Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
banyak yang curiga sama sari hu, lagian sari ditinggal sendiri juga sih hehe
 
Akhirnya pindah kamar juga.. :pandaketawa:

Terima kasih banyuuuaaakkk buat Suhu @admin atas bantuannya mindahin cerita asal asalan dari ane ke trit cerbung.

Terima kasih banyak juga buat para suhu yang udah baik hati ngasih cap jempol atau jajanin cendol dan lain sebagainya.

Cerita Ibey Masih Bersambung..
Salam... :beer::beer::beer:
 
Ane makin yakin nuh, waktu sari pulangd ari rumah fauzi dan kecapekan, itu arnea dientot sama fauzi. Dan unt nutup rasa bersalah main hot malemnya sama ibey. Yakin gw mah. Dan fauzi ketagihan sekali dua kali sampe utang lunas masih dilayanin sari diem2. Nah gara2 tuh jd aupri makin liarlah sari. Sari oh sari... Seminggu tanpa ibey bebas men... Eh tapi ibey sekarang pulang masih sekali swminggu kan. Jd bener sari cuma jd istri weekend buat ibey, but all day for fauzi
 
Ane makin yakin nuh, waktu sari pulangd ari rumah fauzi dan kecapekan, itu arnea dientot sama fauzi. Dan unt nutup rasa bersalah main hot malemnya sama ibey. Yakin gw mah. Dan fauzi ketagihan sekali dua kali sampe utang lunas masih dilayanin sari diem2. Nah gara2 tuh jd aupri makin liarlah sari. Sari oh sari... Seminggu tanpa ibey bebas men... Eh tapi ibey sekarang pulang masih sekali swminggu kan. Jd bener sari cuma jd istri weekend buat ibey, but all day for fauzi
Ini yg sebenernya agak ganjel, kalau sama2 ngontrak kenapa ga ngontrak yg dekat sama kerjaan ibey ya biar bisa kumpul, toh anaknya belum sekolah ga ribet pindahannya. Tapi kalau gitu ga bakalan ada cerita petualangan si ibey 😁
 
Ini yg sebenernya agak ganjel, kalau sama2 ngontrak kenapa ga ngontrak yg dekat sama kerjaan ibey ya biar bisa kumpul, toh anaknya belum sekolah ga ribet pindahannya. Tapi kalau gitu ga bakalan ada cerita petualangan si ibey 😁
Ane udah duga bakal ada pertanyaan kaya gini Hu.. kenapa gak ngontrak di cikarang? Toh sama sama ngontrak. Sebenernya jawaban untuk ini udah ane siapin di bagian dua belas itu, cuma ane LUPAAAA buat masukin itu :Peace::Peace::Peace:

Nanti mungkin di bagian bagian selanjutnya bakal ane selipin alasan kenapa Bayu gak ngajak Sari pindah di Cikarang.
Salam hormat :ampun:
 
Nyimak nunggu alasan kenapa ga ngontrak yg deket,
Semoga sari ga selingkuh, kok ane ga rela ya kalau sari selingkuh, walaupun ane lebih seneng ibey sama fitri 😁
 
A.K.A.R
bagian Tiga Belas




Jengkel, hanya rasa itu yang ada di hatiku saat ini. Aku benar benar jengkel, mulai dari Fitri, Tyo dan bahkan kini Trisna tak ada satupun yang berhasil kutemui. Terlebih Trisna, pindah kemana saudaraku itu? Aku bingung mau kubawa kemana diriku saat ini.

Mentok. ..

Tak lama terdengar notifikasi masuk di HP ku. Kulihat dan ternyata dari Tyo yang memberi tahu bahwa aku sudah masuk di grup Alumni Sekolah ku dulu. Kujawab dengan jawaban singkat.

"Ok"

Merasa tak tahu harus kemana lagi, akhirnya aku kembali ke kantor pusat setelah sebelumnya mengabari Lita terlebih dahulu melalui pesan. Lita membalas OK dan berpesan agar kembali mengabarinya bila sudah dekat dekat kantor, Lita akan menungguku di lobby depan kantor sehingga aku tak perlu turun dari mobil.

Setelah menjemput Lita, aku ambil arah menuju tol dalam kota hendak kembali ke Cikarang. Tapi rupanya Lita mempunyai niat yang berbeda, aku diminta mengantarnya pulang ke rumahnya di daerah Kemang. Akupun mengarahkan mobil menuju kemang.

Lita masih tak banyak bicara kepadaku. Malahan aku yang jadi tak enak hati karena terlalu membawa masalah pribadi ke ranah pekerjaan. Sampai di Kemang, atau dirumah Lita tepatnya. Mobil kuparkir digarasi dan bergegas turun untuk membukakan pintu untuk atasanku ini. Begitu kubukakan pintu aku bersiap menggodanya dengan candaan kecil. Namun Lita tak kunjung keluar dari mobil. Ketika ku longok rupanya Lita tertidur.

Aku merasa bersalah kepada Lita karena biasanya suasana di dalam mobil amat penuh dengan obrolan, entah itu obrolan biasa atau mesum luar biasa. Tapi gara gara sikapku yang diam sedari pagi, Lita mungkin menjadi bosan dan tertidur di kursi belakang.

Kugoyang sedikit bahunya untuk membangunkan Lita.

"Ibu... Bu Lita... kita sudah sampai bu.." aku sengaja memanggilnya dengan panggilan dinas, karena biasanya respon Lita cepat ketika kupanggil dengan panggilan ibu.

"Hmm.. ohya?? Eh.. sampai mana kita ?" Tanya Lita sambil menguap.

"Sampai di Syurga Bu..." ucapku iseng.

"What??? Udah mati dong gw?!!!" Kata Lita langsung duduk tegak dan melihat ke sekelilingnya. Setelah sadar bahwa dia ternyata berada di garasi rumahnya Lita langsung melotot ke arahku.

"Iiihhh Bayu!! Gw tonjok lu ya.." kata Lita sambil menjambak rambutku.

"Adududuh.. ampun bos.. mau nonjok apa ngejambak siih.." kataku sambil tertawa kecil.

Setelah puas, Lita melepas rambutku dan turun dari mobil.

"Ikut ke dalem dulu Bay.." ajak Lita.

"Siap Nyah.." jawabku mengekor di belakangnya.

Lita berhenti sesaat dan menengok ke belakang menatapku dengan tatapan heran. Kemudian mengangkat kedua bahunya dan kembali berjalan ke ruang tamu.

Aku yang mengikuti Lita di belakang jadi memperhatikan lenggokan pinggul Lita dan teringat akan kata kata Agus dulu 'buat lu.. buat gw' jadi tertawa sendiri. Lita kembali berhenti sejenak dan kembali melihatku dengan tatapan heran. Namun kali ini dia bertanya kepadaku.

"Kamu sehat Bay?"

"Sehat, emang aku sakit apa..?" kataku balik bertanya.

"Sakit Jiwa. Cengangas cengenges sendirian.." kata Lita sambil membuka pintu masuk.

Meskipun sebenarnya Lita bercanda, tapi candaan itu mampu membuatku berfikir mungkin Lita benar. Aku sudah sakit jiwa dan butuh pengobatan segera. Pengobatan yang dari tadi siang tak kunjung kudapatkan diluar.

Setelah di ruang tamu, Lita membuka Blazernya dan melemparnya ke sofa. Aku tertegun melihat dia berbalut kemeja putih dengan kerah bermotif bordiran bunga. Kami saling bertatapan beberapa menit. Aku menghampiri Lita dan meraih tangannya, dadaku berdebar karena ini adalah atasanku, bukan Trisna, bukan Fitri dan bukan Istriku.

Kutarik Lita sampai tubuh kami bertabrakan dengan lembut dan kurangkul pinggangnya, Lita menatapku dengan pandangan sayu, aku membuang tatapanku sebentar ke arah samping. Meskipun ragu, akhirnya aku kembali menatap wajahnya dan melumat bibirnya. Lita tak terlalu merespon ciumanku dan hanya mengimbangi sesekali. Kudekap lebih erat tubuhnya agar menempel ketubuhku, dua buah gundukan bulat di dada Lita bersandar empuk didadaku, hatiku kembali ragu, namun tidak dengan nafsuku.

Kubuka kemejaku sendiri sambil tetap mencium Lita, Lita tetap hanya mengimbangi ciuman liarku tanpa bergerak. Karena tak sabar, ku buka sekalian kemeja Lita dan hanya menyisakan Bra berwarna putih yang membalut payudaranya. Kemudian kuremas lembut payudara Lita dan sukses membuat Lita mendesah diantara ciuman kami.

"Ahh.." kusambar kembali bibir itu.

Kedua tanganku kini menyusuri dua bongkah daging di bawah sana dan meremasnya kemudian ku buka kancing rok span Lita berikut resletingnya, dan rok itu pun meluncur langsung ke lantai meninggalkan pinggul Lita yang tinggal berbalut celana dalam mini berwarna senada dengan Bra nya.

Tanggung.. fikirku.

Kubuka kaitan Bra Lita, ku buang jauh jauh Bra itu agar tak mengganggu bibirku untuk mengecap dan menghisap puting mungil yang sudah mengeras dipuncak payudara Lita. Lita kembali mendesah kecil.

"Uuhhss... Bay.. stop.." kata Lita seraya mendorong kepalaku agar menjauh dari payudaranya.

Aku heran dan menatapnya meminta penjelasan. Lita memandangku dengan senyum teduh di bibirnya dan mencium bibirku lembut sebentar kemudian berkata,

"Udah main mainnya.."

"Belum.." kataku karena mengira bahwa dia sedang bertanya kepadaku sambil kembali melumat bibir Lita, Lita merespon sebentar dan kembali menarik mundur bibir dengan rasa manis itu.

"Itu bukan pertanyaan Bay. Itu bukan pertanyaan." Kata Lita lembut sambil mendekap kedua pipiku dan mengecup keningku.

"Jangan karna pertengkaran kamu sama istri kamu dirumah terus bisa bikin kamu jadi laki laki brengsek Bayu sayang. Percaya sama aku, seandainya kita ngelakuin hal ini sekarang, yang sumpah akupun sebenernya pengen ngelakuin ini sama kamu, tapi percaya sama aku kalo itu terjadi, pasti keadaan kita besok pasti akan berbeda. Kamu akan menyesal karna ud mengkhianati istri dan begitu juga aku karena merasa bersalah kepada wanita yang menjadi istri dari laki laki yang aku kagumi. Aku gak mau ngerusak hubungan kita terlebih rumah tangga kalian. Jadi, udah main mainnya. Cukup." Kata Lita lembut kembali mengecup bibirku.

Kata kata Lita sukses membuatku terpukul dan malu. Dia yang mempunyai sifat eksibisionis dan mudah terangsang saja mampu mengontrol nafsunya dan berfikir jauh kedepan. Bahkan dia memikirkan perasaan Sari yang tidak dia kenal. Bahkan lagi, sebenarnya alasan aku dan Sari bertengkar itupun karena Lita. Aku menunduk, merasa malu dengan kelakuanku sendiri yang hampir saja melakukan kebodohan besar dengannya, dengan atasanku.

Lita mengangkat daguku dan lanjut berkata,

"Dari awal, aku ud yakin n percaya sama kamu kalo kamu itu laki laki yang bertanggung jawab sama keluarga kamu. Tolong jangan rusak keyakinan n kepercayaan aku tentang itu, karna kalau iya, meskipun aku gak mau, meskipun aku gak pengen.. tapi kamu akan merasakan hal yang sama dengan supir supir aku dulu. Dan kalo itu terjadi, aku sakit hati, kamu menyesal dan bayangkan bagaimana perasaan hati istri kamu disana.." kata Lita lembut.

"So... Bayu Baskara, tolong ambilkan kembali Beha aku, pasangin lagi di tempatnya. Apa kamu tega ngebiarin toket aku kedinginan begini??" Kata Lita bercanda, dengan rasa malu aku tersenyum menanggapi candaannya.

"Deeuuhh... cini cini.. kalo cuma nenen sebentar aja mah cini aku kasih.." katanya sambil menggoyangkan kedua payudaranya dengan mimik lucu di wajahnya. Aku tertawa melihat wajah lucunya dan berkata.

"Isi nenennya apa dulu? Kopi apa susu?" Kataku sambil mengecup kedua payudaranya dua sampai tiga kali.

"Hmmhh...sshhh.. geliii.. hihihi.." katanya sambil menggidikkan badan.

"Rasa apa Bay nenennya?" Kata Lita kepadaku.

"Rasa anggur cap Orang Tua..paiitt.." kataku meledek sambil beranjak mengambil Bra nya yang kulempar ke lantai.

"Iiihhh Bayu mah.. rese." Kata Lita sambil mencubit pinggangku. Aku mengaduh kesakitan dan akhirnya kamipun tertawa bersama.

Aku menghela nafas dan menatap Lita sambil mengucapkan maaf kepadanya karena hampir saja melakukan kesalahan besar dengan dirinya.

"Makasih ya Lit, kamu udah nyadarin aku.." kataku kemudian.

Lita tersenyum manis dan berkata

"Iya.. sama sama Bay, padahal memek aku tadi udah nyut nyutan tau.. hampir aj aku juga kebablasan.. hihihi.. udah ah, repot nih kalo horny lagi."

"Tinggal maenin dildo, kaya biasanya.."

"Dildoku ketinggalan di laci meja kantor Cikarang.." katanya merengut.

"Dih.. amit amit dah nih cewe, barang begituan dibawa bawa ke kantor.." kataku sambil geleng geleng.

"Biarin.. weekk.. " kata Lita sambil memeletkan lidah ke arahku.

"Pake yang asli aj nih kataku sambil menunjuk ke penisku."

"Hmmmm.... oke, gapapa. Tapi potong dulu ya.. aku mau pake itu asal gak nempel di selangkangan kamu itunya.." kata Lita seraya membentuk jarinya seperti gunting.

"Pret.." jawabku sambil tertawa.

Dan suasanapun kembali normal seperti biasa.

Ada satu hal yang membuatku heran tadi, kutanyakan langsung pada Lita.

"Kok kamu tau aku lagi ribut sama istri aku?"

Lita hanya terkekeh dan menjawab,

"Terlalu mudah menebak kamu Bay.." katanya menggantung.

Aku cuma manggut manggut sok paham.


Keesokan harinya, kami berangkat ke Cikarang langsung dari rumah Lita. Yap.. aku bermalam dirumahnya Lita dan Lita memaksaku untuk tidur satu ranjang dengannya. Dengan kepercayaan yang begitu besar untukku darinya, tentu saja aku tak ingin merusak kepercayaannya dan tidur normal tanpa melakukan hal hal aneh.

Sampai di Cikarang, Lita langsung menuju ke atas dan aku menuju kantin, kubeli satu bungkus Rokok jenis kretek dan satu bungkus lagi jenis mild. Dua gelas kopipun tak lupa ku pesan dan kuminta kepada bude kantin untuk mengantar kopi itu ke kantorku. Sampai dikantor, Agus melihat ke arahku dan bertanya,

"Ngapa lu mesam mesem ndirian? Gaje lu.." katanya.

"Hehehe.. nih Gus, lagi ada rejeki nih gw. Kopinya dikit lagi sampe.." kataku sambil memberikan rokok kretek tadi kepadanya.

"Anjiiirrr... ngimpi apaan lu ujug ujug ngasih roko ke gw.. hwehehehe.. makasih makasih.." kata Agus ketawa lucu. Aku menanggapi dengan senyum saja.

Tak lama setelah habis kopi segelas dan rokok dua batang, Lita turun dan mengajakku ke salah satu PT masih di wilayah Cikarang juga untuk menemui calon klien baru, sekalian menunjukkan sample barang yang akan dipasarkan oleh perusahaan kami kepada calon klien baru tersebut.

Barang yang dibawa banyak juga meskipun kecil kecil.

"Ayo Bay, jangan sampe kita telat." Kata Lita melenggok menuju pintu keluar kantor.

"Baik bu.." kataku sopan. Kan di kantor, jadi manggilnya ibu.

Selama perjalanan menuju PT calon klien baru kami ini, Lita terlihat serius membaca dokumen dokumen yang dia bawa dari kantor. Aku dapat melihat itu dari kaca spion tengah yang kini bebas kugunakan untuk melihat aktivitas Lita di kursi belakang.

"Proyek lumayan nih Bay, kalo tembus, omset kantor Cikarang bisa nambah naek nih.." kata Lita semangat sambil melihatku balik dari spion tengah.

"Aamiin.." kataku mengamini.

"Eh Bay, kamu tau 'Rumah Makan Bebek Yang Dimaksud' didaerah sini?" Tanya Lita kepadaku.

"Tau, mau makan dulu?" Tanyaku.

"Kamu lapar Bay? Yaudah nanti kamu ikut makan aj disana ya, Kliennya ngajak ketemuan disana nih soalnya. Nih orangnya ngirim lokasinya juga ke aku." Kata Lita kemudian.

"Aku nunggu diluar aj. Masa sopir ikut miting.." kataku menolak tawaran Lita.

"Lho, emangnya mereka tau kalo kamu itu driver? Kamu pake kemeja rapih kok, udah pantes buat jadi asisten aku, lagian kamu kan nanti tetep harus ikut kedalem, kan sample barangnya banyak." Kata Lita sambil cekikikan.

"Pret.." kataku.

Sampai diparkiran Rumah Makan Bebek Yang Dimaksud, aku turun dan membukakan pintu buat Lita. Lita turun sambil tersenyum manis dan berkata,

"Makasih Bayu Ganteng.."

"Yayaya.." aku menjawab dengan memutar bola mataku ke atas.

"Dih,, jutek banget sih jadi cowo.."

"Bodo.." kataku sambil manyun manyun kepadanya.

"Yuk ah masuk, sample nya tolong bawain ya Bay, aku nunggu di meja nomor enam. Orangnya udah ada disitu katanya." Kata Lita seraya berjalan menuju pintu masuk ke dalam rumah makan mendahuluiku. Gerakan orang bisnis memang serba cepat fikirku.

"Siap 86.." kataku sigap.

Lita berpaling melihatku sambil mengedipkan sebelah mata dan memberikan tanda cium jauh untukku. Aku hanya geleng geleng saja melihat kelakuan bos cantikku satu itu.

Dengan sedikit kerepotan, aku membawa sample spare part yang berukuran kecil kecil ke dalam rumah makan. Ku cari meja nomor enam, tampak Lita disana mengangkat tangan memanggilku. Kuhampiri Lita dan menyusun sample sample itu di meja. Selesai kususun dan hendak pamit keluar, aku kaget melihat siapa calon klien yang ditemui Lita.

Tyo... anjrit kataku dalam hati. Tyo pun sepertinya kaget melihatku dan seperti hendak mengeluarkan suara, aku buru buru mundur ke belakang kursi yang diduduki Lita dan menempelkan jari telunjukku ke bibir sambil melotot ke arah Tyo meminta dia diam dan tak usah bertanya. Tyo paham akan kodeku.

"Bay.." kata Lita menengok ke belakang dan berkata,

"Kamu makan dulu aj yah, cari meja yang kosong nanti billnya saya yang bayar.." kata Lita tetap dengan sikap profesional di depan Tyo.

Bukannya tetap diam, Tyo malah menawarkan hal yang langsung membuatku jengkel kepadanya.

"Mmmm.. Bu Lita, bagaimana kalau sekalian saja kita lunch disini? Bareng sama mas nya juga gak masalah kan?" Kata Tyo sambil melihatku dan tersenyum jahat.

"Oh.. justru saya takutnya bapak merasa terganggu nantinya, karena bapak bilang ini hanya pertemuan empat mata antara saya dan bapak. Tapi kalau memang bapak inginnya seperti itu, saya setuju sekali pak. Kebetulan asisten saya ini memang perlu belajar lebih banyak dalam hal hal yang berkaitan dengan meeting bersama customer." Kata Lita panjang kali lebar yang makin membuatku tak betah disini. Mana diakuinya asisten pula aku ini.

"Saya Tyo mas, Prasetyo Ariguna" kata Tyo mengulurkan tangan kepadaku.

Saya bodo amat.. kataku dalam hati.

"Bayu pak, Bayu Baskara.." kataku menyambut uluran tangan Tyo.

"Duduk Bay.." Kata Lita menyuruhku duduk.

Dengan terpaksa akupun duduk di samping Lita dan diam seribu bahasa. Kulihat Tyo memainkan HP nya dan meletakkan kembali HP itu berbarengan dengan masuknya nada pesan di HP ku. Ku lihat layar HP ku, dari Tyo.. kubuka pesannya dan kubaca dengan hati mangkel.

"Katanya supir pribadi, kok bos lu ngomongnya asisten? Yang mana yang bener neh Bey?"

Dengan cepat ku balas pesan Tyo,

"Diem lu nyet.. awas aja lu buka buka ke Lita kalo kita ini ga taunya temenan." Kirim..

Aku tak mau Lita tahu kalau sebenarnya aku dan calon Kliennya ini sebenarnya adalah teman dekat. Bukan apa, aku takut dimanfaatkan oleh Lita menjadi sarana pemulus bisnis alias mak comblang untuk urusan yang tak kupahami itu.

HP Tyo bergetar dan Tyo langsung membaca pesanku sambil tersenyum dan mulai mengetik sesuatu di HP nya. Nada pesan diterima di HP ku.

"Lita..? Aw aw aw aw... bukannya Ibu Lita Bey? Weitzzz.. gw curiga nih.. wkwkwkwk"


Au amat ah.. kataku dalam hati.

Dengan penuh rasa terpaksa, kuikuti pertemuan ini. Tyo akhirnya setuju untuk menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaan tempatku mencari rezeki. Hal hal yang berkaitan dengan pasal pasal perjanjian kontrak akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Setelah urusan bisnis selesai, barulah Tyo memanggil Waitress dan mempersilahkan kami untuk memesan makan siang. Tyo dan Lita terlibat obrolan santai sambil menunggu pesanan kami datang. Melihat aku diam saja Tyo sedikit keceplosan memanggilku.

"Bey.. diem aja lu.. ngobrol ngapa.." katanya.

"Bey..???" Lita memiringkan wajah menatap kami berdua bergantian.



"Eh....."



Yassallaammm..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd