Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nostalgia Bersama Bu Desi (Part 7)

Gw kira nih udah part 5, siap siap hunting part 1-4, ga taunya disini semua...
 
Part 7

Kami pun larut dalam ciuman yg semakin memanas, Bu Desi masih meremas batangku yg makin tegak berdiri, kurangkul tubuhnya agar semakin rapat. Tak mau ketinggalan kumainkan tanganku di payudaranya yg masih terbungkus gaun, dari bibir ciumanku akhirnya pindah ke leher yg membuat ia mulai mendesah kecil, kuperhatikan Bu Desi seakan menahan desahannya karena letak sofa tepat disebelah kamar Hafid tidur, kubesarkan volume TV berharap bisa meredam desahan Bu Desi.

Kulepas semua pakaian yg melekat di tubuhku dan aku pun akhirnya telanjang bulat, namun Bu Desi menolak saat pakaiannya hendak kulepas.

Bu Desi: jangan disini ya, bisiknya.

Aku pun memakluminya lalu menariknya kekamarku, didalam kami kembali berciuman dgn posisi aku diatas menindih Bu Desi, cukup lama kami dalam posisi itu hingga posisi berubah saat Bu Desi diatas. Tidak seperti awal-awal sebelumnya Bu Desi kini lebih aktif walau hanya sekedar mencium leher dan dadaku.

Aku: Zal masukin ya Desi? bisikku.

Bu Desi: Heem,, katanya sambil mengangguk.

Langsung kuraih penisku dan mengarahkannya, Bu Desi dgn spontan merenggangkan kedua pahanya, kutekan penisku lebih dalam. “Shhhhhh ahhhhhh…”, Bu Desi mendesah, kutarik penisku keluar dan kembali kutekan perlahan hingga berulang kali diselingi desahan Bu Desi yg seakan membuat batangku semakin keras.

Selanjutnya penisku pun bergerak keluar masuk tanpa henti, “Ohhhhhh..”, aku mendesah merasakan remasan-remasan dalam liang senggamanya. Bu Desi melingkari leherku dgn tangan kananya, sementara tangan satu lagi menggenggam pinggiran ranjang. “Shhhh.. ahhhhh.. ohhh…” hanya desahan yg terdengar dari mulut kami silih berganti, kadang kudekap mulutnya dgn bibirku ketika desahannya mulai tak terkendali.

“Shhhhh… ahhhh…”, ia kembali mendesah bersamaan dgn kakinya yg merapat di tubuhku, kurasakan batangku seperti disiram cairan hangat. Aku menghentikan genjotan dan kupandangi wajah Bu Desi, ia menatapku dgn tatapan sayu, kubelai rambutnya dan kukecup bibirnya. Tangannya yg melingkar dipundakku seakan kehilangan tenaga. Sebenarnya aku hampir saja orgasme namun aku ingin memberinya waktu ruang, kucabut penisku dan rebah disampingnya, kupeluk tubuhnya dari samping dan mencium pipi kanannya, ia hanya pasrah.

Setelah keadaan kembali normal kuajak Bu Desi kekamar mandi, sampai disana langsung kusandarkan ia di dinding dan kembali menyetubuhinya. Penisku keluar masuk dari vaginanya dalam tempo sedang, kupeluk tubuh Bu Desi yg seakan tak berdaya menerima perlakuanku, kedua tangannya melingkar di pundakku seakan pasrah menerima semuanya. Kududukkan Bu Desi pinggir bak mandi tanpa mencabut senjataku di vaginanya dan kembali kupercepat pompaanku sambil mencium bibirnya, kurasakan rongga vaginanya kembali basah dan tubuhnya sedikit kejang.

Aku: udah keluar lagi ya, tanyaku dgn nafas menderu.

Bu Desi: Heem, shhhhhh.. ahhhhh.

Bu Desi akhirnya orgasme lagi, namun kali ini aku tak memberinya waktu dan terus menyodok lubangnya tanpa jeda, saat hendak keluar kucabut punyaku lalu kuarahkan tangan Bu Desi ke batangku, ia lalu menggenggamnya lalu mengocok, “Shhh… ahhh…” aku mendesah tubuhku mengejang dibarengi dgn keluarnya sperma kental menyembur beberapa kali ke perut Bu Desi dan mulut vaginanya, aku hanya bisa bertopang didinding dan memegang pundaknya, Bu Desi memandang wajahku yg keenakan, ia masih meremas batangku hingga tetesan terakhir air mani ku keluar.

Dalam kondisi sedikit lemas ku peluk tubuhnya, “makasih ya desi” bisikku. Ia memandangku lalu mengecup bibirku beberapa saat, kami kembali berpelukan. Setelah membersihkan tubuh masing-masing kami kembali keruang depan memungut pakaian masing-masing, Bu Desi langsung mengenakannya CD nya didepanku dan dilanjutkan dgn pakaian lain, aku hampir lupa mengenakan pakaian karena terus memperhatikannya, setelah selesai berpakaian ia pamit tidur, aku masih sempat memeluknya sebelum masuk kekamar.

Sampai didalam aku langsung tertidur pulas hingga cahaya mentari muncul disela-sela tirai jendela kamar, aku bangkit meraih handuk dan berjalan keluar. Kulihat Bu Desi sedang menyapu lantai, ia memandangku sambil tersenyum, aku membalas senyumannya dgn wajah kusam. Hafid tampak keluar dari kamar mandi ia lalu menyapaku berbasa-basi. Seperti biasa setelah mandi dan sarapan aku berangkat kekantor.

Dikantor setumpuk pekerjaan sudah menantiku, membuatku bekerja seharian, pulangnya aku mampir di KFC sebentar, tiba dirumah Hafid tersenyum memandangku yg menenteng KFC. Karena kelelahan aku tak bisa mengajak mereka keluar malam ini, ku beli KFC sebagai gantinya. Malamnya kuhabiskan waktu menonton TV bersama mereka, hingga aku tertidur diatas kursi sofa, “plaaakkkk..” aku terjaga saat seekor nyamuk menggigit kakiku secara reflek menepuknya.

Kulihat Bu Desi masih menonton TV, aku beranjak kesampingnya kemudian merebahkan kepalaku di pangkuannya, “numpang ya..” kataku. Bu Desi memandangku dgn sorotan mata khasnya, ia masih mengenakan kacamata. Kuraih tangannya kerambutku, ia mengerti dan membelainya perlahan, mataku tertuju pada sepasang betisnya yg jenjang, iseng kusentuh betisnya dgn tangan kiriku, Bu Desi yg terkaget mengapit kedua kakinya membuat tanganku tertahan, kupandangi wajahnya sambil tersenyum.

Bu Desi: nakal ya, sambil menyentuh hidungku yg mancung dgn jari.

Diatas pangkuan Bu Desi aku kembali terlelap beberapa saat, “hemmmm…” aku terbangun kulihat jam sudah pukul 12 lewat, aku bangkit dari pangkuan Bu Desi dan mematikan TV, kulihat Bu Desi tertidur dgn posisi bersandar, aku pun tak tega minggalkannya tertidur dgn posisi seperti itu. Aku berencana untuk memindahkan kedua kakinya keatas sofa namun tentu saja itu akan membangunkannya, akhirnya kuangkat tubuhnya perlahan kuselipkan tanganku dibawah betisnya sedangkan tangan kananku berada di punggungnya.

Baru beberapa saat tubuhnya kugendong, matanya perlahan terbuka, “pindah kekamar ya..” kataku. Bu Desi diam saja dalam gendonganku, kudorong pintu kamarku dgn kaki ku karena memang tidak tertutup rapat. Kubaringkan tubuh Bu Desi diatas kasur yg masih muat dua orang, tak lupa kulepas kacamata yg masih melekat di wajahnya, setelah itu aku keluar memastikan pintu terkunci dan mematikan lampu.

Setelah kembali kekamar langsung kulepas semua pakaian ku hingga tubuhku telanjang, kupandangi tubuh Bu Desi yg terbaring di ranjang mengenakan daster pendeknya, kedua betisnya tampak jelas, penis mulai berdiri. Setelah mengunci pintu dan mematikan lampu kamar aku tidur disebelahnya, dgn tubuh telanjang kupeluk tubuhnya menyamping dan aku pun terlelap dibawah satu selimut berdua.

bersambung..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd