Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nostalgia Bersama Bu Desi (Part 7)

Part 6

Paginya aku terbangun agak kesiangan, kulihat jam sudah pukul 9 kurang, diluar Bu Desi dan anaknya sedang menikmati sarapan pagi, melihatku Bu Desi menawarkan sarapan yg ia beli di café dekat rumah. Setelah selesai mandi aku bergabung diruang depan dgn mereka, kunyalakan TV kemudian menikmati sarapan.

Bu Desi: Bangunnya telatnya nih

Aku: Habisnya sih semal..kataku terputus saat kusadari ada anaknya didekatku.

Bu Desi menatapku dgn sorotan mata penuh tanya, hampir saja aku kelepesan. Ia tampak cantik saat berdandan ditambah dgn kacamata minusnya. Sehabis sarapan rencana aku ingin mengajak mereka jalan-jalan kebetulan ini hari minggu.

Setelah sarapan kami bertiga keliling kota dgn motor, kubawa mereka mengunjungi beberapa tempat seperti dermaga, museum dan meski hanya berhenti sebentar dan foto-foto, Bu Desi dan Hafid tampak senang menikmati semuanya.

Menjelang siang kami kembali kerumah, setelah sebelumnya mampir disebuah café untuk membeli makanan, sehabis makan Bu Desi dan Hafid masuk kamar mungkin mereka mau tidur siang pikirku. Sementara itu aku sibuk membalikkan jemuran yg belum kering sisa kemarin, tak sengaja kutemukan bra Bu Desi yg rupanya terjatuh dibawah dudukan, cepat-cepat kumasukkan kesaku celana.

Tak berapa lama kemudian muncul Bu Desi, berdiri di pintu memperhatikanku aktifitasku.

Bu Desi: banyak juga jemurannya Zal?

Aku: Eh ada ibu, iya nih kemarin nyucinya tapi belum kering karena nyucinya aja udah sore.

Bu Desi: Coba kalau punya istri, kan udah ada yang ngurusin, goda Bu Desi.

Aku tersenyum mendengarnya, Bu Desi kemudian duduk memandangi dudukannya tempat kami bercinta malam itu, aku duduk disampingnya dan mulai membuka obrolan.

Aku: Hafid udah bangun Bu?

Bu Desi: Belum, ketiduran dikamar kayaknya ngantuk banget katanya.

Aku: Mungkin semalam tidurnya kurang nyenyak, kataku.

Bu Desi: Gak tau juga sih, tapi memang jam segini dia biasa tidur siang.

Perlahan-lahan tubuh ku semakin mendekat, tangan kananku mulai melingkar di pinggangnya. Seperti biasa dia hanya diam, wajahnya cukup tenang menerima perlakuanku. Kupeluk tubuhnya dari samping dan membelai kedua tangannya, Bu Desi memandang kearah pintu takut dilihat oleh putranya.

Perlahan ia rebahkan kepalanya di pundakku, kulihat tonjolan dicelana ku mulai muncul karena batangku mulai tegang, entahlah Bu Desi memperhatikan atau tidak. Ingin sekali rasanya menggerayangi tubuhnya dan namun keinginan itu kutahan faktor kenyamanan, tak lama kemudian aku kembali membereskan pakaian, Bu Desi kembali kekamar.

Sorenya kuajak mereka kepantai yg lumayan ramai karena di akhir pekan, disana Hafid tampak senang dan berlarian di pasir putih, kuajak Bu Desi duduk di sebuah pondok kayu beratap rumbia tak jauh dari tempat Hafid bermain, setelah memesan kelapa muda kami mulai mengobrol seputar pekerjaanku dan aktifitasnya mengajar di sekolah.

Bu Desi: Kamu gak malu Zal jalan sama ibu ketempat ini? Tanyanya, setelah cukup lama terdiam.

Aku: Srpppp..Kenapa malu? balasku setelah menyeruput kelapa muda.

Bu Desi: Ya kan orang mengira istri kamu tua banget.

Aku: Ahh gak kok, orang gak bakal mikir begitu, paling mereka pikir Ibu tante aku.

Bu Desi tersenyum mendengar jawabanku.

Bu Desi: Ah bisa aja kamu Zal.

Aku: Aku boleh tanya satu hal gak?

Bu Desi: Mau taya apa?

Aku: Ibu menyesal gak udah hmm.. anu sama aku? tanyaku.

Raut wajahnya Bu Desi tiba-tiba berubah, aku pun merasa tidak enak sudah terlanjur menanyakannya, setelah terdiam beberapa saat akhirnya ia menjawab.

Bu Desi: Iya, awalnya sih ibu nyesal, apalagi dgn status ibu sebagai janda dan punya anak, apalagi dgn murid ibu, kamunya juga kenapa mau sama Ibu? Tambahnya sambil menatap mataku.

Aku: Hmm kenapa ya? tanyaku pura-pura bodoh.

Bu Desi: Ahhh kamu Zal pake mikir segala lagi, katanya sambil memandangku dgn senyuman.

Bu Desi kemudian mengalihkan padangan kearah laut dimana putranya sedang bermain, tak lupa ia berpesan agar hati-hati jangan terjauh. Kugeser posisiku lebih dekat dan meletakkan telapak tanganku diatas tangannya, kerutan di tangannya menyiratkan kalau ia tak lagi muda, namun bagiku seakan menyentuh tangan seorang gadis. Bu Desi diam membiarkan elusan tanganku , ia lalu memanggil Hafid untuk minum kelapa muda.

Aku: Gimana Hafid senang ya? tanyaku.

Ia mengangguk tersenyum sambil menikmati kelapa mudanya, kulihat matahari mulai condong, sebelum pulang kuajak mereka kepinggir laut untuk berfoto. Sebelum pulang kerumah kutraktir mereka makan di KFC, sebenarnya aku jarang makan disini, tapi karena ada mereka jadi ada yg menemani.

Kami tiba di rumah menjelang azan magrib, malamnya kutawari mereka sarapan namun mereka menolak karena masih kenyang, aku pergi swalayan membeli beberapa makan ringan siapa tahu ada yg kelaparan tengah malam. Kami menghabiskan waktu duduk diruang depan menonton TV sambil makan, jam sudah menunjukkan pukul 10 Hafid yg sudah mengantuk akhirnya masuk kamar dan menutup pintu, kini tinggallah kami berdua diruang depan.

Aku pindah duduk disamping Bu Desi dan merangkulnya, cukup lama kami berada dalam posisi ini, setelah cukup nyaman Bu Desi merebahkan kepalanya dibahuku, dalam posisi seperti itu kami terus menonton TV yg sedang memutar film barat romantis, kucuri-curi kesempatan mencium keningnya, ditengah suasana malam yg sunyi nafsuku bangkit terus memaksaku untuk mencumbui, setelah film habis kami beranjak kekamar masing-masing.

Paginya aku terbangun, setelah mandi dan sarapan bersama, aku pamit pada Bu Desi dan bergegas kekantor. Dikantor aku sering memikirkan mereka, ku krm SMS sekedar bertanya sudah makan atau belum, rupanya mereka sudah makan di café, syukurlah pikirku.

Sorenya aku pulang dan disambut oleh Bu Desi dan anaknya yg sedang nonton, karena siangnya tidak bisa mengajak mereka jalan-jalan, malamnya kuajak mereka keluar sekalian makan di restoran, kuhabiskan waktu yg tersisa berkeliling kota menikmati gemerlap malam.

Tiba dirumah sudah pukul 10 lewat, kami masuk kekamar masing-masing, namun kemudian aku kembali keluar dgn laptop ditangan, diruang depan aku duduk sambil memeriksa pekerjaan ku tadi siang, kurang lebih satu jam aku mulai mengantuk, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka, Bu Desi berjalan keruang depan menemuiku.

Bu Desi: Belum tidur Zal? Tanyanya.

Aku: Belum Bu masih liat-liat kerjaan.

Bu Desi: Kamu kayak anak sekolah ya, ngerjain PR, katanya sambil tersenyum

Aku hanya memandangnya dgn senyum lebar diwajahku, Bu Desi kemudian duduk disampingku membuat kantukku seakan sirna.

Aku: Ibu sendiri blm tidur? Tanyaku.

Bu Desi: Belum ngantuk nih, balasnya.

Aku: Apa perlu aku temenin? Biar cepat ngantuk.

Bu Desi memandangku dgn sorotan mata tajam, kemudian mencubit pinggangku membuat ku sedikit terkejut, ia kemudian tersenyum. Kuraih tangan kanannya dan menariknya kepangkuanku, ku genggam tapak tangannya kutatap matanya yg tak lagi mengenakan kacamata, tanpa sengaja tangannya menyentuh tonjolan di celanaku yg sudah menegang sejak lama. Matanya memandang penuh rasa penasaran, kudekati wajahnya dan kucium sekali, kutarik tangannya kepenisku yg masih terbungkus kain, lama-lama tangannya mulai memijit dan meremas tonjolan di celanaku, kuturunkan celana dan CD ku agar ia lebih leluasa, Bu Desi akhirnya bisa melihat batang keperkasaanku yg berdiri tegak, kutarik tangannya kepenisku agar kembali meremas, sesekali ia mencuri padangan ke batangku meski hanya sekilas.

Kulepaskan kaos dan celana yg masih menyangkut, kini aku benar-benar telanjang bulat didepannya yg masih berpakaian, aku bisa melihat raut wajah Bu Desi yg berubah sedang melihat tubuh telanjangku didekatnya, kudekati wajahnya dan kucium bibir tipisnya.

Bersambung ke Part 7
 
Yeah digoreng . Padahal sdh mulai tegang hahaha
 
Ceritanya bagus suhu, lanjutkan sampai dapat label tamat
:semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd