Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT .

Status
Please reply by conversation.
Semakin ditunggu-tunggu kelanjutannya, suhu :ampun:

Semoga Bu yuli mampu menampung benih-benih para bujangan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Semoga cepat hamil Bu Yuli :remas:
:ampun:
 
Bangsaaaaad pecah banget ini update ceritanya, mantap!!!
Makasih hu
Lanjut
 
Ya, Dia Ibuku





Chapter 4
Dingin Tapi Panas








[Mulustrasi]
Yuli Novianti (35 Tahun)








----------







Di malam yang dingin, suara decitan ranjang bersamaan dengan suara erotis yang saling bersahutan terdengar memenuhi salah satu kamar. Dengan keadaan keduanya tanpa busana sama sekali, si pria tengah mengayunkan kejantanannya untuk keluar masuk menumbuk selangkangan si perempuan. Kedua pasangan tersebut adalah seorang pasutri yang tak lain dan tak bukan adalah bu Yuli dan suminya, pak Warso.

Akibat waktu terlalu tersita oleh pekerjaannya membuat pak Warso sangat jarang menjamah setiap lekuk tubuh istrinya itu dan karna rasa lelah bekerjanya itu kadang sampai membuat dirinya lupa akan hasrat birahi padahal dirinya mempunyai sosok istri yang diidamkan oleh banyak pria. Entah datang dari mana, akhirnya malam ini pak Warso berkeinginan untuk menjamahnya.



“Aakkkhhhh....ssshhhhh.. Ssshhhh...”, desah pak Warso menikmati setiap gesekan dinding kelamin istrinya itu yang sangat jarang ia nikmati.
“terus, yyaaahhhh....Eeggghhhh...”, balas bu Yuli tak mau kalah untuk memanaskan situasi namun jika boleh jujur, bu Yuli mulai tak bisa menikmati permainan suaminya itu sehingga apa yang ia keluarkan semata-mata untuk menutupi supaya suaminya tak merasakan kecewa. Sebabnya pun sudah bisa ditebak karna apa.
“enak, dek? Kontol mas enak kan? Ssshhhh.....”, sambil terus mengayunkan senjatanya.
“Iyaaa....iya enak, mas.....”



PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!


“oouugghhhssss....punya kamu enak bnget, dek. Ssshhhh.... Mas ga kuat lagi”
“Jangan dulu, mas.... Adek belum mau keluar”
“maaf, dek. Sssshhhhh....Aaakkkhhhh....”, erangnya dan langsung menyemburkannya ke dalam rahim sang istri.




Jika saja bisa berteriak, maka bu Yuli akan meneriakkan, “kentang banget, mas!!!”, tapi sayangnya Bu Yuli sama sekali tak berani mengucapkan hal tersebut dan juga itu bukanlah gayanya. Bukan hal baru lagi untuk bu Yuli merasakan seperti itu. Dalam benak bu Yuli tanpa sadar terbesit pikiran tentang sosok pak Susno dan pak Anton tapi dengan cepat ia buang jauh-jauh hal tersebut karna dirinya sadar apa yang mampir ke kepalanya itu bertentangan.








°°°°°°





Waktu terus berlalu tanpa terasa hari acara tahunan berupa karyawisata telah tiba. Di dalam kamar aku telah selesai mengecek barang ataupun pakaian yang akan aku bawa. Serasa tak ada lagi yang terlupa, aku keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk menghampiri ibu serta ayahku.

Setahuku pas tahun lalu ibuku dan kepala sekolahku, pak Susno tak mengikuti acara karyawisata ini tapi kenapa mereka berdua kali ini ikut? Itulah yang masih aku bingungkan dan sepertinya ada rencana dibaliknya yang telah pak Susno buat untuk ibuku.



“daripada bawa motor nanti ujung-ujungnya di tinggal. Kamu bareng ibu aja ya ke sekolahnya”, ucap ibu di saat aku tengah mengunyah sarapan.
“ga masalah”, jawabku sekenanya.
“memangnya mau berangkat pake motormu, dek?”, tanya ayah dan ibuku menggeleng.
“terus?”, sambung ayah.



Suara deru knalpot roda empat terdengar di depan rumah dan beberapa kali juga memberi tahu keberadaannya dengan klakson. Ibuku berujar bahwa mobil tersebut milik pak Susno. Seketika saat diriku mendengar nama pria itu rasanya birahi yang ada di dalam diriku bangkit. Pikiranku langsung melayang, membayangkan hal-hal panas yang sudah terjadi tau apa yang akan terjadi jika ibu bersamanya.

Kulihat ibuku bangkit dari kursinya dan meminta izin pada ayahku untuk menghampiri pak Susno di luar sana.



“sekalian ajak masuk duku, dek buat sarapan”, ujar ayahku.
“iya, mas”, balas ibu berlalu. Aku disini benar-benar mulai tak bisa menikmati sarapanku lagi akibat pikiran kotorku ini.



Tak lama setelah ibu keluar, ibu kembali lagi dengan sosok pak Susno yang ikut masuk, mengikuti langkah ibu di belakangnya. Masuknya pak Susno ke ruang makan, ayahku bangkit dari duduknya untuk menghormatinya dan saling berjabat tangan.



“ayo duduk, pak kita sarapan bareng”
“ga usah repot-repot saya sudah kok tari di rumah, pak”, tolaknya dengan halus ajakan ayah.
“yaudah kalo gitu. Dek, buatin kopi ya buat pak Susno”, ibuku mengangguk.



Pada akhirnya pak Susno tetap gabung bersama kami di ruang makan ini dengan durinya hanya menyeruput kopi yang telah ibuku buatkan. Obrolan antara ayah dengan dirinya mulai terjadi dan aku mencoba untuk menikmati sarapanku lagi, namun tak lama berselang saat mereka mengobrol aku tak sengaja melihat sebuah kejanggalan dimana posisi duduk ibu seperti terlihat kurang nyaman.


Karna sebelumnya posisi duduku bersebelahan dengan ayah dan ibu duduk sendirian di seberang kami sehingga sekarang ibu duduk bersebelahan dengan pak Susno. Semakin lama ku pikir gerak-gerik ibu mamang ada yang aneh, namun ayahku sepertinya tak menyadari akibat telah larut dengan obrolan yang pak Susno jalin. Terlebih lagi sedari tadi aku tak melihat tangan kiri pak Susno tak terlihat.




Aku penasaran, namun aku juga bingung bagaimana aku bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di depanku ini. Setelah berpikir, aku menemukan sebuah cara dengan ku mainkan hp ku ini beberapa saat, setelah aku rasa pas barulah aku buka aplikasi kamera. Yang aku buka kamera depan dan dengan gerakan supaya tak terlihat oleh ayah, aku turunkan posisi tanganku yang sedang memegang ho hingga sebatas lutut lalu ku arahkan kamera depan sedikit miring ke arah ibuku dengan pak Susno.


DEG!!! Gila sekali pikirku karna dari kamera yang ku tangkap, aku bisa melihat lumayan jelas bahwa tangan kiri pak Susno tengah mengelus paha bagian dalam ibuku dengan keadaan rok ibuku yang telah di singkap hingga kedua pahanya terlihat sangat jelas. Tak habis pikir bagiku, pak Susno melajukan hak seperti itu pada ibuku di depan ayahku sendiri.



“aduh maaf, perut saya sakit. Izin dulu, pak”, sadarku dari amatanku ini ketik ayah berbicara.
“Oh iya gapapa, pak”, balas pak Susno.
“Nanti kalau bapak mau berangkat bisa langsung aja, sekalian saya titip istri sama anak saya, pak”
“Siap, pak. Buat bu Yuli sama Bagas bapak ga usah khawatir pasti bakal saya jagain”, dan setelahnya ayah berlalu untuk ke toilet meninggalkan kami bertiga yang masih duduk di ruang makan.

“pak, nanti Bagas boleh kan ikut sampai sekolah?”, tanya ibu meminta izin.
“iya, ga masalah”



Walau telah aku cek sebelumnya tapi rasanya masih kaya ada yang kurang karna aku ini tipe orang yang pelupa jadinya aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan mengecek kembali barang yang akan aku bawa dan juga untuk mengganti pakaian.






Aku di dalam kamar kurang lebih sepuluh menit hingga senunya siap dan tas telah ku gendong, aku beranjak keluar dari kamar. Batu saja akan menuruni tangga, suasana rumah terasa sangat sunyi padahal masih ada ayah, ibu dan pak Susno. Karna aku masih sama sekali belum memakai alas kaki, maka langkahku tak menimbulkan suara. Langkah ini ku coba untuk bergerak ke rung makan.

Ternyata sudah tak ada orang lagi di sana, bahkan piring bekas saranan oun sudah di bersihkan semuanya. “Apa mungkin udah di depan?”. Ku langkahkan lagi menuju teras rumah dan memang benar bahwa pak Susno dan ibu sudah menungguku di jalan, tepat di samping mobilnya.



“ga ada yang kelupaan kan, nak?”, tanya ibu.
“udah ga ada kok, bu. Oh iya, ayah mana?”
“masih di toilet, tadi ibu juga udah pamitan”, aku mangut-mangut.
“Yaudah langsung berangkat aja yuk”, sela pak Susno.



Ibu berencana duduk di belakang bareng bersamaku namun oleh pak Sasni di cegah dan ibuku di suruh untuk duduk di depan saja. Selama perjalanan ke sekolah ini aku sama sekali tak melihat hak yang janggal. Semuanya terlihat biasa saja.




Sesampainya di sekolah sudah terlihat banyak murid angkatanku ini telah berkumpul di aula sedangkan sebelumnya saat di luar aku melihat ada beberapa bus juga uang siap menjadi tunggangan kami menuju lokasi.



“malas gue sebenernya kaya gini, mending tidur”, ucapku pada Dion yang berdiri di sampingku. Kami berdua dan para murid lainnya telah berkumpul, mendengarkan arahan dari guru pembimbing.
“Lu apa aja mah malas. Udah lah, nikmati aja. Lagian disana kita bisa hirup udara segar, bosan gue disini isinya pengap sama knalpot kendaraan”
“lu tadi juga sama anak-anak dicariin”, sambung Dion.
“Buat apa?”
“Rencana anak-anak ntar malam disana mau bakar-bakar gitu”
“bakar ladang teh?”
“ga, kita mau bakar bus nya. Ya bakar jagung kek apa bakar apa gitu yang bisa dimakan. Enak lagi suasananya, dingin-dingin paling Afdol emang bikin api. Ntar anak-anak kelas sebelah juga mau ikut katanya, siapa tau malah kita bisa bawa salah satu cewek sebelah”
“mantap juga tuh kalo dipikir”, ucapku mulai sependapat dengan Dion tentang rencana anak-anak yang lain.



Mungkin sekitar Seperempat jam kita semua harus berdiri mendengarkan bimbingan tersebut hingga akhirnya kami di persilahkan untuk masuk ke dalam bus sesuai dengan kelas masing-masing. Di dalam bus aku duduk bersama Dion pastinya di bangku tengah. Sebenarnya aku ingin di belakang tapi tak jadi karna kalo dikikir biasanya yang belakang itu yang gampang pada mabuk perjalanan. Aku Cuma tak mau jadi korban aja. Agak trauma juga karna pas SMP dulu mengalaminya. Kaki penuh muntahan orang, bau jigong anak yang tidurnya gelendot ke bahu.

Sekilas aku melihat sosok ibu yang melihat ke arah bus-bus kami, sepertinya ibu mencari diiman bus yang aku tumpangi namun itu tak lama karna aku melihat ibu di gandeng oleh pak Susno untuk masuk ke dalam mobilnya. Masuknya ibu ke dalam mobil pak Susno, bus kami pun jalan. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 08.15, cukup pagi juga.


Suasana selama perjalanan ini terkesan sangat riuh oleh merek yang bersemangat dengan bernyanyi bersama. Sementara aku yang dati awal tak terlalu antusias malah mengantuk dan akhirnya tertidur, begitu juga dengan Dion.








Pukul 17.45 akhirnya kami sampai di lokasi tujuan. Sebenarnya prediksi sampai sekitar jam 2 siang tapi karna kondisi jalan macet dan juga jalan yang lumayan berkelok akibat pegunungan dan sisi dari jalur yang dipakai lumayan curam sehingga harus mengurangi kecepatan. Hal itulah yang membuat perjalanan kami menjadi lama.

Karna sampainya kami disini sudah petang membuat kami disuruh untuk tetap tinggal di penginapan dan kegiatan akan di lanjutkan pada keesokan harinya.

Sampai sekarang aku belum menjumpai sosok ibu maupun pak Susno. Bukankah mereka ikut kesini dan mobilnya mengikuti rombongan busku? Lantas kemana kah dia ajak ibuku pergi? Saat aku coba telepon ibu juga nomornya tak aktif sehingga membuat pikiranku menebak hal-hal yang aneh tentang kemana pak Susno membawa ibuku dan apa yang ia lakukan terhadap ibu.



“Apakah dari awal pak Susno memang tak berniat untuk kesini? Rencananya ikut menemani karyawisata tahun ini pada ayah hanya sebuah alasan semata? Tapi jika memang hanya alasan kenapa ibu mengiyakan kalo dirinya memang akan ikut kesini? Apakah pak Susno menyuruh ibuku untuk berbohong?”, pikiranku terus menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.
“sepertinya memang benar kalo pak Susno dari awal mengajak ibu bukan kesini tapi mengajaknya ke tempat lain dan disana pasti pak Susno akan menikmati ibuku sepuasnya. Ya, pasti seperti itu. Terlebih lagi ayah taunya ibu memang disini. Gila juga kalo memang kaya gitu, berarti selama dua hari ibu gue bakal di hajar habis-habisan sama dia? Sialan!”
“tapi tunggu... Bukankah pak Anton ada disini?”



Sungguh aku masih belum tak mengerti dengan semuanya. Jelas-jelas aku melihat bahwa pak Anton ada disini, bahkan tadi aku berpapasan dengannya. Mungkinkah ibuku hanya bersama pak Susno?







------




Selama karyawisata semuanya berjalan dengan lancar dan sekarang sudah memasuki malam terakhir karna besok siang kami harus kembali dari tempat ini sehingga malam ini kami di kumpulkan oleh guru pembimbing kami di area terbuka dengan api unggun yang menyala dengan besar.

Terlihat semuanya sangat bahagia, larut dalam canda dan tawa. Aku hanya duduk diam melihat tingkah laku teman-temanku ini sambil memakan jagung bakar. Pikiranku masih belum bisa memecahkan apa yang sebenarnya terjadi terhadap ibuku. Sampai sekarang tak ada kabar dari ibu dan penampakan sosoknya dengan pak Susno pun sama sekali tak ada disini.



“mungkin sekarang ibu gue masih di genjot sama itu kepala sekolah”, pikiranku berasumsi dengan liar mengingat ibuku yang ternyata tak datang kesini.



Apakah ibu sudah makan. Apakah pak Susno memberikan waktu istirahat yang cukup untuk ibu. Semaunya terlintas dikepalaku. Kusadarkan pikiranku ini dan mencoba untuk fokus pada kegiatan yang sedang aku ikuti ini.


Masa-masa SMA memang masa yang sangat berkesan dan membekas. Suka, duka, pertemanan sampai percintaan semaunya ada disini. SMA juga bisa dibilang masa puncak untuk bandelnya kebanyakan remaja, termasuk aku ini. SMP jujur aku akui, aku tak sebandel ini malah terkesan lumayan penurut dengan peraturan yang sekolah berikan.




Tak ada guru yang tau dan tak ada sekolah lain yang tau. Sebenarnya di sekolahku ini ada slah satu siswi yang memang bisa kami pakai tapi bukan secara cuma-cuma alias bayar dan siswi itu satu angkatan demgan ku. Artinya sekarang anak tersebut berada di antara kami, berbaur dengan semuanya. Namanya Melda. Dari penampilan luar memang terkesan anak baik-baik yang tak bakal neko-neko tapi aslinya di Broken. Tak jarang teman-temanku juga memaki dirinya untuk di lobby. Bahkan aku juga beberapa kali sudah pernah membawanya.

Mengenai Melda itu, anaknya bisa dibulang lumayan cantik, kulit serta badanya bagus apalagi dadanya itu. Tak jarang karna kelebihannya itu, dia laris dalam “usaha” nya itu. Kemarin malam anak-anak juga pakai itu siswi secara beramai-ramai di pinggir hutan dan tentunya tak ada guru yang tau. Mati lah kalau sampai guru tau.

Semalam secara bergiliran tubuhnya kami nikmati. Kalo tak salah kemarin di santap oleh 6 orang dan dari 6 orang itu, ada 4 orang diantaranya adalah gengku. Termasuk aku dan Dion. Sudah bukan hal baru lagi untuk kami saling berbagi dalam menikmati tubuh yang kami bayar itu.


Mengingat tubuh Melda membuatku merasa terangsang. Kejantananku mulai bangun dan rasanya aku ingin sekali membawa dirinya lagi untuk menuntaskan hasratku ini.



“entar coba gue ajak lah”, batinku.



Acara api unggun ini berlangsung lumayan lama sampai waktu menunjukkan pukul hampir sebelas malam. Di karena kan tempat yang ku pijak sekarang merupakan dataran tinggi membuat tubuhku tak bisa diajak untuk lebih lama lagi di luar seperti ini. Hawa dingin serasa masuk menusuk tulang.

Di sekitarku juga sudah mulai sepi, hanya ada beberapa siswa siswi yang berkumpul dengan bernyanyi menggunakan gitar sebagai pengiringnya di dekat api unggun. Selebihnya telah kembali ke dalam penginapan. Untuk geng ku sendiri hanya tersisa aku seorang disini. Duduk diam seperti orang hilang dengan jagung bakar yang sedari tadi masih belum habis. “sial!”, ku lempar jagung bakar tersebut ke sembarang arah.



“butuh belaian, euy!”, ucapku serasa bangkit dari duduku.



Aku berniat mengajak Melda seperti yang ku niatkan sebelumnya, namun di saat sudah dekat dengan penginapan salah satu temanku menyapaku.



“hei, Gas! Mau kemana lu?”, berhenti di depanku.
“Masuk lah”
“Hilih, mau tidur gitu?”
“siapa yang mau tidur, gue mau temuin Melda kali”
“mau bawa dia lagi?”, ya temanku ini semalam juga yang ikutan menikmati tubuh Melda. Aku mengangguk menjawab pertanyaannya.

“mending jangan dulu deh, simpan itu uang buat lain hari”
“emang kenapa?”
“ini barusan gue di kabari Hendra katanya di gubuk pinggir hutan yang kemarin kita istirahat sehabis dari kebun teh ada cewek telanjang”
“Palingan orang gila”
“Bukan anjir! Mereka sekarang lagi pake itu cewek. Dion, Hendra sama Rizki sekarang ada disana”
“Lu aja sono, gue ga tertarik”
“yaudah lah terserah lu aja, tapi kalo lu berubah pikiran datang aja kesana. Mumpung ada yang gratisan. Oke gue cabut, ini Otong udah ga bisa di ajak kompromi, pengen kenalan sama teman barunya”




Dia pergi berlalu dari hadapanku dan aku sendiri kembali melanjutkan niatku untuk menemui Melda. Sesampainya di kamar yang di tempati olehnya aku coba ketuk, namun yang muncul malah Fitri, temannya. Fitri bilang bahwa Melda sudah tidur. Sial sekali malam ini.

Aku teringat ucapan Beni tadi perihal cewek yang ada di gubuk kebun teh. Karna syahwat ku sudah bangun akhirnya aku putuskan untuk pergi ke tempat tersebut untuk menyalurkan hasrat yang sudah sangat mengganggu ini. Pertama yang kulakukan adalah pergi ke kamar untuk mengambil senter karna pastinya jalan ke sana sangat gelap.




Benar adanya, sesuai dengan yang aku tebak bahwa jalan menuju ladang teh sangat tak nyaman jika di lalui saat malam hari. Batu kerikilnya membuat kakiku beberapa kali tersandung akibat pencahayaan yang ku punya hanya dari senter kecil.

Lumayan cukup jauh aku berjalan. Walau jarak masih sedikit jauh tapi aku sudah bisa melihat sebuah cahaya yang menyala di salah satu gubuk dan gubuk yang dimaksud oleh Beni.









°°°°°°°°°



(POV Bu Yuli)





Rasanya hidupku mulai berubah sekarang. Pak Susno membawaku ke salah satu motel yang tak jauh dari tempat anakku melakukan karyawisata dan di motel ini pak Susno menikmti setiap jengkal tubuhku ini dengan leluasa. Di motel ini juga rasanya kami seperti sepasang suami istri yang sedang pergi untuk bulan madu. Hanya saja aku disini dipaksa untuk melakukannya dengan sebuah ancaman video untuk bisa menundukkanku.


Setelah seharian diriku harus melayani nafsu kepala sekolah anakku sendiri dengan berbagai gaya, kini aku di letakan di sebuah gubuk yang terdapat di kebun teh dengan kondisi hampir telanjang seutuhnya, memperlihatkan kedua payudaraku yang terumbar dengan bebas. Aku hanya memaki celana dalam yang kecil dan kepalaku di tutup, hanya bagian mulutku saja yang terbuka.











Bukan hanya kondisi tubuhku saja yang gila, tapi apa yang sedang terjadi padaku juga. Aku emang tak bisa melihat wajah orang tersebut tapi aku taju dari nama mereka. Selama ini aku sungguh tak pernah terbesit pikiran bahwa tubuhku ini akan dinikmati oleh teman-teman anakku sendiri.

Teman? Ya, teman. Yang tengah menyetubuhi diriku ini bernama Dion, Rizki, Hendar dan yang baru saja datang bernama Beni. Mereka ini bukan lain adalah teman sekelas anakku, Bagas. Bahkan salah satunya adalah sahabat anakku, Dion hang dimana ibu Dion ini adalah teman dari SMP diriku dan sekarang anaknya tengah menyetubuhiku.



Cukup panjang ceritanya kenapa aku bisa sampai disini dan kenapa bisa di Setubuhi oleh mereka. Namun secara garis besarnya aku di bawa oleh pak Susno dan di dandani seperti ini juga olehnya.

Aku benci untuk mengakuinya, tapi selama seharian penuh di paksa untuk melayani nafsu pak Susno, aku mulai bisa menikmati apa yang namanya persetubuhan. Aku dibuat tersiksa olehnya, berkali-kali saat diriku akan orgasme akibat genjotan pak Susno, pak Susno selalu menghentikannya dan pada akhirnya gagal untukku orgasme.


“Kalo bu Yuli mau orgasme, ibu ikut dengan saya. Saya bakal kasih ibu orgasme”,



Seperti itulah ucapan pak Susno terhadapku lalu membawaku kesini. Aku yang sangat menginginkan hal tersebut pun mengiyakan dan mau di suruh untuk berpenampilan seperti ini. Setelah di tinggal oleh pak Susno, tak terlalu lama aku mendengar suara beberapa cowok di luar gubuk tengah mencari barangnya yang hilang. Kejadian selanjutnya seperti ini, akhirnya mereka yang menemukanku langsung menyetubuhiku.




Kembali pada apa yang sedang terjadi padaku.


Dion tengah menghentak-hentakan penisnya yang berukuran kumayan itu di dalam lubang peranakanku. Semua orang disini tak ada yang tau bahwa yang tengah mereka Setubuhi ini adalah guru mereka sendiri, bu Yuli.



“Gila....enak bnget memeknya. Ssshhhhh....ini toketnya juga mengkel banget, anjing!”



PLAK!!! Dion menampar payudaraku cukup keras sampai diriku mengerang. Genjotan penisnya terasa sangat nikmat di dalam selangkanganku ini. Ya, selama mereka tak mengetahui siapa aku, lebih baik aku ikut menikmatinya saja.



“Ga sia-sia gue bantu cari barang ku yang hilang, Ndra. Aaakkkhhsssss.....bisa nemu tempat pembuangan peju disini. Sssshhhhh.....yahud gila ini memek. Ssshhhh....”
“Keberuntungan buat kita ini. Ssshhhh....jangan sia-siakan. Peras habis peju kita. Hahaha.... “, balas Hendra yang tengah mengocok penisnya di dalam mulutku dengan bernafsu.



Awalnya aku sangat mual dan tak terbiasa dengan penis di dalam mulutku, namun setelah pak Susno beberapa kali menggunakan mulutku, sepertinya aku mulai terbiasa oleh rasa serta baunya ini.



“mulut lu enak banget, lonte! CUH!!!”, sambil terus menggerakkan penisnya di mulutku, Hendra meludahi wajahku. Walau kepalaku di tutup tapi tetap saja ini sangat merendahkan harga diriku, terlebih lagi Hendra melakukannya sambil mengataiku sebagai LONTE.


"Aakkkhhhh....memang gak rugi deh kita kesini nih. Sssshhhhh.....memeknya memang sempit, kontol gue sampe terasa ngilu kaya gini. Jepit banget rasanya, bangsat”, kata Dion sambil menggenjotku dan meremas keras kedua payudaraku.
“Kenapa lu bisa ada disini....telanjang kaya gini, sayang? Ssshhhhh....”, sambungnya. Aku tak menjawabnya karna memang sedang menikmati gesekan bagang penisnya itu di vaginaku.
“dasar Lonte! Kena kontol aja langsung keenakan sampai ga dengar gue tanya...ssshhhhh....”



Aku yang sedari tadi di genjot oleh Dion merasa hampir merasakan klimaks yang tak diberikan oleh pak Susno. Aku sangat menginginkan hal itu, sungguh tersiksa berjam-jam harus di gagalkan gelombang orgasmeku ini olehnya.



Akibat gelombang orgasme sudah sangat dengan bisa ku raih membuat tubuhku menegang. Hendrik yang masih setia menikmati mulutku sepertinya sadar akan apa yang sedang aku alami ini.



“kayaknya ini Lonte mau muncrat deh”
“oke, gue kasih lu kenikmatan ,sayang. Ssshhhh....rasain ini kontol gue!”, ucap Dion dan mempercepat genjotannya dengan tambahan di setiap sentakannya yang sangat bertenaga.



Seketika setelah Dion meningkatkan ritme genjotannya, Hendra menarik lepas penisnya dari mulutku sehingga suaraku bisa keluar dengan bebas.



“Aaakkkhhhh....aaakkkkkkhhhh....mau....mau kelauaarr.....ssshhhhh....”




SSSEEEERRRRRR!!!! Oh sungguh nikmatnya, akhirnya diriku bisa mencapai puncak tertinggi dalam sebuah persetubuhan. Aku orgasme dengan sangat nikmat dan lumayan panjang apalagi selama diriku orgasme, Dion sama sekali tak menghentikan genjotannya itu.


“aaakkkhhh....ber...berhenttiihhh....sssshhhh....aaakkkkhhhh....berhenti duluhhh....”, tubuhku mengigil dan bergetar dengan hebat di saat aku mengalami Multi orgasme.

“Belum, sayang. Ssshhhh....gue belum mau berhenti sebelum memek lu gue isi pake ojek gue ini. Aaakkkhhsssss... Nikmati saja orgasme mu itu. Ssshhhh....memek binal memang beda rasanya. Sssshhhhh....”, leceh sahabat anakku ini. Pelecehan yang ku terima rasanya membuat orgasme nikmat yang ku alami ini bertambah semakin nikmat. Pelecehan saat disetubuhi memang sangat pecah rasanya.

“aaakkkhhsssss....siapa nama lu?”, suara tersebut ku perkirakan suara milik Rizki.





Tak mungkin jika aku mengatakan nama asliku, bisa-bisa mereka curiga dan membuka wajahku ini. Bisa-bisa mereka tau identitas asliku. Aku tak mau jika mereka tau jika yang sedang mereka Setubuhi adalah ibu dari teman mereka sendiri. Aku juga tak mau jika Bagas ikut menanggung malunya.



“Noviihhhh....namaku Novi. Aakkkhhhh...sssshhhhh....”, balasku.
“Novi? Tapi kita panggil Lonte aku ya. Hehehe....”, sial harga diriku di permainkan oleh bacah ingusan sepertinya. Lihat saja saat naik kelas nanti akan aku kasih nilai jelek di mata pelajaranku.

"Aakkkhhhh...Aakkkhhhh....mantap banget memekmu Novi. Sssshhhhh....”, racauan Dion kembali terdengar.



Tiba-tiba kurasakan ada sebuah penis lagi yang menyentuh bibirku, lantas aku membuka mulutku namun saat mulutku terbuka, bukan penis yang masuk melainkan ludah. Untuk ke sekian kalinya aku diludahi lagi oleh mereka. Bahkan yang ku tahu buka satu orang yang melakukannya, semuanya meludah ke dalam mulutku yang terbuka.


“lu haus kan? Telen!” ucap salah Beni dan kemudian mereka tertawa melihat aku menelan habis ludah mereka yang terkumpul di dalam mulutku.





Setelah kutelan ludah mereka, sebuah penis dengan cepat di masukkan ke dalam mulutku dan langsung ia gerakan dengan cepat sampai ujung kepala penisnya terasa sekali menyentuh tenggorokanku.



“Makan kontol gue ini. Makan!!! Hahahaha.... Ssshhhh....mantap!”, ternyata penis tersebut milik Beni.
“gantian dong. Udah kebelet banget nih pengen belah memeknya”, ucap Rizki pada Dion yang masih asyik mengayunkan kejantanannya di vaginaku.
“Bentar lagi.... Sabar. Ssshhhhh.... Ga usah banyak omong, bentar lagi gue keluar ini. Sssshhhhh....”



Sepertinya memang Dion akan segera mencapai klimaksnya. Aku bisa merasakan jika batang penisnya kini lebih mengembang di dalam vaginaku. Gerakannya yang cepat juga terasa berbeda dari sebelumnya.



“Nyerah... Ssshhhh...nyerah gue. Gue pejuin memek lu nih. Aaakkkhhsssss....titip benih gue, Semoga aja jadi. Aaakkkhhhh...Aakkkhhhh....”




CROT!!! CROT!!! CROT!!! Oh tidak, untuk pertama kalinya vaginaku akhirnya disiram oleh sperma teman anakku sendiri. Begitu banyak Dion mengisi ruang di dalam vaginaku hingga rasanya masuk ke dalam rahimku. Untung, ini bukan masa suburku. Bisa gawat rasanya kalo aku hamil oleh sperma teman-teman anakku sendiri.

Tubuh Dion mengejang ditas tubuhku sambil mengeluarkan spermanya sampai tak tersisa lagi. Tubuhnya berkeringat dengan banyak dan nafasnya yang berantakan terdengar jelas di telingaku.



“Mantap banget memekmu, sayang. Semoga gue bisa buntingin bini orang yang binal kaya lu”, lirih Dion di sela diamnya diatas tubuhku.



Dion menarik lepas penisnya secara perlahan, sangat terasa lelehan peju nya mengalir dari vaginaku, meluber keluar dengan sangat banyak dan Dion menyodorkan penisnya yang basah oleh cairan kami berdua ini ke mulutku. Tanpa keberatan dan mereka juga tak mengetahui siapa aku, aku langsung lahap penis tersebut untuk ku bersihkan. Sebenarnya aku masih berpikir bahwa apa yang aku lakukan ini seperti seorang Pelacur murahan.



“gila banget emang ini Lonte. Ga susah gue suruh, gue sodorin kontol aja langsung ngerti apa yang harus di lakuin. Sampe kering lagi. Benar-benar mantap emang”, pujian kotor Dion sambil membelai pipiku, namun di susul oleh sebuah tamparan.



PLAK!!!



“Makasih, Lonte!”, ucapnya setelah menamparku.



Belum sempat aku bisa bernafas dengan lega, Hendra meremas kedua payudaraku dengan keras sampai aku memekik pelan.



"Sekarang nungging Lu! Gue mau entotin memek lu",



Aku menurut saja perkataan Hendra itu dengan merubah posisiku untuk menungging memperlihatkan vaginaku yang masih mengalir sperma milik Dion.

PLAK!!! Sebuah tamparan kembali ku terima, namun kali ini di bongkahan pantatku. Secara perlahan kepala penisnya mulai di gosokan di bibir vaginaku yang basah ini. Lalu secara perlahan ia majukan untuk membelah vagina sempitku ini.


BLES!!! Penisnya masuk keseluruhan tertelan oleh vaginaku.




Hendra mulai menggenjot vaginaku secara perlahan dan karena posisi Hendra yang menggenjot dari belakang otomatis membuat batang penisnya bisa melesat lebih dalam ke dalam sana sampai rasanya mentok menyentuh rahimku. Penis Hendra ini hampir sama ukurannya standar namun bentuknya bengkok ke Atas sehingga saat penisnya itu keluar masuk rasanya penis tersebut seperti sedang menggaruk dinding dalam vaginaku dan hal itukah yang membuat diriku tak bisa menahannya lagi. Aku akan mendapatkan orgasme ku untuk yang kedua kalinya.


Tubuhku mengejang dan bergetar ketiga gelombang tersebut menerpa tubuhku lagi. Rasnya akun ingin meluapkan rasa nikmat ini dengan teriak sekeras mungkin. Sungguh sangat nikmat!



“muncrat lagi lu?!”, Tanya Hendra, aku tak menyahutnya.

"Oouuggghhhhh....sssshhhhh...meenntookkk....", Desahku.
“Punya laki lu ga sampe mentok emang?”
“gaaahhhh....punya mas....”, ucapku terhenti ketika tersadar akan mengucapkan mas Warso. Bisa gawat kalo keceplosan dan akhirnya lebih memilih untuk tak melanjutnya.
"Tenang aja memek lu bakal gue kasih kontol gue ini sampai puas sampai lu bisa ngerasain perbedaan besar antara kontol gue sama punya laki lu!”, rasannya panas saat ia bawa-bawa mas Warso tapi aku yang sedang di kuasai nafsu lebih memilih untuk tetap menikmatinya.



PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!



Hendra menggenjotku dengan semangat, sementara tangannya tak mau tinggal diam. Ia jatuhkan kedua telapak tangannya untuk meraih kedua payudaraku yang menggantung dengan bebas, terimbang-ambing akibat genjotan yang ia lakukan. Di remasnya payudaraku ini dengan gemas.



Hendra tengah fokus memaju mundurkan penisnya di vaginaku, mulutku di jejali penis Rizki dan satu tanganku di tuntun untuk mengocok penis Beni. Di dalam posisi seperti itu tiba-tiba ada seseorang yang datang dan masuk ke dalam gubuk panas tempat persetubuhan ini.



“datang juga akhirnya lu”, sapa Dion.
“Ga jadi sama Melda? Ssshhhhh....”, tanya Beni di tengah penisnya yang tengah ku kocok.
“tidur anaknya. Btw, mantap juga ceweknya”, ujar orang yang baru datang itu.



Degup jantungku meningkat drastis ketika aku sepertinya mengenal suara tersebut. Perasaanku menjadi kacau ketika teringat anak-anak yang sedang menyetubuhi ku adalah teman anakku sendiri.



“Sama Melda mau ngapain?”, tanya Dion sepertinya pada Beni.
“itu katanya Bagas mau bawa Melda lagi”



DEG!!! Ternyata benar itu Bagas, anakku. Sungguh tubuhku mendadak menjadi lemas seperti hilang tenaganya sampai tubuhku yang akan jatuh ini di tangkap sigap oleh Rizki yang ada di hadapanku. Otomatis penisnya yang terlepas menampar dan tertempel di wajahku.

Hancur sudah hidupku jika Bagas tau wanita yang ada di depannya, wanita yang tengah teman-temannya nikmati adalah ibunya sendiri. Rizki masih memegangi ku di bagian bagian ketiakku.



“Pake aja tuh, mumpung ada barang super yang gratisan, tapi nunggu giliran”, ucap Dion.
“iya-iya tau”





Terdengar suara resleting yang dibuka, sepertinya Bagas mulai mengeluarkan penisnya. Dalam hati aku ingin berteriak padanya untuk tak melakukan itu karna wanita yang ada di depannya ini adalah ibunya sendiri namun aku tak bisa mengeluarkan kata-kata tersebut. Sama saja aku telah membuatnya sangat malu dan terhina dengan apa yang tengah ibunya lakukan.

Tubuhku di suruh kembali ke posisi semula oleh Rizki untuk menjejalkan kembali penisnya ke dalam mulutku. Aku juga disuruh untuk mengocok kembali penis Beni, begitu juga dengan penis baru, milik anakku sendiri.



“mantap juga kocokkannya”, ujar Bagas merasakan kocokkanku.
“Belum seberapa itu, lu bakal tau kalo udah rasain memeknya”
“Senikmat itukah? Gue lihat kayaknya ini cewek udah punya laki deh. Ga yakin kalo masih sempit itu memek, palingan udah longgar gegara di genjot terus sama lakinya”
“Lu rasain aja sendiri aja deh nanti. Ssshhhh.....enaknya. ssshhhhh....”



SPLOK!!! SPLOK!!! SPLOK!!!



Genjotan Hendra terasa makin cepat. Dinding vaginaku yang menerima gempuran seperti itu rasanya semakin memanas dan menjadi gatal kembali. Setelah seharian di genjot oleh pak Susno dan kini aku mengalami orgasme dua kali membuat Vaginaku sangat sensitif.


Di saat diriku kacau akan pikiran tentang Bagas dan ras gatal di selangkanganku, Hendra menarik keras rambutku yang terurai di lubang bagian belakang kain yang menutupi kepalaku ini sehingga aku harus lebih mendongak ke atas. Akibat tarikan Handra di rambutku juga membuat penis Rizki terlepas.



“Jangan di tarik! Kontol gue jadi lepas bego!”, protes Rizki.
“Ya maaf, habis gue nafsu banget sama ini Lonte sih”, ucap Hendra sambil terus memacu birahinya atas Vaginaku yang tengah ia sodok.



Rizki kembali memasukkan penisnya ke dalam mulutku dan kali ini dengan beringas ia genjot mulutku. Aku sampai tersedak dibuatnya tapi lagi-lagi tak dihiraukan dengan terus menyodokkan penisnya sedalam mungkin ke dalam mulut ini.




Sekarang Hendra menaikkan satu kakiku ke atas sehingga diriku mungkin terlihat seperti anjing yang sedang kencing. Akibat posisi ini sudah pasti vaginaku yang sedang terisi penis Hendra akan terlihat sangat jelas tengah keluar masuk mengocok dengan ritme cepat.

Di posisi memalukan seperti ini membuat diriku kembali terangsang. Bahkan aku merasakan sudah hampir klimaks lagi. Di rangsang dan di setang dati segala arah membuat diriku tak bisa bertahan lebih lama. Tiga menit kemudian aku kembali melepaskan cairan kewanitaanku dengan amat banyak.



SSSSEEERRRRRR!!!!



“Oouugghhhh....oouugghhhh....ssshhhhhh....terusss....terussss....ssshhhhh....”, racauku tak terkendali lagi di sela penis Rizki yang dilepas.
“memek lu emang hebat banget. Ssshhhhh....karna lu gratisan. Ssshhhhh....gue bayar pake peju aja ya. Aaakkkhhsssss.....ini bayaran buat lu!!!”



CROT!!! CROT!!! CROT!!!



Pancutan demi pancutan keras yang masuk ke dalam rahimku sungguh sangat terasa panas. Untuk kedua kalinya rahimku diisi oleh sperma panas dalam jumlah yang banyak. Jika saja ini masa suburku pasti aku bisa hamil karenanya.



“bikin puas banget ini memek”, ucap Hendra masih membenamkan penisnya.



Cukup lama Hendra menahan penisnya supaya tetap berada di dalam vaginaku hingga dirasa puas menikmati kedutan vaginaku, barulah ia mulai menarik lepas penisnya yang sudah mulai mengendur dari dalam vaginaku.


PLOP!!! Begitulah bunyinya saat penisnya terlepas dan diikuti oleh spermanya yang mengalir jatuh ke pahaku.

Kembali mulutku harus membersihkan penis yang baru saja menodai kehormatanku ini. Ku kulum penis tersebut sambil menyedotnya dengan kuat. Saat kulakukan sedotan kuat ini ternyata Hendra masih punya semprotan terakhir untuk spermanya dan aku disuruh untuk menelan sperma sisa tersebut.

Pantatku di angkat oleh seseorang dan diposisikan untuk kembali menungging. Lalu orang tersebut yang sudah tak sabar lagi mengambil giliran dengan memosisikan ujung kepala penisnya di depan lubang vaginaku. Pertama ia menggesekkan penisnya beberapa kali disana sepertinya yang satu ini ingin menikmati bibir vaginaku sebelum menikmatinya secara utuh. Sementara tangannya menjamah kedua payudara yang tergantung bebas ini dengan gemas dan sesekali remasnya menjadi kuat.




Akibat perlakuan dan rangsangannya itu membuat libido yang tadi sempat berkurang akibat orgasme kembali naik. Rasanya aku menanti penisnya itu untuk cepat-cepat di masukan ke dalam lubang peranakanku. Aku tak berbicara, namun aku mencoba memberinya kode dengan menggoyangkan pantatku.



“udah ga sabar pengen di sodok kontol lagi ya?”, lecehnya, namun aku tak peduli.
“oke, ini gue kasih nih kontol gue”



BLES!!! Penisnya yang sudah berada tepat di bibir vaginaku langsung ia hujamkan masuk dalam satu sentakkan Keras. Tubuhku sampai melengkung dibuatnya akibat sensasi satu sentakan yang ia lakukan.



“Eeggghhhh....”, lenguhku tertahan penis. Di sini aku baru menyadari bahwa yang mendapat bagian untuk menikmti vaginaku kali ini adalah Rizki, sementara yang menikmati mulutku adalah Beni. Bagas? Tanganku sekarang disuruh untuk mengocok penisnya.



Penis Rizki yang telah amblas di dalam vaginaku tak langsung ia gerakan, Rizki diamkan sesaat meresapi pijatan vaginaku yang sudah sangat sensitif ini sambil merasakan juga licinnya rongga vaginaku yang basah akibat cairan kewanitaanku dan cairan sperma kedua temannya itu yang lebih dulu di buang di dalam rahimku.



“ngempot banget ini memek. Sssshhhhh....kontol gue kaya dipijit”
“Entah kenapa daritadi gue mikir, Lonte kok mirip kaya bodi ibu lu ya, Gas. Sumpah pas gue ingat ibu lu gue jadi tambah nafsu”, ujar Rizki. Sontak ucapan Rizki membuat diriku kaget tapi untungnya tak ada yang benar-banar sadar siapa aku, bahkan anakku sendiri pun tak menyadarinya.
“sialan lu! Jangan samain ibu gue sama ini Lonte ya. Ibu gue orang terhormat”, balas Bagas. Ada rasa bahagia ketika anakku masih memandang diriku yang ia tau sebagai ibunya uang ia hormati.
“Ya santai aja kali, gue kan bikang Cuma mirip aja”



Rizki mulai menggerakkan batang penisnya untuk menikmati vaginaku ini. Ritmenya terbilang santai dan terkesan menghayati. Ia genjot vaginaku sambil meremas keras pinggangku untuk membantu memaju mundurkan tubuhku ke arah selangkangannya. Namun itu tak lama karna Rizki mulai menghujamkan batang penisnya semakin cepat, seperti dua temannya yang lainnya.



“Aaaakkkkhhh....Aakkkhhhh...gila ini perek rumahan. Ssshhhh....memeknya sedot banget. Ssshhhhh.....”
“udah punya berapa anak lu? Ssshhhh....”, tanyanya sambil menghujamkan penisnya.
“satuuhh...Aakkkhhhh...Aakkkhhhh....saatuuuhhh...sssshhhhh....”
“Pantas aja memek lu masih sempit kaya gini. Kontol laki lu juga kecil ya?”, aku tak menjawab.



Aku kembali tak menyahutnya karna memang mulutku tengah di terisi oleh penis Beni gang masih saja bergerak dengan kiar mengocok mulutku.



“Aaaakkkkhhh....Aakkkhhhh....oowwsshhhh....”, desahku ketika Beni memilih untuk melepaskan penisnya dari dalam mulutku. Mulutku yang bebas tak ada lagu penis yang masuk membuatku bisa bersuara dengan leluasa.



Cukup lama Rizki mendaki kenikmatan bersama Vaginaku ini. Beberapa kali juga Rizki memintaku untuk berganti posisi sampai sekarang aku tengah tiduran mengangkang dengan selangkangannya maju mundur menabrak keras dan cepat ke selangkanganku.



“ssshhh....keluar gue. Ssshhh.... Aaaakkkkhhh...Aaaakkkkhhh....”, racaunya saat sperma yang ia pompa akan keluar.
“Aaaakkkkhhh....gue mau buang di dalam. Ssshhh...gue buntingin lu Lonte! Aaakkkhhsssss.....ssshhhhh....bunting lu! Bunting!!!!



PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!!



Genjotan yang dilakukan Rizki sangat keras dan kasar. Walau gerakannya begitu kacau, namun aku masih bisa menikmatinya. Rasa nikmat itu menjalar ke seluruh saraf yang ada di tubuhku. Sungguh tak bisa dipercaya, untuk ke sekian kalinya aku dibuat akan mendapatkan orgasme oleh teman-teman anakku sendiri. Rasa nikmat itu kian terkumpul di selangkanganku di setiap tusukan yang Rizki berikan.



“Aakkkhhhh....Aakkkhhhh.... Aaakkkhhhh....”, racauku dengan menggelengkan kepala menikmati sensasi nikmat yang tengah ku rasakan ini.



Dengan mengatupkan kedua gigit dengan keras, aku mencoba menahan rasa nikmat bercampur dengan ngilu ini. Keringat yang keluar dari tubuh telanjang Rizki mengalir jatuh ke perut serta payudaraku yang bergoyang ini akibat tusukan kuatnya.



“Aaaakkkkhhh...Aakkkhhhh...terusss....terusss.....oouugghhhsssss.....enak, penismu. Sssshhhhh....”, desahku di luar kendali.
“dikit lagiihhh....dikit lagiiiiihhhh.....aaakkkhhsssss.....”



Aku sama sekali tak menghiraukan lagi suara mereka saat menertawakan racauanku ini. Sungguh aku hanya ingin mengeluarkan rasa nikmat ini lewat racauan yang ku lontarkan. Suara tawa tersebut semakin riuh tatkala diriku akhirnya meraih orgasme dahsyatku untuk yang ke sekian kalinya. Aku hanya pasrah saat tak bisa menikmati kenikmatan ini secara bebas karna Rizki terus saja melancarkan serangan penisnya di vaginaku.



“Ngecrot juga lu, Lonte. Aakkkhhhh....sekarang giliran gue yang bakal ngecrot di dalam memek lu, jalang!!! Ssshhhhh....Aaaakkkkhhh....”, umpat Rizki tepat di depan wajahku dan sekilas ia lumat bibirku dengan ganas.



CUH!!! Ia ludahi mulutku ini dengan ludahnya yang banyak, lalu sambil menggenjot vaginaku, Rizki menyuruhku untuk menelan ludahnya. Aku yang memang sudah dalam kondisi di terbangkan dalam kenikmatan hanya bisa menurut apa yang ia perintahkan. Ku telan habis ludahnya yang jatuh di bibirku ini.



“KELUAARRR!!!! GUE KELUARR!!! AAAAKKKHHHH!!!!!”



CROT!!! CROT!!! CROT!!!



Sangat terasa cairan kental nan hangat menyiram rahimku dengan sangat banyak, hingga rasanya terasa amat penuh di dalam sana bercampur dengan beberapa sperma sebelumnya. Bukan hanya semburan spermanya yang dapat kuraskan namun begitu juga dengan kedutan penis Rizki yang tengah mengeluarkan muatannya itu. Membuang semuanya di dalam tempatnya yaitu vagina sementara rahimku.



“Aaaakkkkhhh....gila, puas banget gue. Hhaaahhhh....hhaaahhhh....”, ucapnya setelah selesai menyiram rahimku dengan sperma miliknya.



Setelah puas dengan menodaiku dengan spermanya, Rizki mencabut keluar penisnya dengan perlahan sambil menikmati remasan dinding vaginaku ini yang masih bisa ia rasakan. Rasanya sungguh sangat geli ketika penisnya itu dengan perlahan mulai dicabut.



PLOP!!!



Mengalirlah lahar panas dari lubangku ini yang terbuka sehabis disumpal penuh oleh benda hina dari anak baru gede itu. Rizki tak mengikuti jejak Dion dan Hendra dengan menyuruhku untuk membersihkan penisnya itu.

Rasnya staminaku di kuras habis untuk melayani nafsu anak-anak ini. Sungguh aku tak terpikirkan jika aku akan orgasme sebanyak ini dan itu akibat penis-penis anakku.






Harusnya sekarang giliran Beni, namun dengan gerakan cepat anakku sendirilah yang mengambil giliran. Kedua pahaku ia lebarkan dan kepala penisnya itu membelah tempat dimana ia dilahirkan dulu. Rasanya agak nyesek juga ketika tau penis anakku sendiri telah mengisi vagina ibunya, tapi aku juga tak bisa melarangnya karna itu bisa menimbulkan masalah baru yang jauh lebih rumit.



“Aaaakkkkhhh!!! Akhirnya bisa buang peju juga gue. Ssshhhh....anjir ternyata beneran sempit ini memek”, ujar anakku mengomentari kehormatan ibunya sendiri dengan sangat vulgar.
“gue bilang juga apa”, balas Dion.
“bangke! Giliran gue sekarang anjir! Cabut!”, sewot Beni akan gilirannya yang di serobot oleh Bagas.
“berisik lu! Masih ada lubang yang nganggur ini. Pake aja, repot benar”
“ga nafsu gue sama pantat. Lu aja kenapa?!”



Dengan kesal Bagas mencabut kembali penisnya dengan cepat. Plis, nak jangan cabut kaya gitu, rasanya ngilu banget.

Tubuhku diangkat oleh seseorang dan disuruh untuk menduduki tubuh yang sudah rebahan di bawahku ini. Sepertinya tubuh Beni. Setalah posisi tubuhku pas, Beni mengarahkan penisnya ke bibir vaginaku lalu tubuhku diturunkan hingga penisnya terlahap habis oleh vaginaku.



“Aaakkkhhhh.....”, lenguh kami berdua disaat proses penyatuan berhasil.



Bagas menekan punggungku supaya bagian pantatku bisa lebih terangkat. Menggunakan ludahnya Bagas mencoba membobol lubang pantatku ini. Sungguh gila rasanya lubang pembuanganku kini akan di perawani oleh anakku sendiri. Rasa takut karna tak pernah mencobanya dan rasa malu aku rasakan. Beberapa kali aku mencoba menutupi lubang belakangku ini saat Bagas mengarahkan kepala penisnya di sana, namun tanganku selalu ia singkirkan dengan kasar.






Cukup lama proses penetrasi itu dilakukan, hingga pada percobaan yang ke sekian kalinya akhirnya penis Bagas mulai bisa menerobos masuk dengan perlahan. Rasanya....rasnya sungguh sangat perih, kubang pantatku seperti sobek dibuatnya. Aku menjerit sekeras mungkin namun pipiku malah mendapat sebuah tamparan kerasa dari Dion.



“lu pengen ada orang yang dengar terus entotin lu juga, hah?!”

“sialan, sempit banget! Anjir sampe sakit kontol gue”



Kini tubuhku harus merasakan dua penis secara bersamaan masuk di kedua lubangku ini. Pantatku yang di tindih oleh Bagas mulai di gerakan, begitu juga dengan penis Beni yang berada di dalam vaginaku. Kedua penis itu mulai bergerak memaju mundur mengacak-acak lubangku.



“Padahal baru aja di entotin ini memek, tapi masih aja seret banget rasanya. Gila emang ini Lonte. Ssshhhhh....”, racau Beni menikmati jepitan vaginaku di penisnya.

“Ssshhh....Aaaakkkkhhh...”, desahku antara nikmat dan perih.

“nikmati aja, kontol kita di kedua lubangmu. Dijamin lu bakal keenakan. Ssshhhhh....”, ucap Beni sambil meremas dan menyusu di payudaraku.



Posisiku sekarang sungguh sangat hina dikarenakan kedua lubangku dipakai secara bersamaan, salah satu lubangnya diisi oleh penis anakku sendiri. Di Setubuhi dari dua arah dalam posisi ini membuat gerakanku tak leluasa. Gerakan keduanya sama sekali tak terlihat kesusahan walau dalam posisi seperti itu. Bahkan untuk Beni sendiri yang menikmati vaginaku terlihat tak kesusahan sama sekali saat masukan dan mengeluarkan batangnya.





Cukup lama diriku dipakai seperti ini sampai rasa perih yang kurasakan akibat tusukan penis Bagas dilubang analku kini berubah menjadi sebuah rasa nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Nikmat yang ku rasakan begitu bertambah berkali lipat akibat kedua penis keluar masuk di dalam tubuhku.

Di tengah pertempuran panas ini, Bagas tiba-tiba menarik lepas penisnya dan memberikan kendali penuh pada Beni.



“Cepet keluarin, gue ga mau keluar di dalam pantatnya. Gue juga pengen buat ini Lonte bunting”, rasanya seperti disambar petir ketika anakku sendiri berbicara seperti itu. Aku dianggap Lonte olehnya bahkan berniat ingin membuatku hamil. Ya aku tahu, ini bukan salah Bagas karna dirinya tak tau kalo aku ini ibunya sendiri.
“Siap! Bentar lagi gue juga mau keluar kayaknya ini. Ssshhhh....”



Beni yang sekarang sudah mendapat kendali penuh atas tubuhku mulai menggenjot vaginaku dengan cepat sambil dirinya memeluk tubuhku dengan sangat erat. Beberapa sodokan keras yng ku terima ini sungguh sangat menyiksa kenikmatan syahwatku.



“Aakkkhhhh...akkkkhhhh....mampus lu, laki lagi gue kalo bininya lagi gue kontolin. Ssshhhhh....mampus lu Memek. Ssshhhhh....Aaaakkkkhhh....”, racau Beni di tengah genjotannya.



Beberapa menit Beni menggempur habis vaginaku, akhirnya dari mulutnya terdengar erangan yang sangat nikmat dan terasa begitu berat.



“AAAAKKKHHH!!!! SSSHHH!!! AAAKKKKHHH!!!”



CROT!!! CROT!!! CROT!!!



Spermanya dengan telak menembak rahimku. Rasanya rahimku sudah tak bisa lagi menampung lebih banyak sperma. Di dalam sana terasa sangat tebal.

Belum terlalu lama Beni bisa meresapi klimaksnya itu, tiba-tiba Bagas mengangkat tubuhku sampai penis Beni terlepas. Posisiku langsung berada dalam keadaan menungging dan sebelum sperma Beni mengalir keluar, Bagas langsung menghujamkan penisnya dengan cepat ke dalam vaginaku. Dengan sangat bernafsu Bagas hajar vagina ibunya sendiri ini dengan beringas.





Akibat rasa nafsu yang menggebu akhirnya Bagas tak bisa menahan lebih lama ejakulasinya itu. Mungkin sekitar tujuh menit dirinya menggenjot vaginaku, ia mengerang dengan sangat nikmat dan menyemprotkan semua spermanya di dalam rahim yang dulu pernah duku ada dirinya disana.



“Aaakkkhhhh.....bunting lu! Sssshhhhh....”




Setelah selesainya giliran Bagas sudah tak ada lagi ronde kedua karna Dion bersuara bahwa mereka di cari keberadaannya oleh beberapa guru pembimbing. Dengan terpaksa mereka semua mulai berpakaian kembali dan meninggalkanku yang telah tergeletak lemas dengan banyaknya sperma yang mengalir dari vaginaku ini. Nafasku sangat kacau.







-------



Lima belas menit setelah Bagas dan teman-temannya pergi, sosok pak Susno datang menghampiriku dan langsung melepaskan penutup kepalaku ini. Hal pertama yang kulihat saat penutup kepala ini lepas adalah senyuman pak Susno.



“bagaimana rasa kontol anak sendiri sama kontol teman-temanya? Sampe muncrat berkali-kali loh bu Yuli ini. Hehehe....”, ucapnya sambil membelai payudaraku dan meremasnya secara kasar.



Posisiku di rubah olehnya untuk duduk mengangkang. Lelehan sperma yang sangat banyak ini terlihat jelas oleh mata pak Susno. Lalu menggunakan tangannya itu, pak Susno meraup lelehan sperma yang keluar dari vaginaku.



“Telan, bu. Peju itu enak dan sehat buat kesehatan, apalagi ini peju anakmu sendiri sama teman-temannya”, ucapnya sambil memasukkan sperma yang ia ambil ke dalam mulutku. Pak Susno mengambul sperma yang keluar dari vaginaku sampai bersih.





Tak selesi disitu, pak Susno mengorek vaginaku dan kembali mengambil sperma yang tercampung di dalamnya dan aku harus kembali disuruh untuk menelannya sampai habis. Rasanya mual dan kenyal akibat menelan sperma diam jumlah banyak itu.



“bu Yuli pasti capek kan? Sekarang kita balik ke motel. Disana bu Yuli silahkan istirahat. Tanang saja, bapak ga bakal minta jatah lagi kok”, ucapnya sambil memakaikan jaket di tubuh telanjangku ini.



Aku di tuntun keluar dari gubuk ini oleh pak Susno untuk menuju mobilnya yang tak terlalu jauh terparkir di pinggir jalan yang terdapat di pinggir hutan.



Karna tubuhku sudah sangat lemah, aku langsung memilih menjatuhkan tubuhku di kasur tanpa membersihkan terlebih dahulu sisa-sisa persetubuhan yang baru saja terjadi dan aku langsung tertidur dengan lelapnya.










.
.
.




*Bersambung.....
mulustrasinya itu siapa hu?????
 
Berharap suhu tidak terlalu sibuk, agar tak menunggu lebih lama lagi untuk updatenya.
 
Mantap, akhirnya bu yuli dientot juga sama temen temen bagas. Bikin satu kelas entotin bu yuli gan, malah kalo bisa temen2 bagas tau kalo itu bu yuli 😄:tegang:
 
Emang, ini sblumnya udh prnh ada ya?
Minta dong suhu yg punya seri yg dulu
Penasaran ane bneran:Peace:
 
in cerita bakal jadi topmarkoptop. klo bisa jgn di tamatin hu, biar kaya sinetron tukung bubur naik grobag
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd