Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nostalgia Bersama Bu Desi (Part 7)

Klo cerita ini berdasarkan pengalaman RL :mantap: bingitsnya Bu Desi bisa diekse berkali-kali, jangan2 doi ada rasa2 gmn gtu :kangen: ma si Rizal
 
suhu... usul nih... bikin konflik biar cerita nya tidak boring... ada beberapa alur yg bs diangkat misalkan cibiran tetangga2 mengenai hubungan beda usia, dari ortu maupun dari pihak2 lain. Tapi itu tergantung suhu mau dibawa kemana alur cerita nya... semoga dpt titel TAMAT. maaf klw kurang berkenan usul ku yang tau.. heheheh
 
suhu... usul nih... bikin konflik biar cerita nya tidak boring... ada beberapa alur yg bs diangkat misalkan cibiran tetangga2 mengenai hubungan beda usia, dari ortu maupun dari pihak2 lain. Tapi itu tergantung suhu mau dibawa kemana alur cerita nya... semoga dpt titel TAMAT. maaf klw kurang berkenan usul ku yang tau.. heheheh
thank gan atas usulnya,,akan saya pertimbangkan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Esok harinya aku terbangun, kulihat Bu Desi tak ada disampingku, aku pun bergegas mandi, sarapan dan berangkat kekantor seperti biasanya. Malamnya ku habiskan waktu menemani Bu Desi dan anaknya, sambil melakukan sedikit pekerjaan kantor dan bercumbu dgnnya. Aku memang tidak melakukannya setiap malam, meski harus kuakui aku terobsesi dan menikmati setiap detik waktuku bercinta dgnnya, aku ingin membagi waktu antara pekerjaanku dan liburan mereka, baru kemudian kebutuhan biologis jika ada kesempatan.

Bu Desi sendiri belum pernah menolakku dgn kata-kata, namun aku berusaha membaca situasi termasuk situasi hatinya yg jujur saja sulit ku pahami, dan anehnya ia seakan mengerti naluriku sebagai laki-laki dgn memberiku semacam tanda saat mencumbuinya untuk terus berlanjut hingga kami berhubungan badan hingga puas.

Tak terasa waktu liburan tinggal dua hari lagi, aku pun tak ingin menyianyiakannya, aku ingin Hafid dan Bu Desi benar-benar berkesan selama tinggal dirumah ku. Setelah selesai berkutat dgn laptop kubuat teh hangat dan kuajak Bu Desi kehalaman belakang, bulan bersinar cukup terang membuatku teringat saat-saat bercinta dengannya diatas dudukan kayu ini. Kami pun mulai mengobrol dan membicarakan banyak hal, Bu Desi bercerita tentang perjuangannya membesarkan anak seorang diri, baginya Hafid adalah segala yg ia miliki, lagi pula ia termasuk anak baik-baik, yg membuatnya sangat menyayangi Hafid.

Tak mau kalah aku pun bercerita perjuanganku selama kuliah, bekerja hingga bias hidup mandiri dikota ini, ingin sekali rasanya membahas semua aktifitas sex ku dgnnya, sekedar berbagai pendapat namun aku tak ingin seperti abg yg sulit mengendalikan nafsu, namun ternyata Bu Desi seakan tahu isi hatiku, ia kemudian menanyakan arti dari sikapku selama ini padanya, awalnya agak sulit bagiku untuk menjawab namun aku berusaha menjelaskan dan Bu Desi memaklumi.

Aku: Aku sudah suka sama desi sejak dulu, cuma aku sadar kalau itu salah dan aneh memang, dan akhirnya aku cuma bisa begini, kataku sambil memalingkan wajahku.

Bu Desi diam menatapku, ia berusaha memahami perkataanku meski sulit, berusaha memahami jika mantan muridnya menaruh perasaan padanya, perasaan diantara guru dan murid beda usia, rasa penuh nafsu yg telah terwujud beberapa kali lewat hubungan badan yg sudah lama tak ia dapati.

Ia terjebak dalam situasi diantara menjadi ibu tunggal yg berjuang memberikan kehidupan lebih baik anaknya, namun disisi lain ia masih punya banyak waktu untuk menikmati kehidupannya sendiri, termasuk merasakan sentuhan pria, dan saat ini Rizal lah satu-satunya pria yg sudah menjamah tubuhnya.

Hingga masa liburan pun berakhir, sebelum mereka pulang aku berencana untuk mengajak Bu Desi bercinta untuk yg terakhir, setelah Hafid tidur kudekati Bu Desi seperti sebelumnya namun ternyata Bu Desi sedang datang bulan, membuatku kecewa karena sudah sangat bernafsu. Esoknya ku antar mereka berdua ke terminal bus.

Hari-hari selanjutnya aku masih saja memikirkan Bu Desi, seakan ada sesuatu yg masih tertinggal, seminggu kemudian saat akhir pekan aku nekat mengunjunginya, setelah memberitahukan kedatanganku aku langsung tancap gas dengan sepeda motor menempuh jarak lebih kurang 150 km.

Setelah menghabiskan waktu lebih kurang 4 jam, aku tiba disebuah kota kecil, setelah mengikuti petunjuk dari Bu Desi akupun tiba di sebuah rumah sederhana di pinggir jalan raya, aku disambut hangat oleh Bu Desi dan Hafid. Bu Desi tinggal bersama anak dan seorang sepupu perempuannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, suasana mulai sepi meski masih ada mobil yg melintas jalan raya, Hafid dan sepupu Bu Desi sudah pergi beberapa jam lalu untuk menginap dirumah neneknya karena besok libur. Tinggallah aku berdua dgn Bu Desi yg sedang dikamar, di kamar Hafid kucoba memejamkan mata, meski lelah aku belum juga bisa tertidur, akhirnya aku keluar dan duduk diberanda memandangi suasana malam yg makin sunyi.

Saat kembali kedalam kulihat lampu kamar Bu Desi masih menyala, sepertinya ia belum tidur pikirku. Kuambil bungkusan dari dalam tas ransel dan kuberanikan diri membuka pintu kamarnya, kulihat Bu Desi yg belum tertidur kakinya menjulur diatas ranjang, ia terkejut dan memandang kearah pintu yg baru saja terbuka, kuserahan bungkusan padanya membuatnya heran dan bertanya.

Bu Desi: Apa ini Zal?

Aku: Buka aja, kataku.

Bu Desi agak terkejut saat melihat isi bungkusan yg ternyata bra hitam miliknya yg tertinggal di rumahku, ia tersenyum malu memadangku namun tak berkata apa-apa, ”makasih ya Zal” katanya, aku yg duduk di pinggir ranjang hanya memandang wajahnya sambil tersenyum, kudekati wajahnya dan akhirnya kami berciuman mesra seperti pasangan yg sudah lama tak bertemu.

Setelah mengunci pintu kamar, kulepas semua pakaian yg kukenakan hingga aku telanjang dihadapannya dengan penis yg sudah menegang, kubantu Bu Desi melepas pakaiannya hingga kami berdua sama-sama telanjang. Aku mulai menjamah area sekitar leher hingga turun kedadanya, kuhisap dan kujilati putingnya membuatnya mendesah kecil, aku terus turun kedaerah perutnya yg agak berlemak hingga berhenti diselangkangannya yg ditumbuhi bulu, kurenggangkan sedikit pahanya dan kumainkan lidahku di vagina.

“Shhhhhh….” Bu Desi kembali mendesah menahan jilatan dan hisapan ku di klitorisnya, ini pertama kalinya aku bermain di vaginanya, “Sshhhhh…Ahhhhh…”desahan dan erangan terus keluar dari mulutnya mengiringi permainan mulutku di liang peranakannya itu, kadang pahanya ikut menjepit kepalaku, pinggulnya bergerak kiri kanan, tangannya yg memegang pinggiran ranjang pindah mulai menjambak rambutku.

“Zal…masukkan..” kata Bu Desi, aku seakan tak percaya dgn apa yg kudengar, aku langsung bangkit dan menjejalkan ujung penisku di vaginanya membuatnya seperti tersiksa oleh kenikmatan, kutekan penisku kedalam hingga semuanya masuk, “Ahhhhhh…” Bu Desi mendesah lagi. Kudorong penisku maju mundur, tanpa sadar kedua kakinya telah melingkar dipinggang ku.

“Argggghhhh..” aku pun ikut mendesah merasakan nikmatnya vaginanya yg meremas batangku didalam, sesekali kami berciuman disela-sela permainan yg semakin tak terkendali, Bu Desi memelukku erat saat tubuhnya mulai bergetar, “Shhhh..ahhhh..” ia pun orgasme, kucumbui lehernya membiarkan orgasmenya mereda.

Kutarik penisku dan mengenakan kondom yg sengaja kubawa dari kota, setelah penisku kembali menancap, kupompa kembali tubuh Bu Desi tanpa memberinya sedikit pun jeda. “Ah… Ah.. Ah..”, Bu Desi kembali memelukku namun tak begitu erat, hingga vaginanya kembali berkedut, kupercepat sodokanku saat kurasakan penisku akan segera meledak, “Arghhhhhhhh…” aku mengerang panjang saat batangku mengejang beberapa kali memuntahkan sperma, “Shhhhh…ahhhh” disusul Bu Desi yg kembali orgasme.

Kami berciuman sesaat dgn penisku yg masih menancap dilubangnya, Bu Desi tampak pasrah saat bibirnya kulumat, aku rebah disisinya dgn penis yg masih terbalut kondom, kulihat sebagian sperma menetes keluar, kupandangi Bu Desi yg tersenyum kearahku.

Paginya aku terbangun oleh suara-suara kendaraan yg hilir mudik, Bu Desi yg sudah lebih dulu bangun sedang disibukkan dgn pekerjaan didapur, setelah mandi dan sarapan aku bersiap-siap untuk kembali kekota, karena tak ingin berlama-lama dan menarik perhatian warga sekitar, sebelum berangkat ku panaskan mesin motor, bersalaman dgn Bu Desi dan Hafid.

“Hati-hati ya om..”, kata Hafid melambaikan tangan kearahku, Bu Desi tersenyum kearahku yg mulai meninggalkan rumahnya, aku kembali kekota dgn perasaan lega, entah kapan aku bisa berjumpa dgnnya lagi.

Kumatikan laptop dan lampu kamar dan aku pun tidur.

~ The End

Next Story: Kisahku dengan Mbak Ratna
 
Terakhir diubah:
wah..tamat..hehe...tahniah & makasih suhu

ceritanya ringkas & seru
moga cerita seterusnya bikin croooot :adek:
 
Bu Desi oh Bu Desi, walaupun tokoh ceweknya cuman 1, tp cerita ini cukup :mantap:
 
Sederhana
Simple
Tapi ngangenin membacanya.....
Selamat ya gan atas tamatnya cerita ini....
Ditunggu karya agan selanjutnya
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd