Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 2) - Multiple Strikes

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku menatap perempuan itu dengan sinis, perempuan di hadapanku kaget sekali melihatku.

“A... Armand... Kok bisa disini ?”, tanya wanita itu.

“Harusnya Armand yang tanya, kenapa tante Rani ada disini ?”, jawabku ketus. Aku langsung nyelonong masuk ke dalam.

Yup, dia tanteku, tante Rani, umur 40 tahun, seorang bidan dan janda tanpa anak. Dia bidan yang diceritakan Silvy. Tak kusangka dibalik sifat kalem dan keibuannya, dengan sehari-hari pakaiannya tertutup rapi, kelakuannya begini. Aku lalu menunjukkan video yang dikirim Mark semalam, terlihat jelas wajah tante disana ketika beraksi menyepong dan digenjot oleh Mark. Melihat itu, tante langsung menangis.

“Maafin tante Man, maafin”, ujar tanteku sambil sesenggrukan memelukku. Mendengar dia menangis begitu, rasa marahku malah berubah jadi kasihan, dia ini tante yang baik sekali padaku, diantara saudara-saudara dari keluarga ibuku, dia anak bungsu dan yang paling mapan ekonominya juga yang paling royal pada keponakan-keponakannya, termasuk padaku, dia juga yang paling cantik. Dia bercerai 3 tahun lalu dari suaminya gara-gara alasan yang aneh dan langka, yaitu karena suaminya mengaku gay, pantas saja tidak punya anak dengan tanteku. Mantan suaminya yang seorang pengusaha besar masih selalu mengirimkan sejumlah uang untuk tanteku sampai sekarang, ditambah penghasilan pribadi tanteku sebagai bidan pun cukup besar karena buka praktek sendiri.

Tanteku masih menangis di bahuku, lama-kelamaan rasa kasihanku berubah jadi agak nafsu juga, kuperhatikan tanteku ini hanya memakai handuk yang melilit di badannya, dengan rambut pendek ala polwan dan body yang semok padat, tanteku memang berbadan tinggi besar, sekitar 175 cm, rasanya aku jadi seperti bocah di hadapannya, yang membuatku salut adalah lipatan lemaknya sangat sedikit sekali, rambutnya juga terurai hitam tebal tanpa ada uban atau rambut bercabang dan kusam seperti umumnya wanita usia kepala 4. Dengan uangnya yang banyak, ia memang mampu memanfaatkan untuk perawatan diri yang mahal.

“Tante mohon banget sama kamu Man, jangan bilang ke mama kamu, jangan bilang ke siapa pun tentang kejadian ini Man, tante mohoooonnn, kasihanin tante Man”, ujar tanteku memelas, ia bahkan sampai bersimpuh di kakiku. Aku cuma diam menatapnya.

“Tante bakal ngelakuin apa aja yang kamu minta Man, kamu mau apa sok ? Mau mobil lagi mau ? Atau apa ?”, bujuk tanteku.

“Armand bukan anak kecil lagi tante, Armand udah 25 tahun, udah bapak-bapak punya istri punya anak”, jawabku ketus.

“Yaudah, mau apa ayo, kamu belum punya apa di rumah ? Anakmu mau tante beliin apa ? Atau Vany mau apa ? Ayo bilang sayang...”, rajuk tanteku sambil memelukku, kurasa toketnya empuk sekali. Langsung secepat kilat otak kotorku bekerja.

“Aku mau badan tante”, jawabku dingin. Tante melepas pelukannya. Memandangku heran.

“Kamu mau apa ?”

“Badan tante, aku mau ngewe tante”, ujarku memperjelas, dengan wajah cool.

“Oh, oke... Tapi kamu yakin, emangnya Vany...”

“Ssssttt...”, ujarku memotong omongan tante. “Jangan banyak nanya, mau enggak, kalo nggak ya aku sebarin video ini”, ujarku.

“Eh, yaudah, iya mau mau, mau sekarang ? ayo sekarang”, tante Rani langsung menyambar bibirku, tapi kulepas ciumannya.

“Gak sekarang, weekend ini, four-some, aku atur tempatnya”, jawabku.

“Eh, four-some ? weekend ? Aduh, tante ada jadwal piket di rumah sakit Man”

“Ya gak mau tau, disebarin nih”, ancamku.

“Oh oke oke, iya bisa, tante bisa tukar sama orang lain, oke sayang, weekend ini ya, dimana ?”

“Nanti aku hubungin tante”, ujarku. Kemudian aku pergi.

Gila, ini gila banget, ada Silvy, Rara sama Tante Rani. Tiga perempuan bakal kuentot weekend ini, incest seks. Ada gadis liar, bini orang lagi hamil dan janda anak 2. Senangnya bukan kepalang, apa kuat aku menghadapi 3 wanita sekaligus ? Apalagi semuanya sudah pernah kenal kontol sebelumnya. Aku harus menjaga stamina nih.

Hari itu pun tiba, jumat sore aku sudah kabur dari kantor lebih cepat menuju Garut, kujemput Rara di Bandung, dia nampak menggairahkan sekali dengan kemeja abu ketat dan jeans ketat juga sendal wedges yang tinggi, rambut pirangnya panjang terurai bergelombang kesamping.

“Uuuuhhhh bang Armand, bikin gemes deh”, ujar Rara di mobil sambil meremas kontolku, aku berusaha fokus menyetir.

“Eits, jangan mancing dulu, sabar, ntar kebagian”, ujarku.

“Gak boleh ya aku curi start duluan ? Udah gak tahan nih bang”, ujar Rara sambil membuka kancing kemeja bagian atasnya, memperlihatkan belahan dadanya. Kontolku langsung memberontak, tapi aku berusaha tenang dengan mengatur nafas.

“Rara, diem”, sahutku dingin. Rara cemberut.

“Bang Armand mah, aku udah sangeeee... Kemaren sempet sih ngentot, sama Ijonk, tapi ya gitu, gak puas, pake banget gak puasnya, aku omelin dia, terus malah dibeliin HP baru yeyeyeyyy”, ujar Rara sambil memamerkan HP barunya, handphone merek Korea yang layarnya melengkung, tajir banget si Ijonk.

“Bang, jadi sebenarnya partner seks nanti siapa aja, ayo abang udah janji mau cerita duluan...”, tanya Rara. Aku pun menjelaskan siapa saja yang bakal diajak, juga cerita kenapa mereka sampai ikut, Rara kaget lalu ketawa-ketawa.

“Hebat lu bang, wah ini sih bakal seru banget”, ujar Rara. Aku senyum saja. Sepanjang perjalanan Rara menggodaku, namun dia juga memberikan masukan tentang ide-ide seru untuk dilakukan nanti.

Hari sudah gelap ketika menjelang titik penjemputan Silvy dan tante Rani, aku minta mereka menunggu di sebuah jalanan sepi. Aku lalu turun menjemput Silvy, dan memapahnya masuk mobil lalu menutup matanya dengan kain hitam. Tak jauh dari situ kujemput pula tante Rani dengan metode yang sama. Kini ketiganya sudah di mobil dengan posisi mata kepala Silvy dan tante Rani tertutup kain hitam dan tidak berbicara, aku memang sudah menyuruh mereka melakukan itu jauh-jauh hari sebelumnya. Aku agak deg-degan juga, apalagi aku melewati jalan sepi yang merupakan jalan pintas menuju tempat tujuanku di pantai selatan pulau Jawa. Kaca film mobilku yang gelap membantu menutupi pandangan orang dari luar mobil. Istriku juga sempat chatting denganku sebentar, aku sudah bilang pada Vany kalau 2 hari weekend ini aku akan pergi ke Cilegon untuk cek bakal proyek baru, dan dengan skenario plus akting yang meyakinkan aku berhasil meyakinkannya, walaupun aneh, cek proyek di weekend ? Hehehe.

Akhirnya kami pun tiba di lokasi pukul 23.00 malam, di parkiran villa aku meminta mereka membuka penutup matanya masing masing, dan yeah, jelas ada keributan disini.

“Rara, kamu...”, ujar Silvy. “Lah ini... Bibi Rani ???”, ujar Silvy terkejut.

“Neng Silvy ??? lah kamu kan sodaranya Vany kan ?”, ujar tante Rani menatap Rara.

“Ssssstttttt... udah udah, diem semuanya”, ujarku menenangkan.

“Wah gila kamu Armand, tante pulang kalo begini caranya ah, gak mau ah, apa-apaan ini”, ujar tante Rani kesal.

“Eits, mau kemana tante ? Emang tante tau ini dimana ? Mau videonya aku sebar ?”, ujarku.

“Hahahahahahahahahahahaha”, Rara ketawa terbahak-bahak. “Hebat banget bang Armand bisa ngumpulin kita disini, hebat bang hebaaatttt”, ujar Rara sambil menepuk bahuku. “Udahlah tante, kita semua disini seneng-seneng aja”, lanjutnya.

Tante masih mangatur nafas sambil melotot menatap semuanya, sementara Silvy cuma menunduk.

“Oke Man, tante ladenin kegilaan ini, awas aja kalo kamu gak bisa muasin kita bertiga”, ujar tante sambil tersenyum sinis.

“Hahahaha, tenang tante, oke ayo turun”, aku lalu turun dan mengambil barang-barang dari bagasi mobil. Lalu para ladies pun turut turun, aku berjalan sambil menggandeng Silvy. Sementara Rara sibuk selfie dan lari-lari mengelilingi pekarangan villa, tante Rani berjalan pelan sambil melihat ke sekeliling.

“Tenang, semua bakal baik-baik aja, jangan khawatir”, bisikku pada Silvy yang tertunduk. Ia mendongak dan lalu tersenyum padaku.

Kami tiba di villa kami, seperti sebuah rumah bermaterialkan kayu dan bambu serta beratap jerami beralaskan tanah, namun semua ini milik kita... Oh itu lirik lagu. Intinya seperti bungalow khas daerah pesisir, villa yang kusewa ini adalah yang paling mahal sehingga fasilitasnya paling lengkap dan private serta viewnya yang bagus. Ada dua kamar di dalam, ruang tengah, dapur mini dan 2 kamar mandi. Tempat yang sungguh mantap untuk pesta seks-ku. Kami lalu berkumpul di ruang tengah.

“Oke istri-istriku”, ujarku di depan para ladies, kalo sudah begini malah jadi agak grogi rasanya. “Selamat datang di tempat ini, selama 2 hari ini kita akan berlibur dan senang-senang disini, kalian boleh jalan-jalan, foto-foto atau apapun terserah, tapi ingat, jaga rahasia. Disini kita kena 1 kena semua, dan yang pasti, kalian harus memuaskan sang raja hehehe...” ujarku.

Rara lalu beranjak menghampiriku, kami lalu berciuman ganas di hadapan Silvy dan tante Rani tanpa malu.

“Eeeeeeeemmmmmmmmpppphhhhhh...”, desah Rara ditengah kulumanku di bibirnya.

“Sampai 2 hari ke depan, bang Armand adalah raja kita, dan kita permaisuri-permaisurinya yang bertugas memuaskan”, ujar Rara.

“Silvy sini”, pintaku. Silvy malu-malu beranjak dari duduknya, lalu berdiri di sampingku. “Rangkul dong, kok diem begitu”, ledekku ke Silvy. Silvy mencubit pinggangku lalu merangkul pinggangku, langsung kulumat saja bibir pinknya itu. Rara yang juga merangkul pinggangku ketawa saja melihatnya.

“Akhirnya kesampean juga nyipok Silvy”, desahku ke telinganya. Silvy tersenyum sambil menunduk, langsung kulumat lagi, kali ini sambil kuremas toketnya dan Silvy hanya pasrah. Besar dan empuk sekali toket wanita hamil ini. Sementara Rara sudah sangat gatal ingin disodok, ia meremas-remas kontol dibalik celanaku. Aku makin panas mencumbu bibir Silvy, Silvy juga semakin terbawa suasana dan membalas kulumanku di bibir tipisnya dengan sama ganasnya. Aku tiba-tiba merasa geli di bagian kontolku. Rupanya Rara sudah mulai menjilati kepala kontolku, saking nikmatnya ciuman dengan Silvy sampai aku tidak sadar celanaku sudah dibuka oleh Rara.

“Sssslllllluuuurrrrrrpppppppp... eeemmmmpphhhh...”, suara Rara menjilati kontolku. Ia lalu memasukkan seluruh batang kontolku ke mulutnya, luar biasa nikmatnya.

Sementara aku menikmati foreplay dengan Silvy dan Rara, mataku sempat mencuri pandang ke arah tante Rani. Ia memandang sinis ke arah kami bertiga, seakan jijik dengan kelakuan kami. Namun aku tak peduli. Aku lalu melepas ciumanku dengan Silvy.

“Ayo istri-istriku, karena kita baru sampai, gimana kalo kita mandi dulu.”, ujarku.

“Ayo, boleh banget abang sayaaaannngggg”, ujar Rara. Langsung kurangkul dua bidadariku ke kamar mandi yang dilengkapi jacuzy, terdapat kaca besar yang mengarah ke pemandangan kolam renang dan pantai. Kuputar keran dan air mulai mengisi bak mandi. Tampak Rara sudah nyaris telanjang bulat, hanya tersisa celana dalam g-string-nya, aku pun tanpa basa-basi sudah telanjang, agak buru-buru soalnya aku sudah nafsu sekali.

“Mmmmuuuaaaahhhhhh... aaaaahhhhh... eeeemmmmpppphhhh”, aku mencumbu dengan Rara sambil berdiri dan Rara bersandar pada tembok kamar mandi, Rara meremas rambutku sambil sesekali kucumbu lehernya. Kuturunkan ciumanku pada 2 toket besarnya, kuhisap puting-putingnya.

“Aaaaaahhhhh bang Armand, anjing enaaaaakkkkk uuhhh”, racau Rara.

Sesekali ia mengangkat tangannya ke atas sehingga lidahku bisa menjamah ketiaknya sambil kuremas-remas toketnya. Tangan Rara mulai bergerilya ke kontolku, ia mengocok kontolku sambil menikmati rangsangan yang kuberikan.

Lalu Rara membalik badan, giliranku yang menyandar ke tembok, masih sambil berdiri. Rara lalu memeluk erat badanku sambil mencumbui leherku, toket besarnya terasa empuk dan hangat mengenai dadaku. Badan kami mulai basah oleh keringat.

Aku melihat Silvy menatap kami, dia berdiri di pintu kamar mandi.

“Silvy, sini sayang, buka bajunya”, ujarku lembut. Silvy menghampiri kami perlahan sambil masih dengan wajah bingung campur malu-nya. Rara yang sudah turun ke bawah hendak menyepong kontolku langsung menoleh ke arah Silvy.

“Oy, cepetan buka bajunya napa anjing, lu mau dientot aja banyakan bengong, aaaaahhhhh... sluurrrrrrpppp...”, hardik Rara yang langsung dilanjut menyepong kontolku. Silvy sempat melotot ke arah Rara dengan wajah kesal, yang langsung kutenangkan dengan isyarat tanganku.

“Uuuuhhhh... ayo sayang buka pelan-pelan, gapapa”, ujarku pada Silvy sambil menikmati hisapan Rara di kontolku. Silvy pun mulai dengan melepas hijabnya yang langsung aku hentikan.

“Eits, buka semuanya kecuali jilbabnya”, ujarku.

“Nanti basah dong a”

“Gapapa, bawa ganti kan ? Nanti a Armand beliin lagi, gampang”

“Slllllluuuuuuurrrrrrrrrppppp.... aaaaahhhhhh, aku dibeliin jilbab juga dong aa”, ujar Rara nimbrung.

“Alah lu perek aja, terusin sepongannya”, ujarku pada Rara. Rara cuma ketawa.

Silvy lalu membuka semua pakaiannya, tanganku langsung menyambar ke toketnya yang besar dengan tipe flap jacks, lebar dan besar kesamping tapi sedikit turun dengan puting agak pink, kalau punya Rara tipe jeruk yang bulat padat mirip istriku Vany. Badan Silvy sesuai perkiraanku memang mulus sekali, putih bersih seperti orang timur tengah. Perut buncit 6 bulannya justru terlihat seksi. Bulu jembutnya di cukur habis jadi terlihat gundul, sementara Rara jembutnya sedang, tidak terlalu gondrong.

Aku lalu memeluk Silvy dan menciumi bibirnya, yup, aku masih belum kenyang mencumbu bibir tipis pink ini, kami juga saling bermain lidah. Tangan Silvi juga sudah tanpa ragu merangkul mesra melingkar di leherku, tangan kananku menyasar ke memeknya di bawah dan jariku digesekkan di sekitar belahan memeknya.

“Eeemmmpphhhhh...”, desah Silvy tertahan. Tak lama kurasakan cumbuan bibir Rara di telingaku, lalu ia menggigit pelan daun telingaku, rupanya dia sudah bosan nyepong. Aku melepaskan pelukanku dengan Silvy dan langsung kusambar tubuh Rara, ku arahkan tubuhnya mendekat ke pinggiran jacuzy dan dia tiduran di pinggir bak.

Tubuhku berada dia atas Rara, kucumbu mesra bibir Rara, kami saling berpagutan lidah. Lalu aku turun menelusuri leher, toket, perut hingga akhirnya selangkangannya. Rara mengangkat kakinya yang kutahan dengan bahuku, kuciumi sekitar bulu jembutnya dan sleeeppppp... Kumasukkan jariku ke memeknya yang sudah becek.

“Ooooouuuuuuhhhhhhh... Armand”, lenguh Rara. Langsung saja kukocok tanganku di memeknya sambil kujilati bibir memeknya. Separuh badanku masuk ke dalam bak yang berisi air hangat, nikmat sekali.

“Ouhhh... ahhh aannjjjiiinngggg... ah... uuhhhh”, racau Rara menikmati permainan tangan dan lidahku.

Seketika aku merasa hembusan nafas di belakang leherku, rupanya Silvy sedang mencumbu leher belakangku, geli-geli nikmat rasanya. Badan Silvy sudah berendam di kolam membelakangiku, ia lantas membelai lembut punggungku sambil sesekali mencumbu punggungku dari atas ke bawah. Lalu 1 tangannya meraba kontolku di dalam air dan mengocoknya pelan, sementara 1 tangannya masih membelai punggungku. Sebelah tanganku meremas toket Rara yang luber karena posisinya yang terlentang. Paha Rara menjepit kepalaku sambil tangannya membenamkan wajahku.

“Isep anjiiinnnnngggggggg ooooohhhhh... uuuuuooooggggghhhhhh... aaaaaaaahhhhh...”, racau Rara tidak karuan. Makin kupercepat kocokan tanganku dan jilatanku di memeknya.

“Aaaaaaahhhhhh abang... mas...ooooohhh masukin kontolnyaaaaaaaa !!!”, jerit Rara.

Tak lama kemudian aku bangkit dari dalam kolam, langsung kuarahkan kontolku ke selangkangan Rara.

Bleeeeeessssssss... Kontolku menembus memek Rara.

“Oooouuuuhhhhhh... akhrinya masuk juga”, ujar Rara sambil tersenyum kepadaku. Aku menggenjot pelan kontolku sambil menurunkan tempo.

“Eeeemmmmpppphhhh... aaaaaahhhhhhhh.... enak banget kontol lu bang”, ujar Rara, lalu kami bercumbu dengan panas.

Silvy lalu mengampiri kami, dia nampaknya juga sudah sange. Aku lalu menegakkan badanku sambil masih menggoyang pinggulku. Silvy memeluk tubuhku yang agak menyamping dan berlutut sambil kucumbu bibirnya. Tangan kiriku bergantian meremas 2 toketnya sambil tangan kananku merangkul memeluknya. Aku mempercepat genjotanku untuk memek Rara.

“Ah... uh... ah... oh...”, desah Rara.

Sementara tangan kananku kini berpindah ke memek Silvy, kubenamkan 2 jariku di memeknya.

“Eeeeeeempppppphhhh...”, desah Silvy tertahan. Kukocok tanganku di memeknya, sementara tangan kiriku berpindah meremas toket Rara yang terlentang. Kurasakan kaki Rara melingkar di pinggulku untuk menekan kontolku lebih dalam.

Aku melirik ke arah pintu, tampak tante Rani melihat aksi panas kami sambil menghisap rokok. Aku baru tahu bibiku doyan merokok. Tampak tangannya sambil meremas toket jumbo-nya seraya menyaksikan kami.

Cukup lama aku, Rara dan Silvy dalam posisi tadi. Sampai akhirnya Silvy merasa pegal karena terus berlutut, ia pun merebahkan badannya, sementara tanganku masih mengocok memeknya. Aku masih berlutut dengan kontolku ngentot memek Rara dan tangan kananku mengocok memek Silvy. Kulihat wajah keduanya merem melek menikmati keadaan ini, bahkan Rara dan Silvy berpegangan tangan sambil terlentang, lucu juga melihat dua sepupu ini.

Aku lalu mencabut kontolku dari memek Rara, kuarahkan ke memek Silvy, aku sempat menoleh ke arah pintu melirik tante Rani, kulihat ternyata dia sudah melepas pakaiannya, tapi masih memakai bra dan celana panjang lengkap. Aku senyum saja.

“Yaaahhh dicabut”, rengek Rara. Baru aku mau menjawab tapi Silvy menyahut.

“Gantian dong Ra...”, sahut Silvy. Aku kaget, bisa sange juga dia. Rara tertawa.

“Ngidam kontol juga akhirnya maneh (kamu) Vi !”, teriak Rara sambil tertawa. Silvy cuma tersipu malu.

Posisi tubuhku sudah diatas Silvy, tentu saja tidak kutindih perutnya, tanganku menopang ke lantai di sekitar Silvy bersandar, kepala Silvy ditopang oleh tumpukan bajunya, aku lalu berbisik ke telinganya

“Nah gitu dong, yang ganas ya”, Silvy cuma tersenyum sambil tangannya mengocok kontolku. Manis sekali senyumnya.

“Oooouuuuuhhhhhhhhhhhh....”, desah Silvy saat kontolku perlahan menembus memeknya. Gampang-gampang susah menembusnya karena Silvy sudah lama tidak di ‘pakai’, tapi perut hamilnya dan becek memeknya agak membantu sedikit. Aku menggenjotnya perlahan sambil posisi tubuhku tegak.

“Mmmmmppppppphhhhh...”, desah Silvy. Dia memang tidak seberisik dan se-ekspresif Rara dalam mendesah, tapi sensasi pemalunya itu yang bikin nikmat. Wanita memang punya karakter macem-macem ketika dientot. Sementara Rara memeluk tubuhku dari belakang sambil mencumbui leherku. Tanganku langsung mencari memeknya untuk kukocok.

“Aaaaaahhhhhh... abang, uuuuhhh... abis ini.... aaaaaahhhhh aku la.... lagi ya aaaaahhhhh...”, desah Rara.

“Kenapa sih Rara sayang”, sahutku pelan.

“Tadi nanggung sssshhhhh... dikit lagi”, bisik Rara di kupingku yang langsung kubalas ciuman mesra.

Aku merasakan memek Silvy enak sekali, lebih sempit dari punya Rara. Aku lalu mempercepat kocokanku.

“Ssssssssshhhhhh... mmmpppppphhhhhhh”, desah Silvy sambil melirik ke arah memeknya. 1 tanganku bergantian memainkan puting Silvy.

5 menit kami dalam posisi ini, Rara sudah meracau tak karuan dengan kocokan tanganku di memeknya, sementara Silvy juga sudah ‘panas’ sekali dengan genjotan kontolku.

“Bang... ayo baaaaaaaannggggggg aaaaaaahhhhhhh”, pinta Rara. Aku melepas kontolku di memek Silvy dan langsung merebahkan Rara.

“Sebentar yah Silvy sayang, ini si Rara dulu di kelarin”, ucapku pada Silvy sambil kukecup bibirnya. Silvy hanya mengangguk pelan.

Rara langsung mengangkang dengan kedua kakinya ditopang ke bahuku, aku langsung memasukkan kontolku dan memompa dengan kencang. Aku menindih tubuh Rara dan kami berdua saling berciuman dan tangan Rara melingkar di leherku. Kocokanku kupercepat di memeknya. Aku menatap Silvy yang tampak memainkan memeknya dengan jarinya.

“Ah.. uh... ah... oooouuuhhhh”, suara desahanku dan Rara. Sesekali kupelankan genjotanku dan kugerakka pinggulku memutar supaya kontolku menjangkau seisi vagina Rara. Rara menjerit tak karuan ketika aku melakukan hal itu, lalu disambung dengan tusukan dalam lalu genjotan cepat. 5 menit aku hajar Rara non-stop dengan pola itu, hingga akhirnya aku merasakan vagina Rara berdenyut kuat seperti hendak menyemburkan sesuatu, di momen yang pas kucabut kontolku dan...

“AAAAHHHHAAANNNJJJJJJJJJIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNGGGGGGGG !!! AH ! AH AAAAAAAAAARRRRRRGGGGGGGGHHHHHHHHHHH !!!!”, pekik Rara kala orgasme. Dia meraih squirt. Semburan airnya mancur kemana mana seiring badan Rara yang bergetar seperti orang tersengat listrik.

Aku sempat menatap Rara sebentar, sebelum langsung beralih ke Silvy. Aku memapah tubuh Silvy masuk ke dalam bak mandi dan posisinya membelakangiku, di dalam bak kusodok memeknya dari belakang.

“Aaaaaahhhh...”, desah Silvy pelan ketika kugenjot dengan kecepatan medium. Tanganku meremas toket besarnya dari belakang sambil kucumbu leher dibalik jilbabnya.

“Kesampean juga ngentot kamu Silvy sayang”, bisikku.

“Mmmppphhhh... Iya a, uhh... Dari dulu kepengen ya a ?”, tanya Silvy.

“Iya sayang, udah lama aa nafsu sama badan kamu”

“Iya a, yaudah aaahhhh nikmatin aja a, puasin nafsu aa ke Silvy a”, ucap Silvy. Aku makin nafsu, kugenjot cepat memeknya. Pantat mulus Silvy yang bergoyang terasa empuk menyentuh pahaku.

Aku sempat melirik ke arah Rara, tampak Rara masih tiduran terlentang mengatur nafas, sesekali terdengar mulutnya menggumam.

“Alah anjing enak... anjing... nikmat anjingggg”, gumam Rara. Aku dan Silvy senyum-senyum saja melihat tingkah Rara.

Ngentot di dalam air memang butuh tenaga ekstra karena melawan tekanan air, sehingga genjotanku tidak terlalu cepat. Namun tidak apa-apa, aku memang memberikan treatment berbeda ke Silvy, karena dia sedang hamil, maka aku tidak akan seganas seperti ketika ngentot Rara. Dengan Silvy rasanya ingin kubuat selama mungkin, karena memang yang paling cantik dan paling membuatku nafsu karena sifatnya yang pendiam.

“Ciyeee... mesra banget ngentotnya”, ujar tante Rani mengagetkan kami. Tante nampak sudah telanjang bulat, toketnya yang paling jumbo diantara yang lain namun sudah agak kendor sedikit dengan kulit sawo matang, nyaris tidak ada lipatan di perutnya, dan pantatnya... besar sekali. Tante Rani memang kelas berat, khas ibu-ibu kepala 4 tapi memang termasuk masih ramping, tidak melar kebablasan.

“Iya nih tante, lagi menikmati hehehe...”, ujarku sambil melirik Silvy. “Tante akhirnya pengen juga yaaa”, godaku.

Tante Rani mengampiri kami dan turut masuk ke bak, ia lalu memijat pelan bahuku.

“Ponakan tante yaa, barusan tante liat kamu bisa bikin Rara kayak gitu, tante jadi salut Man”, ujar tanteku. Tante lalu mencumbu leher belakangku, sesekali ke telingaku sambil sesekali mengelus rambutku. Toket besarnya kurasakan menyentuh kulit punggungku. Lembut sekali, begini rupanya foreplay wanita setengah baya.

Kunikmati setiap kecupan tante di leherku, suara desahnya di telingaku, dan rabaan tangannya di tubuhku. Nafsuku benar benar naik. Memek Silvy yang sedang kuentot jadi sasarannya. Agak kupercepat kocokanku di memek Silvy, bahkan tante memegang pinggulku dan membantu me-maju mundur-kan pinggulku sambil sesekali meremas pantatku.

“Aaaahhh... eeemmmpppphhhh... aaahhh... ooohhhh”, desah Silvy mengikuti irama kocokan kontolku. Sementara tante merangsangku dengan kata-kata kotor yang ia bisikkan di telingaku.

“Ayo entot Armand... ooohhh... Habis ini tante ya sayang, sodokin kontolmu di memek Silvy aaaaahhhh”, ucap tante. Ia bahkan menarik rambutku dan mengarahkan wajahku berbalik untuk mencumbu bibirnya, kami berciuman panas, saling mengadu lidah. Kocokanku makin cepat di memek Silvy, Silvy merintih dan mendesah, sementara mulutku disumpal mulut tante Rani.

“Uuuhhh... aahhh... eeemppphhh kang Armaaaaaaannnndddd”, rintih Silvy menerima genjotan kontolku.

“Wah seru nih”, ujar Rara yang tiba-tiba nongol di pinggir bak. Dia berjongkok sambil memegang botol bir di tangannya. Tubuhnya masih telanjang. Ia menatap aksi kami bertiga, namun kami tidak peduli padanya. Rara lalu juga masuk ke dalam bak, ia taruh botolnya lalu mulai memainkan toket Silvy.

“Anjrit, gede banget susu kamu Vi, diapain aja sama Fildan ?”, ujar Rara.

“Aaaahhh... Rara dieeemmm... Atuh Ra uuuuuhhhh.... dieeemmm”, rintih Silvy, matanya terpejam menikmati kocokanku. Namun Rara malah makin asik memilin-milin puting Silvy.

“Dasar lu perek, lagi hamil doyan juga dientot si abang”, ujar Rara. Ia juga lalu menatap tante Rani yang sedang ciuman denganku. “Ini juga sama, udah tua masih pengen kontol”, ujar Rara. Tante Rani sempat melepaskan ciumannya lalu menjulurkan lidahnya dengan maksud mencibir Rara, lalu kami ciuman lagi.

“Ah gue dicuekin ah”, ujar Rara BT, namun ia malah makin seru memainkan puting Silvy sambill sesekali menenggak bir-nya. 10 menit situasi ini berjalan lalu kemudian.

“Ahhh... aaahhh... AAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHH !!!”, jerit Silvy mencapai orgasmenya. Rara langsung sigap menahan badan Silvy supaya tidak jatuh. Sementara aku menghujamkan kontolku dalam-dalam di memek Silvy.

Langsung kucabut kontolku dan kutarik tante keluar bak, tante langsung ambil posisi berdiri membelakangiku dan bersandar di dinding. Kusodok langsung memeknya dari belakang sambil berdiri.

“Eeeemmmppphhhh.... Armand... Maen tusuk aja”, ujar tante.

“Iya maaf tante, udah kebelet”, ujarku sambil memompa memek tante.

“Iya yaudah gapapa, masih ada besok, sekarang tante pengen nurutin gaya main kamu aja dulu”, ujar tante Rani

Kugenjot memek tante dari belakang sambil kudorong ia kedinding, memeknya memang sudah longgar, tapi masih oke. Postur tubuh tante yang lebih tinggi dariku membuat aku agak kesusahan juga, tapi sudah kepalang nafsu hajar saja.

“Hiiiyyaaaa, repot repot dah lu bang ngentot emak-emak”, teriak Rara. Rupanya Rara dan Silvy menonton aksi kami di belakangku, keduanya nampak santai berendam. Aku cuma mencibir.

Tak lama, tante lalu mundur dan dengan pantatnya ia perlahan mendorongku ke belakang, kedua tangannya masih bertumpu di dinding, aku penasaran mau gaya apa tante ini. Ternyata tante menggoyang pantatnya memutar seperti goyangan para penyanyi dangdut, kontolku di dalam jadi terbawa memutar juga. Aku berhenti menggenjot, menikmati goyangan tante. Ia melirikku dibelakangnya sambil tersenyum.

“Enak sayang ?”, tanyanya. Aku cuma mengangguk lalu mendongak ke atas.

“Cihhuuuuuuyyyyy, hajar terus tante !!!”, teriak Rara. Silvy cekikikan di sebelahnya.

Tante lalu menarik tanganku, “Sini dong tangannya, remesin susu tante, kamu jangan culun begitu, masak tadi ama Rara ama Silvy bisa ganas”, lanjut tanteku. Aku lalu meremas toket jumbo-nya. Kugenjot memek tante meladeni goyangannya. Dibanding yang lain, memek tante Rani yang paling becek tapi paling longgar, tapi kelihaiannya dalam menggoyang pinggulnya benar-benar luar biasa. Umur memang tidak bohong, tante Rani sebagai yang paling senior benar-benar membuatku kewalahan. Ditambah lagi tadi aku sudah tanding duluan dengan 2 bidadari yang lain. Tapi aku bertekad mencetak hattrick malam ini dengan membuat 3 ‘istri’ku orgasme.

“Eeemmmppphhhhh Armaaannddd, segitu doang ? Kamu gak akan bisa ngalahin tante man”, ujar tante Rani seakan bisa membaca pikiranku. Dibanding sedang ngeseks, aku lebih menganggap ini sebagai sebuah pertarungan.

Aku lalu memberikan tusukan dalam dan panjang ke memek tante.

“Aaaaauuuhhhhhh... hhhaaaaaahhhhhh....”, desah tante. Aku tersenyum melihatnya. Sambil kupilin-pilin keduda puting susunya. Biasanya jurus ini cukup bisa melumpuhkan memek-memek yang lain. Aku sudah mau mencapai klimaksku, walaupun baru 15 menit main dengan tante Rani.

“Woooohhhooo, bang Armand mulai jurus pamungkas !”, teriak Rara. Sementara Silvy dengan santai menonton kami sambil minum jus.

Namun tante Rani menunjukkan kelasnya, mash dalam posisi agak menungging membelakangiku, ia meluruskan badannya dan kedua tangannya berpegangan pada lekukan dinding. Ia merapatkan kedua pahanya sehingga memek longgarnya menyempit dan menjepit kontolku. Lalu dengan memanfaatkan tusukan kontolku yang dalam di memeknya, ia bergoyang dengan alur memutar seperti lingkaran namun kecil, tusukan kontolku yang dalam membuat rongga memek tante yang menyempit bisa melakukan kontak dengan seluruh area batang kontolku. Terutama ketika kutarik kontolku menyisakan bagian kepalanya saja di dalam memek, tante memanfaatkannya dengan menggoyang kepala kontolku dengan putaran kecil namun rapat. Gilaaaaaa !!! Benar-benar skill yang berkelas !

“Aaaaaaaarrrrrrrgggghhhhhhhhhhh... Aaaauuuuuuuhhhhhhhh, ayo Armand, aayyyyyyoooo”, racau tante.

Aku berusaha fokus dan balik menggoyang pinggulku, tapi sial, justru tindakanku malah makin membuatku mendekati klimaks. Ditambah memek tante basah sekali, ada beberapa tetesan dari kelamin kami yang tampak di lantai. Tanganku masih memainkan puting tante.

Rara dan Silvy lalu menghampiri dan bersorak.

“Ayo tante ! tante ! tante !”, ujar keduanya. Rara yang paling antusias.

“Kita saksikan saudara-saudara ladies and gentleman sekalian, nampak kedua kontestan sudah sama-sama mengeluarkan jurus pamungkasnya, siapakah yang akan crot duluan ?”, ujar Rara menirukan gaya pembawa acara lomba 17an.

Silvy lalu mulai iseng, ia mencumbui leherku dari belakang sambil meremas pantatku, kurasakan tangannya agak mendorongku maju-mundur. Rara tidak mau kalah, dia juga mencumbu bibirku sambil mengajakku beradu lidah. Sial, dua perempuan ini berkonsprirasi membantu tante Rani.

“Aaaaaahhhhh ! Ini anak-anak eeeemmmmmpppppphhhhh... gaaaannnggguuu aja, tapi gapapa, biar tau rasa si Armand aaaaaaaaaahhhhhhhhh...”, ujar tante.

Ditengah gempuran rangsangan Rara dan Silvy, tante kemudian mengubah pola goyangannya menjadi lebih liar dan random, bukan pola melingkar lagi tapi sudah tak beraturan. Aku makin kewalahan. Sekitar 5 menit aku diserang triple combo begini, dan kemudian aku menarik keluar kontolku dari memek tante Rani. Rara langsung sigap meraih kontolku dengan tangannya dan mengocok cepat sambil berlutut di depan kontolku.

“Oiiihhh, Rara main nyamber aja, tante kan juga mau”, tante Rani lalu berbalik dan ikut jongkok. Namun tiba-tiba dari belakang tangan Silvy juga ikutan mengocok kontolku, Rara lalu melepaskan tangannya dan membuka mulutnya, tante Rani juga sama. Sempat kulihat sambil berjongkok tanta Rani memainkan jarinya sendiri di memeknya. Tangan kanan Silvy dari belakang mengocok kontolku sementara tangan kirinya menahan kepalaku supaya mendongak keatas, ia masih mencumbui leherku. Tak lama kemudian...

“AAAAAAAAARRRRRRRGGGGGGHHHHHHHHHHHH !!!! AAAAAARRRRRRRGGGGGGGHHHHHHHH !!!!!”, jeritku mencapai klimaks.

Haaaaaaaaaahhhhhhhh !!!, suara tante Rani tertahan, ia juga klimaks, tapi dengan jarinya.

Rara dan tante Rani berebutan mendapatkan semprotan air maniku di mulutnya, banyak sekali maniku yang muncrat. Mulut tante menyambar kontolku untuk menelan sisa main yang masih ada di kontolku, sementara Rara menyeka wajahnya yang belepotan air mani.

Saat selesai klimaks, ku lihat tante memamerkan rongga mulutnya yang dipenuhi spermaku, ia lalu menelannya dan tersenyum padaku. Sementara Rara pun melakukan hal yang sama.

“Yang masuk ke mulut cuma sedikit, diborong tante”, keluh Rara. Tante cuma tersenyum. Aku menengok ke belakang ke arah Silvy, rupanya dia juga tengah menjilati tangannya yang bekas dipakai mengocok kontolku. Bisa ganas juga Silvy.

Aku lalu melangkah ke jacuzy dan berendam, lelah sekali rasanya. Para bidadari menghampiriku dan meraba-raba tubuhku, ada yang membasuh dengan air, ada yang memijat, ada yang mencuci kontolku. Aku pasrah saja. Lalu mereka masing-masing membersihkan diri. Silvy membawakanku jus lalu ia menyandarkan kepalanya di bahuku sambil duduk. Kami menonton tante dan Rara yang masih membersihkan diri dengan shower.

“Bandel juga kamu Vi”, ujarku sambil mencubit hidung Silvy. Silvy tersenyum dan mengecup bibirku. Kulihat jam menunjukkan jam 2 lebih. Selanjutnya malam itu, kami tertidur di ruangan berbeda. Aku tidur sendiri di kamar sementara para ladies di kamar yang lain, tapi Rara sempat nyeletuk mau tidur di ruang TV.
 
makasih udatenya....
maaf suhu kayknya ada sedikit typo deh. di awal udah di ceritain klo tante Ratna janda tanpa anak. tp ini kok jadi ada maen janda anak 2.





Gila, ini gila banget, ada Silvy, Rara sama Tante Rani. Tiga perempuan bakal kuentot weekend ini, incest seks. Ada gadis liar, bini orang lagi hamil dan janda anak 2. Senangnya bukan kepalang, apa kuat aku menghadapi 3 wanita sekaligus ? Apalagi semuanya sudah pernah kenal kontol sebelumnya. Aku harus menjaga stamina nih.

Oh iya, makasih koreksinya suhu. Tante Rani sebenarnya JANDA TANPA ANAK. Maaf ya suhu hehehe
 
You did great job suhu!

Luar biasa! Sampai ikut keringat dingin :nenen: Hehehe
 
Update nya spektakuler suhu!!! Mantap! Lancrotkan!

Udah kayak pelem pelem bokep chapter ini haha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Update yang sangat bagus hu. Good job.

Suhu @babymaker untuk update berikutnya boleh dong di kasih mulustrasi tokoh... Hanya sekedar request dari seorang fans "A Diary of Dick"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd