Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG A.K.A.R -the begining-

Yessss..akhirnya akar dirilis lagi.
Pembukaannya mantep nih, fitri udah nongol, malah ada rere lagi..

Makasih udah buat cerita lagi suhu..
:ampun: :ampun::ampun:
 
A.K.A.R-the begining-
Chapter Dua​



"Lha.. kok malah ikut berdiri?" Tanyaku pada Rere.

Cholil hanya melihat dengan tatapan sedih melihat Rere malah berdiri dan hendak meninggalkan kami. Aku jadi tak enak hati pada Cholil.

Namun sepertinya Rere punya cara jitu untuk membuat rasa tak enak hatiku membaik dengan berkata.

"Kan udah waktunya Wartel buka bang, biasanya mas yang ini suka nelpon di wartel kan? Ada rejeki jangan ditahan tahan.. hehehe" kata Rere sambil setengah tertawa dan kemudian berjalan menuju wartel.

Setelah dia membuka wartel dan membalik tulisan dipintunya menjadi 'BUKA', aku berkata kepada Cholil.

"Samperin, minta kenalan. Orangnya kayanya bae n gak sombong juga." Kataku sambil kembali menyulut rokok. Kali ini rokok kepunyaan Cholil yang kusulut.

"Namanya siapa Bro?" Tanya Cholil seperti tak mendengar kata kataku barusan sambil menatap pintu Wartel dari lapaknya Wak Kumis.

Budek apa bolot nih orang? Aku geleng geleng saja melihat Cholil.

"Makanya samperin, kenalan. minta nomor hapenya. Kaga bakalan gw kasih tau sama lu sekarang siapa namanya dia. Minta sendiri sana. Dah ah.. ud pengen jam dua neh.. balik kantor dulu gw." Kataku sambil memakai helm kembali dan menyalakan motor kopling kepunyaan bosku.

"Duluan Waaakk..." kataku pada Wak Kumis.



_____¤¤_____


POV Rere



Re hempaskan tubuh Re di kursi putar depan layar komputer dan printer struk milik wartel. Re sebal, sebal sekali sama sikap Bayu tadi. Ngapain juga dia malah ninggalin Re bareng temannya disitu?

"Gak tau ya kamu kalo Re tuh sebenernya pengen deketnya sama kamu, bukan sama temen kamuu.." Re bicara sendiri sambil ngeremes remes boneka beruang kecil yang sudah jadi temen Re sejak kecil dan selalu Re bawa setiap Re jaga wartel.

'Cklek'... krincing...

Re menengok ke arah pintu, ternyata Cholis, atau Cholik atau siapa ya namanya? Re lupa lupa inget.

"Misi mbak.." kata dia pada Re.

"Iyaa mas, silahkan.." Re menjawab sopan. Masa iya sama pelanggan harus jutek meskipun gara gara si mas nya ini Bayu jadi pergi tadi.

"Nngg.. nganu mbak.." Si mas nya mendekat ke meja kasir tempat Re duduk sekarang. Re naikkan kedua alis sambil nanya,

"Iya mas..?"

"Nngg.. nganu, saya.. saya Cholil. Temennya Bayu.." kata si mas nya.
Oh iya, namanya Cholil..

"Iya mas Cholil, ada yang bisa saya bantu?" Re sengaja gak kasih tau dulu nama Re sebelum dia minta. Bukan GR, tapi siapa tau memang dia cuma mau nanya, bukan mau kenalan.

"Nngg.. apa yah.. nngg.. nganuu mbak.. kalo.. kalo telpon ke Semarang ongkos per menitnya berapa ya mbak?"

Tuuhh.. bener khaann, dia bukan ngajak kenalan. Mas Cholil keliatan sekali groginya di depan Re.

"Oohh.. bentar ya mas Cholil, saya cek dulu..." kata Re sambil buka daftar harga roaming antar daerah di data komputer Re.

"Nga... nganu mbak.. tadi kata Bayu, saya disuruh kenalan sama mbak nya." Re agak kaget dengar mas Cholil ngomong gitu. Masa sih Bayu sampe segitunya supaya mas nya ini kenal sama Re?

"Masa sih mas? Emang Bayu ngomong apa sama mas Cholil tadi?" Re selidikin dulu deh.

"Ngg.. gini.. kata Bayu, sana samperin. Ajak kenalan, mbaknya baik kok.." kata mas Cholil mulai sedikit cair.

Re agak senyum sedikit. Padahal ngobrol aja baru tadi. Tapi Bayu udah bisa bilang kalo Re ini orang baik? Sotoy sekali Bayu itu.

Malu jadinya..

"Ooh gitu.. masa kenalan aja pake disuruh suruh sih mas? Emangnya mas nya itu pesuruhnya Bayu apa?" Re sedikit panas panasin mas nya ini. Iyalah, masa kenalan aja harus pake di suruh suruh? Gak gentle kan??

"Hehehe.. ya ndak gitu mbak.. saya malu soale. Maklum orang kampung." Kata mas Cholil semakin lancar ajah ngomongnya. Gak pake nganu nganu lagi.

"Bisa aja mas nya, saya juga orang kampung kok mas. Sama aja mas, namanya manusia mah gak ada bedanya." Kata Re sedikit kasih dia rasa percaya diri.

Dan emang benar, Re ini orang kampung. Yaaa gak kampung kampung amat siih.. Asal Re dari pulau sebelah barat di luar pulau Jawa. Dan baru tahun lalu pindah kesini ikut orang tua yang udah lebih dulu sepuluh tahun tinggal di Jakarta. Jadi sembilan tahun sebelumnya Re masih di sebrang sana sampai lulus sekolah dan sempet kerja disana juga selama setahun.

""Ooh gitu mbak.. hehe. Yaudah kenalin. Nama saya Cholil Zakaria." Kata mas Cholil sambil mengulurkan tangannya pada Re.

"Saya Rika, biasanya dipanggil Rere." Kata Re kemudian sambil menjabat tangan mas Cholil.

Re belum mau kasih tahu nama lengkap Re sama mas Cholil. Karena Bayupun belum tahu nama lengkap Re.

Ah.. mudah mudahan aja besok dia kesini lagi. Harap Re dalam hati.

Kemudian mas Cholil mengajak Re ngobrol kesana kemari. Karena terlanjur di cap 'orang baik' oleh Bayu, Re terpaksa meladeni obrolan mas Cholil meskipun dengan setengah hati.

Gapapalah, besok Re pasti bisa ajak ngobrol Bayu lebih lama lagi.


_____¤¤_____


POV Bayu.



"Hmmmp... ssshh.. Pit, aahh.. gila lu, makin tua makin enak aja isepan lu." Kataku kepada Fitri aka Pitcung yang kini sedang jongkok sambil menghisap penisku di dalam kost kost an nya.

Ya, Fitri ngekos di daerah Rawa Belang di dekat kampus dengan mahasiswa yang mayoritasnya adalah etnis keturunan.

Plop.. cups..

"Songong lu, emang gw segitu tuanya apa? Lagian, itu baru isepan mulutnya. Gimana isepan ini nya ya?" Kata Fitri sambil berdiri dan memelorotkan celana pendek super ketat berikut dengan dalamannya sekalian yang sedang dipakainya sampai semata kaki. Kini dia telanjang bulat dihadapanku setelah sebelumnya kaos berwarna merah dan bra warna putih sudah lepas beberapa menit yang lalu.

Aku memandang nanar ke arah bawah perut Fitri. Tampak sejumput bulu halus yang tertata rapih dan belahan vagina yang sedikit merekah. Fitri lantas menaikkan daguku dan mencium bibirku dengan lembut. Tangannya meraih penisku dan mengocoknya perlahan.

Aku tak tinggal diam, tangan kiriku meremas payudara sebelah kanannya sementara tangan kananku mulai menyusuri perut dan berhenti tepat di belahan vaginanya.
Jari tengahku ku parkirkan sejajar dengan belahan vaginanya. Ku gesek pelan pelan, naik dan turun.

Fitri mendesah hangat dan mulai menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gesekan jariku di vaginanya dengan irama pelan juga.
"Sshh.. sshh.. ah.. Bey.." Kata Fitri menatap mataku.

"Hmmm??" Ku jilati bagian bawah telinganya dan Fitri langsung bergidik kencang. Aku suka sekali menaikkan gairah Fiitri dengan menstimulasi area bawah telinganya.

"Sssshhh... ooorrgghhh... Ibeeeyyy....." kata Fitri dengan suara bergetar.

Bahkan, bulu bulu halus di payudaranya pun sampai ikut meremang setiap ku cium dan ku jilat area bawah telinganya.

"Ssshh.. oogghh...ooggghh.." Fitri menaikkan satu kakinya dan memintaku untuk ditopang oleh tanganku.

Kuturuti permintaannya, setelah itu goyangan pinggulnya semakin cepat seiringan semakin cepat juga gesekan jari tengahku di klitoris dan belahan vaginanya yang semakin becek itu.

Tiba tiba Fitri menarik penisku dan menggesek kepala penisku dengan tekanan yang lumayan kencang di klitorisnya.

"Uuh.. Enak Pit.. ngilu tapi uh.. enakh.." kataku sambil melihat tangannya menggenggam penisku dan menggesek klitorisnya dibawah sana.

Setelah.sepuluh menit, Fitri tampaknya akan melihat Pelangi Kenikmatan.

"Sshhh... ssshh.. oohhh.. oohh.. Bhheeyy.. dikit lagih.. dikit lagih.."

Gerakan tangan Fitri yang memegang kepala penisku untuk menggesek klitorisnya sudah tak teratur lagi. Dia menekan nekan kepala penisku dengan memaju mundurkan pinggulnya dan menggesek gesek penisku di klitorisnya dengan tangannya.

Fitri mengejang.. dan mengerang..

"Uuuuuuggghhh... uuuggghhh... ssshhh... oookh... hmmmhhh.. akh.." wajahnya mendongak keatas dan mempertontonkan lehernya yang jenjang dan mulus.

Langsung ku kecup dan ku jilat leher itu tanpa memperdulikan rasa keringat yang terkandung diatasnya. Fitri memeluk leherku dengan lengannya dan menjambak pelan rambutku sambil sedikit mendesah agar menjauh sedikit dari lehernya. Mungkin dia merasa geli oleh jilatanku pada lehernya

"Sampe Cung?" Tanyaku.

Fitri mengangguk dengan terengah engah dan menyandarkan kepalanya di bahu kananku. Tangannya tetap menggenggam penisku yang tegang.

Setelah irama nafasnya kembali normal, Fitri menatap mataku dan berkata,

"Bey..."

"Hmm??" Kujawab singkat karena sedang menikmati kocokan lembut dan pelan jari jari tangannya di penisku

"Fuck Me Please Bey..." kata Fitri dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.


"Lha...?"




Yassallaaamm
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd