Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Nostalgia Bersama Bu Desi (Part 7)

Part 4

Aku terbangun agak telat, seperti biasa aku melakukan beberapa rutinitas di pagi hari, namun yg membuat ku kaget di meja makan sarapan sudah tersedia, aku yakin pasti Bu Desi yg menyiapkannya. Saat hendak menemuinya, ia keluar kamar. Udah bangun ya Zal? Iya bu jawabku, ini ibu yg masak? Tanya ku. Iya Zal, sebagai rasa terima kasih karena selama ini udah repotin kamu, jawabnya. Ah biasa aja bu, kataku membalas. Aku tak tahu apakah terima kasih untuk yg semalam atau bukan.

Kami akhirnya makan bersama-sama, harus kuakui masakan seorang wanita jauh lebih sempurna. Seperti sebelumnya Bu Desi bersikap biasa saja, seolah tak ada apa-apa diantara kami, nanti pulangnya jam berapa bu? Tanya ku, sekitar jam 10 siang, Oia zal boleh ibu minta tolong lagi, kata Bu Desi. Boleh kok, kataku. Sebelum pulang kita mampir ke optik dulu ya, pintanya dgn wajah memelas, Boleh bu kataku.

Jam 9 Bu Desi bersiap-bersiap untuk pulang, sebelum ke terminal kamipun berhenti di optik untuk urusan kacamata. Sampai di terminal kami sempat mengobrol sambil menunggu bus berangkat, kalau ada kerjaan kamu boleh pulang Zal, Ibu gak apa-apa sendiri, kata Bu Desi. Gak ada kok bu, balasku. 15 menit kemudian Bus pun berangkat meninggalkan kota, Bu Desi yg duduk dekat jendela menoleh kearah ku yg berdiri diluar, ia tersenyum dgn tatapan penuh makna.

Kepulangan Bu Desi seakan mengembalikan hidupku seperti awal, walau komunikasi lewat telpon atau whatsapp masih kulakukan, namun aku tetap merasa ada yg hilang. Terkadang aku kerap terjebak dgn hayalanku bersamanya, bila sudah cukup tinggi aku pun terpaksa onani sambil terus menghayal saat-saat berhubungan intim dgnnya, keadaan itu membuatku memilih bekerja lembur atau pulang telat. Kadang aku mencoba introspeksi, berpikir apa yg sudah terjadi pada diriku, kusadari tak ada yg spesial dari Bu Desi selain obsesiku yg sudah terlanjur kuungkapkan padanya, kucoba mengalihkan pikiran dgn berbagai cara termasuk mendekati cewek-cewek dikantor.

Tak terasa sudah tiga bulan lebih semenjak perjumpaan dgn Bu Desi, perlahan aku mulai terbiasa dgn hidupku yg dulu, komunikasi dgn Bu Desi pun sudah mulai jarang kulakukan, namun dalam hati kecilku aku masih bersedia bertemu dgnnya kalau ada kesempatan.

Hingga kesempatan itu kembali datang, suatu sore aku menelponnya sekedar menanyakan kabar dan berbasa-basi, kebetulan sekolah sedang libur Bu Desi pun bercerita soal anaknya yg ingin liburan kekota, jujur saja ada sedikit rasa gembira dalam hatiku.

Singkat cerita minggu siang Bu Desi tiba di terminal bersama putra tunggalnya yg kini sudah kelas 1 SMP, mereka duduk dikantin dan terlihat kelelahan, aku sudah menawarinya tinggal dirumahku saja, paling tidak bisa menghemat biaya hotel. Karena barang bawaan juga tak begitu banyak kujemput mereka dgn motor.

Sampai dirumah kupersilahkan Bu Desi untuk istirahat di kamar yg sudah bereskan. Aku kembali ke kamar mengerjakan pekerjaan dari kantor, lebih kurang satu jam kudengar pintu kamar terbuka, rupanya Bu Desi baru saja keluar, aku keluar kamar menemuinya yg sedang duduk disofa kami mulai ngobrol banyak hal, anaknya udah besar ya Bu? itu yang sering ibu bawa kesekolah dulu ya? Tanyaku. Iya Zal, jawabnya sambil tersenyum.

Tak terasa hari hampir sore, Hafid anaknya Bu Desi keluar dari kamar dan bergabung bersama kami, kunyalakan TV untuk mengusir kebosanan, Hafid tampak serius menyaksikan kehidupan hewan di channel Natgeo Wild. Aku kembali kekamarku bersamaan dgn Bu Desi yg mengambil handuk untuk mandi, didalam kamar aku hanya berbaring kubiarkan pintu terbuka, Bu Desi lewat didepan kamar ia memandangku yg terbaring sambil berlalu, meski hanya sesaat pandangannya seakan menyimpan sesuatu.

Aku terbangun dikamar, kulihat jam sudah pukul 5 lewat, samar-samar terdengar percakapan antara Bu Desi dan Hafid anaknya, kuraih handuk dan bergegas kekamar mandi, sehabis mandi aku duduk diruang depan bersama Bu Desi dan Hafid.

Sehabis magrib kuajak mereka makan di café kecil dekat rumah, karena dekat kami hanya jalan kaki, Bu Desi dan anaknya rupanya cukup senang, mereka termasuk keluarga yg jarang piknik, dikota kecilnya juga tak banyak tempat hiburan kecuali wisata pantai yg tak begitu diperhatikan oleh pemerintah setempat.

Kami kembali kerumah Pukul 9 lewat karena Hafid sepertinya mulai ngantuk, dirumah Bu Desi langsung menyuruh Hafid tidur, setelah sempat mengobrol aku pamit masuk kamar, didalam kubuka laptop dan melihat-lihat hasil pekerjaan, karena keasikan aku tak sadar sudah pukul 1 lewat.

Ceklek..terdengar suara pintu sebelah dibuka, pasti Bu Desi mau kekamar mandi pikirku, aku sengaja tak menoleh kearah pintu kamarnya yg bersebelahan, ia melangkah kedapur untuk minum hingga terdengar suara air dispenser.

Sebelum masuk kamar Bu Desi sempat memperhatikanku yg masih berkutat dgn laptop meski sudah larut malam, lagi ngapain kok belum tidur? tanya Bu Desi, hmm ini Bu lagi liat-liat kerjaan tadi siang, ia lalu melangkah masuk membuat pikiranku tak karuan, ia sempat memperhatikan foto-foto kuliahku di meja kerja, duduk dulu bu kataku sambil menyodorkan kursi plastik. Gak apa-apa, ibu habis minum didapur katanya sambil berbalik arah, sebelum kakinya melangkah kudekap tubuhnya dari belakang, meski sedikit terkejut ia diam saja, tangan kirinya ikut memegang lenganku. Kudekap tubuhnya beberapa saat, kuciumi sekitar leher sambil berbisik, kaaangennn… Bu Desi memalingkan wajahnya kekanan, bibirku mengenai pipinya.
 
Terakhir diubah:
Pertamax..btw ini part 4 ya suhu.?


Kripiknya masih bingung antara omongan bu desi atau tokoh utama..klo bisa agak sedikit di kasih jarak atau tanda baca suhu
 
Terakhir diubah:
Kentang... kentang... yang kangen kentang..
Ini namanya pucuk dicinta, kentang pun tiba.

Ceritanya mantap. Kentangnya gurih

Lanjutkan suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd