Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
Ide cerita yg menarik, alur ceritanya sudah terbaca cuma entah betul atau tidak perkiraan ane, di buktikan di update berikut ny. Bayu pernah jadi bajingan, anak orang kaya, ketemu istri sederhana, keluar dari rumah, hidup sederhana di kampung istrinya, apakah betul kita tunggu di next episode ny. Ijin bangun pondok di mari gan..
 
Ide cerita yg menarik, alur ceritanya sudah terbaca cuma entah betul atau tidak perkiraan ane, di buktikan di update berikut ny. Bayu pernah jadi bajingan, anak orang kaya, ketemu istri sederhana, keluar dari rumah, hidup sederhana di kampung istrinya, apakah betul kita tunggu di next episode ny. Ijin bangun pondok di mari gan..
Hehehe.. tanpa mengurangi rasa hormat ane buat suhu, bagaimana dan seperti apa latar belakang Bayu mungkin bakal ane 'sempilkan' di update update selanjutnya.
Mohon bimbingan :ampun:
 
Hehehe.. tanpa mengurangi rasa hormat ane buat suhu, bagaimana dan seperti apa latar belakang Bayu mungkin bakal ane 'sempilkan' di update update selanjutnya.
Mohon bimbingan :ampun:

Aman gan, ide cerita yg seperti ini ane demen..
 
Bimabet
A.K.A.R
bagian 4​


'Thiiinnn... thiinnthinthiiiinn...'

Kampret!! kaget jantungku mendengar klakson mobil di belakang yang memaksaku segera kembali sadar ke masa kini. Aku melirik lampu merah di sebelah atas kanan depanku. Hijau, kutekan gas dan melaju dengan kecepatan sedang, kulirik kembali jam d dasboard mobil Tyo, jam 15:00 kurang sedikit. Aku sengaja memilih jalan sedikit memutar dengan tujuan mengatur otak dan perasaanku yang saat ini tak menentu. Sekilas teringat Sari dan putraku Raka, dan sekilas teringat Fitri.
"Hhhh..." aku menarik nafas berat memikirkan apa sebenarnya alasanku mau menuruti omongan Tyo untuk menemui Fitri sekarang. Apakah benar karena info loker yang dibilang Tyo tadi, atau karena hal lain?.
Tiba tiba sebuah bus kota berwarna hijau putih melintas di lajur sebelah kananku, bus itu mendahuluiku dengan meninggalkan asap hitam di belakangnya. Terlihat penuh padat sampai ada beberapa anak sekolah putih abu bergelantungan di pintu masuknya. Melihat itu mengingatkanku waktu jamanku sekolah dulu. . . .

_________________¤¤________________

Masih 6 tahun yang lalu...
"Lu rencana mau kemana Bey pulang sekolah ntar..?" Tanya Fitri kepadaku dikantin dua hari setelah kejadian di WC sekolah kemarin. Hari ini Fitri mentraktirku makan gado gado sebagai syarat pemberian maafku kepadanya karena sudah menggantung ke'enakkan'ku kemarin lusa. Setelah kejadian itu, aku jengkel sejadi jadinya dengan Fitri. Seharian penuh aku tak menegur dan mendekatinya. Awalnya Fitri menganggap biasa saja, tapi pas pulang sekolah tiba, aku yang biasanya menunggu dia di halte bus depan sekolah memilih untuk langsung cabut dan pulang ke rumah.
Barulah keesokan harinya atau tepatnya hari ini Fitri sadar dan memohon mohon kepadaku agar aku tak lama lama 'ngambek' kepadanya. Aku menerima permintaan maaf Fitri dengan banyak syarat, gado gado 1 porsi, es teh manis 2 gelas dan rokok jenis mild 1 bungkus. Fitri 'terpaksa' memenuhi kemauanku meskipun dengan bibir yang manyun, dan itu lucu menurutku.
"Belom tau, balik kayanya.. emang ngapa?" Tanyaku balik menanggapi pertanyaan dia barusan.
"Anterin gw yuuk, ke rumah bokap. Males gw kalo kudu sendirian kesono.."
"Yaelah, ama Tyo aj gih.. gw lagi gada duit buat ongkos bus nya". Aku jujur saja padanya kalo aku memang benar - benar bokek saat ini.
"Gw yang ngongkosin Beey.. ayolah.. pliiss.. tar gw kasih enak deh.." rayu Fitri sambil memainkan alisnya naik turun.
"Hadeeuuhh.. yaudahlah iyaa.." akhirnya aku meng'iya'kan ajakannya. Sepertinya gara gara setelah mendengar kata 'enak' tadi, haha..

Kami menunggu bus hijau putih di halte depan sekolah bersama anak anak yang lain. Beragam canda gurau selalu saja keluar dari kami anak anak sekolah yang belum terlalu memikirkan beban masa depan nanti saat itu. Tak lama bus pun datang, dengan segera Fitri menarik tanganku dan menyeretku masuk ke dalam bus dengan tujuan agar aku gak bergelantungan di pintu bus seperti layaknya anak anak yang lain. Bahaya katanya.
"Woy Pitcung, ngebet amat lu ama Ibey ampe segitu nariknya.." Tyo dan Handy tertawa melihat agresifnya Fitri menarik tanganku. Pitcung adalah gelar yang kuberikan pada Fitri, kependekan dari Pitri toket mancung. Kata Fitri kala kuberikan panggilan itu pertama kali, 'Panggilan sayang termesra taon ini..' dan aku hanya membalas, "PRET !!"

"Bodomat !!" Fitri acuh saja sementara aku gak bisa berbuat apa apa.
Kenapa aku lebih senang bergelantungan di pintu bus? Karena d dalam bus terlalu penuh sesak yang rata rata didominasi oleh anak anak dari sekolahku. Belum lagi ketika ingin turun aku harus berjuang setengah mati hanya untuk sekedar menuju pintu keluar bus.
Dengan sedikit ngedumel aku terpaksa 'umpel-umpelan' di dalam bus. Posisiku tepat berada di depan punggung Fitri, jadi posisi Fitri membelakangiku. Posisiku benar benar terhimpit kanan kiri depan belakang.
Kampret.. makiku.
"Pit, kalo tau gini mah besok besok gw ogah diajak lu lagi.." bisikku di belakang telinga Fitri. Fitri bergidik sedikit dan menghentakkan tubuhnya macam orang kesambet jin. Lah, ngapa ini anak??
"Ssstt.. bawel ish.." dia menengok ke belakang berbisik memarahiku .
Aku iseng saja memajukan bibirku memberi isyarat cium jauh untuknya. Fitri melotot kejam. Tiba tiba aku merasakan penisku dicengkram dengan kencang. Sontak saja aku tersentak kaget sampai sampai anak lain yg ada di dekatku sedikit ngomel kepadaku, "ga bisa diem amat sih !!"
Aku melotot ke Fitri, dia menyeringai dan memutar kepalanya kembali membelakangiku. Bagaimana dengan penisku? Tangan itu yang aku yakin 100% adalah tangan Fitri, tak beranjak dari selangkanganku. Hanya saja sekarang tak lagi mencengkram, melainkan mengelus pelan, pelaan sekali hingga orang lain yang ada di sekeliling kami tak menyadari aksi nekat Fitri terhadapku. Aku tegang.. tegang setegang tegangnya, kutengok kiri dan kanan takut ada orang lain yang melihat perbuatan Fitri, tapi sepertinya tak ada yang 'ngeh' karena kondisi bus yang sudah sangat penuh.
15 menit sudah tangan halus Fitri megelus elus penisku dari luar celana abuku. Sesekali dia genggam lembut dan di kedut kedutkan genggamannya dua atau tiga kali. Siapa yang gak belingsatan coba?! Penisku sudah kencang sekencang kencangnya. Apalagi saat ini Fitri dengan tangan satunya menyibakkan rambut panjangnya ke samping depan bahunya.
Aduh itu tengkuk.. aduh itu leher kalo diliat dari samping.. aduh Fiiit.. Fit.
Fitri sekilas melirikku ke belakang dan melepas genggaman tangannya di penisku. Yaahh... kok udahan si.
Tapi yang terjadi selanjutnya adalah,, dengan perlahan agar tak menarik perhatian dia memundurkan pinggulnya dan menempelkan pantatnya di selangkanganku.
"DAJAL MA DUJULL !!!" rutukku dalam hati.
Tak berhenti sampai situ, dia menggoyangkan pinggul bulat itu dengan sangat pelan namun amat terasa di selangkanganku. Aku yang kadung jengkel membalas perbuatannya dengan menyodok nyodok pelan berulang kali ke pantat empuknya. Hal itu tak berhenti sampai akhirnya kami sampai dan turun dari bus.

Aku mengangkat tanganku sebagai tanda 'salam pamit bubar' kepada teman temanku yang bergelantungan di pintu ketika akhirnya aku berhasil juga turun.
Fitri langsung menarik tanganku dan menyeretku masuk ke dalam gang arah rumah bapaknya. Yap,, orang tua Fitri telah bercerai dari semenjak Fitri SMP kelas satu menurut pengakuannya kepadaku. Dan Fitri rutin mengunjungi bapaknya setiap bulan apalagi kalo bukan untuk urusan uang kas bulanannya. Aku yang memang sudah sering mengantarnya tentu sudah hapal jadwal Fitri 'malak' bapaknya, dan aku baru ingat sekarang, ini masih tengah bulan. Kok tumben dia udah kesini? Apa jangan2 ada hal penting yang harus disampaikan Fitri ke bapaknya? Tapi Fitri gak cerita apa apa tuh kepadaku sebelum sebelumnya. Karena biasanya dia selalu curhat kepadaku dalam hal apapun termasuk tentang kedua orang tuanya.
Sepanjang gang, Fitri tetap saja menarikku agar aku berjalan lebih cepat. "Sante aj kali Pit, udah deket ini.." ujarku kepadanya.
"Berisik ihhh.." katanya sambil tetap melakukan olahraga jalan cepat. Sesampainya di rumah bapaknya barulah Fitri melepas tangannya dan mengambil kunci pagar dari dalam tasnya. Lho.. bathinku.
Begitu juga di pintu masuk, yang biasanya dia mengucap salam lalu kemudian istri dari bapaknya yang membukakan pintu, kali ini tidak terjadi. Pintunya terkunci, dan Fitri kembali memasukkan anak kunci ke pintu dan membuka pintu.
"Pada kemana Pit..?" Alih alih menjawab, Fitri malah menyeretku masuk, menutup pintu dan mengunci pintu kembali. Lalu tanpa babibu Fitri melempar tasnya dan merebut tas ku untuk dilempar juga tentunya, dan tanpa babibu lagi Fitri memelukku sambil mencium bibirku dengan buas. Aku yang kaget tapi cuma sebentar langsung balas melumat bibirnya. Lidahku dan lidahnya saling bertarung dipertemuan bibir kami yang menempel erat dan terbuka, mencoba untuk menguasai rongga mulut sang lawan dan mengobrak abrik isi dari rongga itu sendiri. Lidahku menang, atau mungkin lidahnya yang sengaja mengalah. Kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya sambil sesekali meladeni perlawanan lidah Fitri, tapi rupanya itu hanyalah jebakan untuk lidahku. Fitri menutup erat mulutnya, menjepit lidahku dan menghisapnya kencang sebelum akhirnya dia lepaskan kembali. Lidahku mundur otomatis dan kini lidahnya yang gantian menyerang masuk ke rongga mulutku.
Kucari taktik lain, tangan kananku mulai meraba punggungnya, kupeluk dan kurapatkan tubuhnya ke tubuhku sementara tangan kiriku meraba dan meremas pantat bulatnya. Tetap dengan posisi seperti itu kami melangkah ke sofa panjang di ruang tamu. Dengan posisi duduk sekarang, tanganku mulai meraba kedua payudaranya yang mancung dan benar benar menggairahkan. Padahal payudara Fitri masihlah terbungkus seragam sekolah dan itu sudah cukup membuatku gila.
Fitri tak berhenti menciumku habis habisan, aku yang mulai kehabisan nafas meminta waktu sebentar padanya. "Fiuuuuhhh..hh..hh.. bentar bentar.. time out time out.."
Waktu time outku dimanfaatkan Fitri untuk naik ke pangkuanku dan menahan pundakku di sandaran sofa.
"Hhh..hhhh..hhh..." nafasnya memburu, matanya nanar menatapku dan aku balas menatapnya. Tak lama kemudian nafasnya mulai teratur berbarengan dengan bibirnya yang melumat bibirku kembali, hanya saja kali ini lebih lembut dan penuh perasaan. Aku membuka kancing seragam Fitri satu persatu dan melemparkan seragam Fitri entah kemana. Kuremas remas payudara fitri dengan lembut dari balik bra nya. Kucium leher Fitri, kutelusuri leher jenjang itu dengan lidahku dan berhenti di bawah telinganya. Ku kecup bagian bawah telinga Fitri dan Fitri menggidik seperti tersetrum, persis seperti saat di bus tadi.
"Ssshhhh... aahh.. jangan disitu Bey, gw gak tahan kalo disitu yang dicium. Sshh.. ciumnya disini aj nih.." Fitri membuka Bra nya dan payudaranya yang mancung serta ranum terbebas lepas, kencang dengan puting pink yang sudah mengencang pula. Aku menatap dua buah dada indah itu dengan nanar, Fitri menggodaku dengan memuntir muntir sendiri puting pink nya dengan jari lentiknya dan kemudian di goyang goyangkannya buah dada nan indah itu didepan wajahku persis.
Tanpa babibu langsung kulahap payudara Fitri dan ke kecup, ku hisap, ku jilat puting itu dengan rakus. Fitri mendesah, ditariknya kepalaku sampai menekan kedua payudaranya. Aku gelagapan kehabisan nafas. Kutepuk tepuk punggungnya sebagai syarat 'SOS' kepadanya. Fitri melepas kepalaku dan segera ku hirup oksigen sebanyak banyaknya.
"Huaaaahhhh... gila ya lu?! Bisa mati di toket lu nih gw kalo gitu caranya.."
"Hihihi... tapi suka kaaannn??" Jawabnya sambil mendekatkan payudaranya kembali ke pangkuan mulutku.
Cuup.. cup.. sluurp.. "Suka dong.." kataku sambil mengecup ecup putingnya dan meremas lembut bagian bawah payudaranya.
"Ssshhh... ihhh Ibey maahh.. "
"Kenapaaa??" Tanyaku sambil menhentikan kecupan kecupanku.
"Gapapah.. lanjutin.." katanya sambil menarik kembali kepalaku ke payudaranya.
"Ssshhh... enak Bey..". Aku lanjut saja menghisap payudaranya
"Ooohh.. iihhhs.. uuuhh.." desah Fitri.
Pinggul Fitri mulai bergoyang diatas selangkanganku, tanganku membantu irama goyangan pinggulnya dengan cara meremas remas pantat Fitri. Meskipun penisku sedikit sakit karena masih ada celana dan rok diantara goyangan itu, tapi aku tak peduli. Kualihkan rasa sakitku dengan menghisap payudara Fitri secara bergantian kiri dan kanan.

Tiba tiba Fitri menarik mundur tubuhnya dan melepas kepalaku dari aktifitas enakku. Jelas jengkel aku. "Bey, mandi yuk.. gerah nih.." ajaknya tiba tiba.
"Ayo.. siapa takut" jawabku girang gak jadi jengkel.. iyalah girang, siapa juga yang gak mau mandi bareng cewek bahenol nan cakep model Fitri. Terlebih, ini adalah pertama kalinya Fitri mengajakku mandi bareng. Sebelumnya tidak pernah sama sekali karena memang tidak adanya kesempatan.
"Tapi ada syaratnya..." wajah usilnya mulai terlihat.
"Yaelah, pake syarat syaratan segala, tinggal mandi doang juga.." protesku.
"Mau gaaakk? Kalo ga mau yaudah ga jadi.."
"Buset dah Piiit Piit.. ya maulaahh.." aku jelas gak mau kehilangan kesempatan langka ini.
"Hihihi... gitu dong. Syaratnya, ini kan pertama kalinya nih kita mandi bareng, dengerin syaratnya ya."
"1. Karena kamar mandi disini pake shower, maka gw gak telanjang bulet."
Aku langsung protes, "Apa hubungannya pe'aaaa.. shower ama telanjang??!!"
"Ishhh.. dengerin duluuuu.." Fitri tertawa lepas melihatku bersungut sungut.
"Jadi ga niih? Kalo ga jadi kita pulang aj nih sekarang". Ancamnya sambil tetap tertawa.
Iseng amat sih nih anak, mana enak mandi gak telanjang bulet. Aku rugi pandangan kalau mandi bareng sama dia tapi dianya malah gak telanjang. Lagian kan, dia udah telanjang dada sekarang, masa mau dipake lagi itu BH? Dan yang bikin jengkel lagi adalah dia gak telanjang gara gara kamar mandinya pake shower.. apa apaan??
"Syarat ke 2 apaan?" Tanyaku tanpa mempedulikan ucapan Fitri tadi.
"Hihihi.. lucu lu ah.. ehm.. syarat ke 2, ini serius Bey, jangan coba coba nyentuh apalagi megang megang atau grepe grepe toket n memek gw pake tanganlu yang iseng itu.."
Sudah biasa Fitri bicara sevulgar itu kepadaku, tapi hanya kepadaku saja.
"Kalo pantat boleh gak?" Tanyaku sambil meremas pantatnya.
"Isshhh.... gak boleh Ibey sayaaang.. lu hanya boleh nyentuh dan megang selain 3 area tadi. Atau gini deh, lu boleh megang, nyentuh atau grepe grepe gw HANYA KALO GW KASIH IZIN, dan gw berhak buat mutusin apakah gw mutusin bakalan telanjang atau lanjut gak telanjang nantinya. Nah.. adil kan?
"Yaelah, mana seru kalo begitu mah.." aku kekeuh gak mau rugi.
"Enak amat lu Pit, gw telanjang tapi lu kaga.. mana seru."
"Yaudah ga jadi.." katanya kemudian yang langsung kusambar, "Jadijadijadi.. gitu aja ngambek lu.. pencet juga nih pentil." Kataku sambil memelintir putingnya.
"Aisshhhh..... udah dong Beey..hmmm.." kata Fitri melarang tapi tak menghentikan perbuatanku padanya.
"Hehehe.. suruh siapa napsuin.." Cuup.. aku mengecupnya sekali lagi.
"Ada syarat lagi gak..?" Tanyaku memastikan.
"Dudul, katanya gak seru tapi nanyain ada lagi apa ngga syaratnya." Fitri berdiri dan memasang kembali Bra warna putih gadingnya. Aku memandang dengan penuh rasa tak ikhlas.
"Ya siapa tau aja.. lu kan iseng orangnya" kataku.
"Ada 1 syarat terakhir, LU GAK BOLEH NGOCOK kontol lu selama mandi bareng sama gw." Ucapnya sambil memberi penekanan tegas dikata kata gak boleh ngocok.
"Ampun dah si Pitcung.. itu mah bukan mandi bareng namanya.. tapi cuci muka bareng." Geleng geleng ku dibuatnya, Fitri tertawa.
"Terus kalo gw bisa lulus dari semua syarat syarat lu, dapet hadiah apa gw?" Tanyaku tetap tak ingin rugi sendiri.
Fitri tersenyum dan menatapku dengan wajah cantiknya, menggenggam kedua tanganku dan menjawab, "Hadiahnya, sesuatu yang sangat sangat gw jaga selama ini, yang bakal gw kasih ke suami gw nanti di masa depan, bakal gw serahin ke elu. Itupun kalo lu berhasil yaa."
Aku tertegun, ini mah serius namanya. Fitri sangat menjaga keperawanannya sampai sekarang, memang dia sedikit nakal dan kadang liar, tapi dia sangat menjaga harta sucinya dengan sungguh sungguh. Akupun cukup menghargai prinsip Fitri, meskipun kami sering bercumbu liar dan panas, kami cukup 'sadar diri' menjaga kelamin kami agar tak "saling menusuk dan ditusuk'. Pertemuan kelamin kami telah kami sepakati bersama hanya sebatas 'gesek dan menggesek' saja, gak boleh lebih. Dan itu sudah cukup membuat kami puas.
Fitri tertawa melihatku diam dan menowel hidungku kemudian mengajakku ke belakang, "Yukk.. keburu bokap sama bininya dateng."
"Eh.. baru inget gw, pada kemana sii?" Tanyaku untuk menghilangkan rasa terkejutku atas janji Fitri tadi.
"Lagi kondangan di tempat sodara bininya bokap. Di deket deket Jawa Tengah sana, gw lupa nama daerahnya. Palingan ntar malem juga udah balik kesini"
Ooo.. pantes.

_______________¤¤________________


Sampai di kamar mandi, aku dan Fitri berdiri saling berhadap hadapan.

"Ibey bajunya mau dibukain atau mau buka baju sendiriii?" Tanyanya manja.
"Bukain lahh.. " jawabku semangat. Lalu Fitri yang sudah tanpa seragam mulai membuka kancingku satu persatu, dilepasnya seragam sekalian kaos dalamku dan digantung di belakang pintu kamar mandi.
"Kalo celananya? Dibukain juga atau mau buka sendiri?"
"Bukain..." aku menjawab mulai dengan nafas berat, belum apa apa nafsuku sudah naik ke ubun ubun. Aura dan gaya bicara Fitri yang manja memang benar benar menggoda.
"Hmmm.. iya deh dibukain, tapi gak boleh maju maju yaaa.. diem aj Ibeynya"
Fitri menurunkan badannya dan berlutut di bawahku. Darahku mengalir cepat menanti saat saat dia membuka celanaku. Aneh, padahal bukan kali ini saja Fitri membuka celanaku dengan posisi persis seperti saat ini. Tapi kenapa aku jadi deg deg serr begini? Apa karena suasananya yang berbeda?

Dengan menatapku, Fitri menurunkan celana abuku hanya sampai lutut. Dilepasnya celanaku dari genggaman tangannya, ditatapnya tonjolan keras di hadapan wajahnya, lalu dia menurunkan satu satunya kain penghalang antara penis dan wajahnya.
Tuing... bebas sudah penis tegangku, lalu dia mendekatkan telapak tangannya di depan penisku, mungkin sekitar 1cm kurang sedikit niscaya tangan halus itu akan menyentuh penisku. Fitri kembali menggodaku dengan gerakan seolah olah mengelus elus penisku dan menatapku dengan senyuman seindah indahnya senyuman. Aku memajukan sedikit pinggulku, "Eitsss..... jangan maju maju Ibeeyy... batal nih mandi barengnya. Mao?!" Gertaknya sambil menahan kedua pahaku. "Hehehe.. makanya jangan bikin gw belingsatan gitu.." jawabku dengan nafas yang tetap memburu.

Setelah menggantung celanaku jadi satu dengan seragamku, Fitri mundur dua langkah, membuka roknya dan menggantungnya di samping pakaianku. Lalu dia berbalik dan menyalakan kran shower yang berada di depannya kini. Serta merta air mancurpun membasahi tubuh setengah telanjangnya, Fitri melarangku gabung dengannya dan memberi isyarat untuk 'lihat dan nikmati saja'. Kucuran air yang melewati tubuh indah Fitri tampak jelas dihadapanku, sinar lampu kamar mandi membantu siluet terang tubuh Fitri, belahan dadanya, puting buah dadanya yang masih tertutup bra tak mampu bersembunyi dan terlihat menonjol. Perutnya yang ramping, wajahnya yang sendu sendu cantik, belahan vaginanya terjiplak jelas di celana dalam berwarna serasi dengan bra nya yang kini basah sempurna. Tersirat bulu halus yang tertata rapi di balik celana itu.
Fitri mengelus dadanya, perutnya dan kemudian mengusap belahan vaginanya dengan jari jari lentik sebelum akhirnya dia menghisap jari jari itu dengan bibir seksinya, sambil menatapku !

Demi apapun, bathinku..

Kemudian dengan gerakan yang dibuat se'erotis' mungkin, Fitri mengambil sabun cair dan menumpahkan sedikit ke telapak tangannya, membasuhnya dengan sedikit air dan melumurkan seluruh bagian badan sampai ke paha sejangkauan tangannya. Kemudian dia berbalik dan memposisikan tubuhnya membungkuk untuk menyabuni paha, betis terus sampai ke kakinya sambil melakukan gerakan gerakan yang membuatku belingsatan. Aku yang melihatnya dalam posisi nungging seperti itu bersumpah demi apapun, aku rela tuker nasib dengan sabun cair yang sekarang sedang menikmati kulit halus tubuh indah Fitri. Meskipun nasib si sabun cair itu akan berakhir di selokan air nantinya, tapi aku rela asal bisa berlumur di tubuhnya. Fitri menengok kebelakang tetap dengan posisi membungkuk, "Ibeey.." panggilnya.
"Iyaah.." jawabku tanpa mengalihkan pandanganku ke arah vagina bagian belakang Fitri yang menyembul seksi dibawah daging pantatnya.
"Ibey mau bantuin Pitcung gak..?" Tanyanya kemudian.
"Mau, bantuin apa?" Aku maju sedikit bersiap siap. Nafasku sudah tak teratur, nafsuku sudah diujung tanduk, jangan tanya penisku.. jelas tegang.
Fitri berpindah posisi, dari yang semula di hadapan kran shower, kini dia bergeser sedikit ke dekat kloset duduk, menempatkan kaki kanannya disitu dan lanjut menyabuni telapak serta tumit kakinya. Tetap dengan posisi membungkuk, malah cenderung nungging menurutku dia memintaku untuk menyabuni punggungnya.
"Tapi inget ya Ibey darliiing, gak boleh pe-gang pe-gang to-ket Pitcung.." ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Deuh...
"Kirain udah lupa Pit.." jawabku ngarep.
"Hihihi... ya nggaklah.. atau gini, gw buka nih kutang gw, asal tangan lu beneran gak grepe grepe. Gimana? Tapi janji dulu.." ucapnya sambil berdiri dan memutar menghadapku.
Jelas aku setuju, "Iya iya janji, lagian kasian tuh toket gak bisa napes nantinya."
"Oke, Lepasin ya kutangnya sama Ibeey, kalo cuma lepas kutang gapapa deh Pitcung ijinin, asal jangan nyentuh toket Pitcung pake tangan Ibey yaa.." senyuman iblis cantik itu kembali terlihat.
Eh... aku termangu sejenak. Aku tersenyum.. Sang iblis cantik akan mendapat balasan kali ini.
"Yaudah sini gw bukain..." ujarku tak sabar. Harapan awalku, Fitri akan tetap berdiri dan paling paling hanya membelakangiku untuk mempermudah tanganku membuka Bra nya. Tapi ternyata harapanku buyar, karena Fitri kembali menempatkan kaki kanannya di kloset dan kembali ke posisi semula.

Nungging.

"Posisinya begini ajah yah Bey, tapi kontolnya jangan nyundul nyundul pantat Pitcung Beey, atau kita udahan aja mandinya."

Sundel bolong... omelku dalam hati, "Ya susah atuh Fit buka kaitan kutangnya.." coba coba kutawar posisi Fitri.
"Hihihihi... coba dulu dong.. masa gitu aj udah nyerah.."
Terbayang bukan posisiku saat ini? Sambil menahan posisi penisku agar tak menyundul pantat bulatnya, aku juga harus membuka kaitan Bra nya.
Ini sih ngerjain namanya.
Tapi bukan Ibey namanya kalo gak bisa membalikkan keadaan. Setelah Bra nya terbuka dan aku menyabuni punggungnya sambil sesekali mengintip buah dadanya dari samping, aku berkata kepadanya kalo aku juga ingin menyabuni leher, tengkuk, lengan, pangkal lengan sampai telapak tangannya.
"Yaudah sabunin ajah.." kata Fitri.
"Susah dong Fit, lu kudu berdiri dulu.." aku memulai trik ku.
"Ishhh... nanti toket gw keliatan dong.. kelepasan gak lu? Ntar khilap lagi.." godanya.
"Lu madep belakang aja.. gpp kok"
Fitri menengok dan menatapku heran.. "Yakin..?
Aku mengangguk, "lagian toket lu kan udah jadi punya gw, jadi santai aja.."
"Oke deh.." Fitri tersenyum manis lalu berdiri membelakangiku. Aku biarkan diriku terpesona sekejap oleh keindahan rambut basah, punggung, pinggang dan bokong yang benar benar sempurna itu. "Ayoooo.." suara pelan Fitri menyadarkanku.
Dengan sabar, aku mulai menyabuni tengkuk Fitri, leher samping Fitri, bagian bawah telinganya, dan seperti yang kuduga, dia bergidik. Saat kusabuni lengannya, terasa jelas bulu kulitnya yang merinding di telapak tanganku. Aku memutar tubuhnya agar berhadapan denganku. Fitri menurut dan menatapku nanar, sesekali diliriknya penisku, kubiarkan saja. Sesaat kemudian nafasnya mulai berat, namun dia masih tetap bisa mengingatkanku agar tanganku tak menyentuh payudaranya.
"Hhh..hhh.. Ibeey.. Ibey udah janji lho mau menuhin syarat dari Pitcung, tangannya gak boleh grepe grepe toket Pitcung.." ucapnya pelan dan terdengar nada nafsu dari nada bicaranya. Sementara kedua telapak tangannya menutupi payudara indahnya, alih alih tak mau disentuh olehku Fitri malah menekan nekan pelan jarinya sendiri di indahnya buah dada itu. Aku tersenyum dan meraih shower, kuarahkan ke kedua payudaranya yang masih ditutupi oleh telapak tangannya, sementara satu tanganku meraih kedua tangannya secara sopan agar menyingkir sejenak dari payudaranya. Dia menahan nafas dan bergidik semakin jelas,

"Ibheeeyy...isshh... dingiin tauu.."

"Pit, yang gak boleh grepe itu tangan gw kan?" Dia mengangguk.

"Kalo pake ini gak dilarang kan?" Aku mendaratkan bibirku di putingnya dan menghisap puting indah Fitri, dan itu membuat dia tersentak. "Akhhhh... Ssshhhh.. Ibhheeyyy.. sshhh.. aakhh..."
Sengaja kuhentikan aktifitasku dan menatap wajahnya, "Dilarang gak? Kalo dilarang gw stop nih..:
"Ennggaakk... hhh..hhh.. terusin.. jangan banyak nanya.." ditariknya kepalaku dan aku senang telah menang.
Entah kemana sang shower kujatuhkan..

Kini Fitri telah lepas kendali, dipeluknya erat tubuhku saat kami berciuman, ciuman panas. Aku sudah gak perduli dengan semua syarat syarat konyol Fitri, karena toh Fitri juga gak akan perduli lagi dengan itu semua. Kuremas payudara Fitri dan dia mendesah keras, kupelintir putingnya dan dia menjerit kecil, kuraba belahan vaginanya dari luar CDnya dan dia menahan nafas, dengan cepat dia melorotkan celana dalamnya, diraihnya penisku dan dia menggesek gesekkan penisku dibelahan vaginanya.
"Kan gak boleh ngocok.." godaku kepadanya.
"Sshh..hhm.. Kan elu yang gak boleh ngocok, kalo dikocokin sama gw boleh, ahhss.. apalagi dikocokinnya di memek gw, boleh banget.. huu~uuh.. enak banget rasanya itil gw Bheeyy.."
Baru 5 menit tapi dia makin cepat saja menggesekkan penisku di tonjolan mungil atas vaginanya, makin cepat juga nafas dan desahannya. Dan kemudian pinggulnya menyentak maju menyelipkan penisku diantara belahan vaginanya sementara dia memekik memanggil namaku..
"Akhhhhhh...Ibheeeyyyy......Ookhh..ssshhhh...."
"Sampe..?" Tanyaku.
"Hu'umhh.." jawabnya lemas sambil menyenderkan kepalanya di dadaku.
"Lemeshh Bey.. kaki gw gemeteran"
Aku melirik melihat kakinya, benar saja. Kakinya terlihat gemetar.
"Yaudah, kita udahan aja mandinya, lu istirahat dulu aj."
Fitri menatapku dari balik dadaku, "Tapi kan lu beloman Bey.."
"Santai, selow aja gw sih. Yang penting lu istirahat dulu. Kaki ud gemeter gitu juga lu.."
"Hmmmmm.... makasih ya Ibey sayaang... cup.." ujarnya sambil mengecup bibirku.
Aku membalas kecupannya dengan senyuman. Sebenarnya bisa saja aku memaksa Fitri untuk menuntaskan nafsuku yang kadung memuncak -yang sebenarnya gara gara ulah dia sendiri juga-, tapi melihat wajah bahagia dan lelahnya setelah orgasme tadi, gak tega rasanya kalau aku harus memaksa Fitri.

_______________¤¤_____________


"Beeyy.." Fitri menatapku setelah kami berpakaian lengkap dan duduk bersantai di sofa tengah. Sementara Fitri merebahkan kepalanya di dadaku.

"Pa'an..?"

"Ish.. jutek banget sih jadi cowo.." wajahnya dibuat semanyun mungkin mendengar jawabanku.

"Hehehe... iyaaaahh.. apa Pitcung?" Aku mengucel ngucel rambut lembabnya.

"Pernah mikir gak sih lo? Kita udah sering beginian lho.. yaaa meskipun gak ngewe secara langsung siih.. tapii.." Fitri menggantung ucapannya, dan aku menunggu.
"Yakin nih kita cuma SAHABATAN??".

"Eh.. tumben lu baper." Jujur aku sedikit terkejut mendengarnya.

Fitri beranjak dari sofa dan mengikat rambutnya menjadi ekor kuda.

"Gw udah gak Virgin Bey.." tatapnya serius kepadaku.

"HAHHH??!!!"


Yassalaaamm....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd