Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT A.K.A.R.

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
A.K.A.R
Bagian Dua Puluh Dua​




"Kok lu malah pada ngomongin Fitri sih?" Kata Intan sambil menyerahkan HP kepadaku.

"Eh.. iya, soalnya waktu itu Fitri bilang dia juga mau liat liat produk gw.. siapa tau nyangkut juga.." entah masuk akal atau tidak alasanku pada Intan.

Kulirik Tyo yang kini tersenyum kecut mendengar alasanku tadi. Tyo memanggil pelayan dan memesan makanan serta minuman untuk kami bertiga.

"Ooo.. yaudah kita lanjut ngomongin bisnis deh Bey. Bawa brosur gak lo?" Kata Intan sambil memakai kacamata bacanya.

"Bawa dong.." kataku lega karena Intan tak menpermasalahkan masalah Fitri lagi.

Jadilah kami bertiga sampai jam empat sore serius membahas tentang produk perusahaanku yang coba kutawarkan pada Intan. Intan tampak serius memperhatikan penjelasanku dan sesekali menyela untuk bertanya mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk produk yang kusodorkan.

Harus kuakui, hasil didikan Lita kepadaku sangatlah besar manfaatnya. Aku dengan mudah menjawab semua pertanyaan dari Intan karena aku diajarkan oleh Lita agar mengamati dan mengingat ingat semua pertanyaan yang disampaikan para customer karena pasti pertanyaan itu akan terulang dan ditanyakan lagi oleh customer lain yang akan datang. Dan aku juga diajarkan Lita agar menghapal dan mengerti harus bagaimana menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut.

"Jago bener lu ngejelasinnya. Jadi paham neh gw harus pake produk yang mana nantinya.." kata Intan dengan mata berbinar binar.

Aku tersenyum dan melirik Tyo, bahkan Tyo pun ikut memperhatikan dengan serius penjelasanku kepada Intan. Dalam hati, Aku optimis bahwa proyek ini akan tembus.

"Bos nya yang jago Tan.." kata Tyo nyeletuk dan menaikan alis matanya berkali kali kepadaku.

Intan hanya tertawa dan bilang kepadaku,

"Oke Bey, kayaknya gw tertarik sama produk lu. Gw minta penawarannya di email ke gw ya. Nanti alamat emailnya gw kasih tau lewat pesan." Kata Intan kepadaku

"Oke Ntan.. nih nomor gw.." kataku sambil hendak memberikan nomor HP ku kepada Intan.

"Udah punya kale gw.." kata Intan tertawa.

"Lho.. dapet darimana? Dari Tyo?"

"Dari Grup laah.. Grup Alumni Sekolah.. kan lu anggota grup itu juga kan? Gw tau dari situ.." kata Intan kepadaku.

"Oohh.." aku oh saja sedikit merasa malu karena kegaptekkanku

"Norak.." Tyo meledekku.

"Bodo.." balasku

Lalu Intan menceritakan kenapa dia tak menelponku langsung dan kenapa dia minta diantar oleh Tyo untuk menemuiku. Kata Intan, dia benar benar tak tahu rute jalan Cikarang. Jangankan Cikarang, Jakarta sajapun dia lupa lupa ingat. Saking lamanya di Vietnam katanya.

"Tapi lu udah nikah Ntan? Kataku sambil menggigit paha bebek yang sekalnya luar biasa. Baru sempat kumakan makananku sedari tadi.

"Udaah lahh.. sama orang Vietnam.. hehehee.." kata Intan terkekeh.

"Hwehh.. jadi orang Vietnam dong lu ya?" Kataku sambil tertawa.

"Biasa aja Beey.. gini.. sebenernya, bulan kemaren itu gw ud habis kontrak disana, tapi akhirnya diperpanjang lagi karena mereka fikir gw masih kompeten buat ngisi pos yang sekarang gw isi buat empat tahun mendatang. Nah, tempat gw gawe di Vietnam itu lagi nyari nyari Spare part yang bagus tapi murah, nah waktu kemaren gw cari cari info di Grup Alumni, Tyo rekomendasiin produk lu Bey.. makanya gw pengen tau dulu sekalian emang kebetulan gw pengen ketemuan sama elu n Sari juga." Jelas Intan

"Sebenernya, ada produk lain yang jadi kompetitor nih, tapi kayaknya gw bakal ambil produk lu aj. Marketingnya yahut soalnya.." sambung Intan sambil mengajungkan jempol.

Akupun tersenyum malu malu. Semakin optimis saja aku akan proyek ini.

"Makanya nanti di pertemuan selanjutnya, gw pengennya lu bawa orang yang ngerti masalah pengiriman barangnya ke Vietnam Bay." Kata Intan sambil menyeruput es jeruk.

"Oke deh, nanti gw bawa senior gw buat ketemuan sama elu Ntan.." kataku pada Intan. Aku yakin Lita bisa mengatasi hal itu.

"Asheeekk.. gw ikut dong meeting nanti.. pasti sama Lita kan?" Tyo main samber saja omonganku.

"Nihh.." kataku sambil mengepalkan tinju di hadapan wajahnya.

Kami pun tertawa bersama.



_________¤¤________



Rasa lelah dan letihku setelah bekerja seharian langsung hilang setelah melihat senyum anak dan istriku yang menyambutku di pintu masuk rumah. Seperti biasa, Sari mencium tanganku dan membukakan sepatuku. Setelahnya aku langsung beranjak mandi dan berniat untuk menjalankan ibadah bersama Istriku Sari.

Sekitar tiga atau empat langkah lagi sampai dipintu kamar mandi, kedua kakiku terasa sakit luar biasa. Luar biasa sakitnya sampai sampai aku teriak kesakitan dan ambruk terjatuh. Aku teriak mengaduh dan memanggil Sari istriku.

"Aaaakkhh... bbuuunnd...Aaakkkhhh..." kataku mengerang memegangi betis dan lututku.

Sari berlari menghampiriku dan berteriak histeris.

"Ya Allah Ayaaaahh.. kenapa Yaaahh.. ya Allaahh Ayaahhh..."

Aku benar benar mengerang kesakitan sampai sampai suara tangis Sari pun tak lagi dapat ku dengar dengan jelas. Sakitnya seperti di tebas dan diiris iris oleh pedang tajam.

"Aadduuhhh... Buunnd.. sakhiiittt.. aaakkhhh.."

"Ya Allah mana Yah yang sakit Yaah? Huhuhuhuuu.. Ya Allah gimana ini Ya Allaahh.." Sari jelas sekali kebingungan dan mengusap usap betis dan lututku sambil menangis kencang.

Aku tak dapat lagi menahan rasa sakit yang teramat sangat di kakiku. Sakitnya akan bertambah berlipat ganda setiap ku gerakan gerakan. Padahal itu cuma gerakan kecil, tapi rasa sakit yang ditimbulkan begitu besar.. aku tak lagi dapat menahan sakit ini. Kulihat Sari, dia mengambil HP nya dan seperti menghubungi seseorang. Ku coba untuk duduk namun yang kudapat justru rasa seperti sayatan sayatan pedang di kakiku, aku menjerit kesakitan.

Dan tiba tiba semua gelap. . .



________¤¤_______



"Pak....?"

Kok bapakku ada di hadapanku? Bapak terlihat murung dan sedih sekali melihatku.

"Paak? Kenapa? Kok muka bapak sedih gitu?" Tanyaku heran kepada almarhum bapakku.

Almarhum.. iya, bapakku sudah tiada tepat sebelum aku memergoki Sari dan Fauzi dulu.

Bapak terlihat mundur melayang menjauhiku namun tetap dengan wajah murung.

Almarhum.. kalau begitu aku......

"Hhaaaggghhhh...!!!" Aku menarik nafas dalam dalam dan membuka mataku lebar lebar.

Seketika langsung kudengar suara Sari berteriak histeris.

"Ayaaahhh..!! Dokteerr.. Dokterr.. suami saya bangun Dookk.. huuhuhu.. Dokteeeeeerrr..!!"

Kucoba menggerakkan tubuhku. Segala bentuk nyeri dapat kurasakan kini di sekujur tubuhku.

"Jangan gerak dulu Pak Bayu.. saya cek dulu kondisi bapak.." kulihat seorang pria berpakaian putih sambil menyumbat telinganya dengan sesuatu dan menempelkan entah apa itu di dada dan ulu hatiku.

Aku menoleh ke sebelah kanan, ada Sari istriku disamping pria berpakaian putih tadi sedang menangis menggenggam tanganku. Kemudian di belakang Sari kulihat ada Tyo, dan Intan. Aku menatap langit langit, sepertinya aku ada di klinik atau di RS sekarang. Kucoba gerak gerakkan kakiku, aneh.. tak lagi sakit seperti tadi. Ah, mungkin sudah disuntik fikirku. Hanya rasa nyeri saja yang kurasakan disekujur tubuhku kecuali kaki.

Aku menoleh ke arah Sari. Wajah Sari begitu khawatir dan menggenggam tanganku. Aku paksakan tersenyum dan bilang kepadanya,

"Udah jangan nangis terus. Ntar cakepnya ilang.."

Sari menyeka air matanya dengan punggung tangannya dan mengangguk berkali kali. Kemudian ku tengok dokter yang masih memeriksaku dan bertanya kepadanya.

"Saya kenapa dok?" Tanyaku lemah.

"Sepertinya cuma rematik dan asam urat. Kami sudah berikan tindakan tadi. Kakinya masih sakit pak?" Tanya dokter sambil menekan nekan betisku.

"Nggak pak, cuma badan saya aj pada linu smua" kataku menjelaskan.

"Efek samping obat pak" kata dokter tersenyum.

"Terus suami saya gimana doookk? Hikshiks.." Sari menatap dokter dengan wajah melas.

"Gapapa bu, istirahat satu hari di rumah ya pak, jangan kerja dulu. Nanti saya buatkan Surat Keterangan Dokternya." Kata dokter menjelaskan kepadaku dan Sari.

"Iya dok.." kataku mengangguk.

Intan menghampiri ranjangku dan berdiri disamping Sari. Wajahnya juga tampak sedikit cemas namun sepertinya tak ingin dia tunjukkan kepadaku dan Sari. Yang ada dia malah sedikit bercanda kepadaku dengan berkata.

"Cuma rematik sama asam urat tapi sampe pingsan? Yakin nih kalo ini suami kamu Sar?"

"Hehehe.. tau nih Ayahnya Raka.. bikin kaget aj tadi d rumah." Kata Sari menimpali candaan yang dipaksakan oleh Intan itu. Akupun tersenyum saja mendengar itu.

Aku tak mengerti, kalau cuma asam urat atau rematik kenapa rasa sakitnya benar benar luar biasa tadi? Seperti... seperti benar benar disayat dan di tebas tebas berkali kali oleh pedang.

Lalu, bapakku tadi.. mimpikah aku? Kok terasa nyata sekali. Lebih baik aku diam dulu sekarang, aku tak ingin membuat Sari khawatir.

"Bund, besok pagi telpon Lita ya.. kasih tau ayah ijin gak masuk, ga enak badan." Kataku menoleh kepada Sari.

"Iya Yah.." kata Sari sambil mengambil HP dan mengetik sesuatu.

"Kamu ngaapain bund?" Tanyaku.

"Kasih tau Kak Lita sekarang ajah.." jawab Sari sambil tetap mengetik pesan.

Aku biarkan Sari dan menoleh pada Intan.

"Makasih ya Ntan, pasti elu kan yang bawa gw kesini.. makasih ya Yo.." ucapku pada Intan dan menoleh kepada Tyo yang berada di belakang Sari.

"Iya, tenang aj. Untung kita belom jauh tadi pas Sari nelpon, jadi gw masih sempet puter balik." Kata Intan.

"Tapi kok lu tau rumah gw Ntan?" Tanyaku sedikit heran.

"Beeyy..." Tyo memanggilku dengan wajah bete yang langsung di potong oleh Intan.

"Serlok.. Sari share lokasi rumah lu ke gw.." katanya sambil tersenyum.

"Ooh.." aku kembali memandang langit langit klinik atau mungkin RS ini.

"Yah, Lita besok mau ke rumah katanya.." kata Sari sambil mengusap dahiku.

"Iya.." aku menoleh dan tersenyum.

"Yaudah, tadi dokter bilang Ayah boleh pulang, kita pulang aj yuk Yah, bunda gak mau lama lama di Rumah Sakit, pamali katanya mah.." kata Sari.

"Bund, Raka mana?"

"Di titip ke tetangga sebelah tadi. Bunda ga mau bawa Raka ke sini." Sari benar, akupun pernah melarang Sari agar jangan membawa Raka yang masih kecil untuk masuk ke area Rumah Sakit.

"Yaudah yuk pulang, sekalian gw anter deh.." kata Intan dan mengajak Sari ke apotek untuk menebus obat dan mengurus administrasinya. Intan meminta Tyo untuk mendorongku memakai kursi roda dari kamar sampai ke mobil Intan.

Tyo menghampiriku dan membawa satu kursi roda.

"Heheh.. payah ya Yo, padahal tadi gw bisa jalan.. masa sekarang kudu pake kursi roda.." aku menertawakan diriku sendiri kepada Tyo. Tapi sepertinya Tyo tak terlalu menanggapi dan malah bertanya kepadaku,

"Fitri... perlu gw kabarin gak?"

Aku terdiam sedikit kaget mendengar pertanyaan Tyo. Kututupi rasa kagetku dengan menempatkan pinggulku dikursi roda dan seolah mencari posisi yang nyaman. Setelah pura pura kurasa nyaman, aku menengok ke belakang dan menatap wajahnya.

"Gak perlu Yo, gw gapapa kok. Kecuali kalo gw hampir mati, baru deh lu kabarin dia.. haha.." kataku bercanda. Entah siapa yang kuhibur dengan candaanku itu.

Tyo hanya terdiam tak merespon.

Aku dan Sari pulang diantar Intan dan Tyo. Perasaanku tak enak.. kata hatiku seolah tak ingin kembali ke rumah. Ada rasa takut untuk menuju kesana, ke rumahku. Tapi tak mungkin kalau harus ku katakan hal ini kepada Sari. Yang ada nanti dia malah ikut ikutan takut dan malah menambah runyam suasana.


Sekitar pukul setengah sepuluh malam, kami tiba d rumahku. Sari basa basi kepada Intan dan Tyo mengajak mereka mampir sebentar ke rumah. Tapi Intan menolak dengan alasan sudah terlalu malam dan tak ingin menggangguku istirahat. Mereka pun akhirnya kembali pulang ke Jakarta dengan sedikit pesan dari Intan.

"Proyek kita udah gw anggap deal. Cepet sembuh buat teken kontrak secepetnya. Oke Bey?" Katanya sambil tersenyum menatapku dan Sari.

"Oke.. makasih ya Ntan, makasih ya Yo.." kataku kepada mereka berdua.

Selagi Sari mengambil Raka di rumah tetangga sebelah, aku dengan sedikit takut membuka kunci pintu. Kusebut nama Tuhan berkali kali ketika kubuka daun pintu rumah. Dan kulangkahkan kakiku masuk ke dalam sambil mengucap salam.

"Assalamualaikum.."

'BRAKKK....'

Darahku benar benar berhenti mendengar suara gebrakan diatas plafon rumah. Aku terdiam mematung, bulu kudukku meremang tajam dan berfikir apa yang membuat suara gebrakan sebegitu kencangnya diatas plafon rumahku.

"Kiiiiikikikikikkkk...."

Astagfirullah.. mataku melotot dan bulu kudukku tambah merinding ketika sayup sayup kudengar seperti suara cekikikan seorang wanita dari dalam rumahku. Darimana asal suara itu??

"HUAAHHHHKKK..!!!" Aku terlonjak dan teriak ketika kurasakan ada tepukan di pundak belakangku.

"Kyaaa.. Kenapa Yah kenapaaa?!!"

Kulihat ke arah belakang dan ternyata Sari lah yang menepuk pundakku. Aku menarik nafas panjang untuk menghilangkan rasa kaget dan takut yang tiba tiba mendera hatiku.

"Gapapa.. kaget aj tau tau kamu maen tepok dari belakang" kataku sambil mengusap usap dadaku sendiri.

"Yaudah masuk yuk.." Sari mengajakku masuk, dan aku memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumahku sendiri yang sudah hampir delapan bulan kutempati ini.

Suasana rumah, entahlah apa hanya perasaanku sendiri atau Sari ikut merasakan juga seperti berbeda dari hari hari sebelumnya. Hawa panas dan aura tak enak begitu kurasakan dari rumahku ini.

"Perasaan rumah jadi panas ya bund?" Kucoba memancing Sari untuk mengetahui apakah dia juga ikut merasakan perbedaan dirumah ini sekarang.

"Ngga ah.. biasa biasa ajah. Itu AC nya nyalah kok.." kata Sari sambil menaruh Raka di kasur dan menatapku dengan wajah cemas.

"Ayah kok mukanya tegang gitu si? Kenapa Yah?" Tanya Sari sambil mengelus pipiku.

Tak ingin istriku ini menjadi khawatir, kupaksakan tersenyum dan bilang kepadanya,

"Gapapa, tegang soalnya keinget baru kali ini pingsan seumur umur ayah idup. Hehehe.."

"Eyy.. lebay.. tapi tadi beneran deh Yah, kamu keliatannya kesakitaan banget.. bunda sampe takut ngeliatnya.

Ketika Sari berbicara kepadaku, ekor mataku tak sengaja melihat ke arah cermin yang ada di lemari. Tampak seperti ada yang berjalan melayang di bayangan cermin itu, seperti sesosok perempuan berbaju putih dengan rambut yang panjang. Aku dengan cepat menengok ke arah cermin, tapi tak ada apa apa di bayangan cermin atau di dekat lemari baju milik kami itu.

"Kenapa Yah?" Tanya Sari kepadaku.

"Gapapa. Yuk bobo. Udah malem.." ku ajak Sari cepat cepat tidur demi keinginanku agar pagi cepat datang.


________¤¤________



Jam berapa ini? Kok kakiku kaya kesemutan? Dengan mata yang masih mengantuk kucoba untuk melihat jam di dinding sebelah kanan ranjang. Jam empat kurang sedikit. Dinihari.. kataku dalam hati.

Kakiku..aduh, masa iya asam uratnya kambuh? Ku lihat ke arah kakiku dan

Degghhh...!!!

Tampak sesosok wanita dengan pakaian putih kucel dan rambut panjang yang terlihat lusuh sedang meringkuk dan seperti mencakar cakar kedua kakiku dengan kukunya yang tajam dan panjang. Mataku langsung melotot melihat sosok itu yang kini malah menoleh ke arahku.

Wajahnya....

Wajahnya seperti rata, matanya hitam semua tanpa ada kelopak matanya. Tak tampak ada hidung dan hanya ada dua buah titik lubang sebagai penggantinya. Dan mulutnya, mulutnya menyeringai lebar dengan gigi yang tak rata dan taring yang berliur, ujung bibirnya seperti habis dibawah matanya. Sosok itu cekikikan sambil menatapku.

"Kiiiiiiikikikikikikikkkk...."

Aku kehabisan nafas, aku tak dapat bicara, aku tak dapat bergerak. Jantungku berdebar dengan cepat diiringi rasa takut dihatiku dan rasa sakit akibat cakaran cakaran dari sosok ini di kakiku.

Aku ingin teriak memanggil Sari Istriku, aku ingin membangunkan dia yang tidur disebelahku dengan nyenyak sementara aku tengah ketakutan dan kesakitan disisinya.

Sosok itu terus menatapku sambil tetap mencakar cakar kakiku dan dengan seringai yang menakutkan. Sampai tiba tiba sosok itu mengangkat kedua tangannya tinggi tinggi dan menebas kakiku dengan kuku kukunya yang tajam sebelum akhirnya terbang meloncat dan menembus plafon diatas kamarku sambil tertawa cekikikan beriringan dengan terdengarnya panggilan ibadah di komplek perumahanku.

Aku tetap melotot ketakutan meskipun sosok itu sudah tak ada disini. Seluruh tubuhku gemetar hebat, air mataku keluar dengan sendirinya dan kakiku kesemutan, setelah panggilan ibadah tak lagi terdengar, kakiku mulai kesakitan. Rasa sakit yang sama ketika aku terjatuh di depan kamar mandi kemarin. Aku menjerit tertahan dan menggenggam sprei kuat kuat dengan harapan agar rasa sakit itu hilang atau setidaknya berkurang.

"Aaarrghhh... buuunndd... Aaakkhhh..sakit buuunndd.. aaakkhhhh.." Jeritku menahan sakit.

Sari menggeliat dan melihat ke arahku. Kaget dengan kondisiku dia langsung terbangun dan menjerit.

"Ayaaahh.. kenapa Yah, astagfirullah.. kenapa lagi ini.."

"Aaakkhh.. sakiiitt buund.. telpon siapa aja..aaakkhhh.. aduuhuhuhuhuhh..huuuuhuhuhu.. bhuuunnd..." aku tak dapat lagi menahan tangis akibat rasa sakit yang kurasakan di kakiku.

"Astagfirullah.. hiks.. iya sebentar Yah sebentar.. minta tolong tetangga aja. Hiks.." kata Sari bergegas ingin keluar kamar.

"Bhawa Rakha Buundh.. Aduuuhhh.. jangan ditinggal sama Ayah.. Aarrgghh.. sakiittt.. Ya Allahh.." kataku kepada Sari.

Aku tak ingin Raka anakku ada di dekatku ketika aku kesakitan seperti ini. Aku takut sosok itu datang kembali dan malah mengganggu Raka anakku.

"Iya Yah iya.. hiks hiks.." Sari dengan cepat mengangkat Raka dan segera berlari meminta pertolongan tetangga sebelah.

Sementara Sari pergi, aku berguling guling menahan sakit, cakaran cakaran sosok tadi dikakiku kenapa baru terasa sakit justru ketika sosok itu sudah tak lagi mencakarku?

Aku teriak kesakitan sampai sampai aku tak sadar bahwa aku sudah di gotong oleh beberapa orang pria tetanggaku. Aku tak tahu mau dibawa kemana, rasa sakit yang kurasakan membuatku tak lagi ingat atau tahu apa yang sedang terjadi.


_________¤¤________



"Bapak..? Bapak dateng lagi?"

Bapakku kembali datang dihadapanku dengan wajah yang murung.

"Bapak kenapa murung pak? Bayu kangen sama bapak.."

Kemudian seperti kemarin, bapakku melayang menjauh dariku. Namun kali ini terdengar suara dari arahnya.

"Yang sabar nak, belum selesai.. belum selesai.. yang kuat.."


Aku membuka mataku, tenggorokanku kering, tubuhku seperti tak bertenaga. Kudengar isak tangis istriku Sari dan beberapa riuh suara beberapa orang. Ku gerakkan lenganku dan mencoba meraih tangan istriku. Sari terkaget dan langsung teriak memanggil Umi.

"Umiiii.. Ayahnya Raka sadar Mii.. Mamaaa.. Bayu sadar Maa.. huuhuhu.. hiks.."

Mama? Ada ibuku disini? Sari memanggil ibuku dengan sebutan mama. Sejak kapan ibu ada dirumahku?

"Alhamdulillah.. ambilin aer yang dari Ustadz di meja, cepet.. takut nak Bayunya haus." Kata Umi kepada Sari. Sari langsung berlari entah kemana.

"Bayuuuu... huaa.. ngapa jadi gini Baayy.. huuuu.. huuuu..." kudengar suara ibuku menangis disampingku sambil mengusap usap kepalaku. Aku menoleh ke arah orang yang melahirkanku dan membesarkanku dengan seluruh kasih sayang ini dengan hati yang sedih. Kesedihanku karena sosok bapak yang muram datang menemuiku barusan dalam mimpi, ditambah kini malah kudengar tangisan dari ibuku yang datang jauh jauh menengokku.

Kemudian Sari datang membawa segelas air putih, disuapinya air itu sesendok demi sesendok ke dalam mulutku. Tenggorokanku yang amat kering tadi kini mulai terasa dingin setelah air putih itu mengalir di dalamnya.

"Uhuk.. uhugk.." aku terbatuk, terbatuk karena mulai segarnya tenggorokanku.

"Pelan pelan neeeng.. pelan pelaaaann.." kata Umi memarahi Sari.

"Iya Mih.. maaf.." Sari terisak isak sambil kembali menyuapiku minum.

"Udah bund.." kataku kepada Sari.

"Umi sama Mama kapan kesininya? Kok Bayu gak tau?" Tanyaku kepada kedua orang tua perempuanku ini.

"Bayu ada di rumah Umi sekarang Nak.. Ibu udah disini seminggu kemaren. Dianter sama Rian, cuma Riannya udah pulang kemaren pagi. Dia ijin cuti gak kerja cuma 3 hari doang.." kata Ibuku menjelaskan kepadaku.

Aku terkejut mendengar penjelasan Ibuku. Aku ada di rumah Umi? Ibu sudah seminggu disini? berarti selama itu juga aku tak sadarkan diri? Apa yang terjadi dengan diriku? Kulihat sekelilingku, iya benar.. ini adalah kamar Sari dulu sebelum menikah denganku.

"Iya Yah.. mama udah seminggu disini nungguin ayah sadar, ayah udah hampir dua minggu kaya gini terus.. ayah cepet sembuh ya Yah.. banyak yang dateng ngelongok dari kemaren. Kak Lita sama Intan baru aja pulang bareng, Kak Lita malah setiap hari kesini. Intan juga sering kesini biar gak tiap hari." Sari meneruskan penjelasan Ibuku dengan wajah murung. Aku sedikit heran dengan kata kata Sari kalau aku kaya gini terus. Kaya gini bagaimana maksudnya?

Dan Intan, Lita.. bagaimana dengan proyek yang dijanjikan oleh Intan? Ah, barangkali sudah di handle oleh Lita.

"Assalamualaikum.." terdengar suara seseorang di pintu masuk kamar.

"Punten Umi.. ada tamu di luar, mau nengok aa Bayu katanya." Aku tak mengenal si empunya suara yang memberitahu bahwa ada tamu untukku.

"Suruh masuk aj Jang.. sekalian ambilin air minum ya.." kata Umi lembut kepada orang yang dipanggilnya Jang tersebut.

"Iya Umi.. punteenn.."

Selepas orang tadi pergi, fikiranku melayang memikirkan apa yang terjadi kepadaku. Terakhir kuingat ketika kakiku di cakar cakar oleh makhluk menyeramkan di dalam kamarku sendiri, dan setelahnya aku kesakitan luar biasa sambil digotong oleh beberapa orang tetanggaku. Namun setelah itu aku tak ingat apa apa lagi kecuali ingatan tentang bapak yang datang menemuiku tadi.

"Assalamualaikum..."

Suara itu....

Aku menoleh ke pintu kamar dengan hati yang deg degan.

Tyo nampak masuk ke dalam kamar dan disusul oleh..



Fitri.....




Yassallaaamm
Update mantap suhu @Buyuk..berasa baca cerita misteri....
 
Ibey bakalan sembuh klo Uzi cabut santetnya. Syaratnya, Sari kudu dicoblos Uzi dulu
 
Mantep ide nya bang, dan di coblos nya harus ikut ibey nya, tapi nunggu di luar jd denger jeritan sari doang saat di nakalin uzi.. Ups keceplosan
 
Widih di santet ini..

Tpi siapa ya? Apa fauzi ya yg nyantet..

Kasiaann ya bey bru menanjak karirny udah turun lg..
 
Gak percaya gue .... bisa bisa x dia masukin qunti wkwkwkwwk .... jd tambah asyik nieh ada klenik x .
Santae om .... alon alon asal kelakon
 
Cerita yang bagus ..... Darri alur , tata bahasa ,nggak membuat bosan , sampai ikut larut imajinasi kita membaca , salut dan sukses ..... Thanks
 
Makasih atas updatenya om @Buyuk

Koq jadi Ibey yg diganggu ya? Mgkn kah ini ada hubungan nya dgn fauzi?
 
Bimabet
Oalah main santet bajingan Fauzi, itulah kenapa ane bilang kemarin dk di patah kaki atau tangan ny biar terasa trauma ny, kalau cuma di gebukin cuma sebentar sakit ny. Harus di lawan segera kalau dk ibey bakalan mati perlahan, dan cerita bakalan tamat. Sehat selalu gan biar bisa nulis sampe tamat..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd