Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ahmad Jonathan

Hu...ane jg sering bilang ke penulis...giniin aja...gituin aja...

Tp itu hanya respon terhadap penulis...

Yang bener suhu sbg penulis...buat cerita sesuai hati dan mood suhu lah....peduli setan masukan2 kayak ane...

Btw...suhu bilang udh nulis cerita si joe ini ampe 7 bab...itu aja luncurkan hu.....ngarep.....
 
Halo semua. Terima kasih ya atas komen dan like-nya. Semakin membuat TS semangat untuk update. Tentang cerita selanjutnya seperti apa, silakan menebak-nebak sendiri. Biar makin greget dan penasaran. Hehehehe..

Sekedar cerita, gw bikin cerita ini sudah lama dan hanya publish di burung biru, lalu di-private setelah followers udah banyak. Di situ gw buat ceritanya lebih interaktif, sebagai contoh, ada part tertentu gw kasih polling di cerita Jamilah (yang belum baca, silakan baca Part 2 Ia Gadai Tubuhnya Demi Suami). "Mau lepas cadar atau nggak". Dan ini mengubah alur cerita sedikit. Bahkan gw sempat bikin polling : apakah kalian pengen gw bikin cerita yang ada unsur pemaksaannya?

Walaupun gw nggak suka cerita semacam itu, dan amat sangat nggak pengen alur cerita Joe ini ada adegan seperti itu, tapi karena tuntutan polling (yang gw kalah telak), akhirnya cerita itu guwa terpaksa bikin.

Sedih sih, ketika lu menulis cerita sambil ngedumel, "Ini bukan alur yang gw inginkan". Terus terang itu bukan gaya gw. Menulis sesuatu yang bukan dari keinginan lu. Feel nya nggak ada. Nanti silakan dibaca saja, sedang gw siapkan, gw keluarin dikit-dikit. Gaya nulis seperti ini di burung biru kan emang gampang. Satu cuitan lu nggak perlu panjang-panjang, sambil nunggu angkot jalan aja biasanya gw nulis, dapet 2-3 cuitan, berhenti. Gitu terus tiap hari. Lagi di KRL, lagi di TJ, dan seterusnya. Dicicil dan dikembangkan. Yang penting plot utama cerita udah ada.

Di forum ini, gw masih merasa asing. Dengan orang-orangnya, dengan berbagai macam istilah yang gw nggak ngerti, dengan banyak hal. Dan bisa jadi, suatu saat emang cerita ini harus berhenti, gw hanya berharap cerita bersambung ini bisa sedikit berfaedah buat hidup agan-agan semua. Nggak cuma sekadar menghibur (dan bikin bacol buat imajinasi agan-agan semua), tapi yah ambil sisi lainnya aja yg positif.

Kalau dari sisi gw, gw anggap ini latihan gw belajar nulis dan bikin cerita yang lebih kompleks lagi. Mungkin sekelas novel atau apalah. Siapa yang tahu? Sampai masa itu tiba, gw akan tetap terus belajar.

Terima kasih juga gw ucapin buat yang kirim DM, gw minta maaf kalau gw balesnya lama. Bukan mau sombong tapi gw usahain baca satu-satu dan gw reply satu-satu, dan itu takes time. Harap bersabar aja. Oh, dan kalau buat akhwat emang sih gw prioritasin, harap maklum aja. Hahaha, tapi suer gw usahain bales semuanya kok.

Terakhir, untuk yang lagi rebahan di rumah bacain cerita gw dari awal sampe akhir, mungkin karena harus di rumah doang, yuk kita sama-sama berharap ini semua segera berakhir. Mungkin kita beruntung karena ada cukup makanan dan koneksi internet, dan berbagai hal lain yang mencukupi. Tapi ada banyak orang di luar sana yang walau nggak ada pandemi ini pun mereka harus ekstra keras bekerja. Bantuin mereka dikit-dikit, dengan doa, dengan minyak setengah liter, dengan roti lu, atau mungkin dengan duit goceng, pokoknya apa aja yang kita punya, buat bikin mereka semangat lagi. Untuk bertahan, dan sabar. Sama seperti kita yang di rumah, mereka juga berharap semuanya bakal normal lagi.

Aduh gw ngetik kebanyakan ya? Hahaha... Maaf ya. Sampai jumpa di bagian cerita berikutnya.
Dijalankan aza suhu gak di baperin .....
 
Siaap suhu....di forum ini mungkin jarang yg minta aneh-aneh palingan ramenya minta up terus terusan... :Peace: :semangat:
Tp kan juga tergantung agan waktunya , modnya, saat nulis... Yg penting agan berkarya terus itu sudah menjadi kesenangan buat kita-kita...:adek:
Jadi semangat selalu untuk menulisnya ;):beer:
 
Siap Om.. Sudah disiapkan tinggal diencrotkan.






Hehe, mirip-mirip di burung biru, reaksi pembaca macam-macam. Silakan tunggu di part selanjutnya ya Om... :)
lanjutkan suhu.. saya berterima kasih suhu memberikan bacaan bt kami.***s n sukses RL nya
 
Hu...ane jg sering bilang ke penulis...giniin aja...gituin aja...

Tp itu hanya respon terhadap penulis...

Yang bener suhu sbg penulis...buat cerita sesuai hati dan mood suhu lah....peduli setan masukan2 kayak ane...

Btw...suhu bilang udh nulis cerita si joe ini ampe 7 bab...itu aja luncurkan hu.....ngarep.....
Terima kasih hu.. Semua saran akan masuk, tapi kadang kalau langsung send foto tytyd otomatis blocked. Apalagi kalau minta aneh-aneh. Ha ha ha ha.

Dijalankan aza suhu gak di baperin .....
Siap Om...
Siaap suhu....di forum ini mungkin jarang yg minta aneh-aneh palingan ramenya minta up terus terusan... :Peace: :semangat:
Tp kan juga tergantung agan waktunya , modnya, saat nulis... Yg penting agan berkarya terus itu sudah menjadi kesenangan buat kita-kita...:adek:
Jadi semangat selalu untuk menulisnya ;):beer:

Kalau minta aneh-aneh biasanya via DM, Om :p
 
Terserah suhu aja, mau kaya gimana mah
Ga usah perkosa/pemaksaan lah. Tapi alur ceritanya yg baru kalo boleh, kan bosen juga 'ganteng, banyak duit, dapet cewenya gampang' , kalo bisa 'jelek, ga punya duit'
cuma opini aja

:Peace:

Wah, permintaannya yang model begini aja ane memahaminya susah luar biasa Om...

Tapi nanti di part ke 10-11, ane akan bikin kejutan, si Joe akan jatuh miskin.
 
Lanjutkan....semangat ....kalau respon reader mah ngga usah terlalu dipikirkan dan kalau bisa jangan sampai mengubah gaya penulisan apalagi alur cerita....... sebenarnya reader juga ngga serius sama yang disampaikan via respon itu agar dituruti....ngono wae wis
 
Lanjutkan....semangat ....kalau respon reader mah ngga usah terlalu dipikirkan dan kalau bisa jangan sampai mengubah gaya penulisan apalagi alur cerita....... sebenarnya reader juga ngga serius sama yang disampaikan via respon itu agar dituruti....ngono wae wis

Terima kasih sudah ikut komen Om. Sempat dapat pencerahan juga dari suhu senior di sini via DM. Katanya banyak penulis legend yang karyanya bagus-bagus akhirnya sensi karena pembacanya pada aneh-aneh. Ada yang minta hapus momod, ada yang berhenti nulis, ada yang nge-hidden. Ane copas salah satu message beliau :

Pernah ada cerita yg judulnya "Perjalanan Seorang Akhwat" karya Alvin89 kalo ga salah. Pembaca yg terlalu cinta sama salah satu karakter, ga suka kalau TS update cerita ke karakter yg lain. Akhirnya TS-nya fed up.

Apakah masih sama Larissa?

Selama beberapa part ke depan, iya Om
 
PART 4D
GELORA LARISSA, AKHWAT AKTIVIS KAMPUS

Secepat mungkin aku menyambar celana pendekku. Ia pun sibuk memunguti pakaiannya yg berserakan. Baju dan celanaku juga dikemasinya.

"Ba—bagaimana ini, Ukh?" tanyaku dengan panik.

Ia memberi kecupan di bibir sambil memegangi leherku.

"Serahkan padaku. Percayalah," katanya sungguh-sungguh. Aku mengiyakan, walaupun aku harus siap dengan segala kemungkinan terburuk.

Digebuki warga, diarak keliling kampung, atau mungkin dijebloskan ke bui.

Perasaanku tak karuan.

Ia membantuku merapikan pakaianku. Mungkin memang wanita ditakdirkan lebih cepat berkemas dibanding lelaki.

"Cepat, masuk ke dalam." Ia menunjuk ke arah lemari.

Aku menganga.

"Ap—apppa?! Yakin??" tanyaku separuh tak percaya.

"Punya opsi lain?" Ia menjawab dengan tenang. Seolah sudah pernah berhadapan dengan situasi seperti ini sebelumnya.

Kupikir lagi, pintu belakang rumah ini mengarah ke samping. Kalau hoki, aku bisa kabur. Tapi, kemungkinannya kecil. Kalau kelihatan, aku bisa mati diamuk masa karena disangka maling di siang bolong.

Kuputuskan menuruti Larissa.

Tanpa banyak bicara lagi, kuremas dan gulung pakaianku. Hanya dengan mengenakan celana boxer, aku masuk ke lemari yang sempit itu.

Lemari ini sebenarnya cukup besar untuk dimasuki, namun aku harus berbagi ruang dengan jubelan pakaian.

Ada 3 bagian besar. Satu bagian tengah dengan pintu kaca, satu bagian di ujung, dan satu bagian yang aku masuki.

"Jangan ditutup semuanya ya, nanti ana pingsan kehabisan nafas, Ukh..." pintaku. Pintu lemari terbuka sedikit, sebagai jalan udara.

Larissa melanjutkan membenahi kamar. Sedangkan aku mencoba meringkuk karena tinggi lemari yg tak seberapa.

Aku kembali mengingat cerita orang-orang yg menyusupkan selingkuhannya ke dalam kamar.

Memang hanya ada 2 tempat bersembunyi: bawah ranjang, atau lemari.

Tak kusangka, kini aku sendiri yg mengalaminya.

Aku masih bisa mengintip dari dalam lemari, walau dengan jangkauan yg terbatas. Larissa hanya mengenakan gamisnya kembali, tanpa bra dan celana dalam.

TOK TOK TOK.

Suara pintu diketuk, diiringi salam dengan suara berat.

"Wa'alaikumsalaam..." jawabnya, dilanjutkan dengan bergegas menuju pintu depan.

GELEGER.

Suara petir yg besar kembali terdengar. Namun hujan belum turun. Suara-suara itu membuat perasaanku makin berantakan.

Inikah akhir dari sederet nasib baikku?

Samar-samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kok Abi pulang cepat? Ada masalah?"

"Gapapa Umi... Abi cuma mau ambil berkas..." kata lelaki itu. Syukurlah, pikirku. Mungkin ini tak akan lama.

"Tadi ada tamu ya, Mi?"

Ya ampun! Aku lupa membereskan meja depan!

"Umi, kok keringetan? Habis nyuci?"

Pertanyaan-pertanyaan yg menusuk. Namun kurasa masih bisa dijawab oleh Larissa. Aku yakin, ia tak sebodoh itu. Aku masih aman.

"Iya Abi, tadi ada temen kuliah dateng, bawain cheese cake." Rissa menjawab dengan santai. Aku sedikit lega.

"Maaf Abi, tadi Umi habis... Habis... Pake 'itu'," katanya lagi, setengah berbisik.

"Hi hi hi... Iya nggak papa, Umi. Pake aja."

Tunggu dulu, jadi suaminya tahu bahwa Rissa senang bermasturbasi?

Aku hampir tak percaya dengan telingaku sendiri.

Kudengar langkah kaki menuju kamar. Pikiranku semakin kalut, dan takut ketahuan.

Ternyata Larissa.

Aku mendengar suara laci dibuka dari arah ruang tamu. Suaminya mungkin sedang mencari sesuatu. Kuharap yg ia cari tak di lemari ini.

"Abiiii..." Tak kusangka, Rissa memanggil suaminya ke dalam kamar. Ia mengatur tubuhnya dengan pose menggoda. Aku menelan ludah. Apakah...

Apakah... Akan terjadi seperti yg aku bayangkan?

"Ya, sayang?" Suaminya menuruti panggilan Rissa. Kudengar pintu kamar terbuka. Dari celah lemari, dapat kulihat jelas wajah lelaki itu.

Ia mengenakan seragam. Kumisnya tipis. Wajahnya gelap. Posturnya terlalu kurus untuk ukuran seorang petugas. Aku jelas lebih tinggi dan besar.

Kubaca nama di dadanya.

R O H I M.

"Abi... Yuk 'main' bentar... Umi kepingin..."

Gila! Larissa mengajak suaminya berhubungan, dengan posisiku masih di dalam lemari? Apa yg dipikirkannya??

Larissa menarik gamisnya ke atas. Perlahan, ia mempertontonkan kemaluannya, lalu mengelusnya.

"Eh? Tapi Abi kan mesti buru-buru... Ini juga mau hujan..."

"Bentar aja Bi... Umi mohon... Langsung aja, maen cepet..."

"O—Oke... Abi jadi nggak tahan juga nih..."

Rohim akhirnya menuruti nafsu istrinya. Ia mulai membuka satu per satu pakaian dinasnya. Kulihat pangkatnya tak terlalu tinggi. Pantas saja hidupnya agak melarat.

"Berdoa dulu, Mi," kata Rohim.

"Iya Abi, mudah-mudahan kita dikaruniai anak yg sholeh dan ganteng seperti Abinya."

Mendengar kata 'sholeh' aku masih maklum, tapi 'ganteng seperti Abinya' sangat hiperbolis dan memuakkan.

Aku yg melihat adegan suami-istri ini jadi ikut terangsang. Ugh...

"Umi udah becek duluan, langsung aja ya, Bi," kata Larissa. Ia pun mengambil posisi menungging. Gamisnya masih dipakainya.

Kulihat Rohim mulai melepas celana dalamnya.

Ya ampun, apa itu? Seperti t i t i t punya anak SMP saja. Tak terlalu besar. Dan tentu tak sebanding dengan milikku.

Aku menjadi sangsi apakah benda sekecil itu bisa mengalahkan kepuasan Rissa dari d i l d o?

"Ugh..." Rohim memulai penetrasi. Sepertinya ia berhasil.

"Hmm..." Ekspresi Larissa biasa saja. Seperti tidak merasakan apapun.

"Umi, nunggingnya menghadap kaca dong, biar Abi bisa lihat muka Umi..." Rohim menyuruh istrinya menghadap lemari, yg berarti menghadapku.

Aku jadi takut kalau-kalau Rohim menyadari ada orang di dalam lemari. Keringat mulai kurasakan mengalir deras di dahiku.

Larissa menurut. Dapat kulihat ekspresi muka keduanya ketika bermain. Rohim tak menyadari bahwa lubang istrinya telah kuaduk duluan beberapa menit lalu.

"Uh ugh ah oh..."

Mereka membuat anak, dengan aku berada persis di depannya. Kuusahakan celah lemari yg terbuka hanya sedikit, sekadar untuk aku mengintip adegan 18+ ini.

"Aaahhh..." Rohim mengejang duluan. Sedangkan Larissa masih datar saja. Aku menjadi kasihan pada si Rohim ini

Lemah syahwat. Itulah mungkin akar mula pernikahan mereka tak bahagia. Alangkah mudahnya aku mengetahui aib keluarga ini di kunjungan pertamaku.

"Terima kasih Umi, Abi puas sekali," katanya.

Hm, kau puas tapi tak memuaskan pasanganmu. Kuanggap itu bentuk rasa egois lelaki.

"Iya Abi, nanti kita lanjutin kalau Abi pulang, ya," jawab Rissa. Ia mengecup suaminya. Ada perasaan cemburu di hatiku.

"Umi masakin air panas, ya?"

"Udah, ga usah," jawab Rohim sambil mengenakan pakaiannya kembali.

Kemaluannya yg melemas nampak mengkilat karena cairan s p e r ma. "Nanti Abi mandi di posko aja, keburu hujan," lanjutnya.

Bagus. Aku bisa cepat menuntaskan permainanku dengan Larissa. Aku pantang pulang sebelum orgasme.

JEDARR.

Suara halilintar diikuti gerimis kecil.

Rohim bergegas mengemasi barang-barangnya. Lalu berjalan ke luar kamar.

Ah, perasaan apa ini? Kok, hidungku gatal sekali... Gawat, aku mau bersin!

Kupejamkan mataku, kupencet hidungku kuat-kuat. Setidaknya itu yg pernah kupelajari agar kita tak jadi bersin. Tubuhku gemetar. Peluhku bercucuran.

Keputusan hidup dan matiku tergantung apakah aku bisa tetap tak bersuara dalam kotak kayu yg sempit ini!

"Abi berangkat dulu ya, Mi."

Akhirnya ia tiba di pintu.

"Pakai dulu jas hujannya, Abi. Nanti pulang cepat ya," kata Rissa.

Rasa gatal di hidungku tak bisa kubendung lagi.

HACHUUU!

Aku bersin kuat sekali hingga pintu lemari terbuka. Gawat kuadrat!

"Suara apa itu?"

Rohim bertanya dengan nada curiga.

-- BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd