-rintih dengan pinggul bergoyang-goyang.

Akibatnya.. kejantanan Joki yang sedang menggesek-gesek bukit kenyalnya jadi merasa semakin nikmat.
Batang itu serasa seperti diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh selangkangan mulus Widuri.

“Wid.. ohh.. enak sekali..! Sssh.. luar biasa..! Enak sekali..” Joki pun mendesis-desis keenakan.
“Hihi.. kamu suka, Jok..? Batangmu terasa keras sekali memijat-mijat punyaku..!
Aah.. remasanmu ngilu, Jok, tapi enak..!!” Rintih Widuri.

“Tanganku memang nakal, Wid. Tetapi penyebabnya karena payudaramu yang besar dan kenyal itu.
Mulus dan licin sekali. Sssh.. luar biasa indahnya..”

“Ahh.. mainkan terus, Jok..! Geli.. ohh.. putingku geli.
Remas seluruhnya, Jok.. jangan cuma putingnya saja..!!”
Widuri semakin menggelinjang dalam dekapan Joki.

“Ahh.. batangmu juga nakal sekali. Nyundul-nyundul terus dari tadi..”
“Habis.. punyamu enak sih. Kenyal dan hangat. Edan.. coba goyang lagi. Ahh.. Enak..!!”

Sambil merintih. Joki semakin bersemangat menekan-nekan kejantanannya.
Rasa hangat semakin mengalir hebat di seluruh tubuhnya.

Dan seiring dengan perasaan nikmat itu..
Joki juga semakin meningkatkan permainan tangannya di payudara montok milik Widuri.

“Ssh.. ahh.. ahh.. auw..!!” Suara rintihan Widuri mulai terdengar melayang.
Seolah dia sudah berada di antara alam sadar dan tidak sadar.

“S-sudah, Jok..! A-aku sudah tak tahan lagi.
Cepat lakukan permainan yang sebenarnya..” pintanya kemudian.

Tanpa menunggu aba-aba keduakalinya.. tubuh telanjang Widuri segera ia tindih.
Untuk ukuran perempuan desa.. Widuri sebenarnya termasuk istimewa.

Jika kebanyakan perempuan yang bertinggi 155 cm buah dadanya relatif kecil..
tidak demikian halnya dengan Widuri.

Payudaranya besar.. padat, dan montok.
Pinggangnya ramping.. dan pinggulnya sungguh luar biasa.
Gumpalan pantatnya terlihat membusung ke luar.. bulat sekali.

Meski kulitnya putih dan mulus.. namun tubuhnya tidak lunak dan empuk.
Seluruh bagian tubuh yang sudah digeluti Joki terasa padat dan kenyal.
Widuri memang istimewa.

“Emm.. Wid..!” Joki merintih..
begitu merasakan batangnya yang terjepit di antara kemulusan paha gadis itu.

Rasa hangat mengalir di sana..
membuatnya jadi tak tahan untuk terus menekan dan menggesek-geseknya lembut.

Api birahi Joki sudah berkobar-kobar. Ganas ia mengisap dan meremas-remas payudara montok milik Widuri..
sementara batangnya yang sudah berdenyut-denyut halus perlahan ia tusukkan ke depan mencari sasaran.

Joki memutar-mutarnya dulu sebentar di kelebatan jembut Widuri..
ingin membuat kepala penisnya jadi sama-sama basah.

Sebelum kemudian.. “Jok.. auw..!! Punyamu besar sekali..!!”
Rintih Widuri begitu benda itu merangsek ke mulut lubang senggamanya.

Dari yang awalnya cuma bersentuhan ringan.. dengan perlahan-lahan dan tubuh gemetar..
Slebbb.. kejantanan Joki semakin meluncur masuk.

Tak cuma setengah.. tapi seluruh batangnya kini terbenam sempurna.
Benda itu membelah daging hangat di selangkangan Widuri menjadi dua..

Memisahnya hingga bagai menghimpit..
dan terasa seperti mengulum dengan begitu nikmatnya.

Namun Joki lekas menghentikan gerakan.. ia merasa ada yang aneh.
“K-kamu sudah tidak perawan..?” Tanyanya bingung.

Widuri terhenyak.. namun tetap mengangguk.
“Kau mengharapkan seorang perawan..?” Tanyanya balik.

Joki terdiam sebentar.. lalu lekas menggeleng.
“Apalah arti keperawanan jikalau cinta tak kudapatkan..”

Widuri menunduk. Sementara Joki kembali menggeluti leher dan ketiak gadis itu.
Widuri jadi menggelinjang-gelinjang tak karuan.

“Ssh.. geli, Jok..! Ahh.. ayo, mulai goyangkan..” rintihnya lega.
Joki berkonsentrasi. Dan.. satu.. dua.. tiga..! Sleppp.. Jlebb..!!

Ia menarik lalu menusukkan penisnya dalam-dalam dengan sangat cepat dan kuat.
PlakK..! Hingga pangkal pahanya beradu dengan selangkangan Widuri.

“Auwww..!!” Gadis itu terpekik.. namun tampak menikmati perlakuan Joki.
Bahkan ia diam ketika batang Joki terus membobol..
dan mengobrak-abrik liang senggamanya tanpa henti.

“Terus, Jok..! Ohh.. sudah lama aku tak merasakan yang seperti ini..!!”
Kata Widuri sambil tangannya meremas-remas punggung Joki keras-keras.

“Ahh.. Wid. Aku juga enak..!” Joki tidak tau..
apakah penisnya yang memang besar ataukah lubang memek Widuri yang terlalu kecil.

Yang jelas.. rasanya begitu ketat dan sempit.
Seluruh bagian kejantanannya serasa dipijit-pijit oleh dinding-dinding kewanitaan gadis itu.

Joki terus memompa. Payudara Widuri yang menempel kenyal di dadanya..
terasa ikut terpental-pental pelan seiring dengan tusukannya.

Kedua putingnya yang mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dada Joki yang bidang.
Kehangatan payudara itu juga membuat birahi Joki seperti mengalir ke dada.
Terasa empuk dan enak sekali.

Sementara setiapkali menusuk..
Joki juga merasa seperti menyentuh sebentuk daging hangat yang sangat menggelitik.
Ia jadi merasa sedikit kegelian. Geli-geli nikmat.

Widuri pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek..
dan alisnya mengimbangi dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

“Ahh.. Jok, ampuun..!! Gila..!! Batangmu bikin punyaku jadi ngilu.. tapi enak..!!
Nanti jangan disemprot di luar ya.. keluarkan saja di dalam. Aku sedang tak subur..”

“Apa pun yang kamu mau, Wid..!” Joki mengangguk dan mulai mempercepat gerakannya.
“Ahh.. bener, Jok.. terus..!! Tusuk yang cepat.. terus, Jok.. terus..!!” Widuri menjerit tak terkendali.

Bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan gadis itu.. tenaga Joki jadi berlipat ganda.
Ia tingkatkan kecepatannya.. terus dan terus..
Hingga seluruh bagian penisnya seperti diremas-remas oleh daging hangat di dalam memek Widuri.

Mata Widuri sendiri semakin merem-melek..
gadis itu juga mendesis-desis karena merasa nikmat yang luar biasa.

“Ssh.. Wid, enak sekali.. enak sekali punyamu.. enak sekali..” rintih Joki.
“Iya, Jok.. aku juga merasa enak.. terus, Jok.. terus.. jangan berhenti. Aku sudah hampir keluar..!!”
Balas Widuri dalam desahan dan rintihan nikmat yang kian mengejar.

Joki meningkatkan lagi kecepatannya. “Kita keluar sama-sama, Wid..!!” Dia terus mengayuh.
Terutama saat merasakan daging hangat di dalam memek Widuri mulai berdenyut dengan begitu hebatnya.

“Jok. aughh.. a-aku..hhhh..!!” Rintih Widuri. Telapak tangannya memegang kedua lengan Joki..
seolah mencari pegangan karena takut jatuh ke bawah.

Saat itulah Joki merasakan kejantanannya dijepit kuat oleh dinding-dinding memek Widuri.
Dari dalam.. penisnya seperti disemprot oleh cairan panas yang sangat banyak dan cukup deras.

Mulut sensual Widuri pun berteriak tanpa kendali: “Jok! A-aku.. keluarrr..!!!”
Mata gadis itu membeliak-beliak. Sekejap tubuhnya mengejang-ngejang tak terkendali.

Joki pun menghentikan genjotannya.
Penisnya yang masih tegang ia biarkan tertanam di dalam lorong kewanitaan Widuri.

Joki merasa kejantanannya jadi hangat karena terkena semprotan cairan klimaks Widuri.
Dilihatnya mata gadis itu memejam beberapa saat selama menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit.. remasan tangan Widuri pada lengan Joki perlahan-lahan mengendur.
Kelopak matanya pun membuka.. memandangi wajah laki-laki di depannya.

Sementara jepitan dinding kewanitaannya pada penis Joki berangsur-angsur melemah.
Kedua kaki Widuri menggeletak dengan posisi agak membuka.

Joki masih menindihnya..
mempertahankan agar penisnya yang masih tertanam tidak sampai tercabut keluar.

“Jok, kamu sungguh luar biasa. Aku bagai melayang ke langit ke tujuh..”
Kata Widuri dengan mimik wajah penuh kepuasan. Joki senang mendengar pengakuan itu.

“Kamu seperti yang kubayangkan, Jok. Kamu jantan. Kamu perkasa.
Dan kamu berhasil membawaku ke puncak kenikmatan. Luar biasa rasanya..”

Joki bangga mendengarnya. Dadanya serasa mengembang.
Dan bagai anak kecil yang suka akan pujian..
dia ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih perkasa dari dugaan Widuri.

Akan ia bikin gadis itu kewalahan menghadapi gempurannya.
Akan ia buat Widuri mengakui kejantanan dan keperkasaannya.

Dengan penis masih tegang dan keras.. Joki kembali mendekap tubuh mulus Widuri..
yang di bawah sinar lampu tampak mengkilat dan licin.

Perlahan ia kembali mulai menggenjotkan pinggulnya.. namun kini masih dengan gerakan pelan.
Meski begitu.. itu sudah cukup membuat dinding-dinding kewanitaan Widuri seperti hidup lagi.

Secara berangsur-angsur..
benda itu terasa kembali meremas-remas batang penisnya dengan hangat dan nikmat.

Gerakan Joki terlihat lebih lancar dibandingkan tadi.
Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Widuri beberapa saat yang lalu.

“Ahh.. Jok..! Kau langsung memulainya lagi. Buru-buru sekali..” Widuri mulai mendesis-desis lagi.
“Sekarang giliranmu. Semprotkan air manimu ke dinding-dinding liang senggamaku. Ahh..!!”

Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahi Joki.
Sambil kembali melumat bibir tipis Widuri, ia mempercepat genjotan pinggulnya.

Penisnya terasa semakin tegang. Jlebb-jlebb-clebb-crebb-crebb-jlebb-jlebb-jlebb-clebb-crebb..!!
Setiapkali menusuk.. Joki menghujamkannya keras-keras agar bisa menusuk sedalam-dalamnya.

Selama perjalanannya.. batang itu bagai diremas dan dihentak-hentak kuat oleh dinding-dinding memek
Widuri yang sekarang kembali berkontraksi hebat.
Sampai kemudian.. mata Widuri membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan..

“Arghh..!!” Saat bibir memeknya yang mengulum batang penis Joki sedikit ikut tertarik keluar..
seolah tidak rela bila sampai ditinggalkan oleh batang panjang itu.

“Hhh.. hhh.. hhhg..!!” Joki terus menggenjot dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak.
Beradunya pangkal paha mereka menimbulkan bunyi plak-plak-plak yang cukup keras.

Sementara pergeseran antara kejantanan Joki dan kewanitaan Widuri..
menimbulkan bunyi srett-srerrt-srett-slepp-slepp-slepp.. merdu.

Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang terus keluar dari mulut keduanya.
“Ahh..!! Hhh..!!” Joki memekik ketika merasakan batangnya seperti diempot-empot luar biasa.

Rasa hangat.. geli.. dan enak yang tiada tara membuatnya jadi tak kuasa menahan jeritan kecil.
“Enak sekali, Wid.. enak sekali. Punyamu hangat..!! Jepitannya nikmat..!!”

“Jok.. ohh.. terus, Jok..” rintih Widuri tak mau kalah..
“Ouwhhh.. enak Jok..!! Ahhku juga enak.. Ahhhh..!!”

“I-ini, Wid.. sebentar lagi..!!” Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap batang penis Joki.
Gatal yang sangat ia cari-cari. Jlebb-jlebb-clebb-crebb-crebb-jlebb-jlebb-jlebb-clebb-crebb..!!

Ia pun mengocok dengan semakin cepat dan keras.. hingga rasa gatal itu pun jadi semakin menghebat.
“Widuri.. aku.. aku ..!!”

Karena menahan rasa nikmat yang luar biasa.. Joki tak mampu lagi menyelesaikan ucapannya.
“Jok.. aku juga..!!”
Widuri ikut menjerit manakala penis Joki mengejang dan berdenyut dengan begitu hebatnya.

Di saat yang sama.. dinding memek Widuri juga mencekik kuat sekali.
“Widuri..!” Cratt.. crett.. crett.. crett..!! Joki melenguh keras-keras..
sambil merengkuh tubuh montok Widuri di saat cairan spermanya meledak keluar.

Ia memeluknya kuat-kuat.. seolah-olah berusaha meremukkan tulang-tulang gadis itu..
ketika klimaks menyambangi tubuh mereka berdua.

“Ahh.. Jok..!!” Widuri ikut merintih. Ia mengejang dengan mata membeliak-beliak..
ketika bendungan birahinya jebol untuk yang keduakalinya.

Beberapa saat lamanya mereka terdiam dalam keadaan berpelukan, erat sekali.
Joki terus menguras spermanya.. menyemburkannya hingga tidak ada lagi yang tersisa.

Semakin lama semakin lemah.. hingga akhirnya berhenti sama sekali.
Perlahan-lahan tubuh Widuri mulai terdiam.
Rupanya gadis itu juga telah selesai menyelami klimaksnya.

Joki menciumi leher jenjang Widuri dengan lembut.
Ia merasa puas sekali berhasil meniduri gadis itu.

Gadis berjilbab bermata sendu yang secantik bidadari.
Yang meski tidak begitu tinggi.. tapi tubuhnya sungguh teramat kenyal.

Juga berkulit putih mulus.. berpayudara besar dan padat.. berpinggang ramping..
dan berpinggul besar serta aduhai.
Tidak rugi Joki memeras air maninya habis-habisan pada gadis semolek Widuri.

“Terimakasih, Wid..” kata Joki lirih. Gadis itu tidak memberi kata jawaban. CONTIECROTT..!!
--------------------------------------------oOo-----------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd