Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kenangan Diyah

black_fantasy

Semprot Kecil
Daftar
22 Jul 2015
Post
58
Like diterima
194
Bimabet
Mmmph…mmmph…mmmph…

Perempuan itu hanya bisa terisak. Mulutnya mengulum penis laki-laki berbadan gemuk. Sedangkan seorang laki-laki kurus dengan rambut pirang memompakan penisnya di lubang kewanitaan perempuan itu.

Perempuan itu tak berdaya, kedua tangannya terikat ke belakang dalam posisi menungging. Rambut sebahunya terlihat berantakan. Sedangkan tak jauh dari sana, seorang laki-laki berbadan tinggi terikat di kursi. Mengenakan kemeja berwarna putih tanpa celana. Di bawahnya terlihat ada dua perempuan sedang bermain dengan penisnya yang menegang. Laki-laki itu berusaha memejamkan mata sambil terus meminta maaf. Salah satu perempuan yang mengenakan jilbab lalu mengulum penis laki-laki itu.

"Anh… Hentikan…" Pinta laki-laki itu. Namun perempuan berjilbab itu malah makin agresif menghisap penis di hadapannya.

"Uhmmm…. Anhh….. Jangann…. Aaah…aah."

Laki-laki itu menyemprotkan air mani yang segera memenuhi mulut perempuan berjilbab itu. Terlihat perempuan itu sangat puas, menelan semua air mani yang ada di dalam mulutnya.

"Wah, keluar juga ya Raf akhirnya. Enak mana seponganku apa Fira?"

"Ih, aku ngga dibagiin sih." Perempuan satunya menggerutu. Perempuan dengan rambut panjang diurai.

"Tenang aja Fira, kalau udah tegang lagi kamu naikin aja kontolnya Rafi tuh." Jawab perempuan berjilbab itu. Perempuan bernama Fira itu langsung sumringah.

Sedangkan aku merasakan celanaku semakin sesak.


---


Jepret
Jepret

Suara kamera bersahutan. Hari ini adalah hari pernikahan Diyah, seseorang yang aku sukai. Ya, aku berdiri berhadapan dengannya saat ini. Namun sebagai fotografer. Ucapan selamat terdengar menyayat hati. Apalagi tatapan nanar dari teman-temanku yang tahu tentang perasaanku kepada Diyah.


"Rid, gila juga kamu." Seseorang laki-laki menepuk pundakku dari belakang.

"Apaan Wo, fokus kerja ini." Jawabku ketus terhadap laki-laki itu. Namanya Bowo, teman satu angkatanku di SMA. Kami beberapa kali menjalankan bisnis bersama. Rekan bisnis juga lah hitungannya.

"Halah mana hasil fotomu lihat? Haduh hancur gini, sengaja ya? Hahaha." Ledek Bowo saat melihat hasil foto di kameraku.

"Duh, ganggu orang kerja aja. Udah makan dulu sana loh." Gerutuku kesal.

"Hahaha, yaudah semangat ya Rid." Sahut Bowo sambil meninggalkanku. Aku tersenyum tipis lalu menoleh ke arah Diyah di atas pelaminan, tak sengaja mata kami berpapasan. Entah cuma perasaanku saja, atau aku merasa pandangan matanya seperti merasa bersalah.

"Hei, Farid! Hei!"

Seorang perempuan mengejutkanku. Perempuan ini mengenakan jilbab rapi dengan setelah dress warna maroon.

pexels-photo-3784425.jpeg

"Oh Ira, wah datang juga kamu kesini?" Ledekku. Ya, Ira ini mantan pacarnya suami Diyah saat ini.

"Ya gimana, Si Rafi kasih undangan waktu Farah lagi di rumah. Si Farah ini nih ngebet banget buat datang." Gerutu Ira kesal.

"Kita sama-sama barisan sakit hati ya." Sahutku singkat sambil memotret para tamu yang minta difoto.

"Rid, setelah acara nongkrong dulu ke rumahku ya." Bisik Ira pelan, lalu pergi begitu saja menemui teman-temannya.

Aku dan Ira memang menjadi begitu dekat sejak Ira putus dengan Rafi. Ira seringkali curhat soal kesedihannya. Apalagi setelah Rafi tiba-tiba mengumumkan akan menikah dengan Diyah. Tapi kami hanya sebatas saling curhat, aku tidak pernah berpikir untuk menjadikan Ira pelampiasan.






Akhirnya acara selesai. Setelah membereskan peralatan dokumentasi ke mobil, aku teringat ajakan Ira. Aku segera mengirim pesan WA ke Ira.

Me : Ira, jadi ngga nih? Tapi udah malam ini, besok aja gimana?

Selang beberapa detik, Ira membalas. Sepertinya ia sudah menunggu pesan dariku.

Ira : Sekarang lah! Peduli amat udah jam sebelas malam pokokya mampir sini dulu.

Me : Ngga apa nih? Ntar dinyinyirin tetangga loh.

Ira : Banyak orang di sini, santai aja.

Me : Hah? Siapa?

Ira : Banyak, udah lah kesini aja.

Me : Oke, otw

Aku segera memacu mobilku melewati jalanan yang tampak lenggang. Jarak ke rumah Ira cukup jauh. Yah, sekitar tiga puluh menit lah dari venue pernikahan Rafi dan Diyah ini. Sesampainya di depan rumah Ira, benar saja. Aku melihat beberapa motor terparkir di garasinya. Ira menyambutku dan segera menarikku masuk ke ruang tamu. Namun di sana tidak ada siapa-siapa. Padahal banyak motor di depan. Ternyata Ira mengajakku masuk ke kamarnya yang berada di dekat tangga. Di dalam sana sudah ada Bowo, Tomi, dan juga Fira.

"Selamat bergabung di komplotan." Seru Ira dengan semangat.

"Hah? Ada apa sih ini?" Tanyaku penasaran. Bowo cuma senyum-senyum saja tanpa menjawab.

"Kami mau menculik Rafi dan Diyah." Jawab Tomi.

"Menculik? Sudah pada gila ini kalian?" Aku kesal dan berniat untuk pergi. Namun Ira menarik tanganku, lalu menatapku mengiba.

"Kamu suka sama Diyah kan Rid? Ini kesempatan buat kamu untuk bisa bersama dengan Diyah." Bujuk Ira lirih.

"Hah? Ngga! aku ngga ikut. Kalau mau melakukan hal seperti itu, lakukan saja sendiri. Aku tidak ikut dengan kalian." Jawabku ketus.

Saat aku berjalan menuju ruang tamu, Bowo menyusulku. Dia menghalangi jalanku dengan menutup pintu rumah Ira.

"Farid, aku tahu kamu suka banget kan sama Diyah? Ikut yuk." Bujuk Bowo.

"Aku ? Kamu dan Tomi juga kan? Tapi aku masih waras ngga seperti kalian."

Tiba-tiba seseorang membekap hidungku dengan sarung tangan. Aroma yang sangat kuat menusuk hidungku, membuatku pingsan saat itu juga.

fashionable-skinny-asian-young-guy-600w-454809241.jpg
60003d50f760b6023f3a781822b1e329.jpg
portrait-of-young-handsome-overweight-asian-man-2C9CYYY.jpg





Goncangan yang membuat mual membangunkanku. Aku terduduk di kursi belakang mobilku. Namun tangan dan kakiku terikat. Di sebelah kanan kiri, Ira dan Fira menahanku agar tidak berontak. Walaupun aku terlalu lemas untuk bisa memberontak. Di kursi tengah, terlihat Rafi dan Diyah yang tak sadarkan diri. Sama-sama dalam posisi kaki dan tangan terikat. Mulut mereka berdua juga dilakban.

"Anjing! Kalian serius? Ira, apa yang ada di pikiranmu hah?" Tanyaku geram. Namun tak ada satupun yang menjawab. Di luar mobil, walaupun gelap masih terlihat pohon-pohon yang rapat. Kami berada di sebuah jalan di tengah hutan. Mobil yang dikendarai oleh Bowo terus melaju menembus kegelapan. Hingga sampailah kami di sebuah vila yang cukup besar. Di sekitarnya juga terlihat beberapa vila dengan jarak yang cukup jauh. Aku melihat Tomi membukakan gerbang vila sebelum mobil kami masuk. Di halamannya, ada mobil Rafi terparkir. Sepertinya Tomi yang datang terlebih dahulu menggunakan mobil Rafi. Setelah mobil kami masuk, Bowo terus mengendarai mobil hingga masuk ke garasi. Bowo dan Tomi dibantu oleh Ira dan Fira mengeluarkan Rafi dan Diyah terlebih dahulu. Mereka membawa Rafi dan Diyah masuk lewat pintu yang ada di dalam garasi. Tak lama kemudian, Ira datang sendiri menghampiriku. Aku memalingkan wajah, tidak mau melihatnya.

"Farid, yuk ikut masuk." Bisik Ira sedikit mendesah. Aku hanya menunduk tak merespon. Ira terus menatapku, sampai kemudian aku melihat ke arahnya. Ira lalu membuka ikatan kakiku, dan membantuku turun dari mobil. Aku berniat untuk lari, tapi ternyata pintu garasi sudah ditutup. Aku menghela nafas panjang. Ira menarik tanganku yang terikat ke depan. Menarikku masuk ke dalam vila.

Vila ini memiliki ruang utama yang cukup luas. Dengan perabotan dan desain interior yang minimalis. Ira menuntunku masuk ke dalam sebuah kamar di lantai dua. Aku terkejut begitu masuk ke dalam kamar. Diyah berada di atas tempat tidur. Dalam posisi menungging, dengan tangan terikat ke belakang. Ia hanya mengenakan rok berwarna biru tua dan kaos merah.

6627427f-3504-41bf-9b21-6abb5b9192fb.jpg

Sedangkan Rafi diikat duduk di kursi. Tangannya diikat ke belakang. Rafi tak mengenakan celana, hanya menggunakan kemeja putih. Hingga jelas sekali penisnya terlihat. Kakinya juga diikat di pergelangannya. Tomi dan Bowo duduk di dekat jendela. Ada meja bulat dan dua kursi di sana. Mereka menyapaku saat kami masuk. Aku tetap membisu. Setelah aku dan Ira masuk, Fira datang membawa botol plastik minuman. Dia mendatangi Rafi, lalu mengguyur kepalanya. Rafi tersadar, terdiam, lalu meronta saat melihat Diyah di atas tempat tidur.

"BANGSAAAAT!! APA-APAAN INI?"

PLAK! Ira menampar Rafi.

"Bukankah kamu bilang kita tidak boleh berkata kasar?" Tanya Ira berbisik di telinga kanan Rafi.

"Ira… Apa yang kamu lakukan? Tomi? Bowo? Ada apa ini?" Rafi terlihat panik.

"Hei kamu melupakan aku lagi?" Sahut Fira ketus. Fira mendatangi Rafi, lalu menggenggam penis Rafi yang masih lemas.

"Kalau sama tangan ini masih ingat kan?" Tanya Fira kemudian.

"Fira? Ugh, hentikan… Apa yang kalian lakukan?" Rafi gemetaran. Fira mengelus penis Rafi, perlahan, hingga penis itu mulai membesar.

"Wah wah, kok malah ngaceng sing Raf? Ngga malu sama Diyah?" Tanya Ira kesal.

"Ungh, ngga gitu… Ugh…, Hentikan Fira." Rafi terbata-bata karena penisnya yang dimainkan oleh Fira.

"Biasanya kamu minta sampai keluar kan Raf?" Tanya Fira sinis lalu mengocok penis Rafi. Membuat Rafi sedikit berontak.

"Anh… Stop Fir, ugh…mau keluar…"

Fira menghentikan kocokannya, lalu tertawa senang. Rafi terengah, seperti mengiba untuk Fira melanjutkan kocokannya. Fira lalu menoleh ke arah Bowo dan Tomi dan memberikan kode dengan mengacungkan jempol ke arah Diyah. Bowo dan Tomi terlihat senang, lalu menghampiri Diyah. Melihat itu, aku ikut bergerak. Berusaha menghadang Bowo dan Tomi. Karena aku tahu mereka pasti akan memperkosa Diyah. Namun Tomi mendorongku hingga jatuh bersandar di dinding. Efek bius masih terasa, sehingga tubuhku terasa sangat lemah.

"Bowo, Tomi, hentikan selagi masih sempat." Pintaku pelan. Namun mereka mengacuhkanku lalu naik ke atas tempat tidur. Bowo dan Tomi lalu melepaskan pakaian mereka, terlihat penis mereka sudah ereksi sempurna. Melihat itu, Rafi kembali berontak. Namun Ira menyentil bola milik Rafi. Membuatnya berteriak kesakitan.

"Raf, pinjem Diyah dulu ya." Ledek Bowo diiringi gelak tawa Tomi. Rafi menggeleng kencang lalu mulai menangis mengiba.

"Jangan… Hentikan ini semua." Pinta Rafi memelas.

Bowo menampar-nampar pipi Diyah pelan hingga sadar. Diyah langsung berontak begitu menyadari situasinya. Namun dia tak dapat berbuat banyak karena Bowo memeganginya. Apalagi efek bius juga membuat tubuhnya lemah seperti aku saat ini. Saat Diyah membuka mulut untuk teriak, tanpa basa-basi, Tomi langsung memasukkan penisnya ke mulut Diyah. Diyah terbelalak, penis besar itu masuk seutuhnya.

"Hisap terus, uuuh jangan digigit! Kalau tergigit dikit saja kontolnya Rafi kami potong." Ancam Tomi. Laki-laki bertubuh gemuk itu terlihat sangat menikmati penisnya di dalam mulut Diyah. Tak mau kalah, Bowo entah darimana sudah membawa gunting. Ia memotong rok, kaos, dan celana dalam yang dikenakan Diyah. Hingga kini diah benar-benar tak memakai benang sehelai-pun. Melihat pantat Diyah menungging di hadapannya, Bowo langsung memasukkan penisnya ke vagina Diyah.

Mmmph…mmmph…mmmph…
Diyah hanya bisa terisak. Mulutnya mengulum penis Tomi wedangkan Bowo memompakan penisnya di lubang kewanitaan Diyah. Rambut sebahunya terlihat berantakan. Sedangkan Rafi yang terikat di kursi, kini penisnya sedang dikocok oleh Fira dan Ira bergantian. Rafi berusaha memejamkan mata sambil terus meminta maaf. Ira menyibakkan jilbabnya, lalu mengulum penis Rafi.

"Anh… Hentikan…" Pinta laki-laki itu. Namun perempuan berjilbab itu malah makin agresif menghisap penis di hadapannya.

320x240.4.jpg

"Uhmmm…. Anhh….. Jangann…. Aaah…aah."

Laki-laki itu menyemprotkan air mani yang segera memenuhi mulut Ira. Terlihat perempuan itu sangat puas, menelan semua air mani yang ada di dalam mulutnya.

"Wah, keluar juga ya Raf akhirnya. Enak mana seponganku apa Fira?"

"Ih, aku ngga dibagiin sih." Perempuan satunya menggerutu. Perempuan dengan rambut panjang diurai.

"Tenang aja Fira, kalau udah tegang lagi kamu naikin aja kontolnya Rafi tuh." Jawab Ira, membuat Fira begitu sumringah.

"Anh…. Diyah enak banget, uuh aku keluarin semua peju ini buat kamu nih." Seru Bowo keenakan. Tak lama kemudian, Bowo terlihat sudah mencapai puncaknya. Ia menarik penisnya dan menumpahkan air maninya di pantat Diyah.

Kristen-Scotts-Butt-Bukkake-and-Cum-Rub-SpermMania-video-00-1200x1200.jpg

"Gila…gila…, kalian semua sudah gila." Gumamku pelan. Tapi sepertinya Ira mendengar itu. Ia lalu mendekatiku dan berusaha membuka celanaku. Aku melawan, menendang-nendangkan kakiku.

"Udah, nyerah aja Rid. Kamu juga pengen kan nyicipin Diyah? Batangmu udah gede banget tuh." Bujuk Ira sambil terus mencoba melepas celanaku. Aku sangat tidak familiar dengan Ira yang ada di hadapanku saat ini. Perempuan berjilbab yang suka memakai setelan dress muslimah. Walaupun kadang ceplas-ceplos, tapi dia tidak pernah seliar ini. Pada akhirnya Ira berhasil melepas celana dan celana dalamku. Penisku memang sudah begitu tegang karena melihat Diyah diperkosa. Ira tersenyum senang lalu menoleh ke arah Diyah.

"Woy Tom, belum keluar? Lama banget sih." Tegur Ira kesal.

"Uuuh, bentar lagi Ir…uh… Diyah, enak banget seponganmu. Aaaah… Mau keluar, aaaanh."

Croooot, Tomi menarik penisnya lalu menumpahkan air mani yang begitu banyak ke wajah Diyah. Saking banyaknya, cairan lengket itu sampai memenuhi wajahnya yang cantik.

MECQO31_o.jpeg

Diyah terbatuk, sesenggukan. Ira mendekati Diyah, lalu mengelap wajah Diyah dengan tisu hingga bersih.

"Iyuh, banyak banget sih Tom." Keluh Ira. Tomi hanya membalas dengan senyum lebar.

"Diyah… Maafin aku Diyah…, Hhuhu." Rafi mulai menangis.

"Tenang aja Raf, kalau kamu pengen have sex juga, yuk sama aku." Bisik Fira, yang malah membuat Rafi makin menundukkan kepala sambil mencoba menghindari kontak mata dengan Fira.

"Diyah, masih ada satu cowok yang perlu kamu puasin tuh." Ujar Ira sambil menunjuk ke arahku. Aku menggeleng tak setuju sambil mengesot mundur.

Ira mengambil gunting yang tadi dibawa Bowo. Lalu memotong tali yang mengikat tangan dan kaki Diyah. Perlahan sambil menundukkan kepalanya, Diyah berjalan ke arahku. Aku terus mundur sampai kepalaku terbentur meja yang ada di pojok ruangan. Diyah kini berada di depanku, ia lalu berjongkok dan menggapai penisku.

"Ayo sepong dia. Atau kontol Rafi aku gunting nih." Ancam Ira sambil memainkan gunting. Ctik ctik ctik.

Diyah menyibakkan rambutnya yang berantakan, merapikannya ke belakang. Aku dapat melihat payudaranya yang kecil itu menggantung menggoda.

993612-f18-i-feel-so-ashamed-of-my-small-tits-with-all.jpg

Aku menelan ludah lalu memalingkan wajah. Lalu kurasakan hangat dan nikmat di bawah sana. Diyah benar-benar mengulum penisku.

"Anh... Diyah, mengapa menuruti mereka?" Tanyaku sambil menahan nikmat kuluman Diyah. Aku tidak menyangka rasanya senikmat dan selembut ini. Aku mengira Diyah akan sekenanya saja mengulumku. Namun rasanya benar-benar lembut. Beberapa kali lidahnya menyapu kepala penisku. Membuatku menggelinjang keenakan.

"Eh buat kenang-kenangan nih." Seru Ira sambil merekam aksi Diyah. Namun itu sepertinya hape baru.

Slurp, slurp, suara bibir Diyah semakin membuatku hilang akal. Aku yang awalnya menolak mulai menikmati penisku dikulum olehnya. Akhirnya aku mulai merasakan air mani bergejolak ingin keluar.

"Anh...Diyah, a...aku keluar..aaaaaanh."

Croooot, croooot, crooot. Diyah tak melepaskan penisku dari mulutnya. Air maniku tumpah seutuhnya di dalam mulut Diyah. Setelah semburan penisku berhenti, Diyah melepaskan penisku dan menelan air mani di mulutnya. Aku terdiam, pikiranku benar-benar campur aduk.

"Diyah, yuk lihat kamera." Pinta Ira yang segera dituruti Diyah sambil tersenyum.

"Maafkan aku Diyah... Maafkan aku." Aku menundukkan kepala, malu memandagnya.

"Tidak apa-apa Farid, bukan salahmu." Jawab Diyah sambil mengusap mulutnya yang belepotan.

"Ira, ini Rafi gimana?" Tanya Fira. Aku sampai lupa ada Rafi yang terikat di sana. Ia masih menunjukkan kepala sambil menangis.

"Kenapa menangis? Bukankah kamu sudah terbiasa memainkan perasaan orang?" Tanya Ira ketus.

"Aku...aku tidak tahu. Kali ini aku sangat mencintai Diyah." Jawab Rafi.

"Halah, sama aku juga bilang gitu. Sama Fira juga, sama Rahma juga. Siapa lagi? Banyak kan?" Ira terlihat kesal, gunting di tangannya sampai ia banting ke lantai.

"Ira... maafkan aku, Fira... maafkan aku." Rafi mengiba.

"Fira, kontolnya Rafi aku gunting ya?" Tanya Ira pelan.

"Eh? Jangan, jangan Ira." Jawab Fira. Ira lalu bangkit dan mengambil gunting yang tadi ia buang.

"Ira... Aku mohon, apapun asal jangan potong penisku." Rafi ketakutan, ia sampai menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ira..., aku kan sudah menuruti kata-katamu. Jangan sakiti Rafi Ir." Pinta Diyah sambil memegangi kaki Ira.

"Kalau begitu kita semua harus mati di sini." Gumam Ira, yang dibalas anggukan oleh Bowo. Tomi dan Bowo memakai celana mereka, lalu mengambil sebuah botol dari tas yang ada di dekat lemari. Tomi dan Bowo lalu mengisi gelas-gelas kecil dengan air dari botol itu. Ira lalu mengambil dua gelas dan berjalan ke arah Diyah. Ira menyodorkan satu gelas pada Diyah. Lalu memberikan yang satu lagi pada Fira.

"Minum racun itu. Fira, minumkan racun itu untuk Rafi." Perintah Ira.

"Hey, hey. Kenapa malah jadi begini? Hentikan kegilaan ini." Teriakku sekuat tenaga. Walaupun suara yang keluar begitu lirih. Terlihat Bowo dan Tomi sudah meneguk gelasnya. Sekejap kemudian, mereka ambruk ke lantai. Begitu juga Rafi yang sempat berontak, kini tak lagi bergerak. Lalu Fira ikut mengambil satu gelas lagi untuk ia teguk sendiri. Fira ikut tumbang. Hanya tersisa Ira, Diyah, dan aku. Ira mengambil satu gelas lagi lalu berjalan ke arahku. Dia meletakkan gelas itu di sampingku.

"Minumlah, kamu dan Diyah bisa bersama di akhirat. Diyah, kenapa punyamu tidak diminum?" Tanya Ira dengan nada yang sangat dingin.

Diyah menoleh ke arahku, lalu tersenyum. Wajahnya yang bagaikan candu itu kini membuatku menitikkan air mata. Diyah lalu meneguk gelasnya dan ambruk di hadapanku. Begitu juga dengan Ira. Jantungku berdegup sangat kencang. Yang kemudian memberikan kekuatan padaku untuk berdiri dan berlari. Aku meraih celanaku dan segera memakainya. Walaupun masih sempoyongan, aku keluar dari vila. Pintu dan pagarnya tak dikunci, aku segera berlari ke jalan. Mencari cahaya lampu dari vila lain yang aku harap ada penghuninya. Di kejauhan, terlihat ada vila yang lampunya menyala. Tanpa pikir panjang, aku ke sana. Setelah berjalan cukup lama, harapanku terkabul. Ada sekelompok orang yang sepertinya sedang reuni. Usia mereka sekitar 45 tahunan.

"Pak! Bu! Tolong saya... Teman-teman saya bunuh diri. Tolong saya, aku mohon." Teriakku sambil mengetuk pagar dengan batu. Beberapa orang datang lalu membukakan pagar. Mereka berusaha menenangkanku. Setelah cukup mengatur nafas, aku mengatakan kalau teman-temanku bunuh diri meminum racun di vila yang kami tinggali. Salah satu dari mereka menghubungi polisi dan petugas keamanan setempat. Kemudian karena terlalu syok, aku tak sadarkan diri.


---


Aku terbangun, matahari sudah tinggi. Seorang ibu-ibu dan bapak-bapak yang menjagaku terlihat senang.

"Nak sudah bangun? Sudah tidak mabuk kan?" Tanya bapak itu.

"Teman-temanku...Mereka bunuh diri di vila tempat kami menginap." Sahutku spontan.

"Tenang saja, tidak ada apa-apa kok." Ibu itu menenangkanku.

Baru kemudian aku paham kenapa mereka mengatakan aku mabuk. Karena saat mengajak mereka ke vila dimana tragedi tersebut terjadi, tidak ada hal yang ganjil di sana. Mobilku terparkir rapi di garasi. Aku mengajak bapak dan ibu tadi ke kamar di lantai dua. Tapi kamar itu bersih, hanya ada tas milikku di sana. Aku terduduk lesu, tak percaya.

"Yaudah kami kembali dulu ya nak. Kalau pulang hati-hati." Kata bapak itu seraya turun dan kembali ke vila mereka sambil bersenda gurau.

Apa semalam hanya mimpi? Tidak mungkin semua hanya mimpi. Lalu aku tersadar kalau saat ini aku tidak mengenakan celana dalam. Aku tertawa terbahak-bahak, frustasi. Aku berdiri lalu duduk di atas tempat tidur, kulirik tas milikku. Ada sebuah hape di atasnya. Dan juga sebuah kertas yang diselotip di layarnya.

Kuharap kamu suka dengan kenang-kenangan dariku. Aku juga sayang kamu, Diyah

Begitulah tulisan di kertas itu. Ya, aku juga ingat hape ini yang dipakai Ira untuk merekam Diyah saat mengulum penisku.


---

Update :
Aftermath (page 1)
Pemantik (page 2)
Fira (Page 2)
Rafi (page 3)
Rencana (page 4)
Akhir (page 5)
 
Terakhir diubah:
Interesting story suhu...apakah akan bersambung? Atau dibiarin ngegantung misterius gini?
 
Mantap Hu. G papa epilognya di upload meski ga ada SS nya. Mnrt Nubie, kadang scene non seks bs menjadi bagian yg penting dan membuat sebuah cerita jadi lengkap awal akhirnya. Malah bs membuat SS dlm cerita sblmnya jadi makin hot, krn pembaca jd tau rangkaian utuh dr cerita, sebab musababnya.
 
Aftermath :

"Haduh, sakit beneran ini lututku." Keluh Bowo.

"Habisnya kamu ngapain ngga cari tempat nyaman buat pura-pura mati, hahaha." Ledek Tomi sambil memakai celananya.

"Haduh, cepet kita beresin ini. Sebelum ada yang datang kesini. Lagian kok bisa-bisanya kalian bercanda si di kondosi begini." Perintah Ira tergopoh-gopoh.

"Ira… Ini Rafi sama Diyah ngga mati kan?" Tanya Fira pelan.

"Ngga, cuma obat tidur. Untung ngga ketuker tadi. Aduh malah ngaceng lagi parah sih kamu nih." Gerutu Ira kesal saat melihat penis Bowo kembali ereksi. Bowo dari tadi memang tak melepaskan pandangannya dari tubuh telanjang Diyah yang tertidur di lantai.

"Aku entotin Diyah sekali lagi ya Ir." Pinta Bowo memelas.

"Gila! Pantes aja Diyah ilfeel sama kamu. Duh ayo beresin. Itu pakein dulu jaketku ke Diyah." Ira melanjutkan.

Setelah membereskan kamar dan memastikan semua rapi tak ada yang tertinggal, mereka membawa Rafi dan Diyah yang masih tak sadarkan diri ke mobil Rafi. Ira mengambil kertas, menuliskan sesuatu. Lalu menempelkan kertas itu di hape yang ia pakai untuk merekam Diyah. Ira meninggalkan hape itu di atas tas milik Farid yang sengaja mereka bawa. Bowo mengambil kemudi, lalu mobil mereka pergi meninggalkan vila.

"Rencana Diyah cuma gini aja?" Tanya Tomi dari kursi penumpang depan.

"Iya, setelah ini mereka akan pergi jauh." Jawab Ira.

"Tapi kenapa yang dapat kenang-kenangan cuma Farid?" Bowo ikut bertanya.

"Diyah sukanya sama Farid, ada masalah? Udah dikasih jatah juga kan kamu?" Ira tampak kesal.

"Ah iya sih, tapi kan . . . Eh... AWAS!"

CKIIIIIIT, BRAAAK!




Semuanya dimulai dari

4 bulan yang lalu . . .
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd