Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Chap 11

bbce44534401798.jpg

Sandra Wilhelmina Angela


3f23a0534401800.jpg

Nadya Clara Navista

(Pov Author)

Dentangan suara musik yang sangat keras terdengar menggelegar di dalam salah satu pub malam kelas atas. Semuanya nampak menari- nari, menikmati alunan musik yang dimainkan oleh sang DJ. Tak sedikit pula orang yang memilih diam dan duduk menikmati minuman alkohol yang dipesannya dari seorang bartender. Entah itu yang duduk di sofa yang disediakan atau pun duduk di depan meja bar.

Semua orang nampaknya asik dengan dunianya sendiri, bergoyang dan juga terkadang bermesraan dengan pasangannya. Meskipun suasana di pub ini cukup ramai, tetapi tidak menimbulkan kesesakan.


Untuk kesekian kalinya Sandra mengangguk pelan dan tersenyum dikala lelaki hidung belang tersenyum menyeringai kearahnnya. Ia hanya acuh, memalingkan wajahnya ke arah lain sambil memainkan gelasnya yang sudah kosong.


“Hei” seru seseorang menepuk punggungnya. Sandra melonjak kaget dan hampir menjatuhkan gelasnya. Ia mendesis saat sahabatnya malah tertawa simpul menggodanya.

“Bisa nggak sih lo, dateng- dateng nggak ngagetin gw, Clara!” omelnya, namun perempuan bernama Clara hanya terkekeh sambil mengangkat bahunya.

“Nggak bisa. Ini udah menjadi ciri khas ku” balasnya santai sambil mengerlingkan matanya.

“Suatu saat lo bakal merindukan sifat jahilku ini Sand?” tambahnya.

Sandra hanya tersenyum sekilas lalu mengalihkan pandangannya pada gelas nya itu. “Mmmm... Mungkin saja” jawabnya singkat.

Clara mengernyit heran saat mendengar jawaban yang dilontarkan Sandra. Sahabatnya seperti sedang ada masalah, dan terlihat murung “ Kau kenapa Sand? Nggak biasanya lo kayak begini?”


Sandra menggeleng pelan kepalanya “Ehh... Gw nggak kenapa-kenapa kok! Cuman lagi males aja, Clar?”

“Males knapa lo, masalah kerjaan!”
selidik Clara.

Sandra kembali menggeleng pelan kepalanya “ Atau ini masalah...!”

“Dia main api dibelakang ku, Clar!” kata Sandra memotong pembicaraan nya.


~ 1 hari sebelumnya......

(Sandra pov)

Kulirik arloji di tangan ku sudah pukul 12.00. Hari ini sangat melelahkan, laporan keuangan banyak mengalami masalah. Dan Vano seharian tidak menemuiku atau sekedar menghubungi ku, kesal bete jadi satu. Katanya dia udah janji setelah tiba di Jakarta dia akan menghubungi ku dan menemui ku, nyatanya dusta. Pergi ke Surabaya hampir berminggu-minggu, tidak sedikitpun ingin menemuiku. Tidak seperti Andreas dia selalu ada disaat aku membutuhkan teman disisi ku. Andai kamu seperti Andreas, Van. Aku akan selalu nyaman, tapi sepertinya perasaan ini mulai terkikis dan perlu dipertanyakan, apa kamu masih serius dengan perasaaan mu itu.

Aku berfikir ada yang aneh dengan sikap Vano semenjak kami memutuskan untuk bertunangan dan akan melamarku. Entah hanya perasaan ku saja atau memang benar ada yang berubah dengan sikapnya itu.

Aku merasakan caranya tersenyum saat terakhir kita bertemu terlihat berubah seperti ada yang ia sembunyikan dan senyum itu tak sehangat seperti yang dulu.

(Flasback on)
.
Satu tahun lalu ketika pertama kali mengenal nya. Ia seorang pria tampan yang membuat histeris semua karyawan wanita yang melihatnya. Ia berada di ruang rapat umum di perusahaan ku. Dia berdiri di depan layar monitor komputer bsar sambil mempresentasikan proposal kerjasama perusahaan keluarganya dengan perusahaan tempat ku bekerja. Dan dia juga saat itu memperkenalkan diri sebagai GM di perusahaannya.

“Sand, ” bisik Diana dan menyenggol lengan ku dengan sikunya.

“Apa Di,” kataku tanpa memandang kearahnnya masih terfokus dengan smartpone ku . Aku juga tidak peduli dengan presentasi yang disampaikan oleh GM itu.

Diana adalah sahabat baikku, selain Clara. Lengkapnya Diana Audy Natasha. Kami bekerja di perusahaan yang sama di Gyeonggi Group. Jabatan kami saat itu masih sama- sama seorang manajer, bedanya hanya aku di bagian keuangan sedang Diana di bagian produksi.

Dia satu- satunya teman wanita ku di perusahaan ini, benar-benar murni sahabat bukan saingan dalam hal pekerjaan maupun hal asmara. Karena dia tau kalau aku tidak pernah mengencani siapapun, tidak sedikit pria yang mencoba mendekatiku.


Alasan mendasar ku saat itu belum menjadi poin penting yang harus ada dalam hidupku. Disamping itu menjalin hubungan baru adalah sesuatu yang sulit kulakukan, aku sangat takut untuk di khianati dan di tinggalkan.

“Sand, GM dari client kita itu lho . Dia ngeliatin lo terus dari tadi.” bisik Diana kembali.

“Hmmm... Terus!” balasku cuek dan masih fokus pada smartpone yang sedari tadi kumainkan.


“Heii... Ini sedang rapat, kamu malah main Dota,” omel Diana berbisik dan kali ini disertai cubitan kecil dipinggangku.

“Awww...” teriakku dan kontan membuat semua mata yang ada di ruangan ini menatapku heran. Ini benar- benar memalukan , aku melirik kearah Diana yang dengan kemampuan aktingnya yang sangat pro. Ia pura - pura bodoh dan menatapku heran seolah- olah dia juga ikut terkejut dengan teriakan ku.

“Siaaall” umpatku.

“Ma- maaf... Ma- maaf ” kataku sambil menunduk dan menggaruk- garuk tengkuk ku yang tidak gatal itu. Semua orang kembali fokus pada apa yang mereka lakukan sebelumnya. Meskipun ada sedikit cibiran yang sempat terdengar jelas di telinga ku.

Aku sempat melirik ke arah GM yang bernama Vano itu, yang berada di depan untuk mencari tahu reaksinya. Pikirku dia pasti akan tersinggung dengan gangguan sikapku tadi.

Deggh...

Jantung ku sedikit lebih berdegub lebih kencang seperti genderang, ia tersenyum manis kearahku. Hingga pipiku bersemu merah merona. Pertama kali dalam hidupku, aku merasakan sangat malu di tatap oleh seorang pria, apalagi dia..

Dari situ awal aku dan dia bersapa saling mengenal. Perusahaan tempat ku bekerja akhirnya bekerja sama dengan perusahaan family- nya.

Selepas enam bulan lamanya, kami semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain. Seiring berjalannya waktu keakraban kami membuahkan apa namanya itu cinta. Hingga tepat malam pergantian tahun lalu, ia menyatakan cinta kepada ku. Awalnya aku enggan menerima, namun melihat ketulusan dan perjuangan nya aku mau menerimanya. Tidak luput juga dari desakan sahabat ku Diana.

Itu kenangan kenangan Vano yang selalu menghangatkan hatiku dan senyumnya yang manis itu mampu membuatku jatuh hati padanya.

Dua bulan berlalu sebelum hubungan kami genap satu tahun, Vano memutuskan untuk mengikat ku dengan sebuah pertunangan, bahkan dia juga berencana akan melamarku secepatnya.

Yahh... Menikah. Entahlah ini keputusan yang tepat atau tidak, aku merasa takut menjalani semuanya.

Dulu meskipun sedikit tertarik pada Vano, alasannku menerima menjadi kekasihnya karena paksaan dari Diana. Ia merasa resah dengan ku yang selalu menutup diri pada setiap pria yang mendekat dengan ku.

(flashback off)


Setelah menyelesaikan pekerjaan ku, aku berinisiatif berusaha menghubungi nya. Beberapa kali menghubunginya namun yang terdengar hanya suara operator yang mengatakan nomor yang aku tuju sedang sibuk dan tidak menjawab panggilan ku.

Lama tidak ada jawaban dari panggilan telepon ku padanya. Kuputuskan siang ini untuk mendatangi kantor nya yang berada tidak jauh dengan kantor ku yang masih di sekitar Selatan Jakarta.

Lima belas menit kemudian

Aku memasuki gedung dengan sedikit tergesa-gesa menaiki lift menuju lantai dua empat.

Setiba dilantai itu nampaknya terlihat sepi, perasaan aneh menghampiriku. Tapi aku positif thinking. Kini aku sudah berada di depan pintu ruangan Vano.

Biasanya sekretarisnya tidak pernah meninggalkan mejanya yang berada di depan ruangan ini. Aku mengetuk pintunya beberapa kali dan tidak ada jawaban, pikirku apa Vano sedang tidak ada di ruang kerjanya. Tapi tidak mungkin mobilnya terparkir rapi saat aku turun dari mobilku yg parkir di basement.

Aku beranikan diriku untuk melongok, mesti tidak ada ijin dari pemiliknya. Aku kan memang tunangan nya nggak ada yang salah.

Aku perempuan yang yg cuek dan memegang teguh prinsip ku. Aku tidak akan membiarkan pria manapun untuk mendapatkan apa yang ia mau dariku dengan mudah nya. Termasuk dalam urusan waktu dan seks. Hubungan seks akan aku lakukan setelah menikah dan hanya untuk orang yang benar- benar aku cintai sepenuh hatiku.

Perlahan daun pintu ku buka, pintu itu ternyata tidak terkunci, hening, namun terdengar suara semacam desahan yg halus di dalam sana.

Degghh...

Jantung ku seolah berhenti dan tubuhku lemas seketika mendengar dan melihatnya. Vano berciuman mesra bersama seorang wanita, wnita itu tidak lain adalah sahabatku sendiri.


“Ahhh... Aku sangat merindukan bibir seksimu ini, Diana sayang” ucap Vano saat menyebut nama wanita yang berada di pangkuannya.

“Apa Sandra tidak pernah mencium mu seperti ini” tanya Diana tersenyum sinis disela- sela ciuman panasnya dengan Vano.

“Dia terlalu menjaga dirinya , sejauh ini dia hanya memberiku ciuman di pipi dan keningku, tidak lebih. Dan hasrat nafsuku hanya kamu yang bisa memenuhinya, Diana sayang.” balas Vano semakin mempererat rangkulan nya.

“Hahaha... Tapi kamu mencintainya dan kalian akan segera menikah ” Diana membalas perkataan Vano dengan nada sinis.

“Tapi aku masih membutuhkan kamu sekarang atau bahkan setelah aku menikah dengannya. Jadi puaskan aku hari ini sayang” pinta Vano menggoda.

Air mata yang sedari tadi aku tahan agar tidak menetes. Akhirnya tidak bisa terbendung lagi, saat mendengar kan percakapan penghianatan seorang sahabat dan kekasih yang kucintai itu.

Kata persahabatan yang di ucapkan Diana padaku hanya bullsit semata. Dan si pria yg tidak lain adalah kekasih ku sendiri ternyata lelaki brengseekk.

Braaagghhh...

Pintu itu ku banting sekeras mungkin dan aku menatap tajam kearah mereka. Keduanya terlihat terkejut dengan teriakan ku barusan, mereka tidak menyangka jika orang yang di omong kan ada di depan matanya, menyaksikan dan mendengarkan semua penghianatan yang mereka lakukan padaku.

“Kalian berdua memang brengseekk” kata ku dan melempar cincin tunangan pemberian Vano itu. Aku segera berbalik badan untuk bergegas keluar dari ruangan gedung perusahaan milik Vano.

Aku terus melangkah tidak menghiraukan panggilan- panggilan dari mereka, dan tidak bergeming. Terus melangkah dengan deraian air mata yang menghubungkan di pipiku menuju lift, hubungan ini tidak pantas aku lanjutkan lagi.

•••***•••

Sandra menarik nafas panjang setelah menceritakan itu semua kepada Clara yg berada di sampingnya. Manik matanya terlihat mulai berkaca- kaca, Clara hanya bisa memeluk bahunya sesekali mengusap- usap untuk memberikan kesabaran.

“ sabar ya Sand!”

“ Sudah tidak apa Clar?” ucap Sandra tegas. Sandra kemudian mendecakkan lidahnya lalu menengguk minuman yang sudah diisi lagi oleh seorang bartender. Ia menoleh kearah sahabatnya dan membalas nya.

“Mau gimana lagi? Mereka berdua sudah melakukan nya, aku sudah putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kami.” kata Sandra sedikit frustasi.

“Gw cuman bisa ngedukung lo, Sand! Mana yang terbaik kedepannya buat Lo.” balas Clara hati - hati.

“Gw juga bisa kayak Vano, gw udah nemuin pengganti dia. Gw ngerasa nyaman banget sama dia, beda jauh sama Vano, ya walau dia pas- pasan tapi gw ngerasa nyaman, ingin selalu berada disisinya.” kata Sandra bertutur panjang lebar kepada Clara.

“Siapa orang yang lo maksud itu Sand?” tanya Clara.

“Ada dech, lo kepo banget!”

“Sandra ” Sandra hanya menggelengkan kepalanya.

“Lo itu. Ihhhh... !” gesturnya terlihat gemas pada sahabatnya itu.

Keduanya kemudian turun dari kursi bar dan berjalan keluar pub ini. Sebelum keluar dari pub, sempat banyak laki-laki yang melihat kemolekan tubuh seksi mereka berdua, dengan tatapan mesum tentunya. Tetapi keduanya terus berjalan tak bergeming dengan ocehan tak senonoh laki- laki itu.

Pub malam di kawasan pusat Jakarta itu selalu ramai tiap malam nya. Tidak terkecuali dengan kedua wanita itu, Sandra dan Clara. Mereka sering masuk pub itu jika sedang bersama.

“Sand, abis ini kita kemana ?” tanya Clara.

“Nggak tau, kali aja lo punya tempat yang cocok dengan keadaan gw sekarang ini, Clar!”

Mereka sama-sama terdiam, sepertinya Clara sedang memikirkan sesuatu dan mengingat- ingat tempat indah yang pernah di kunjungi nya.


“Gimana kalau kita ke tempat yang eksotis, sunyi, indah dan menentramkan.”

“Mana ada tempat begituan di kota sebesar Jakarta ini, yang ada juga gedung-gedung tinggi, Clar?” kata sandra sinis.

“ Aihh... Lo tuh ya Sand!” balas Clara sedikit gemas. “ Dah ah mending lo ikut aja, nggak usah bawel?” ujarnya lagi.

“Mau kemana?" tanya Sandra.

“Sssttt... Pokoknya lo ikut aja”

“Oke!!!”

Keduanya segera bergegas masuk kedalam mobil Audi sport milik Sandra.

“Dah lo duduk manis, biar gue yang nyetir.” kata Clara yang sudah siap duduk di depan roda kemudi.

“iya bawel lo, Clar!”

Mobil itu kemudian bergerak menjauhi tempat parkiran pub malam itu. Membelah jalanan dengan kecepatan tinggi di pekatnya malam. Sileut keramaian menghiasi di sisi trotoar jalan, banyak para pedagang kaki lima menjajakan dagangannya di malam hari.

Selama perjalanan diantara keduanya tak ada pembicaraan .Clara masih berkonsentrasi dengan menatap jalan di depannya menuju suatu tempat yang ia maksud. Sedang Sandra masih bermain-main dengan alam pikirnya itu.

Mobil mereka tak terasa sudah jauh meninggalkan pusat kota Jakarta, menuju daerah perbukitan di pinggiran ibukota. Daerah itu amat asri, sejuk dan sunyi, namun menentramkan. Jalanannya berkelok- kelok dan turun naik ciri khas jalan perbukitan.

“Lo mau kemana, Clar! Ini jauh dari ibukota, Clar?" tanya Sandra menatap bingung ke arah sahabat nya itu.

“Tenang aja gw bawa lo ke tempat yang bakal lo nyaman suasana nya.”

“Tapi tempat ini kayaknya gw pernah kesini dech. ” kata Sandra mengitari pandangan nya dari dalam mobil.

“Ya mungkin” sahut Clara.

“ Klo nggak salah ntar lo bakal berhenti di puncak bukit itu kan Clar!” tunjuk Sandra kepada Clara.

“ Nah lo, tuh tau Sand?”

“Gw terakhir pernah kesini, sama... ” kata Sandra menggantung.

“ Sama Andreas kan...” timpal Clara cepat.

“ lo kok tau, sih?”

“Gw tau tempat ini juga dari dia!”

“Wow, ternyata seorang Clara diem- diem udah jalan bareng sama seorang cowo, atau jangan-jangan lo udah jadian sama dia” seloroh Sandra.

“No... No... Gw nggak mungkin jadian sama cowok gendut mesum itu” balasnya.

“Jadian juga nggak apa-apa kok. Andreas orang nya baik, dia sangat menghargai cewek, dan dia selalu ada buat Lo.” kata Sandra memandang keluar jalanan disisi kirinya. “Lo nggak akan nyesel, milikin dia Clar!" Tambah nya dengan suara sedikit serak.

“Ehh.... Lo knapa sand, kok...!” tanya Clara sedikit heran dengan penuturan nya.

“Nggak apa-apa kok, gw cuman kasih tau sedikit tentang Andreas aja, hehehe.” balas Sandra dengan senyum di paksakan. “Dan gw juga kepengen sahabat gw ini mendapat kan cowo yang tepat dan bisa jadi imam yang baik untuk lo?” sambungnya.

“Nggak dech, kayaknya lo yang suka sama si Andreas itu kan. Ngaku aja Sand!”
Jawab Clara kembali bertanya kepada Sandra. Terlihat wajah ayu Sandra sedikit gugup.

“Ehh... Itu!”

“Terus terang gw akuin, gw jalan sama Andreas malam itu. Gw juga ngerasa nyaman, tapi gw nggak mau langsung berprasangka dalam hati gw langsung menyukai dia. Butuh proses, ga instan.” jelas Clara.

“Sama kayak lo Clar. Gw juga suka dan seringnya malah gw banding- bandingin Andreas dan Vano, sama - sama laki-laki tetapi berbeda kepribadian.” balas sandra.

“Ahh... Tau lah. Kok jadi ngomongin dia” tukas Clara sedikit enggan membicarakan tentang Andreas.

“ Clar.”

“Tau lah gw nggak ngerti perasaan gw sand!”

“Clar, gimana Kalo kita bersaing untuk mendapatkan dia, menjadi milik kita seorang.” celetuk Sandra.

“Aihhh lo tuh ngomong apa sih, Sand! Ngaco. Gegara korban selingkuh an tunangan lo jadi kacau pikiran lo Sand!” seru Clara.

“Pikiran gw, waras , sadar kok! Dan yang gw omongin ini serius Clar!”

“Terserah aja lah. Dah turun, kita dah sampai!” sahut Clara.

“iya bawel, jadi gimana nih! Apa lo yakin nggak suka sama dia!”

”iiyaa.. bawel !”desisnya seraya keluar dari dalam mobil. Terlihat wajahnya sayu merona merah saat mengatakan itu.

“hihii... Seorang Clara malu-malu bilang suka,” goda Sandra yang menyusulnya keluar dari dalam mobil.


Terlihat beberapa pasangan muda - mudi duduk bersejajarandi pembatas pagar di bukit itu.

“Uhhh... Sejuknya udara di sini Clar. Lampu-lampu kota nampak elok dari sini” seru Sandra tepat bersejajar berdiri di samping Clara.

“gimana lo udah tenangan kan otak lo Sand!” timpal Clara.

“he..emm” angguk Sandra.

“Clar... Andreas kayaknya suka sama lo dech.” gumam Sandra lagi.

“Ahh lo ngomong apaan sih Sand.” Clara mencoba menepis tuduhan yang di lontarkan Sandra kepadanya.

“Kali ini gw serius !” Katanya sedikit tegas.

Clara menoleh kan wajahnya ke arah Sandra. Kedua manik mata mereka saling bertautan memandang, penuh dengan pikiran - pikiran mereka masing-masing.

Ada ruang hatiku yang kau temukan...
Sempat aku lupakan kini kau sentuh,
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati....”
nada dering smartphone Clara bergetar kencang.

Kedua matanya terperangah melihat siapa yang menelepon nya malam- malam seperti ini. Nama yang tertulis itu dari supir pribadi mamahnya.

“Halo mang. Ada apa ya?” tanya Clara datar.

“Non, anuu...! Duhh, gimana jelasin nya ya?” jawabnya di seberang telepon.

“Mamang, tenang dulu dech. Biar nggak gugup gitu.” ujar Clara.

“ssshh... Mamanya non, tergeletak nggak sadar diri di lantai.” sahutnya.

“MAMAH, gimana ke adaanya mang?" Tanya Clara histeris dan khawatir. Bahkan Sandra yang berada tidak jauh dari tempat nya berdiri, ikut memandang nya penuh keheranan.


“Sekarang, mamah non udah mamang bawa ke rumah sakit sekitar kompleks sini non” jawabnya. “Non, cepat kesini?” tambahnya.

“Ya, udah mamang tunggu aja disana. Aku segera ke sana sekarang mang”

“Baik, non cepat- cepat kesini?" balas supir nya itu.

“Iya”

Clara menutup teleponnya, dan manik matanya memandang ke arah sahabatnya yang masih terheran- heran melihat perubahan wajahnya.

“Kita mesti balik, mamah gw masuk rumah sakit. Barusan sopir ngabarin” kata Clara menjelaskan.

“Ya udah...” kata Sandra singkat.

Keduanya kembali memasuki mobil yang berada tidak jauh dari tempat nya berdiri. Kemudian mobil bergerak melaju dengan kencang berjalan di kegelapan malam. Menjauh dari perbukitan itu.

______________________________________

Mohon maaf keterlambatan updatenya.
Typo dan eyd yg nggak sesuai harap dimaklumi.

Jangan lupa sarannya dan kritik nya suhu..
Terimakasih

[Next chap]>>>
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd