Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
A.K.A.R
Bagian Dua Puluh​




Tiga bulan berlalu sudah semenjak kasusku dengan Fauzi berlalu. Terakhir ku dengar dari paman bahwa Fauzi menetap dan bekerja di daerah Pandeglang, Banten. Pernah satu kali kata paman dia pulang kampung untuk menengok rumah peninggalan orang tuanya. Masih menurut paman, kondisi tubuh Fauzi sangat kurus kering, tak seperti waktu dia tinggal disini. Aku menguatkan paman bahwa itu adalah proses pembelajaran yang harus dijalani oleh Fauzi. Mungkin dengan dia menetap disana, fikirannya akan terbuka dan wawasannya akan menjadi semakin luas, sehingga Fauzi bisa berubah menjadi pribadi yang jauh lebih baik daripada yang dulu. Paman hanya menjawab aamiin saja.


___________¤¤___________



Kini, aku berada di gazebo yang terletak disudut taman kecil depan rumahku. Ya, rumahku. Aku nekat mengambil satu unit perumahan di daerah Karawang Timur. Kenekatan itu juga hasil dorongan dari Lita yang 'kekeuh' memaksaku untuk mengambil perumahan disitu dengan alasan biar bisa PP tiap hari dan mengurangi biaya perusahaan dalam urusan mess ku. Aku sampai curiga dengannya, jangan jangan ada sales perumahan itu yang lagi di incar oleh Lita. Lita hanya melotot garang ketika kusampaikan kecurigaanku kepadanya.

Hubunganku dengan Lita juga tetap berjalan baik, malah semakin membaik karena Lita ikut membantu beres beres rumah waktu aku pindahan sebulan lalu. Awalnya aku ngeri kalau Sari bakal marah besar kepadaku karena mengijinkan Lita ikut membantu beres beres rumah. Tapi syukurnya tidak, memang awalnya Sari sedikit cemberut begitu mengetahui Lita ada di rumah kami yang baru, tapi setelah kuminta agar menghormati tamu yang datang Saripun mulai sedikit terbuka pada Lita. Malahan satu jam kemudian dua wanita yang mempunyai pengaruh besar dalam hidupku itu sudah asyik cekakak cekikik berdua didalam kamar. Entah siapa yang mulai mencairkan suasana diantara mereka berdua, yang jelas aku senang karena artinya tak ada lagi masalah cemburu antara aku, Sari dan Lita. Yang membuatku makin senang adalah, Lita sangat rajin ke rumahku entah itu weekend atau sehabis pulang meeting yang letaknya dekat dekat dengan rumahku. Saripun sepertinya welcome sekali dengan setiap kedatangan Lita, seringkali aku dianggap tak ada kalau dua makhluk cantik ini sudah ketemu dan mulai bercanda.

Hubungan seks ku dengan Sari semakin memanas saja setiap waktunya, satu hal yang bisa kusyukuri dari kejadian dengan Fauzi adalah Sari benar benar menjadi liar di ranjang. Namun aku sadar bahwa itu juga bisa saja menjadi boomerang bagiku. Karena setahuku wanita polos seperti Sari akan sulit mengontrol nafsu birahinya jika dia sudah mulai horny. Inilah yang aku khawatirkan setiap aku tak ada di rumah. Yaaa meskipun aku pulang tiap hari sekarang, tapi tak menutup kemungkinan bahwa sifat binal itu akan keluar untuk laki laki lain disaat aku sedang bekerja.

Amitamit amitamit kataku dalam hati sambil mengetuk ngetuk dahi dan membuang jauh fikiran itu.

"Ayaaahh... " Sari memanggilku dari teras rumah.

"Iyaaa.. kenapa bund?" Jawabku sambil beranjak menghampirinya.

"Bunda mau nemenin Lita ya.. boleh ga?" Katanya dengan wajah ngarep.

"Hm??? Kemana?" Tanyaku sambil menowel nowel hidung Raka yang kini sudah bisa berjalan tiga sampai empat langkah.

"Ke emol situu tuhh. Deket kook.." ucapan Sari terdengar lucu untukku.

"Mau ngapain emangnyaa..?" Kataku gantian menowel hidung Sari.

"Ish ish..." Sari misuh misuh mengusir tanganku.

"Mau nganterin Lita beli baju.." kata Sari menatap wajahku.

Tiba tiba rasa khawatirku muncul begitu saja mengingat soal kebinalan Sari yang tertinggal akibat ulah Fauzi.

"Bener cuma nganter beli baju doang? Gak macem macem kan? Satu hal yang harus bunda hapal dari Lita, dia itu punya penyakit eksib. Jangan sampe bunda ketularan ya.." pesanku pada Sari sambil mengelus kepalanya. Karena jujur saja aku tak mau Sari tertular menjadi wanita eksibisionis seperti Lita karena hubungannya yang semakin erat diantara mereka. Seperti penyakit latah, eksib pun menular.

Sari tersenyum dan mencium tanganku. "Iya Ayah sayang.. bunda paham kok..Ayah gak usah khawatir, Bunda gak mungkin nunjukkin aurat Bunda sama laki laki lain kecuali buat Ayah doang."

Terlihat sinar kejujuran dari bias matanya. Aku tersenyum dan mengangguk mengizinkan.

"Tapi Raka dibawa lho yaa.." kataku kepada istriku. Ini salah satu caraku mencegah Sari terjerumus dalam dunia per-eksib'-an. Setidaknya dia akan merasa malu kepada anaknya jika dia ingin mencoba coba seperti Lita.

"Ya Iyalaahhhh.. maca mau ditinggal.. ya ganteng yaaa.. huuuu..lutu lutu lutuna anak bundaaaa.." Kata Sari sambil menciumi Raka dengan gemas.

Akupun tersenyum melihat keceriaan diantara anak dan ibunya ini. Mungkin, akunya saja yang terlalu berlebihan kepada Sari

Selang setengah jam kemudian Lita datang membawa mobil pribadinya. Setelah sedikit basa basi kepadaku akhirnya dua wanita cantik itu pergi juga ke Mall di daerah Karawang Kota. Tinggallah aku sendiri disini, dirumah yang baru sebulan kutinggali ini bersama anak dan istriku. Aku leha leha di ruang tengah sambil membuka buka aplikasi pesan di HPku. Iseng iseng kubuka Grup Alumni Sekolah dan membaca chatingan chatingan dari para alumni sekolahku dulu. Rata rata isinya hanya sekedar gurauan atau sharing info info loker atau video video yang menurutku gak jelas. Tapi, ada satu chat di Grup itu yang menarik perhatianku. Chat dari Fitri yang isinya adalah

"Peringatan untuk kawan kawan penghuni grup berjenis kelamin laki laki yang sudah menikah dan sudah mempunyai anak agar tak lagi mengingat ingat mantan mantannya semasa sekolah dulu. Hal ini bisa menyebabkan bla.. bla.. bla.."

Aku tak terlalu membaca terusan chat nya. Yang membuatnya jadi menarik adalah chat itu langsung dibalas oleh cemoohan para lelaki di grup, rata rata mereka mengatakan bahwa faktanya, para alumni perempuanlah yang sebenarnya tak bisa lupa oleh mantan pacarnya semasa sekolah dulu. Bahkan ada balasan chat dari Tyo yang sengaja menandai namaku disitu dengan kalimat,

"Alah si Pitcung.. kaya dia kaga gitu aja sama @bayu - Ibey. Ya gak Bey?"
Alhasil, teman teman seangkatanku pun langsung membully Fitri dan menertawainya habis habisan.

Meskipun aku tahu bahwa itu adalah gurauan dan candaan belaka, tapi chat dari Fitri itu seolah memberi pesan tersendiri bagiku.


Fitri... apa kabar disana??




____________¤¤___________




Empat bulan sudah aku menempati rumah baru di Perum 'Griya Sejuk'. Selama empat bulan juga aku PP dari kantor pulang ke rumah. Akupun mulai dilepas sesekali oleh Lita dan mulai belajar menjual produk produk perusahaanku tanpa bantuan dari Lita langsung. Seperti hal nya hari ini, aku baru saja selesai meeting membahas keunggulan produk perusahaanku bersama PT. Apa Aja Ada di daerah Klari, Karawang. Berhubung baru jam dua siang dan perutku merasa lapar, aku berniat mampir pulang ke rumah untuk sekedar istirahat sebentar dan makan siang. Perkara nanti balik lagi ke kantor atau tidak tergantung koordinasi dari Lita kepadaku.

Dari kawasan pergudangan di daerah Walahar, Karawang. Aku meluncur santai menuju rumah. Ku setel lagu dangdut dengan judul Bahtera Cinta yang dinyanyikan oleh Legenda dangdut Negeri ini bersama satu penyanyi wanita yang akupun tak hapal namanya. Tak sampai setengah jam aku sudah sampai di gerbang perumahan. Aku belok ke kiri menuju blok tempat tinggalku berada. Begitu kira kira seratus meteran lagi sampai rumah, aku terkejut melihat ada mobil Lita terparkir di depan rumahku.

"Ngapain tuh orang ada di rumah? Masa iya laper juga? Enak bener idup lu Lit.." kataku berbicara sendiri sambil tersenyum.

Akupun memarkirkan mobil di lapangan badminton di dekat rumah karena mobil Lita menghalangi garasi rumahku dan bergegas menuju rumah. Sepertinya makan siang ditemani oleh dua wanita cantik itu bakalan seru juga nih..fikirku riang.

Aku masuk melalui pintu garasi samping yang jarang dikunci. Ruang depan tampak kosong, mungkin sedang menghangatkan makanan di dapur fikirku. Baru saja aku hendak menuju dapur, telingaku mendengar bisik bisik di dalam kamar. Aku jadi trauma mengingat kejadian dulu dan mengendap endap untuk menempelkan telingaku di daun pintu.

Meskipun sayup, kupastikan kalau tak ada suara pria didalam. Fiuhh.. syukurlah.

Terus Sari sama siapa kalau begitu? Lita? Ngapain? Intip dulu aja kali ya, kalo udah ketauan mereka lagi ngapain barulah aku pura pura memanggil Sari istriku. Siapa tau Sari dan Lita sedang mencoba pakaian baru didalam kamar. Lumayan dapat pemandangan bagus siang siang fikirku. Kemudian kudengar suara cekikikan diantara mereka berdua. Sialan.. aku jadi penasaran. Ingin rasanya mengintip kegiatan mereka didalam, tapi kalau kubuka pintu kamar ini, pasti mereka akan sadar dan percuma saja aku mengendap ngendap seperti maling begini.

Akhirnya kucari cara untuk mengintip Sari dan Lita di dalam kamar. Pasti lucu fikirku.

Ah, dari lubang angin diatas pintu kamar sepertinya memungkinkan. Akupun beranjak ke meja makan dan mengambil satu kursinya untuk kujadikan pijakanku mengintip mereka melalui ventilasi udara diatas pintu kamar. Dengan sangaaaaat pelan pelan aku membawa kursi itu agar tak menimbulkan bunyi yang bisa membuat mereka curiga. Sampai di depan pintu, terdengar lagi cekikikan dari Lita, dan suara Sari yang berkata..

"Ufftt... ish... hihihihi... ghelliiii tauuu.. hihihi.."

Lho... ngapain nih orang berdua? Kataku dalam hati.

Dengan sedikit tergesa namun tetap hati hati, aku naik ke kursi dan berusaha mencari tahu kejadian didalam kamar. Betapa kagetnya aku ketika melihat ke dalam kamar, Sari dan Lita berada di lantai kamar, posisi Sari bersandar pada sisi ranjang sementara Lita sedang.....

Lagi ngapain si ni orang bedua??

Kampret.. kataku dalam hati.

Pandanganku terhalang oleh punggung halus Lita yang dalam posisi duduk bersimpuh, terlihat tali Bra berwarna merah hati yang sedikit tertutup oleh rambut panjangnya dan untuk bawahannya Kita mengenakan rok pendek kesukaannya yang berwarna hitam. Dapat kulihat tali G-string berwarna senada dengan Bra nya melintasi pinggulnya dari tepi atas rok pendek nya itu. Pandanganku kini beralih ke kedua betis milik Sari yang berada di samping pinggulnya Lita dan tertekuk serta sedikit terbuka.

Itu Sari ngangkang? Ngapain ya? Aku benar benar penasaran melihat mereka berdua.

Kemudian tampak Lita sedikit menundukkan kepalanya dan bahu kanannya bergerak secara teratur sementara tangan kirinya menahan lutut Sari agar tak banyak bergerak. Sari tampak memandangi tangan kanan Lita yang entah sedang apa itu dengan mimik muka yang aneh, seperti rasa ngeri tapi seperti rasa menikmati. Dapat kulihat wajahnya yang memerah karena perbuatan Lita.

Anjritt.. minggir ngapa Lit, lagi ngapain si lu? Kok bini gw jadi ngeri ngeri enak gitu sii?

Seolah mendengar kata kataku yang kuucapkan dalam hati, Lita kemudian beranjak ke sisi kiri Sari yang masih mengenakan kaos oblongnya.

Dan jelaslah sudah sedang apa mereka saat ini.

Ooohhh... cukur jembut toh rupanya. Sialan.. fikirku.

Rasa penasaranku belum beranjak hilang, bagaimana mungkin Sari bisa dan mau di cukur bulu pubisnya oleh Lita. Aku tetap diam menyaksikan mereka dan diam diam penisku mulai naik karena kini dapat kulihat kemaluan istriku yang belum lagi bersih bulunya dan kemaluan Lita yang masih terbungkus kain kecil bernama G-String itu.

Kemudian Lita menarik sedikit melebar paha bagian dalam sebelah kiri Sari dan menahannya sementara tangan kanannya dengan telaten dan terlihat lembut mencukur bulu kemaluan istriku menggunakan alat cukur jenggot warna biru bermata dua yang ada sabunnya diatas mata cukurnya. Lita memegang gagang alat cukur itu menggunakan tiga jarinya, jempol, telunjuk dan jari tengah.

Setelah bagian atas vagina Sari bersih, Lita meminta kepada Sari agar melebarkan lagi kedua pahanya agar dia bisa leluasa mencukur bulu halus yang terdapat di lipatan selangkangan Sari.

"Iisshhh.. malu kaakk.." kata Sari kepada Lita.

Sari memang memanggil Lita dengan sebutan kakak agar serasa keluarga sendiri katanya.

"Gapapa neeeng, kan sama kakak, bukan sama yang laen. Ayo dilebarin lagi pahanya.." kata Lita sedikit menarik lagi paha kiri Sari.

Saripun mau menuruti permintaan Lita dengan syarat syarat yang kudengar hampir membuatku terjatuh karena kaget.

"Huuummm... iya neng mau, tapi neng gak mau sendirian gini ah buka celananya. Kakak daritadi masih pake rok aj. Curang ish kakak mah.. Kalo kakak telanjang juga, baru neng mau ngelebarin selebar lebarnya paha neng supaya kakak bisa bersihin bagian sininya nih.." kata Sari seolah protes kenapa hanya dia yang membuka seluruh celananya sementara Lita masih memakai rok dan G-string sambil menunjuk nunjuk area selangkangan dan bibir vaginanya sendiri.

"Hmmmm gityuuu... iya deehh kakak buka juga deeh rok nya." Kata Lita kepada Sari sambil berdiri dan melorotkan rok pendek yang menempel di bagian pinggulnya sekaligus dengan G-stringnya sekalian. Lita dan Sari kini bugil di bagian bawah.

Pemandangan itu membuat darahku semakin cepat mengalir ke penis dan semakin membuat penisku nyer nyeran karena tegang. Kini Lita malah bertanya kepada Sari dengan pertanyaan yang membuat penisku semakin menegang.

"Behanya sekalian gak neng?" Kata Lita tetap berdiri sambil menatap kebawah ke arah Sari.

Sari yang sedang terpukau melihat vagina gundul milik Lita menjadi sedkit kaget dan menjawab dengan nada centil.

"Eh.. iihhh.. iya dwoonng, buka sekalian aj. Tanggung..hihihihi.."

"Hmmm.. tapi neng juga buka yaah kaosnya, biar adil kita sama sama telanjang. Deal yaa?" Kata Lita seraya membuka kaitan Bra nya yang terletak di bagian depan itu.

"Okeh.. siapa takut.. hihihi.." kata Sari cekikikan sambil meloloskan kaosnya melalui kepala dan langsung membuka bra warna krem miliknya.

Anjiiirrr.. aku meremas remas penisku agar kerasa nikmat. Benar benar pemandangan luar biasa yang ada di dalam kamarku kini. Sari dan Lita sama sama telanjang bulat dengan bentuk body yang memiliki kelebihan masing masing.

Dari lubang ventilasi, aku dapat melihat sorot mata Lita yang memancarkan birahi ketika menatap payudara Sari. Tentu saja aku hapal sinar mata itu karena hampir setiap hari aku melihatnya. Sinar birahi dan gairah. Aku mulai berfikir jangan jangan Lita juga penyuka sesama jenis?

Lita kemudian meminta Sari untuk menggeser duduknya sedikit maju. Sepertinya Sari tak memahami maksud Lita dan bertanya,

"Maksudnya gimana kak? bingung neng.." kata Sari sambil menatap wajah Lita dari bawah. Sekilas kutangkap Sari melirik payudara Lita yang memang WoW itu sebelum kembali menatap wajah Lita.

"Maksud kakak gini, kamu majuan sedikit duduknya." kata Lita sambil sedikit mendorong bahu Sari, Sari mengikuti arahan Lita dan memajukan posisi duduk ngangkangnya sedikit ke depan.

"Terus kakak dimana?" Tanya Sari kembali mendongak menatap Lita.

Lita menjawab dengan nada centil sambil beringsut duduk dibelakang Sari.

"Disini.. hihihi.." kata Lita sambil merapihkan rambut Sari istriku dan mengikatnya membentuk ekor kuda.

"Kok di belakang sih kaakk? Punggung neng geli jadinya kena pentil punya kakak..hihihi" kata Sari sambil memaju mundurkan sedikit tubuhnya seperti sengaja agar puting payudara Lita tersenggol sedikit sedikit dipunggungnya.

"Gapapah.. kamu geli, tapi kakak enak.." Jawab Lita dengan nafas yang kulihat sedikit memburu.

Sari tak menjawab kata kata Lita tadi, dia hanya menunduk seperti menahan nafas ketika kedua tangan Lita mulai melebarkan kedua pahanya dengan lutut yang tertekuk selebar mungkin. Sementara kedua kaki Lita berselonjor ke depan dan diselipkan diantara tumit dan paha bagian bawah Sari. Lita mulai mencukur kembali area selangkangan dan area pinggir bibir vagina Sari dengan telaten dengan tangan kanannya.

Dengan hati hati namun cepat, aku membuka ikat pinggang, kancing celana dan melorotkan resleting celanaku. Ku keluarkan penisku dari dalam CD dan mengusapnya pelan pelan ketika kusaksikan wajah Lita berada disamping wajah Sari. Kedua wajah wanita itu tampak memerah dan nafas keduanya pun mulai memburu.

Dengan cara memegang gagang alat cukur seperti tadi, Lita dengan telaten membersihkan bulu bulu halus yang ada di pinggir luar bibir vagina Sari. Perasaanku, Lita akan berbuat sesuatu karena aku merasa cara Lita memegang alat cukur sedikit aneh. Kuperhatikan benar benar tangan kanan Lita di area kemaluan Sari.

Duarrr....

Benar dugaanku.. jari manis Lita menyentuh sedikit klitoris Sari seiring gerakan tangannya yang mencukur bibir luar vaginanya dari bawah menuju ke atas. Setiap satu gerakan cukur yang melewati sisi luar dari klitoris Sari, maka Lita akan menyenggol klitoris itu dengan jari manis atau kelingkingnya.

Cara Lita membangkitkan birahi Sari benar benar ampuh. Terbukti dari desahan Sari yang terdengar jelas ditelingaku dan raut wajah dilanda birahi tinggi yang tampak dimataku di wajah Sari kini.

"Uuhhmmm... kakhaaaakkhh.. jangan nyenggol nyenggol itil neng atuuhhh.. ssshh.." Kata Sari sambil memalingkan wajahnya ke arah Lita sehingga dari mataku kini Sari seolah mencium pipi Lita..

"Uuuuugh.. khaaaakk.. geliiii.."

Pinggul Sari tersentak ketika jari manis Lita berhenti di klitorisnya dan memilin milin lembut.

Lita kemudian memalingkan wajahnya balik ke arah Sari. Mereka hampir saja berciuman kalau Lita tak berkata,

"Enak gak neng? Memek neng udah becek nih.."

"Uuggghhh.. Iiyaa kakhh.. Neng ennaaakkhh.." kata Sari sambil mengangukkan kepalanya satu kali.

Kemudian Lita mencium bibir Sari yang disambut liar oleh Sari. Bahkan, payudara Sari kini diremas remas oleh Lita dengan penuh nafsu. Kedua tangan Lita betul betul aktif menaikkan birahi Sari istriku.

Tangan kanannya memilin dan menggosok seluruh bagian vagina Sari sementara tangan kirinya bermain di payudara Sari.

Aku benar benar terangsang oleh kelakuan mereka berdua. Bagaimana tidak, dua makhluk cantik dengan sifat berbeda ini saling memagut lidah dengan panas.

Selain kaget karena Lita adalah seorang biseksual, aku juga takjub akan kemampuan Lita. Lita yang dasarnya adalah wanita pengidap eksibisionis akut sanggup membangkitkan kebinalan istriku yang berasal dari peninggalan Fauzi dulu dan merubah kebinalan itu dari 'untuk laki laki' menjadi 'untuk wanita'.

Aku mulai mengocok penisku pelan pelan ketika kusaksikan Sari mendesah kencang tanda datangnya orgasme.

"Uuuhh.. sshhh.. ooohhhh kakaaakkhh.. Sari pengennnhhh hmmpp..." aku ikut menahan nafas melihat istriku menahan nafas menyambut orgasmenya.

Namun sial bagiku atau mungkin bagi Sari juga, karena Lita secara tiba tiba menghentikan kocokannya di vagina Sari dan menempelkan dahinya di dahi Sari kemudian tersenyum dan berkata,

"Pelan pelan ya neng sayang.. jangan keluar dulu.."

Aku sedikit jengkel mendengar kata kata Lita, namun sepertinya tidak untuk Sari. Karena kudengar Sari menjawab meskipun nafasnya sedikit tersengal.

"Iyah kak.. pelan pelan ajah.." Katanya sambil melumat bibir Lita dengan buas.

Aneh.. benar benar aneh.. aku tak merasa marah melihat mereka berdua bercumbu dengan panas. Apa karena mereka sama sama wanita sehingga tak ada rasa cemburu dihatiku melihat permainan panas ini? Lebih lebih, yang menjadi lawan main Sari adalah Lita. Wanita yang ku hapal dan ku kenal sekali luar dalamnya.

Kulihat dan kudengar kini Lita meminta Sari untuk naik ke kasur. Sari mengikuti perintah Lita dan duduk di tepi kasur. Lita mengambil dua buah bantal dan berkata sambil berdiri di luar ranjang,

"Dudukin bantalnya neng, terus rebahan" Kata Lita sambil meletakkan dua bantal itu di bawah pantat Sari dan mendorong Sari dengan lembut agar istriku itu berbaring d kasur.

Sari mengikuti arahan dari Lita dan merebahkan tubuhnya di kasur dengan pinggul yang menjulang ke atas. Vagina istriku yang kini gundul itu terlihat 'tembem' karena posisi pinggulnya yang tersanggah dua buah bantal.

Dari sorot mata Lita, dapat kulihat kalau Lita benar benar nafsu memandang vagina istriku. Kemudian Lita beringsut jongkok di lantai berhadapan muka dengan vagina Sari. Kulihat Sari menatap Lita dan bertanya.

"Kakakh.. mau ngapain?"

Mendengar pertanyaan Sari, Lita hanya tersenyum dan menjawab.

"Nikmatin aja ya neng.."

Kemudian Lita mendekatkan wajahnya ke vagina Sari. Kulihat Lita mulai mengeluarkan lidahnya dan mulai menggelitik lembut klitoris Sari. Sari menatap kebawah dan membuka mulutnya efek dari rasa nikmat yang dirasakan dari lidah Lita.

"Ooohh.. ssshh.. kaakhh.."

Sepertinya Lita semakin semangat mendengar desahan Sari, jilatan jilatan lidahnya pada vagina istriku semakin cepat sampai membuat Sari makin mendesah hebat sambil tangan kirinya sedikit menarik rambut Lita.

Gilanya lagi, tangan kanan Sari memilin milin klitorisnya sendiri disaat lidah Lita sedang menggelitik bagian lain dari vaginanya. Dan ketika lidah Lita menggelitik klitorisnya maka tangan kanan Sari akan naik dan eremas payudaranya sendiri.

Edan..

Sekitar sepuluh menit kusaksikan adegan itu sambil mengocok penisku sampai akhirnya Sari mendapat orgasmenya. Berbarengan dengan muncratnya semprotan spermaku dan menembak pintu kamar yang terbuat dari kayu.

"Ugghh..."

Aku mendesah tertahan ketika kulihat tubuh Sari melengkung menggeliat, pinggulnya naik keatas dan pahanya menjepit wajah Lita. Terlihat Lita diam saja seperti memberi kesempatan pada Sari untuk menghabiskan orgasmenya.

Gak keabisan napas lu Lit? Kataku dalam hati sambil tetap mengocok penisku menghabiskan sisa sisa spermaku yang masih keluar sedikit.


"Oookkhh.. aahhh.. sssshhhh.. huuummmhh.. haaahh.. kakaakkhh.. hihhihihhi..." Sari cekikikan di akhir desahannya menikmati orgasme.

Kemudian Sari membuka jepitan pahanya pada wajah Lita. Lita langsung minggir dari situ dengan muka merah dan berkata,

"Enak neng?"

"Hu'umm... kakak gak bisa napas ya tadi? Hihihi.. ma'aaf ya kaak.." Kata Sari sambil beranjak duduk.

Lita ikut duduk disamping Sari dan membelai rambut panjang Sari.

"Gapapa, yang penting kamunya seneng." Kata Lita seraya tersenyum.

"Hhmmm.. kakaaakk..." Bibir Sari menjawab manja yang langsung disambar oleh Lita dan mereka kembali berciuman dengan panas.

Lita merebahkan tubuh Sari dan menindihnya. Lita terus saja melumat bibir Sari dengan rakus dan meremas payudara Sari dengan gemas. Penisku kembali tegang karena penasaran apa lagi yang akan dimainkan oleh mereka berdua.

Sayup sayup kudengar Lita bertanya kepada Sari.

"Mau jilatin memek kakak gak neng?"

Sari menjawab pelan dan hampir saja tak terdengar olehku.

"Neng belom pernah kak.."

"Pelan pelan aja yah.. cup.." Jawab Lita sambil mengecup bibir Sari.

Lita kemudian mengangkangi wajah Sari. Sumpah demi apapun aku kaget melihat posisi Lita itu. Bayanganku Sari akan menolak karena wajahnya di kangkangi seperti itu. Tapi ternyata tidak, Sari bahkan memandangi vagina Lita dengan wajah takjub dan merangkul kedua paha Lita seolah tak ingin jauh jauh dari bagian tubuh Lita yang paling lembab dan nikmat itu.

Dengan pelan, Lita menurunkan pinggulnya seraya berkata,

"Jilatin neng..." Terlihat jelas dimataku bahwa Lita sudah diujung birahinya kini. Nafasnya semakin memburu dan wajahnya yang mengharap agar Sari lekas lekas memainkan lidahnya di vagina miliknya.

Sari mulai mengeluarkan lidahnya dan menyentuh nyentuh kecil klitoris Lita. Mungkin ini adalah pengalaman pertama bagi Sari sehingga butuh adaptasi baginya untuk merasakan rasa dan aroma vagina milik orang lain.

Tubuh Lita tersentak sentak setiap ujung lidah Sari menyentuh klitorisnya.

"Ush.. uuhh.. akhh.. jilatinnya yang bener dong neeng.. jangan di towel towel gituuhh.." Kata Lita sambil menjorongkan pinggulnya lebih dekat ke wajah Sari.

Kelihatannya Sari sedikit gelagapan mendapat tekanan berbentuk vagina di bibirnya, terlihat dari tangannya yang mencengkram paha Lita dengan sedikit gemas.

Lita tersenyum nakal dan mulai menggoyang goyangkan pinggulnya seiring jilatan Sari yang mungkin sudah bisa mengatasi keadaan kini. Tangan Sari bergeser ke pantat Lita dan meremasnya lembut. Aku tambah nafsu saja mengocok penisku saat kulihat Lita menengadahkan wajahnya keatas sambil meremas kedua payudaranya, sementara pinggul semok nya tetap memperkosa lidah Sari dibawah.

Tak tahan dengan adegan yang semakin panas ini membuat spermaku kembali muncrat meskipun tak sederas tadi. Benar benar gila mereka berdua, benar benar gila Sari karena terlihat betul bahwa dia begitu menikmati percintaan sesama jenis ini. Dan benar benar gila diriku karena menikmati tontonan Sari yang notabene adalah istriku tengah bergumul liar dengan Lita atasanku bahkan sambil mengocok penisku sendiri.

Aku menahan nafas dan memejamkan mata sesaat meresapi kenikmatan yang kurasakan pada penisku. Ku urut urut penisku sampai habis spermaku dan ku buka mataku kembali untuk melanjutkan tontonan berbalut birahi ini.

Degghh...

Lita menatap ke arahku. Aku terkejut sampai darahku berhenti. Tahu darimana dia ada aku disini? Tahu darimana dia kalau aku mengintip disini? Sejak kapan di sadar ada aku disini? Lita tersenyum nakal kepadaku dan menghisap telunjuknya seolah olah telunjuk itu adalah penisku.

Meskipun aku kaget setengah mati karena ketahuan oleh Lita, tapi aku tetap mengintip aksi mereka berdua. Malahan Lita seperti sengaja mendesah desah dengan bahasa vulgar yang membuat Sari makin gencar saja kelihatannya menjilati vagina dan klitoris Lita.

"Oookkhh... yesss.. hisap itil aku neng, oohh.. enak neenghh.. masukhin lidahnya ke.. ookkhh.. ke memek kakakhh... akhh.. iyaaahhh.. gituuhhh.. assshh..." Lita mendesah sambil sesekali melihat ke arahku dan sambil mengulum jari telunjuknya.

Sekitar beberapa menit kemudian, tubuh Lita mengejang hebat dan Lita menggeliat tanda bahwa dia orgasme.

"Uuuuuuuuuuuggghhh... okh.. okh.. hhmmmmmmmhhssss.. okh.."

Pinggulnya tersentak sentak seolah olah itu adala kenikmatan ternikmat yang pernah dia dapatkan. Wajah Lita memerah, matanya terpejam dengan bibir yang tersenyum. Sejenak kemudian Lita membuka matanya dan menatapku serta memberiku tanda cium dari jauh.

Gila.. benar benar gila.

"Hemmm.. kakaaakk.. muncrat ini memeeknya iiikkhh... belepotan nih muka aku jadinyaahh.." kata Sari dengan mimik wajah yang cemberut namun nakal.

Gila.. benar benar gila.. Lita squirt di wajah Sari dan Sari menerima squirtnya?

Eddiiaann... kataku dalam hati. Kemudian Lita menjawab protes Sari dengan kata kata yang membuat jantungku berdebar kencang.

"Hehehe.. maaf ya neng sayang, kakak tadi ngebayangin ada orang yang ngintip kita lagi begini, kayaknya seksi banget deh. Gara gara ngebayangin itu, nafsu kakak tau tau jadi tambah tinggi, eehh muncrat deh..hehehe.. " jelas Lita sambil mengelap wajah dan bibir Sari dengan G-string miliknya.

"Ih.. seksi darimananya kita lagi beginian malah diintip orang? Hihihi... emang kakak ngebayangin siapa gitu yang ngintipin kita?" Tanya Sari sambil memainkan puting milik Lita.

"Ssshh.. hmmm.. kalo kakak tanya ke neng, kira kira neng maunya siapa orang yang ngintipin kita?" Lita malah balik bertanya kepada Sari sambil melirik ke arahku dan tersenyum.

Lita sepertinya sedang mencoba memancing keluar imajinasi terliar Sari dengan caranya sendiri.

"Hmmm... siapa yah..?? Bayu mungkin ya kak..hihihihiii..."



"Eh...."





Yassallaaaaammm...
Yasallam..update nya joss suhu @Buyuk
 
Anjay ... lama2 Ibey sama uzi beradu pedang di Dalem kamar mandi ... perahu oleng kapten, harap menceburkan diri ...:berbusa:
 
Waduhhh...ngeri banget si lita..sari juga diajarin kaya gitu..

Mantap updatenya hu
 
Bimabet
Suka karena hidup sari lebih berwarna. Makin nakal, cuma ane kurang sreeg baca adegan cewe vs cewe nih.. lanjut aj hu ba
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd