Davina-hime
Semprot Lover
Kulihat berkali kali kiriman foto yang diberikan oleh Om Barata. Foto Ibuku Maya yang sedang menggendong anak pertama dari pernikahan barunya, adek kecil yang menjadi adik tiriku, sedang berjalan dia keluar hotel. Ibu tidak memberitahukanku bahwa dia sedang berada di negara ini. Aku yang mengetahui itu langsung menelepon tapi teleponku dialihkan ke mesin penjawab.
Ibuku Maya terlihat bahagia tanpaku…
Aku yang melamun sejenak itu di Taman Flexi, ditegur oleh Teh Puri, “Kamu nanti dihipnotis terus dipake lagi, jangan ngelamun,” tegurnya memberikanku Fresh Tea dingin yang dibeli dari mini-market di dekat sini, disentuhkan pada pipiku. Ihh rasanya dingin, aku agak marah menggerutu. Teh Puri tertawa dan duduk di sebelahku di kursi semen taman ini. Ku diminta olehnya untuk menemani keliling bandung sambil mengenang kota ini yang dulu ditinggalinya saat kecil.
Teh Puri adalah teman sejak kecil papa dari SD. Mereka berdua satu sekolah beda SD, lalu saat SMP sekelas selama tiga tahun. Wajah Teh Puri cantik sekali saat kulihat waktu kecil, begitu juga sekarang telah dewasa. Putih bersih seorang noni, ya ia memiliki keturunan belanda dari neneknya. Pantas saja papa dan teman-temannya dulu mengidolakannya dan mungkin berfantasi untuk menikahinya.
Aku sendiri tertarik dengan Teh Puri, untuk perasaanku sebagai seorang wanita. Ada rasa afeksi, rasa senang saat dekat dengannya. Aku tertarik bahkan untuk tidur dengannya. Saat ia bicara aku terfokus pada bibirnya yang merekah terlapis lipstik oranye, ingin rasanya kulumat itu. “Kenapa lihat teteh kayak gitu? Kamu mikir aneh-aneh soal teteh?” tegurnya marah, aku membuang muka tersenyum, “Enggak kok, Geer,” tukasku menutupi perasaanku.
Kami berdua berkeliling bandung, ke tegalega, ke alun-alun, dalam kaum, braga, ciwalk, dan akhirnya menepikan mobil Honda Civic ini di rumahnya yang tidak terlalu besar. Teh Puri mengajakku ke rumahnya, rumah yang dulu didatangi papa ketika masih SMP. Ketika masih di dalam mobil untuk parkir di garasi, dibantu oleh pembantu kakek kakek yang menjaga rumah membukakan gerbang untuk kami, aku bertanya apakah papa nakal juga sejak dahulu? Teh Puri tersenyum, tidak katanya, papa baik malah untuk mencium teteh saja, teteh yang mulai. Ah ternyata sama dengan Mama Lara yang lebih dulu mengambil aksi. Diriku penasaran dengan papa yang dulu yang masih polos itu. Kenapa berbeda dengan dirinya yang sekarang.
Rumah ini tidak bertingkat hanya saja luas satu lantai. Teh Puri sudah lama tidak tinggal di rumah ini, dan hanya dihuni oleh 3 orang yaitu Bi Wati sebagai pembantu rumah tangga, Pak Karyo sebagai kakek yang mengurus kebun depan. Satu orang lagi adalah Adik laki-lakinya yang sekarang berumur 21 tahun bernama Arya, dia memiliki gangguan perkembangan inteligensi. Aku baru kali ini langsung melihat pria dewasa yang bersikap masih seperti anak berumur 5 tahun. Itu alasannya kenapa Teh Puri membelikan gundam, begitu senang hatinya lalu dimainkan layaknya seorang anak yang senang mendapatkan mainan baru.
Aku duduk di sofa berusaha mengusir lelahku, badanku saja masih tercium bau AC, tidak enak. “Mau mandi?” tanya Teh Puri padaku yang kelihatan lelah juga berposisi duduk sambil menyilangkan kaki, “Ada Bathtub-nya jadi bisa berendam, Davina,” serunya lagi menggodaku. Aku hanya mengangguk tersenyum kecil, kulihat wajah teteh berseri tertawa senang. Sepertinya ia sudah tahu kalau aku memang tertarik padanya.
Lebih dahulu aku masuk ke kamar mandinya. Tidak terlalu besar sih, dominan warna keramik putih dan ada gambar orang romawi bugil yang hendak berendam pada dindingnya, itu terlihat mewah. Aku lalu showeran air dingin, menyabuni tubuhku dengan sabun yang wangi berbusa putih, lalu kemudian setelah selesai aku berendam pada bathtub yang diisi air hangat. rasanya segar sekali saat aku masuk berendam. Rasanya lelah itu lenyap.
Tidak lama Teh Puri masuk bersama adik laki-lakinya. Aku cukup kaget melihat tubuh putih rampingnya yang telanjang bulat, rambut kemaluannya cukup lebat, serta payudaranya yang termasuk ukuran kecil 34B terpampang di hadapanku. Adiknya telanjang juga, tubuhnya kurus tidak terlalu berisi, tidak ada rambut kemaluannya dan penisnya cukup panjang dalam posisi tegang walau tidak besar. Dia sedang ereksi berarti dia sedang horni melihat kakak perempuannya itu, tapi Teh Puri seperti biasa-biasa saja. “Udah ada yang berendem duluan,” tegur teteh manis padaku.
Arya termasuk ganteng karena memiliki darah keturunan belanda juga. Dia disabuni kakaknya itu dimandikan showering berdua. Aku yang melihat itu jadi gerah, hangat, naik. Bagaimana tidak, melihat kakak beradik begitu saling sayang, saling menyabuni dan terkadang dia meremas payudara Teh Puri. Ternyata benar, Teh Puri menyabuni kontol adeknya itu yang tegang dengan sabun lalu mengocoknya membersihkannya dengan air shower yang dingin. Mulanya hanya seperti kedua orang kakak beradik yang saling mandi, namun itu berubah saat perlahan dikecupnya kepala kontol adeknya yang disunat itu.
Nafasku mulai tersenggal, tangan kananku meremas payudaraku [elan dalam ritme birahiku yang mulai naik, sedangkan tangan kiriku mulai meraba menyentuh klitorisku mempermainkannya. Aku berposisi tidur selonjoran dengan kedua kaki mengangkang lebar di bathtub ini.
Shower itu dimatikan oleh Teh Puri. Arya yang berdiri melengguh saat tetehku berlutut sambil mengulum penis adik kandungnya itu. Dia mengulumnya, menyedotnya, menjilati kepala helmetnya sambil mengocok kulit batang kontol itu yang semakin tegang. “Enak kak,” deru Arya bersuara. Teh Puri semakin terangsang dan mempermainkan sendiri memainkan vaginanya dengan jemarinya. “Sodok kakak ya, Arya sayang Kakak Puri kan?” ujarnya genit nakal. Teh Puri lalu merangkak seperti anjing, membiarkan adiknya yang polos itu bergerak menyentuhkan batang penisnya ke dalam vaginanya. Posisi Teh Puri langsung melihatku, dia tersenyum seakan tahu kalau aku terangsang berat melihatnya sedang disetubuhi adiknya sendiri.
Kulihat ke tabuan langsung di depan mataku saat seorang adik sedang memompa kakak perempuannya sendiri. Adiknya dengan nafas yang memburu seakan ingin terpuaskan bermain dengan kasar dalam pompaan yang cepat sedangkan kakaknya mendesah tidak beraturan, menahan desakan-desakan. Seperti yang kurasakan saat diperkosa dulu. Tubuh mereka yang sebelumnya basah karena air terganti dengan keringat birahi yang mulai menetes.”Sodok terus sayang, puasin diri kamu jangan mikirin Kakak,” racau Teh Puri sepertinya ia memiliki kenikmatan dalam sakit dan pemaksaan. Sampai akhirnya Atya terus menggenjotnya dan baru kulihat tubuh seorang wanita di depanku bergetar hebat yang kutahu ternyata Tetehku Squirt menyemburkan cairan being cukup banyak menyemprot lantai berulang-ulang. Itu dalam posisi Arya yang polos terus memompa. Tubuh Teh Puri ambruk akibat kenikmatan tapi kedua kakinya masih menekuk tinggi menungging dipompa adiknya itu. Apa yang bisa kudengar hanya desahannya. Rambut panjang milik teteh diwarnai cokelat tergerai basah menutupi wajahnya yang menyamping menyentuh lantai.
Arya kemudian mengubah posisi kakaknya telentang di lantai kamar mandi lalu kemudian menyetubuhinya lagi yang masih kelelahan akibat klimaks, “Ben-tar sayang..” nada pelan tapi itu tidak didengar adiknya yang terus memompa tubuhnya. “Davina, videoin cepet,” seru Teh Puri padaku yang melengguh nikmat orgasme menggunakan jemariku sendiri. “Cepet Vin videoin..” tukasnya lagi memaksa yang akhirnya kurekam adegan mereka selama 2 menit itu sampai akhirnya tubuh Arya mengejang menumpahkan air maninya di dalam rahim kakak kandungnya sendiri.
Tubuh Arya ambruk di samping Kakaknya. Teh Puri membelai rambut adiknya itu dengan tangannya, “Makasih ya sayang,” kecupnya pada pipi adiknya. Menurutku yang melihat langsung, itu sangat seksi dan sangat romantis.
***
Di ranjang pernikahan orang tuanya, kami bertiga tidur bersama. Malam itu Teh Puri yang tidur bertelanjang di samping kiriku bercerita tentang hidupnya. Aku yang tidur menyamping di sisi kanan, berusaha mendengarkan ceritanya walaupun aku menahan gairah dan desahan diriku, akibat adiknya Arya yang memompa vaginaku yang sudah basah dalam posisi spooning di belakangku. Tangannya yang masuk dari belakang lewat bawah ketiakku, meremas-remas payudaraku yang cukup besar. Arya sepertinya lebih gemar menyukai badanku yang memiliki payudara besar, tidak henti-hentinya dia membalikkan badanku untuk mengemut menyusu pada payudaraku. Gila aku dibuat keenakan olehnya.
Teh Puri sebelumnya telah bertunangan. Dia akan segera menikah, itu mengapa Om Barata bisa berkomunikasi lagi dengannya namun untuk papa sulit untuk dijangkau dihubungi. Tidak berapa lama sebelum pernikahan, Teh Puri mengetahui bahwa tunangannya ternyata selama ini masih berhubungan dengan mantan-mantannya. Tidak hanya itu, tunangannya ternyata masih bermain gila dengan perempuan dugem yang bahkan tidak terikat relasi, padahal ia dan Teh Puri telah bertunangan bertemu orang tua. Semua video itu dibongkar diberikan langsung Om Barata, dia lakukan itu karena tahu calon suami Puri tidaklah pantas mendapatkan Puri.
Tekanan mental itu berimbas pada percobaan bunuh diri yang dilakukan teteh dengan menyayat pergelangan tangan kirinya. Om Barata bersama anak-anak, menyelamatkannya lalu mengetahui bahwa teh puri sedang hamil 3 bulan. Saat itu anak-anak jakarta gempar dan menutup akses agar anak-anak bandung tidak tahu soal ini terutama papa, dan itu berhasil. Om Barata sendiri yang mengantar Teh Puri untuk ****** dan menemaninya dalam kondisi paska pengeluaran janin yang membuat teteh lemah dan kekurangan darah. Pernikahan yang semula direncanakan dibatalkan sepihak oleh Teh Puri. Ia bertengkar dengan orang tuanya dan memilih untuk pergi dari keluarganya, membuang segalanya, menutup akses komunikasi dengan keluarga sedarahnya.
Karena masih berada di Jakarta, Om Barata bisa menemukan Teh Puri dan dibawanya ke Tangerang. Teteh Puri jujur padaku bahwa saat itu mereka berdua saling bersetubuh dan ia merasakan masih bisa menikmati seks yang membuatnya lupa sejenak akan depresi hidupnya. Di apartemen berdua saja, mereka memacu birahi saling melupakan hidup pelik yang dialami namun ketika muncul rasa keinginan untuk membawa ini dalam hubungan pasangan, segalanya berhenti.
Keberadaan Papa yang menjadi masa lalu Teh Puri walaupun tidak pernah ada hubungan badan di masa lalu itu membuat keinginan bersama itu tidak mungkin.
Teh Puri mengatakan ia ingin dicintai, tetapi Om Barata bilang Rangga akan mencintaimu menyayangimu jika itu yang kamu butuhkan. Om Barata tidak bisa berada dalam hubungan yang terikat apalagi ketika sang wanita dalam hatinya begitu sangat membutuhkannya. Itu tidak pernah berhasil.
Pulanglah Ke Kota Bandung temui Rangga, dia akan memberikan kasih sayang yang kamu mau. Dia terlatih untuk itu dan bagimu bukalah hatimu. Itu adalah kata-kata Om Barata yang diucapkan ulang Teh Puri padaku.
Dari situ aku baru tahu bahwa, Teh Puri tidak benar benar mencintai Papa, sayang mungkin iya. Itu mengapa teh puri tidak terlalu ikut campur dalam urusan papa yang kenal dekat dengan banyak perempuan. Berbeda dengan Mama Lara dan Teh Riska yang sering marah ketika tahu papa sedang bersama siapa atau sedang menolong perempuan siapa yang tidak mereka kenal.
Rasanya sedih mendengar itu dibarengi dengan orgasme yang kualami akibat sodokan-sodokan Arya yang membuat tubuhku mengejang. Kami orgasme bersama, aku merasakan ada listrik yang menyengat diriku saat menikmati rasa geli basah serta air mani dalam rahimku yang mulai menghangat.
Aku kelelahan nafasku tersenggal. Teh Puri membelai rambutku. Mendekatkan wajah cantiknya lantas mengecup bibirku, melumat bibir bawahku, lalu menarik pelan lepas, lalu kami bermain lidah.
Mungkin hanya seks yang dibutuhkan dari Papa ku. Itu katanya, Teh Puri bilang sejak tinggal bersama di rumah Mama Lara, ia mulai merasakan bagaimana rasa sayang Rangga padanya. Ketika ia meminta pada papa agar tidak mencari tahu apapun tentang dirinya di masa lalu sebelum pertemuan lagi, papa menepatinya, tidak melakukan background check. Bahkan mungkin papa tidak pernah tahu tentang Tunangan Teh Puri serta ****** yang pernah dilakukannya.
Aku juga merasakan rasa seperti Teh Puri.
Sendirian dan butuh kasih sayang.
Aku dan Teh Puri saling bercumbu melumat lidah seperti kehausan. Kami lanjutkan ini ke dalam permainan lesbian berdua. Arya yang mulai bangkit lagi dari ejakulasinya kemudian menarik Bi wati untuk ikut main di ranjang ini. Terlihat Bi Wati yang berumur 38 tahun itu sepertinya sudah biasa diperlakukan seperti itu. Kutebak, sebelum Teh Puri pulang ke rumah ini lagi, Arya dan Bi Wati sering berhubunagn seks, karena teknik bermain yang dilakukan Arya sudah seperti yang pengalaman, bukan lagi seorang virgin.
Aku dan teh Puri yang saling bercumbu menggunakan jemari kami untuk mengocok vagina satu sama lain. Suara desahan Bi Wati menambah keseksian malam ini, karena desahannya cukup keras dan kutahu sekali bagaimana cara Arya memperlakukan perempuan saat seks. Dia termasuk kasar Hardcore. Pompaannya benar-benar yang membuat tante-tante mabuk kepayang. Tubuh sintalnya bergoyang-goyang dibarengi payudaranya yang besar seperti pepaya itu menggantung dalam posisi doggy style.
“Jangan bilang ke papa mu apa yang udah teteh curhatin,” ucapnya padaku manja.
“Iya, ini hanya rahasia kita berdua saja sebagai perempuan,” jawabku nakal sambil mengecup bibirnya.,“teteh bener-bener noni noni cantik nakal, coba digedein lagi susunya biar papa makin sayang. Jadi 36E-Cup.”
Teh Puri yang mendengar itu lantas mencubit puting payudaraku gemas. Aku mengaduh merasakan sakit tapi nikmat. Kami tertawa bahagia menikmati malam ini yang hangat penuh gairah sambil mendengar desahan nikmat dari pembantu rumah tangga yang sudah lama menjanda.
Pak Karyo yang melihat pergumulan kami dari daun pintu itu akhirnya dipersilahkan masuk oleh Teh Puri. Ia kemudian ikut menggagahi Bi Wati bersama Arya sedangkan kami berdua fokus untuk romantisme sesama wanita.
Kulihat sisi binal Teh Puri malam ini, yang sangat berbeda dari dirinya saat kondisi sosial. Incest, aku jadi penasaran sejak kapan hal tabu dalam keluarga itu dilakukan.
- Diary 4
no quote
Terakhir diubah: