Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT 55 Days Later: Part 2 (Tamat)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Mantap suhu.... Lanjutkan... Banyak karakter baru nampaknya..
 
"Masih kedinginan Nad?"
"Iya, hujannya makin deras aja"
"Hmmmn, aku punya satu cara biar tubuhmu hangat"
"Apa itu Gab?"
"Kamu tutup mata....."
Episode 02 : Heavy Rain coming soon
 
"Masih kedinginan Nad?"
"Iya, hujannya makin deras aja"
"Hmmmn, aku punya satu cara biar tubuhmu hangat"
"Apa itu Gab?"
"Kamu tutup mata....."
Episode 02 : Heavy Rain coming soon

kok sepertinya badan saya panas dingin ya baca ini cerita 😂, lanjutkan terus hu 💪🏼
 
Sebelumnya:
- Episode ini (dan beberapa episode yang akan datang) terdapat segment flashback. Untuk memudahkan ane kasih tanda "=====000=====" untuk segment flashback
- Dah gitu aja sih, sekalian "Sedikit Trivia" disini hehe.

2. Heavy Rain

"Kamu siap Nad?"

"Iyap"

Aku sedang berganti pakaian yang kubawa di tas ranselku, baju berwarna merah polos dengan lengan panjang yang aku ambil di sebuah toko pakaian yang terbengkalai, sedangkan Gaby mengenakan pakaian warna kuning berlengan pendek. Jujur aku kagum dengan Gaby yang terlihat cantik saat mengenakan pakaian itu.

"Kenapa Nad?" kata Gaby. Sepertinya dia tahu aku memperhatikannya dari tadi.

"Emm gak apa-apa hehe" balasku.

"Oke, kita keluar dari sini"

Singkatnya kami keluar dari bangunan itu. Pagi ini terlihat mendung sekali, tak ada sinar matahari yang tampak, hanya awan saja dan suara guntur mulai terdengar. Aku berjalan mengikuti Gaby menyusuri jalanan, ternyata kami tak sendiri karena ada beberapa mayat hidup yang berjalan-jalan. Jujur aku merasa takut dengan kondisi ini.

"Nad, kita jalan perlahan. Usahakan jangan bikin suara keras atau mahkluk itu bakal mengetahui posisi kita" kata Gaby. Aku menggangguk tanda mengerti.

Berbeda denganku, Gaby seperti tak merasa ketakutan menghadapi mahkluk aneh itu. Bahkan ia tak segan membunuhnya saat mereka menyerang, pernah saat itu kita diserang oleh sekumpulan mayat hidup dan Gaby dengan mudah membasminya menggunakan belati, ia seperti marah saat itu bahkan seolah-olah ia bukan Gaby yang kukenal selama ini. Ah, aku ingin sekali menjadi orang yang berani seperti dia.

Kami bersembunyi di sebuah mobil yang terbengkalai dan berjalan perlahan melewati sekumpulan mayat hidup yang sepertinya sedang memakan sesuatu, mungkin bangkai manusia, aku melihat mereka dengan perasaan jijik.

"Kalau gak kuat jangan dilihat" kata Gaby pelan.

"Owhh oke"

Walau dengan susah payah akhirnya kami berhasil melewati mahkluk itu. Jantungku berdegup kencang dan keringatku deras mengalir, sedikit membasahi baju yang aku kenakan. Aku nyaris panik saat melewati makhluk itu namun aku tahan mati-matian, sepertinya ini masalah hidup dan mati.

"Ah sial, reruntuhan bangunan itu menghalangi jalan" kata Gaby.

"Terus gimana?" tanyaku sambil mengusap keringatku yang membasahi dahi.

"Emmm gimana ya, aku pikir dulu" Gaby duduk di reruntuhan itu dan mengusap-usap rambutnya. Ia mengambil sebuah karet dan menguncir rambut panjangnya. Aku bisa melihat lehernya yang jenjang dan putih. Bentuk telinganya bagus sekali, sepertinya mirip denganku. Aku mengambil botol air minum yang tersimpan di ransel dan kuteguk seperlunya.

"Minta air Nad" kata Gaby.

"Nih" kulempar botol itu ketangan Gaby lalu meneguknya.

"Abis"

"Aku masih punya dua botol" balasku.

"Sipp"

"Lalu kita harus kemana?" tanyaku.

"Emmm kayaknya kita harus memasuki bangunan itu" Gaby menunjuk kearah bangunan yang bertuliskan "museum"

"Emmm museum?"

"Iyap, yuk"

Singkatnya aku dan Gaby berjalan menuju pintu masuk museum itu. Kulihat pintu masuknya terkunci saat aku coba membukanya. Gaby mengambil sebuah crowbar dari ranselnya dan berusaha untuk menjebol pintu masuk.

KRAKK

"Ah berhasil" kata Gaby sambil mendobrak pintu itu dengan kakinya. Kami memasuki bangunan museum itu, terlihat sangat berantakan dan hancur, banyak sekali puing-puing di sana sini, namun barang-barang yang dipajang di museum itu masih tampak utuh. Sebentar, aku mengenali museum ini.

"Emm Gab, ini museum Asia Afrika kan?" tanyaku.

"Sepertinya" balasnya.

"Aku pernah kesini tiga kali" kataku.

"Emmm aku malah sering hehe"

"Tapi aneh ya Gab, pajangan disini gak hancur sama sekali"

"Iya sih, mungkin tempat ini tidak kena serangan udara militer"

Aku dan Gaby berjalan mengitari ruangan museum itu. Tak lama kami memasuki sebuah ruangan besar, kulihat banyak sekali bendera-bendera dari berbagai negara yang terpajang rapi.

"Pernah masuk sini Nad?" tanya Gaby.

"Pernah" jawabku.

"Setauku disini tempat dimana konferensi Asia-Afrika digelar dulu" tambahku.

"Hmmmn kamu tahu ya sejarahnya"

"Kan pernah diajarin di sekolah dulu hehe. Pas di kuliah juga pernah dibahas" balasku.

"Hehe aku malah udah lupa semua" balas Gaby sambil melihat-lihat sekeliling.

"Emang kamu jurusan apa waktu kuliah dulu?" tanyaku.

"Psikologi, tapi kerjanya jadi wartawan. Aneh kan"

"Gak juga dah, temanku lulusan informatika tapi kerjanya di sektor pertanian hahaha"

PYARRRRR

"Gab, suara apa itu?" tanyaku kaget karena suara itu cukup keras.

"Entahlah, mungkin suara benda jatuh" Gaby mengambil belati dari belakang tasnya dan menggengamnya kuat-kuat.

"Ayo Nad, kita keluar dari sini" ajak Gaby yang kubalas dengan anggukan. Singkatnya kami keluar dari ruangan itu dan berjalan perlahan. Kulihat ada sebuah bangkai helikopter militer, entah bagaimana ceritanya helikopter itu bisa jatuh kesini.

"Aneh ya, helikopter bisa jatuh kesini" kata Gaby.

"Kok aneh?"

"Mayat hidup jelas tidak mungkin bisa menembakkan senjata. Mungkin salah satu penumpang didalam ada yang terinfeksi dan menyerang penumpang lain" kata Gaby sambil memeriksa helikopter itu.

"Hmmmn mungkin sih, kamu ngapain Gab?" tanyaku.

"Siapa tahu ada senjata di dalam Nad, atau mungkin makanan".

Aku mengikuti Gaby masuk kedalam bangkai helikopter itu, kami disambut dengan beberapa mayat tentara dengan pakaian lengkapnya. Gaby mengambil sebuah pistol dan memeriksa pelurunya lalu memasukkan benda itu ke dalam tasnya. Aku hanya terpaku ngeri melihat kondisi jasad tentara itu.

"Kenapa Nad?"

"Emmm ngeri"

"Gak usah dilihat lah" kata Gaby.

"Apa militer kalah melawan mayat-mayat hidup ya Gab?" tanyaku sambil mendekati Gaby.

"Entahlah. Setidaknya selain senjata api kita bisa ambil ini" Gaby mengambil sebuah kaleng makanan.

"Makanan kaleng?"

"Bukan, ini ransom militer" jelasnya.

"Emang itu enak? Aku belum pernah makan makanan seperti itu" tanyaku.

"Enak kok, aku pernah coba. Malah makannya lebih lezat dari makanan yang biasa kita makan"

"Hehehe boleh minta satu Gab?"

"Nih" Gaby melempar kaleng itu kearahku, aku menangkapnya dan melihat tulisan kaleng itu.

Nasi kuning.

"Nasi kuning?" tanyaku.

"Tinggal dibuka aja kalengnya dan siap disantap"

"Tapi ini kan nasi Gab, apa gak bahaya?" tanyaku heran.

"Enggak Nad, itu kan disimpan didalam kaleng dan tertutup rapat. Kalau gak percaya itu dibawah kaleng ada tanggal expirednya"

Kubalik kaleng itu dan benar kata Gaby, tanggal expirednya masih cukup lama, sekitar dua tahun.

"Oh iya Gab, kamu pernah makan makanan ini kan. Sejak kapan?" tanyaku sambil menaruh kaleng itu kedalam tas.

"Aku pernah bertugas di daerah konflik Nad, tau kan di wilayah Timur. Aku bersama tim meliput berita bersama tentara disana, dan selama disana aku disuguhi dengan makanan itu" jelasnya.

Setelah dirasa cukup kami keluar dari bangkai helikopter. Ah, aku melihat sesosok mayat hidup berpakaian satpam! tapi beruntung mahkluk itu tampaknya tidak mengetahui keberadaan kita.

"Nad, kamu tunggu disini. Aku habisi mahkluk itu" Gaby mengambil sebuah belati dari tasnya.

"Kenapa gak ditembak aja?"

"Enggak, suara senjata malah bisa menarik perhatian mahkluk itu"

Aku menggangguk. Gaby dengan perlahan berjalan mendekati mahkluk yang sedang berdiri, lalu ia menusukkan belati itu kearah leher mayat hidup itu. Mahkluk itu berteriak kesakitan dan meronta.

GGRRRAHHHHHHH

BRUKKKKK

Aku hanya bisa mematung saat Gaby terjatuh tertindih mayat hidup yang terluka di bagian leher, Gaby berusaha untuk lepas dari cengkraman mayat itu.

"Gaby!"

"Gak apa-apa Nad"

Benar saja, ia dengan mudah kembali menebas mahkluk itu dengan belatinya, darah segar langsung terciprat membasahi baju Gaby. Mayat itu tewas seketika.

"Kenapa?" tanya dia saat aku melihat baju dia basah memerah.

"Bajumu"

"Ohh, it's okay, tinggal ganti baju aja kan haha" kata dia sambil tersenyum. Aku hanya menggangguk.

"Yuk ah, cabut dari sini"

Aku mengikuti Gaby mencari jalan keluar dari museum ini, setelah cukup lama mencari akhirnya kami keluar dari bangunan ini tanpa halangan. Kami berjalan menyusuri jalan ini dan syukurlah, kami tak diserang oleh mayat hidup. Cuaca siang ini tampak buruk sekali, suara guntur mulai terdengar cukup keras. Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun.

Dan benar saja, hanya dalam beberapa menit hujan turun dengan derasnya.

"Kita harus berteduh Gab" kataku.

Kami berlari menuju sebuah bangunan yang sudah hancur tinggal tembok saja, namun tempat itu masih bisa dibuat untuk berteduh sejenak. Aku langsung duduk bersandar di tembok sedangkan Gaby sedang mengamati keadaan sekitar. Tiba-tiba saja aku merasakan udara disini menjadi sangat dingin, aku tak pernah merasakan udara dingin ini sebelumnya.

"Dingin Gab......"

"Sial, kabut itu datang!" Gaby terlihat panik. Aku langsung teringat dengan kabut itu. Kabut kematian!

"Gab, kita harus gimana?" jujur aku sangat panik.

"Sembunyi disini" Gaby menjebol sebuah pintu dan langsung menyuruhku untuk masuk.

"Jangan bikin suara"

"Iya"

Lewat jendela ini aku hanya melihat kabut itu dengan samar-samar karena benar-benar tebal, aku bisa mendengar suara-suara mayat hidup yang begitu menakutkan. Suara itu keras sekali.

GGRRRRRHHHHHHH GGGGRHHHHHHHHH

Bulu kudukku merinding saat mendengar suara-suara itu, jantungku berdegup kencang dan yang jelas aku ketakutan sekarang bahkan aku hampir menangis. Namun berbeda dengan Gaby, dia hanya terlihat santai saja sambil sesekali mengintip jendela.

"Gila ya, di luar cuma putih doang gak kelihatan sama sekali" kata Gaby.

"Kok diem kamu Nad?" ia mendekatiku. Aku hanya tertunduk sambil menutupi mukaku.

"Sampai kapan kita ngalamin seperti ini Gab? jujur aku gak kuat kalau begini terus" aku terisak.

"Hei....." Gaby mengelus rambutku dan menatapku.

Gaby's Theme

"Kita akan baik-baik saja, oke. Harus yakin"

Aku hanya menggangguk tanda mengerti. Gaby sekarang duduk disampingku.

"Aku tak mengerti"

"Tak mengerti gimana?" tanya dia.

"Kamu tak pernah takut menghadapi kondisi seperti ini" kataku sambil mengusap mataku yang basah.

"Hehe. Aku juga sebenarnya takut Nad. Sangat takut."

"Tapi aku tahu, aku harus menghadapinya. Jadi aku membiarkan rasa takut itu masuk dan mengambil alih" jelas Gaby, aku tertegun dengan penjelasannya.

"Saat aku merasa takut, aku selalu menghitung"

"Menghitung?" tanyaku heran.

"Menghitung angka satu sampai lima. Jadi saat rasa takut itu menyerangku, aku selalu menghitung.

Satu.

Dua.

Tiga.

Empat.

Lima.

Dan akhirnya rasa takut itu hilang dengan sendirinya. Mungkin itu aneh tapi aku sudah merasakannya sendiri" jelas Gaby.

Aku hanya bisa menggangguk, mungkin aku bisa mengikuti saran Gaby untuk mengatasi rasa takutku.

****

Suara-suara guntur semakin keras terdengar berkali-kali, hujan semakin deras saja yang disertai dengan hembusan angin kencang. Udara terasa semakin dingin dan aku menggigil kedinginan walau aku sudah menggunakan jaket.

"Kedinginan Nad?" tanya Gaby yang sedang meneguk botol air minum. Aku hanya menggangguk.

"Sumpah Gab, dingin banget. Kamu sendiri gak kedinginan?" tanyaku.

"Enggak, biasa aja" balasnya.

"Justru sebenarnya, aku suka udara dingin"

"Emm, kenapa?" tanyaku heran.

"Entahlah, suka aja hehe"

"Ohh"

Gaby merubah posisi duduknya dan mendekatiku. Ia tersenyum.

"Sewaktu kecil, aku sering banget main hujan-hujanan Nad, sampai pernah sakit hehe"

"Yaelah Gab, tau gitu masih dilakuin" balasku.

"Hehehe"

Malam semakin larut, begitu pula dengan air hujan yang semakin deras membasahi bumi. Suara-suara guntur semakin semarak didengar, sangat keras sampai aku menutupi kedua telingaku.

"Kamu belum tidur?" tanya Gaby.

"Emmm, belum Gab. Dingin banget" balasku.

"Padahal udah pakai jaket ya, tapi kamunya masih ngerasa dingin"

"Iya"

"Emm Nadila....." Gaby menatapku.

"Iya kenapa Gab?"

"Aku punya cara biar tubuhmu hangat"

"Gimana caranya?"

"Kamu tutup mata" kata Gaby sambil terus menatapku.

"Tutup mata?" tanyaku heran.

"Iya, tutup mata aja"

Aku menuruti perkataannya, kupejamkan kedua mataku.

"Terus?"

"Kamu diam aja, dan jangan buka matamu"

Aku menggangguk dan menuruti perintahnya. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang hangat melanda bibirku, aku merasa aneh dengan sensasi ini.

"Gab...."

"Jangan buka mata" katanya tegas.

Kembali bibirku terasa hangat, tetapi aku merasakan tubuhku juga hangat akibat perlakuan dia. Eh, tunggu. Gaby menciumku?

Hidungku bergesekan dengan hidungnya yang mancung itu, kurasakan tangannya mengelus pipiku. Cukup lama aku merasakan hangat di bibirku.

"Nah sekarang kamu buka mata"

Kubuka kedua mataku dan kulihat Gaby menatapku dengan mata membulat sambil tersenyum.

"Gab, kamu menciumku...."

"Iya, emmmm maaf" senyumannya hilang dan dia menundukkan kepalanya, entah apa yang dia pikirkan. Aku hanya tersenyum melihat dia.

"Gab, lakukan lagi"

"Nadila, enggak. Itu cuma......"

"Gak apa-apa, lakukan lagi"

Ia menatapku dalam, matanya membulat indah.

"Aku... aku cuma ingin kamu merasa hangat" kata dia.

"Iya Gaby, gak apa-apa. Makasih sebelumnya"

Tak lama kemudian Gaby memberanikan diri untuk mencium bibirku, dengan mata terbuka pastinya. Aku menikmati setiap gesekan-gesekan bibir Gaby di bibirku, perasaan aneh melanda hati dan tubuhku. Tangan kiriku kugerakkan dan mengelus pipi Gaby yang halus dan putih. Gaby memejamkan matanya dan menikmati gesekan bibirku. Tak lama kemudian kami melepaskan bibir dan saling menatap mata.

"Gimana, udah hangat?" tanya dia.

"Iya hehe"

"Yaudah tidur yuk, udah ngantuk hehe" Gaby seperti salah tingkah, aku hanya bisa tertawa dalam hati.

"Hehe iya Gab"

Kugulingkan tubuhku kearah kiri, aku tersenyum geli mengingat kejadian aneh yang aku alami dengan Gaby. Tiba-tiba memori dalam otakku berputar, mengingat kejadian empat tahun yang lalu.

=====000=====

Kuketok pintu kontrakan sebanyak tiga kali. Hari ini sudah menjelang malam sekitar pukul 7 malam, dan tak butuh lama pintu kontrakan itu terbuka, menampilkan sesosok laki-laki yang selisih satu tahun dariku.

"Hei"

"Hei"

"Emmm, kenapa kesini?" tanya dia.

"Udah kemaleman, malas balik ke kosan hehe" balasku.

"Yaudah, ayo masuk"

Singkatnya aku duduk di sebuah sofa yang berukuran sedang. Ruangan ini tidak terlalu besar, terdapat sebuah televisi ukuran kecil dalam kondisi mati. Kuambil remote televisi itu dan menekan tombol power. Ah, kenapa televisi itu tak mau menyala?

"TV nya lagi rusak" kata dia sambil membawa segelas teh hangat.

"Ohh" balasku.

"Kenapa pulang malam?" tanya dia sambil menaruh segelas teh hangat.

"Ada kuliah pengganti, sebel dah sampai malam" aku cemberut.

"Hehe rasain anak maba"

"Ihh sebel"

Dia duduk disampingku, dan mengusap rambutku. Entah kenapa aku merasa nyaman.

"Cemberut gitu malah lucu" kata dia. "Gimana kalau aku panggil kamu Grumpy, jadi panggilannya Umpy....."

"Heh, gak usah!" kataku tegas walau sebenarnya aku tertawa dalam hati.

"Yaampun galak haha" tawanya.

"Emmm, aku.... aku nginep disini gak apa-apa?" tanyaku malu-malu.

"Boleh kok, kalau boleh tahu kenapa?" tanya dia menatapku.

"Besok aku kuliah pagi sih, jam setengah delapan. Jadi emmm, gak sempet balik kosanku"

"Ohhh hehe monggo silahkan nginep. Tapi, kamu gak bawa baju ganti?"

"Enggak"

"Yahh, bajuku size-nya L semua haha"

"Gak masalah, aku pinjem bajumu sehari. Nanti aku laudry-kan sekalian hehe" kataku.

"Oke, kamu mandi dulu gih. Biar seger"

"Iya, aku pinjem kamar mandimu ya"

Setelah mandi aku mengenakan kaos jersey Inter Milan yang berukuran cukup besar. Dia adalah seorang interisti atau sebutan lain dari fans Inter Milan, karena itulah dia punya banyak sekali jersey jaman dulu hingga sekarang. Aku sempat geli melihat penampilanku saat mengenakan pakaian ini karena ukurannya yang kebesaran. Bahkan jersey itu sebenarnya bisa menutupi setengah pahaku, jadi mirip daster hihi.

"Wah wah wah mbaknya Interisti ya?" tiba-tiba dia muncul dibelakangku dan tentu saja aku terkejut.

"Ihh kamu ya, ngagetin"

"Haha, aku suka ngagetin cewek" dia tertawa dan aku ikutan tertawa. "Itu aku udah siapin makan di dapur. Kamu makan duluan aja, aku mau mandi dulu" kata dia. Aku menggangguk.

Kulangkahkan kakiku menuju sebuah dapur kecil ala anak kontrakan. Dia memang tinggal sendiri di kontrakan ini. Kubuka tudung saji itu dan tampaklah sepiring mie goreng telur, baunya sedap sekali sehingga nafsu makanku langsung bangkit. Kulahap habis mie goreng buatan dia tanpa sisa. Setelah beres kucuci piring itu hingga bersih.

Pintu kamar mandi itu terbuka dan aku terkejut karena suara pintu itu cukup keras. Aku melihat dengan kedua mataku, dia mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya. Dadanya bidang dan perutnya bisa dibilang cukup kekar walau tak ada tonjolan-tonjolan dibagian itu. Aku sejenak mematung melihat dia.

"Eh, kenapa?"

Aku langsung tersadar dan menggeleng-geleng kepalaku.

"Nothing hehe"

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku dan dia sedang bersenda gurau di kamarnya, mengobrol apapun yang kita sukai. Aku bercerita tentang kehidupan sebagai mahasiswa baru yang bisa dibilang banyak asam-manisnya. Ia hanya tertawa saja mendengar cerita-ceritaku.

"Hahaha ya ampun sampai segitunya"

"Ya gimana ya"

"Aku juga pernah merasakan jadi maba, dan biasa-biasa aja deh" kata dia.

"Ya kan jamannya udah beda, lagian kita kan beda fakultas, tempatmu aja yang enak banget" balasku.

Cukup lama kami ngobrol sampai tak sadar kalau malam sudah semakin larut. Namun aku sama sekali belum mengantuk, begitu juga dengan dia yang memang suka begadang orangnya haha.

"Emmm ngapain enaknya?" tanya dia.

"Nonton film!" balasku.

"Ohhh iya, lanjutin nonton Lost yuk" kata dia.

"Heem, aku masih penasaran sama hubungannya Jack dan Kate. Udah sampai episode berapa?" tanyaku.

"Sembilan"

Dia membuka laptop kesayangnya dan langsung memutar sebuah film atau lebih tepatnya serial TV. Dia menaruh laptopnya di meja dan mengeraskan speaker yang sudah terpasang. Kami cukup serius menonton film itu karena memang ceritanya menarik dan selalu bikin penasaran.

"Ya ampun dah, Jack kenapa gak ngutarain perasaan ke Kate dah" kataku.

"Memang plotnya seperti itu" balasnya.

GLUDUKKKK JEGERRRRRRRR

Tiba-tiba suara guntur yang sangat keras mengagetkanku, dan seketika aku memeluk tubuhnya.

"AGHHHHHHHHH"

"Ehhhh?"

Aku sadar apa yang sudah aku lakukan dan langsung melepas tubuhnya.

"Maaf" kataku malu.

"Gak apa-apa" balasnya.

PPET

Tiba-tiba lampu kamar ini mati mendadak, pandanganku menjadi gelap gulita dan jelas, aku panik.

"Ahhhhhhhh" teriakku.

"Sebentar, aku nyalain lampu emergency dulu" kata dia sambil berdiri dan mengambil benda itu. Lampu itu menyala walau tidak terlalu terang.

"Kayaknya mati semua dah di area sini" kata dia.

"Yahh terus gimana dong?" tanyaku masih dalam kondisi panik.

"Yaudah, enak dibuat tidur haha"

Aku mendengar suara hujan yang sudah turun dari langit. Hujannya sangat deras disertai dengan suara-suara guntur yang keras dan suara angin, sepertinya malam ini hujan angin. Aku hanya terdiam sambil menatap lampu emergency.

"Dila?"

"Hmmm?"

"Kamu tidur gih, besok kan ada kuliah pagi"

"Nanti dulu, aku... aku takut"

"Takut kenapa?"

"Gelapnya kayak gini"

"Kan aku temenin" dia mengelus rambutku, memberikan rasa nyaman.

Kami terdiam cukup lama, tak ada suara yang terlontar dari mulut kami, hanya suara-suara hujan yang semakin deras.

"Dino?"

"Iya?"

"Emmm, gimana sih rasanya ciuman?"

"Eh?" dia terlihat kaget. "kok kamu nanya gituan Dila?" tanya dia heran.

"Entahlah, aku...."

"Pasti gara-gara adegan Jack Kate ciuman tadi kan" kata Dino. Aku hanya menggangguk. Kami kembali terdiam.

"Din?"

"Iya?"

"Aku penasaran, emmm....."

"Mau coba?"

Aku terkejut mendengar perkataan Dino, hatiku dilanda perasaan yang aneh.

"......"

Dino mendekati tubuhku dan menatapku, kami saling bertatapan dan tidak mengeluarkan sepatah kata. Kuberanikan untuk mendekati wajahnya.

"Dila, kalau kamu gak mau gak apmmhhhh"

Dengan cepat kucium bibirnya, ia tampak terkejut karena perbuatanku, cukup singkat dan aku melepas bibirnya. Aku menunduk seakan-akan tak berani menatap wajahnya.

"Maaf...."

"....."

"Dila...."

Dan itu adalah pertama kalinya aku mencium bibir seorang laki-laki, dan dia adalah Dino. Perasaan ini aneh, sungguh aneh.

"Dila...." dia memanggilku. Aku langsung menatap mukanya kembali.

"Emmm, ini pertama kalinya aku dicium seorang perempuan. Selain ibuku dan adikku" kata dia sambil tersenyum. Senyuman yang manis sekali.

"Sam... sama Din, aku juga"

"Dino, aku... aku mau lagi...."

"Kamu serius?" tanya dia.

"Iya, aku... aku serius"

Dengan perlahan aku kembali mencium bibirnya, seperti adegan yang aku lihat di film tadi. Dino membalas ciumanku dengan lembut. Aku merasakan tangan dia membelai pipiku dan aku menikmatinya.....

GLUDUKKK JEGERRRRRRR

=====000=====

Kubuka kedua mataku, menghentikan putaran memori itu. Aku terbangun. Kulihat Gaby yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Hhhhhh" kuregangkan tubuhku sejenak dan kembali melanjutkan tidur. Aku tersenyum mengingat kejadian lampau itu, namun senyumanku berangsur menghilang dan air mataku mengalir tanpa aku sadari.


Dino, kamu dimana sekarang?

Aku....

Aku rindu kamu....



CREDITS ROLL
 
sempet berpikir kalo pasangan nya si dino ini beby karena panggilan nya dila, tapi ternyata dila yang lain.. jujur sih, di luar ekspektasi ku.. sangat di tunggu lanjutan nya hu 😂
 
Udahlah mending nadila gausah ketemu sama dino, malah dirusak nanti kamu nad sama dino
Yahh kasian :(
gaby ku kamu ngapain aaaaa :((
Ngajarin nadila survival skill gan, gaby spesial kok hehe
I was not expecting that.... sumpah jd penasaran
Hehe selamat menunggu episode selanjutnya
sempet berpikir kalo pasangan nya si dino ini beby karena panggilan nya dila, tapi ternyata dila yang lain.. jujur sih, di luar ekspektasi ku.. sangat di tunggu lanjutan nya hu 😂
Jujur sih ane baru tahu panggilan lainnya beby wkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd