nvidia_eyes
Adik Semprot
- Daftar
- 3 May 2014
- Post
- 145
- Like diterima
- 1.358
Perawan hilang di kuburan Cina
Liling adalah seorang gadis pelajar sebuah SMA negeri kota Rembang. Anak saru-satunya dari Koh Chen, seorang pemilik toko kelontong sederhana keturunan tionghoa.
Liling memiliki tubuh yang sekal dan padat, kulitnya putih bersih, dadanya tumbuh cukup berisi, rambutnya tergerai lurus sebahu, wajah orientalnya juga sangat manis. Tubuh muda Liling yang aduhai ini tanpa sadar mengundang pikiran buruk para pria dari yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya sampai yang berhasrat ingin menggagahinya. Salah satunya adalah Afuk, seorang pria tua pemabuk kaya raya kenalan ayah Liling.
Afuk, pria keturunan berusia 56 tahun pemilik banyak kapal nelayan, memang seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-gadis muda nan cantik dan seksi. Sudah tidak terhitung berapa pembantu rumah tangganya yang selalu berusia muda, mengundurkan diri dalam keadaan bunting.
Sosok pribadi Liling memang cukup supel dan ramah membuat bayak lelaki tertarik padanya, termasuk Afuk yang sering melihat Liling berolahraga lari di sore hari melewati depan rumahnya.
Melihat Liling yang selalu memakai kaos ketat dan memperlihatkan lekukan tubuh khas gadis muda, dengan dada yang berguncang-guncang seirama gerak langkah larinya, selalu membuat libido Afuk memuncak, sampai akhirnya dia mulai menyusun rencana agar mampu melampiaskan hasratnya yang sudah lama terpendam itu.
Suatu hari seperti biasa hari itu Liling berlari sore mengikuti rute yang biasa. Saat melewati depan rumah Afuk, Liling melihat Afuk duduk di teras rumah seperti biasanya.
”Sore, Koh Afuk...” sapa Liling ramah
“Soree….” Jawab Afuk singkat.
Mata Afuk jelalatan memandangi tubuh Liling yang terus berlari sampai menghilang dari pandangan di ujung gang, Saat itulah dia memutuskan saat inilah kesempatan terbaiknya menjalankan rencananya melampiaskan hasrat birahinya kepada Liling.
Bergegas Afuk mengambil kunci motornya untuk bergegas pergi.
”Lho Pak, mau kemana buru-buru begitu?” tanya istri Afuk kebingungan.
”Mau beli arak aja di Toko Chen.” jawab Afuk singkat.
Afuk bergegas memacu motornya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi tempat dimana Liling nanti akan disergap dan dijahilinya, sebuah kuburan Cina tua yang sudah banyak ditumbuhi semak belukar. Kuburan ini juga rute merupakan rute yang biasa dilalui Liling saat olahraga. Afuk juga sudah meletakan tikar dan arak sehari sebelumnya untuk memperlancar aksinya.
Afuk sengaja mengambil jalan memutar agar tidak berpapasan dengan Liling. Sesampainya dia di lokasi, Afuk menyembunyikan motornya, dia buka tikar kecilnya di lokasi yang agak dalam masuk ke kuburan agar tidak terlihat dari jalanan, sebotol arak juga sudah dia siapkan.
Liling terus berlari santai, tidak menyadari petaka yang sebentar lagi akan menghampirinya dan mengubah hidupnya selamanya. Seperti biasanya dia berlari sore memasuki area kuburan Cina, sampai tiba-tiba ada seseorang yang menerkam tubuhnya, memeluk dan dengan paksa menyeret tubuhnya masuk ke semak-semak yang menutupi batu-batu nisan tua.
”AAAAAAAH... TOLONG… TOLONG… TOLONG…” Teriak Liling panik namun sia-sia,
Tidak ada seorangpun lewat di tempat itu. Liling berusaha meronta tapi tenaga seorang gadis muda berawakan kecil jelas tidak ada apa-apanya. Liling menjadi semakin panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan gelisah.
“Tenang.. Tenang… Kita santai dulu di sini” Ujar orang itu, memaksa Liling duduk di tikar.
Liling kenal dengan suara itu, Afuk, teman dekat ayahnya.
”Koh Afuk! Apa-apaan ini!?”
”Tenang Ling, Kokoh juga mau ajak kamu olahraga yang lain.” ujar Afuk sambil menciumi leher Liling yang sedang dia peluk erat-erat. Bau keringat bercampur parfum khas ABG semakin membakar nafsu Afuk.
“Olahraga apa sih!? LEPASIN...!” Liling masih berusaha meronta.
”Olahga ini nggak Cuma dapat capek, tapi juga kenikmatan...”
Bagai tersambar petir Lilingpun kaget mendengar ucapan Afuk tadi.
“A... Apa maksudnya Koh?”, tanya Liling sambil terbengong-bengong tidak percaya.
“Anak cantik, ayo minum ini dulu!” Afuk tiba-tiba munutup hidung Liling dan memaksa memaksanya untuk meminum arak.
Liling yang sebenarnya tidak cukup umur buat minum minuman beralkhohol tidak bisa melawan, beberapa teguk terpaksa dia telan,
“J.. Jaangan Koh.. Jangann..” pinta Liling dengan wajah memerah. Arak itu begitu kuat, bagi anak remaja seperti Liling, tidak butuh waktu lama sampai efeknya muncul. Liling merasakan kepalanya berputar dan tubuhnya lemas. Dia sudah tidak melawan lagi.
Sejenak Afuk menelusuri tubuh Liling yang menggairahkan dengan posisinya telentang diatas tikar tidak berdaya. Sepatu Liling dilepas menyusul kemudian celana panjangnya dipelorotkan sampai mata kaki. Terpampanglah kedua paha Liling yang putih bersih itu.
Dibagian atasnya, kedua buah dada ranum nampak menonjol dari balik baju kaos putihnya yang berukuran ketat.
“Ampunn Koh.. Jangan Koh..” Liling mulai menangis sambil tangannya berusaha menutupi celana dalamnya.
Kesadaran Liling mulai timbul tenggelam karena mabuk, tetapi tatkala dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai menyentuh pahanya, tangannya secara refleks berusaha menampik tangan Afuk yang mulai menjamah paha Liling, tapi percuma saja karena kedua tangan Afuk dengan kuatnya memegang kedua pahanya.
“Oohh.. Jangann.. Koh.. Tolongg.. Jangann..” Liling meronta-ronta lemas dengan menggerak-gerakkan kedua kakinya.
Akan tetapi Afuk malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya erat-erat kedua paha Liling itu sambil merapatkan badannya ke tubuh gadis mangsanya itu. Liling menjadi mati kutu sementara isak tangisnya menggema di areal pekuburan yang mulai gelap dan sepi itu.
Kedua tangan kasar Afuk mulai bergerak mengurut kedua paha mulus itu hingga menyentuh pangkal paha Liling.
Tubuh Liling menggeliat ketika tangan-tangan Afuk dengan kurang ajar mulai menggerayangi bagian pangkal pahanya. Aajah Liling menyeringai ketika jari-jemari Afuk mulai menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
“Iihh..” pekik Lilik di aat jari Afuk ada yang masuk ke dalam liang memeknya.
Tubuh Liling menggeliat kencang di saat jari itu mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya. Desah nafas Afuk semakin kencang, sambil meneguk arak dia nampak sangat menikmati aksi ‘pembukaan’ nya ini.
Ditatapnya wajah Liling, gadis yang sudah dikenalnya sejak Liling masih SD. Dikenangnya betapa lugu dan manisnya Liling saat itu. Gadis kecil suci itu kini yang megap-megap dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari tengah Afuk yang menari-nari di dalam lubang perawannya.
Cep.. Cep.. Cep.. terdengar suara dari bagian selangkangan Liling.
Sekarang lubang kemaluan Liling sudah banjir oleh cairan kemaluannya yang mengucur membasahi selangkangan dan jari-jari Afuk.
Puas dengan aksi ‘pembuka’ ini, Afuk mencabut jarinya dari lubang kemaluan Liling. Liling nampak terengah-engah, air matanya meleleh membasahi pipinya.
Afuk kemudian menarik tubuh Liling berdiri, dipeluknya erat-erat gadis itu agar tidak jatuh, kedua tangannya meremas-remas pantat yang sintal sementara Liling hanya bisa terdiam pasrah, detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya yang panas itu.
Afuk menikmati kembali wanginya tubuh Liling sambil terus meremas remas pantat gadis itu. Selanjutnya Afuk mulai menikmati bibir Liling yang tipis dan sensual itu, dikulumnya bibir itu dengan rakus bak hewan buas tengah kelaparan melahap mangsanya.
“Eemmgghh.. Mmpphh..” Liling mendesah-desah di saat Afuk melumat bibirnya.
Dikulum-kulum dan digigit-gigitnya bibir Liling dengan gigi dan bibir Afuk yang kasar dan bau alkohol itu.
Ciuman Afuk turun ke bagian leher.
“Oohh.. Eenngghh..” Liling mengerang-ngerang di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh Afuk.
Pelukan Afuk begitu kuat sehingga membuat Liling sulit bernafas, membuatnya semakin pasrah di hadapan Afuk yang tengah memperkosanya.
Setelah puas, Afuk melepas pelukannya sehingga tubuh Liling jatuh terduduk lemas. Afuk turunkan celana pendeknya dan penisnya yang sudah besar membengkak meloncat keluar.
Langsung saja oleh Afuk kepala Liling dihadapkan pada penisnya.
“Ayo.. Jangan macam-macam anak cantik.. Buka mulut kamu” bentak Afuk sambil menjambak rambut Liling.
Ketakutan, Liling tak bisa menolak permintaannya.
Sambil terisak-isak Liling sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan segera saja Afuk mendorong masuk penisnya ke dalam mulut kecil Liling.
“Hmmphh..” Liling mendesah lagi ketika benda besar menjijikkan itu masuk memenuhi mulutnya hingga pipinya menggelembung.
“Akhh..” Afuk mengerang nikmat.
Kepalanya menengadah keatas merasakan hangat dan lembutnya mulut Liling di sekujur batang kemaluannya.
Liling hanya menangis pasrah, tak berdaya menahan gejolak nafsu pria setengah abad itu.
Sambil tetap mencengkeram kepala Liling, Afuk mulai menggerakkan pinggulnya.
Suara berdecak- decak dari liur Liling terdengar jelas diselingi batuk-batuk. Beberapa menit lamanya Afuk memaksa Liling mengoral penisnya, dia nampak benar-benar menikmatinya.
Tiba- tiba badan Afuk mengejang, pinggulnya bergerak semakin cepat sambil menjambak-jambak rambut Liling. Wajah Afuk menyeringai, mulutnya menganga, matanya terpejam erat dan..
“Aakkhh..” Afuk melengking,
croot.. croott.. crroott..
Liling terkejut dengan cairan putih amis yang tiba-tiba saja mengisi mulutnya itu. Liling berusaha melepaskan batang penis Afuk dari dalam mulutnya tapi sia-sia, tangan Afuk mencengkeram kuat kepalanya.
Sebagian besar sperma Afuk berhasil masuk memenuhi rongga mulut Liling dan mengalir masuk ke tenggorokannya. Sebagian lagi meleleh keluar dari sela-sela mulut Liling.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Afuk mencabut batang kemaluannya dari mulut Afuk.
Nampak batang penisnya yang basah kuyup oleh cairan sperma bercampur air liur Liling.
Tubuh Liling yang lemas dan shock setelah diperlakukan Afuk seperti itu jatuh tertelentang di tikar.
“Sudah Koh.. Sudahh ya Koh.. Ampuuun..” Liling menangis sesenggukan, terengah-engah mencoba meminta pengampunan dari Afuk yang dengan santainya menghabisakan sisa arak di botolnya.
Libido memuncak dalam diri Afuk membuat tenaganya menjadi berlipat-lipat, apalagi ditenagai dengan arak yang dia habiskan tadi membuatnya lupa diri dan tidak peduli dengan apapun. Walaupun baru saja ejakulasi, tak lama kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga batang kemaluannya kembali mengacung keras siap menikmati mangsanya lagi.
Afuk kemudian menerkam tubuh Liling yang masih menangis terisak-isak terdidur di ikar. Liling sadar akan apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya, suatu kejadian mengerikan yang akan menghancurkan masa depannya.
Afuk menurunkan celana olahraga Liling sampai lepas. Kemudian dengan gerakan perlahan, Afuk memerosotkan celana dalam krem yang masih menutupi selangkangan Liling.
Kedua mata Afuk pun melotot memandang kemaluan Liling. Liang kawin gadis remaja yang yang menggoda, ditumbuhi rambut yang tidak banyak tapi rapi menutupi bibir memeknya, indah sekali. Afuk langsung saja mengarahkan batang penisnya ke bibir memek Liling.”
”Jangan Koh... Jangan... Aaakh...!”
Liling menjerit kencang ketika Afuk mulai menekan pinggulnya dengan keras, batang penisnya yang panjang dan keterlaluan besarnya itu menembus paksa ke dalam liang kawin Liling.
“Aakkhh..”,
Liling menjerit lagi, tubuhnya menggelepar mengejang dan wajahnya meringis menahan rasa pedih di selangkangannya. Kedua tangan Liling meremas tikar dengan sangat kuat, sementara Afuk dengan sekuat tenaga melesakkan batang kemaluannya di memek Liling dengan kasar dan bersemangat.
“Aaiihh..”,
Liling melengking keras di saat selaput daranya berhasil ditembus batang penis Afuk. Darah segar pun mengucur dari sela-sela kemaluannya. Afuk telah berhasil merampas kegadisan Liling.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Afuk mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya, Afuk langsung menggenjot tubuh Liling tanpa ampun. Buah dada Liling yang berguncang-guncang liar semakin membakar nafsu Afuk.
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Liling mengerang-ngerang kesakitan.
Tubuhnya terguncang-guncang akibat gerakan penis yang keras dan kasar. Sementara Afuk dengan acuh terus menggenjot liang gadis remaja itu dengan nafsu membara.
Sekitar setengah jam lamanya Afuk menggagahi Liling yang sudah kepayahan.
“Aaahh.. Ougghh.. Oohh.. Koh... Aaah...” Desah Liling
Afuk memompa vagina Liling semakin cepat dan dalam, dan desahannya pun semakin kencang. Desahan lirih Liling membuat Afuk semakin menikmati setiap hentakan demi hentakan menyetubuhi gadis SMA itu.
Sekitar 5 menit kemudian Afuk bisa merasakan Liling sudah mendekati orgasmenya. Setiap denyutan dan remasan vagina Liling membuat Afuk tak mampu lagi menahan desakan di ujung penisnya.
Tubuh Afuk kembali mengejang keras, genjotannya semakin cepat dan urat-uratnya menonjol keluar dari tubuhnya yang gempal namun kekar. Afuk sudah siap berejakulasi. Seketika dia hentakan penisnya kuat-kuat.
“Aaaaahh..”
croot.. croott.. crroooott..
Afuk memekik panjang melampiaskan rasa puasnya yang tiada tara dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam rahim Liling yang tengah menggelepar kepayahan kehabisan tenaga sehabis orgasme, tak sanggup lagi mengimbangi genjotan Afuk.
Sambil melumat bibir dan meremas dada Liling, penis Afuk masih terbenam didalam. Berdenyut-denyut mengalirkan sisa sperma ke dalam rahim Liling.
Tidak berbeda dengan nasib gadis-gadis lain, Afuk pun akan menghamili gadis 16 tahun itu dengan anak haramnya.
Akhirnya kedua tubuh manusia beda generasi itupun jatuh lunglai diatas tanah beralaskan tikar diiringi desahan nafas panjang Liling.
Afuk puas sekali karena telah berhasil melaksanakan hajatnya memperkosa gadis cantik yang selama ini membayangi imajinasi bejatnya.
Setelah istirahat beberapa menit, akhirnya Afuk mengantarkan Liling yang sudah lemah dan setengah mabuk sapat kedepan rumahnya.
Afuk berbisik ke telinga Liling kalau dia masih penasaran dengan tubuhnya yang molek itu dan mengancam akan menyebarkan aibnya kalau tidak datang ke kuburan china untuk setipa sore.
Aksi Afuk terus berlanjut selama sebulan sampai akhirnya Liling ketahuan hamil oleh sekolahnya dan Afuk meninggalkan Liling begitu saja.
Next
Terakhir diubah: