Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A Diary of Dick (Season 3/Final) - The Last Love

Status
Please reply by conversation.
Wkakakakakakakkk....
Bencong cyyynnn...
Jangan² Inez juga bencong, belum di raba kan tuch..
 
Untungnya armand gak diperkosa bencong. Gak bisa ngebayangin kalo armand di tusbol ama bencong :lol::lol::lol::lol:
 
wanjer bencong, makanya kalo mau nyari bubaran pegang pegang dulu yak wkwk
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku luar biasa ngantuk di kantor hari ini, dan rasanya hari berlalu sangat lama. Namun ketika jam makan siang aku wasapan dengan pak Irman, dia mengajak untuk ‘hepi-hepi’ malam ini, kebetulan sekali anggarannya pun aku sudah aku pegang. Segera kuberi tahu Mark dan dia pun setuju.

Sore hari sebelum berangkat, aku sedang video call-an dengan anak dan istriku, sekalian izin ke Vany bahwa malam ini akan ada acara makan-makan dengan bos, jadi nanti malam tidak video call-an.

“Tapi wasapan ya ayah”, ujar Vany.

“Iya dong istriku yang cantiiiikkkkk”, balasku sambil emoticon cium.

Kemudian ada pesan wasap masuk dari Inez, aku tak langsung membalasnya hingga sesi video call-ku selesai. Kemudian kami pun saling berbalas pesan via WA, biasa lah namanya orang baru kenalan, maka kami pun saling bertukar informasi.

Kuketahui bahwa Inez adalah seorang siswi kelas 2 SMA di salah satu sekolah menengah atas negeri di Bekasi, umurnya 16 tahun, benar-benar masih bocah. Hasrat seksualku mendadak bangkit lagi, apalagi aku memang sedang mencari memek gratis sepeninggal Ayu, ditambah kejadian menjijikkan semalam. Rasanya Inez sungguh pengganti Ayu yang cocok, pake banget malah, mengingat Inez dan Ayu bagai air Kangen Water dan comberan. Aku sendiri cukup berhati-hati dalam memberikan informasi tentang siapa aku pada Inez.

Namun, aku jadi mikir juga. Inez itu masih bocah, masih labil, kalau dia jadi pelampiasan nafsuku, apa bisa dia tutup mulut ? Secara usia segitu biasanya pikirannya pendek, kalau dia nantinya malah nempel padaku dan kemudian cerita kemana-mana tentang hubungan kami, terus Vany tahu ? Apa aku harus bohong dan mengaku bujangan ? Beda dengan Ayu yang jauh lebih dewasa dan mengerti bahwa aku cuma menganggapnya sebagai sekedar partner seks, dan ia pun masih cukup waras untuk memahami posisiku sebagai seorang pria yang telah berkeluarga. Nah apa Inez bisa begitu ? Kayaknya enggak deh.

“Kak, chattingan gini ga ada yang marah nih ?”, tanya Inez mulai menjurus tentang statusku.

“Gak tau”, jawabku singkat.

“Kok gak tau sih kak ? Hayooo, kakak udah punya pacar ya ?”

“Saya udah punya istri !”, jawabku singkat.

Stop ! aku tak lanjut membalas chat Inez. Kulihat jam sudah menunjukkan jam 7 malam, aku bergegas menuju mobilku dan pergi menjemput Mark untuk bersama menemui pak Irman.

Aku, Mark dan pak Irman pun tiba di sebuah club karaoke di wilayah ruko Thamrin, Cikarang. Tempat ini memang biasa jadi langganan kantorku untuk meng’-entertain’ entah itu klien atau owner, atau juga bos-bos dari intern perusahaanku. Aku sendiri sudah beberapa kali ke sini, biasanya dengan bos-bosku atau teman-teman selevelku, dan belum pernah keluar uang pribadi, pasti dibayari kantor atau sub-contractor yang meng-‘entertain’ kami. Berhubung proyek yang mau mulai ini aku yang pegang, maka aku juga yang mengurus hal-hal non-teknis macam begini.

“Eh kang Armand ganteng, kemana wae atuh udah lama gak keliatan ?”, sambut mami yang kebetulan kenal denganku di resepsionis, orang Subang.

“Yah biasa mi, sibuk”, jawabku.

“Sibuk apa karena nunggu ada yang bayarin baru dateng kesini ?”

“Ah si mami tau aja hehehe”

“Huh dasar, eh ngomong-ngomong katanya kamu udah jadi bos ya sekarang ? Aciyeeee bakal sering kesini dong”

“Ah sotoy kata siapa ?”

“Kemaren anak-anak proyek Tangerang ampe jauh-jauh pada kesini, pada ngomongin kamu Man, aduh gak nyangka ya kang Armand, masih inget deh waktu kamu kesini pertama kali masih di perusahaan yang lama, masih culun, dicolek PL aku ampe pipis di celana hahahahahaa”

“Aduh mamiiii masih inget aja, itu emang waktu itu udah kebelet kencing, ah udah ah, room-nya udah siap kan ?”

“Udah, sok ayo dianterin, eehhhh sama Mark ya ? asik ada bule”, jawab si mami riang.

Kami bertiga bersama sang mami pun masuk ke room yang sudah disediakan, Mark dan Irman langsung memilih milih lagu sementara aku keluar ruangan untuk kembali mengobrol dengan mami mengenai paket servis.

“Oke servis lengkap ya, pokoknya pasti puas, eh kamu mau PL yang gimana Man ? Udah banyak yang baru loh semenjak kamu lama gak kesini, apa mau ama aku aja Man ?”, goda mami.

“Ah ogah ah ama tante-tante”, jawabku.

“Ah kamu Man, palingan kamu kayak biasanya, gak mau ngewe, pasti malu ya gara-gara tititnya kecil ? Hahahahahaha”, ujar si mami. Akhirnya aku pasrah dipilihin sama si mami aja, sementara Irman dan Mark bakal milih dari kontes. Aku pun kembali masuk ke dalam room.

Sudah 3 lagu berlalu sejak datang tadi, aku pun sudah ikut menymbang suara lewat lagu “Don’t Go Away”-nya Oasis, sejumlah snack seperti buah-buahan, kacang serta air mineral juga minuman kaleng sudah tersaji, disusul 3 botol Bali Hai, 3 botol bir hitam Guiness dan menu utama sebotol Chivas Regal dan 1 botol Black Label, Jack Daniels-nya menyusul nanti. Jujur, aku bukan seorang peminum sejati, aku cuma minum kalau ada momen-momen tertentu saja, seperti sekarang. Biasanya kalau stress, aku tidak minum miras, aku minum Yakult, saya minum tua, eh dua.

Kemudian kontes pun dimulai, para wanita PL (pemandu lagu) berjejer di hadapan kami, jumlahnya sekitar 10 orang lebih, sedikit dari mereka aku kenal karena orang lama, sisanya wajah baru.

“Ayo pak Irman, mr. Mark, please choose, mau yang mana ? Ladies ayo ngadep depan semuanya, ngadap ke om-om gantengnya ayo jangan malu-malu”, cerocos si mami.

Irman lalu memilih seorang PL bertubuh sintal dengan wajah agak oriental, sementara Mark memilih seorang PL berkulit agak gelap eksotis dengan tubuh tinggi besar tak kalah montok dari punya Irman. Mark lalu melirik ke arahku sambil memberi kode dengan jarinya yang dibentuk V, maksudnya dia ingin 2 PL sekaligus. Aku cuma memutar mataku dan Mark ketawa, ia lalu memilih lagi seorang PL berperawakan mungil.

“Pak Irman mau double juga ? Silahkan pak ayo pilih jangan malu-malu”, tawarku pada Irman.

“Nggak ah Ar, ini aja 1, waduh hey Mr.Mark ! You must be strong enough !”, ujar Irman sambil tertawa melihat Mark.

“Saya power kuat pak Irman, I’m strong enough ! hahahahaha”, jawab Mark sambil sok-sokan menggendong salah seorang PL-nya.

“Namanya juga bule pak, 1 mana kenyang hehehe”, ujarku.

Setelah kontes selesai, mami dan para ladiesnya keluar ruangan, tak lama kemudian PL-ku datang. Wajahnya cantik khas Sunda, pernah dengar pedangdut Cupi Cupita ? Kalau belum tahu coba browsing, nah mirip banget sama si Jessica ini, perawakannya juga mirip, dengan gaun ketat warna merah dan belahan dada yang rendah sehingga toket lumayan-nya nampak. Terlihat ada tato di toketnya ala Nikita Mirzani dulu. Rambutnya panjang dan di-ombre pirang, ia tersenyum manis padaku, tampak behel di gigi-nya yang mungil.

“Hallo kang Armand apa kabar ? Kenalin aku Jessica”, ujarnya sambil menyodorkan tangan dan cengar-cengir. Aku menjabat tangannya dan membalas senyumnya. Cantik-cantik begini kok jadi jablay sih neng, gumamku dalam hati.

“Wah, untung aku gak pesen kopi nih, bisa-bisa diracunin sianida ama kamu Jess”, godaku.

“Bisa aja kang, aku mah maunya racunin hati kang Armand aja”, balas Jessica menggodaku. Jangan GR, jablay memang sudah profesinya bermulut manis ke semua pria pelanggannya, begitu pun mereka tak pernah GR dengan pujian para pria hidung belang.

Dan acara pun dimulai, Mark nampak antusias, sange lebih tepatnya. Dia merayu kedua PL-nya dan meraba-raba tubuh mereka. Sementara Irman nampak mengobrol dengan PL-nya duduk di atas pangkuannya. Aku sendiri lebih sibuk bernyanyi dan sesekali menenggak minumanku, Jessica dengan telaten mengisi gelasku dan sesekali kami berduet dalam beberapa lagu. Tak lupa juga aku berbalas pesan WA dengan Vany, yeah, playboy profesional.

Puas bernyanyi, perlahan kendali pemilihan lagu mulai dipegang oleh para PL. Maka mulailah irama dangdut koplo menggema di ruangan. Kami semua maju ke depan layar dan berjoget, Jessica tampak heboh bergoyang dan sesekali menempelkan bokong seksinya ke selangkanganku, dikiranya aku bakal ngaceng cuma dengan rangsangan begini doang, eh tapi iya sih hehehe.

“Cinta satu malam, oh indahnya, cinta satu malam buatku terangsang...”, suara agak serak Jessica menggema menyanyikan lagu khas karaokean.

Namun tiba-tiba aksi hot Jessica terganggu oleh Irman dan PL-nya yang menabrakku, rupanya Irman sudah sange dengan posisi meremas toket PL-nya dari belakang sementara si PL bernyanyi.

“Hajar aja bos”, ujarku berbisik pada Irman.

“Boleh nih Man ?”

“Hajar aja, bawa ke room sebelah gih, tenang aja”, jawabku.

Biasalah kode-kode kalo mau ekse alias TD alias ngentot, pura-pura nanya, intinya sih ingin tahu dibayarin atau enggak, tentu saja dana entertainment anggaran kantor yang kusiapkan sudah termasuk biaya eksekusi untuk kami bertiga, ngasi service ke klien jangan setengah-setengah.

Maka pergilah Irman keluar untuk ngentot di room lain, sementara aku memilih duduk kembali dengan Jessica. Kulirik Mark tampak bercumbu panas dengan seorang PL-nya, si PL juga menggerayangi kontol Mark yang nampak membayang di balik celananya, yah kontol bule memang tidak bisa dibohongin, jumbo bro, sementara PL Mark yang 1 lagi sedang asyik bernyanyi sambil toketnya digerayangi tangan Mark.

“A Armand udah sering kesini ya ?”, tanya Jessica.

“Hmmm... lumayan, yah soalnya aku suka disuruh bagian kasi hiburan ke klien Jess hehehe...”, jawabku. “Ngomong-ngomong kamu heboh banget sih dari tadi”, lanjutku.

“Iya a, abisnya aku seneng, udah lama jadi PL disini jarang nemu anak muda, biasanya om-om terus”, jawab Jessica cengar-cengir. Anak ini ceria sekali, cengengesan.

“Kamu asli mana Jess ?”, tanyaku iseng pada Jessica yang menyalakan rokok.

“Subang a, kalo aa darimana ?”, tanya Jessica.

.“Beneran Jess ? kirain dari Garut gitu, kayak familiar mukanya sama temen saya orang sana”.”, tanyaku.

“Iya a, kenapa ? a Armand orang Subang juga ?”, Jessica menanya balik.

“Nggak”, jawabku singkat.

Jessica lalu menatapku tajam sambil tersenyum, aku pun menatapnya dengan menyeringai.

“Heh siah orang Garut jadi jablay”

“Eh siah aa kobe (sok tau), aa tuh yang orang Garut”, ujar Jessica masih sambil nyengir.

“Sok demi naon sok berani sumpah kamu orang Subang ?”, tanyaku sambil menyodorkan tangan.

“Iiihh aa gausah pake sumpah sumpahan ah, iya iya aku orang Garut, maaf bo’ong”, ujar Jessica.

“Tuh kan bener, da kayak kenal muka kamu, Garutna timana siah maneh heh (Garutnya dimana kamu heh) ?”, ujarku sambil memelototi Jessica, tapi sambil senyum.

“Eh a, saya ti Cikolomberan a, aduh kumaha nyak, jadi ararisin kieu ieu teh (saya dari Cikolomberan a, aduh gimana ya, jadi malu begini)”, ujar Jessica salting.

“Alah gusti, Cikolomberan ? eta mah atuh daerah pasantren ! aya pasantren Al-Hidayah didinya teh, kapungkur mah dipingpin ku Haji Aep Hidayat, nu rada begang tapi jangkung jalmina teh (ya ampun, Cikolomberan ? itu kan daerah pesantren ! ada pesantren Al-Hidayah disitu, dulu dipimpin sama Haji Aep Hidayat, yang orangnya agak kurus badannya tinggi orangnya)”, ujarku.

“Eh aa, terang ka haji Aep (eh aa, kenal sama haji Aep) ?”, tanya Jessica.

“Nya apal lah, haji Aep teh duduluran jeung uwa sayah, sepupuan, baheula keur leutik mah unggal lebaran sok diajak ku si uwa silaturahmi kadinya bari nyekar ka makam, da almarhum kolot si uwa dikureubkeun didinya, aya makam keluarga di Cikolomberan teh” (Ya taulah, haji Aep itu sodaraan sama paman saya, dulu waktu saya masih kecil tiap lebaran suka diajak paman silaturahmi ke situ sambil nyekar ke makam, soalnya mendiang orang tua paman dimakamkan di sana, ada makam keluarga di Cikolomberan), jelasku.

“Hah ??? Makam keluarga ? keluarga haji Idid sanes ?” (Hah ? Makam keluarga ? keluarga haji Idid bukan ?), tanya Jessica panik.

“Enya eta, gening apal ? kela...” (Iya itu, kok tau ? Bentar...)

Aku lalu mengamati wajah Jessica, ia tampak gugup sambil sesekali masih cengar cengir. Kemudian aku tanpa permisi mendekatkan wajahku ke toketnya yang bertuliskan tato “Angel”. Jessica sempat memekik kaget, sehingga Mark dan para jablaynya sontak melihat ke arah kami.

“Wooowww, so aggresive dude ? Let’s the party started”, teriak Mark. Aku cuma mengacungkan jari tengah ke arahnya sebagai jawaban.

Cukup lama aku mengamati toket Jessica sambil kupegang, aku memang mencari sesuatu, bahkan aku menyalakan flashlight handphone-ku ke arah toketnya, sesekali kuraba halus permukaan toketnya terutama di area yang tertutup tato. Sementara Jessica pasrah saja namun gelisah dengan perlakuanku.

“Hmm... apal urang ayeuna, maneh teh saha siah” (Hmmm... sekarang saya tau kamu siapa), ujarku sambil menyeringai pada Jessica. Ia makin gelisah.

“Aahhh siah, make ngaran gaya Jessica sagala, ngaran maneh aslina Titin kan ? Titin Suminarsih, anak mang Iyom buruh keusik jeung bi Eha tukang karedok, lanceuk maneh si Usep kumaha damang ?” (Aaahhh kamu, gaya pake nama Jessica segala, nama asli kamu Titin kan ? Titin Suminarsih, anak om Iyom buruh pasir sama bi Eha tukang karedok, kakak kamu si Usep apa kabar ?), jelasku.

Jessica menghela nafas, “A Armand ieu teh nyak ? alo-na Wa Rahmat” (Kamu a Armand ya ? keponakan wa Rahmat), jawab Jessica.

Dan selanjutnya, tawa kami pun pecah. Sialan, ada juga saudaraku yang jadi jablay, ya si Titin alias Jessica ini. Dia 5 tahun lebih muda dariku. Yang tadi kucari itu bekas luka di dadanya, sewaktu kecil kami pernah main bersama, ada kakaknya dan adikku juga. Titin terperosok dari sebuah tebing denganku, untungnya aku cuma lecet, sementara Titin menderita luka lumayan serius di dadanya hingga dibawa ke rumah sakit.

Kami pun lantas ngobrol panjang lebar, tentang Titin yang terpaksa jadi jablay demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, mang Iyom sudah wafat sementara bi Eha sakit-sakitan. Kakaknya, si Usep sudah menikah dan cuma bekerja berjualan cilok di sekolahan, sehingga jelas tidak cukup untuk keluarga. Maka merantaulah Titin ke Jakarta, sempat bekerja di laundry, kemudian ia banting setir jadi PL di Cikarang karena iming-iming penghasilan yang jauh lebih besar. Aku sendiri memang sudah sangat lama sekali tidak mengetahui kabar tentang keluarga Titin walaupun sering pulang ke Garut, karena kampung Titin jauh sekali dari rumahku di pusat kota, terakhir lebaran waktu aku masih SMP ikut silaturahmi ke kampung Titin. Makanya aku lupa-lupa ingat wajah Titin, apalagi dengan dandanan menor begini.

“Ngomong-ngomong, kamu jadi PL gini, emang udah gak perawan Tin ?”, tanyaku blak-blakan.

“Ih si aa, Titin- Titin, Jessica kitu”, keluh Titin sewot. “Iya, biasa lah a, anak muda, dulu pertama ngelakuin teh sama pacar waktu masih di kampung, terus waktu ngerantau ge punya pacar di Jakarta, yaaa gitu deh, udah biasa intinya mah”, lanjut Titin.

“Lah, aa sendiri, kan udah nikah ya ? Sempet denger kabarnya aku teh”, lanjut Titin.

Yah, kami pun akhirnya sepakat saling memegang rahasia masing-masing. Aku sempat menawarkan pekerjaan lain untuk Titin, sementara ia bisa jadi office girl di kantorku, tapi Titin tegas menolak.

“Kenapa enggak mau Tin ?”, tanyaku.

“Makasih a, tapi gausah, aku-nya ge gak lama lagi mau stop jadi PL disini kok”, jawab Titin.

“Terus mau kerja apa ? Udah dapet gantinya ?”

“Ada deh, mau tau aja”

Lama mengobrol, aku tak sadar kalau Mark sudah mulai eksekusi dari tadi. Nampak celananya sudah diturunkan dan sedang disepong oleh salah satu jablaynya, sementara mulutnya asyik bercumbu dengan... eh... si mami ? Sejak kapan si mami ada disini ?

Si mami lalu melepas blazer-nya dengan tergesa, sementara Mark membuka satu persatu kacing kemeja putih ketat si mami, mami lalu menurunkan toket dari balik BH-nya yang langsung dilahap dengan rakus oleh Mark.

Walau sudah cukup lama kenal, sampai sekarang aku tidak tahu nama asli si mami, selama ini aku panggil mami saja, aku juga tidak pengen tahu namanya siapa. Mami adalah seorang wanita yang umurnya sekitar 35 tahunan, badannya pendek tapi bantet dengan toket yang jelas lah besar, kulitnya kuning langsat, rambutnya dipotong pendek ala polwan dan kacamata bingkai putih yang jadi ciri khasnya.

Aku melihat ke arah lain, rupanya Irman juga sudah balik lagi di ruangan ini. PL-nya nampak duduk dan ngemil, sementara ia asik bergoyang dengan PL Mark yang tampaknya terpinggirkan karena datang si mami.

“Aaaahhhhhh !!!”, sayup-sayup aku mendengar desahan. Yup, suara mami, cukup terdengar meski tertutup suara keras lagu di dalam ruangan.

Nampak mami sedang mengangkangkan selangkangannya di wajah Mark yang kini tidur terlentang, lidah Mark pasti sedang menyapu vagina si mami, sementara kontol Mark masih dilahap oleh si PL-nya yang berkulit agak gelap dan montok.

Aku lalu menoleh kesamping, rupanya Jessica alias Titin juga sedang melongo melihat aksi Mark. Kami lalu bertatapan dengan ekspresi datar, perlahan kami saling mendekatkan wajah dan kemudian... tertunduk.

Aku lalu mengeluarkan uang 500 ribu dari dompetku dan menyerahkannya ke Titin, “Nih ambil Jess”, ujarku.

“Hmmm... aa mau... kita...”, ujar Jessica terbata-bata sambil menerima uangku.

“Kamu jangan salah paham, kita gak usah ngapa-ngapain, itu uang buat kamu, tarif standar TD disini kan segitu, lagian aa kan saudara kamu”, ujarku. Titin hanya menunduk.

“Aaaauuuuuhhhhh !!! Ah ! Ah !”, jerit si mami. Rupanya Mark sudah membenamkan kontolnya di memek si mami dalam posisi doggy style, sementara si PL asyik bercumbu hot dengan Mark. Mark lalu memompa kontolnya dengan tanpa kompromi, kontol besarnya menghujam memek si mami masuk keluar dengan medium speed seiring jeritan erotis si mami yang bersahutan dengan lagu. Mulut Mark sendiri kini asyik menjilati puting toket si PL kulit gelapnya.

Melihat adegan erotis itu, kontolku ngaceng maksimal. Kurasakan ada tangan yang meremas perlahan selangkanganku, yup, tangan Jessica. Aku lalu menoleh dan kami saling bertatapan lagi, dan kali ini berlanjut dengan ciuman panas antara bibirku dan bibirnya.

Tak lama, aku melepaskan mulutku dari mulut Jessica, dan kembali menatapnya, rasanya otakku penuh dengan berbagai pikiran.

“Gak apa-apa kok a, aku ngerti kok”, ujar Jessica tersipu menatapku. Aku menghela napas panjang, wangi parfum Jessica malam itu benar-benar menaikkan libidoku.

“Fuck you ! Ah ! Fuuccckkkk !!! Aaaarrrrggghhhhh !”, suara jeritan Mark dan si mami bersahutan.

Aku memejamkan mataku sejenak, lalu menatap Jessica, “Jess... aa...”

Seakan bisa membaca pikiranku, Jessica langsung melahap bibirku dengan ganas seraya naik ke atas tubuhku yang dalam posisi duduk, ia lanjut mencumbui leherku dengan beringas. Kuremas kedua toket besarnya dengan 1 tanganku, sementara 1 tanganku yang lain bermain di selangkangannya.

“Aaaahhhhhh... hhhuuuaaaahhhhh ssshhhhhh...”, desahan Jessica begitu terdengar, kurasa ia memang sengaja mendesah dengan suara sekeras mungkin di dekat telingaku. melawan musik yang keras pula.

Cumbuan kami semakin liar seraya tubuh kami bersandar pada sofa, Jessica sudah menurunkan tali gaunnya sehingga kedua toket besar nan mulus dengan puting kehitaman itu kini sedang kulahap dengan mulut dan remasan tanganku, kuhisap-hisap dengan kuat puting besarnya, yang terbesar dari semua wanita yang selama ini pernah kunikmati.

“Sssshhhh.... aaaahhhh.... aa, ooouuuuhhhhhh”, desah Jessica.

Sesekali ia mengibaskan rambutnya, sungguh seksi sekali, dan juga sempat menenggak sebotol Chivas di hadapan kami. Aku sungguh larut dalam nafsu, mungkin karena agak mabuk juga, sementara jeritan-jeritan birahi dari aksi Mark dan Irman disekitarku juga mampu menaikkan libidoku.

Tanpa sadar aku merasakan geli pada kontolku, rupanya Jessica sudah asyik menyepong kontolku dengan lahapnya. Namanya juga jablay pengalaman, permainan lidahnya begitu lihai membuatu serasa melayang, lebay ya, tapi serius, enak sekali.

Mantap sekali servis dari saudaraku yang jadi jablay ini, eh iya dia... dia jablay ! Setengah sadar aku melihat Jessica sudah berjongkok diatas kontolku, bersiap memasukkan kontolku ke dalam memeknya.

“Stoopppp !!! stop stop stop !”, ujarku sambil bangkit menjauh darinya.

“Iiiihhh aa kenapa ? Ayo atuh, sini cepetan”, rengek Jessica.

“Gak enggak, gak bisa, enggak ah Jess”.

“Ih nanggung banget sih, itu kontol udah ngaceng tuh, ini memek aku juga udah basah”

Aku menatap kontolku, iya sih udah maksimal sekali, tapi entah kenapa aku teringat prinsipku yang tidak mau ngentot jablay, prinsip yang aneh memang, padahal aku sudah beberapa kali ngentot perempuan, bahkan saudara sendiri. Sementara kepalaku yang setengah mabuk rasanya pening, ditambah gejolak batin antara ngewe atau tidak. Titin alias Jessica ini jablay, tapi dia juga saudariku, walau saudari jauh sih, tapi kan... Ah, bibiku sendiri aja pernah kugarap, kenapa ini yang saudari jauh nggak mau ? tapi dia itu jablay... Ah bingung kali aku ini.

“Sepong aja Jess”, pintaku. Jessica tampak cemberut menghampiriku, kecewa karena nafsunya tak tersalurkan. Ia lalu mencumbu mesra bibirku, lalu menatapku sambil menghela nafas, lalu tersenyum.

“Iya deh aa sayang”, ujarnya. Kawat gigi-nya nampak berkilau, serasi dengan wajahnya yang cantik.

Dan... sepongan nikmat itu terjadi lagi, kurasa mending begini, nikmat dan tidak galau. Aku menatap sekeliling, Mark sudah telanjang bulat sedang mengentot si jablay dalam posisi doggy style, terdengar si mami menjerit-jerit di sela-sela hujaman kontol gede si bule cabul, sementara mami nampak berdiri mengangkang dengan memeknya yang dijilati si Mark. Irman sendiri dalam posisi duduk ditindih oleh jablaynya yang nampak naik turun seraya membelakangi Irman.

Aku santai saja menikmati sepongan Jessica sambil bernyanyi, kebetulan lagu yang sedang hits kesukaanku sudah ada di list, “Perfect” milik Ed Sheeran, bosen nyanyi lagu jadul terus, aku kan belom tua hehehe

“Sllluuuurrrpppp... slllluuurrrrppp aaahhhh”, bunyi kocokan mulut Jessica di kontolku yang basah kuyup oleh liurnya, sesekali bijiku ia mainkan dan sedot, bahkan ia juga mencoba menjangkau lubang pantatku namun tidak sampai karena posisi yang tidak memungkinkan, toh aku juga sedang tidak mau dijilati.

Hingga akhirnya aku orgasme di lagu kelima, tepat saat aku menyanyikan lagu “Bukan Dia Tapi Aku” milik Judika, pas banget di bagian teriaknya.

“Aku pun ingin bahagia... ayo terus dikit lagi... Walau tak bersamaaaa... iya nyampe Jess... Diaaaaaaaaaaaaaaa !!!! Hah... haaahhh... oooooo....”, yah begitulah kira-kira nge-crot sambil nyanyi, rasanya ? cobain aja sendiri. Yang jelas air maniku memenuhi rongga mulut Jessica, kulihat ia menutup mulutnya yang menggembung dengan tangannya seraya bergegas mencari tisu.

Jessica masih sempat kembali dan menyepongku lagi untuk sekedar membersihkan sisa maniku, lalu kami kembali duduk dan sempat bercumbu, kemudian mengobrol. Kulihat Mark dan Irman pun nampak sudah selesai dengan “urusannya” masing-masing.

Kami lalu beres-beres dan bersiap pulang, sempat aku bertukar nomor telepon dengan Jessica, setelah selesai urusan administrasi lalu kami pulang.

Keesokannya aku libur, yah memang ini hari minggu dan aku bangun siang. Jam menunjukkan pukul setengah 11 siang di handphoneku, sementara belasan missed call dari istriku juga pesan-pesan chat darinya nampak memenuhi notifikasi, ada pula pesan dari Inez dan Jessica.

Aku pun segera melakukan panggilan video call dengan istriku, yang langsung dia angkat, nampaknya ia khawatir sekali. Kami pun video call-an, sempat aku diomeli karena tak kunjung menjawab panggilannya, namun suasana kembali cair seiring anakku yang lucu asyik bercengkrama denganku. Ah... kalo sudah begini, naluri “family man”-ku muncul, ada rasa benci pada diri sendiri yang faktanya kerap main serong dengan wanita lain, namun otakku selalu mencari pembenaran : perempuan-perempuan itu cuma pelampiasan nafsu, prioritasku cuma Vany dan anakku. Setidaknya, sejauh ini memang seperti itu.

Selesai video call, aku lanjut chatting dengan Jessica. Sempat lama membalas namun kemudian lancar, ia memintaku mengirimkan alamat kosku, aku langsung send location saja via WA, lalu chat pun sementara usai.

Next update : https://www.semprot.com/threads/a-diary-of-dick-season-3-final-the-last-love.1260480/page-10
 
Terakhir diubah:
Kira-kira yg Jadi penggantinya Ayu .. titin apa Inez yaa .. smoga Aja Inez .. abegeh .. hahaha
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd