Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ahmad Jonathan

PART 7A
FIRASAT INI, RASA RINDU ATAU TANDA BIRAHI

Akhirnya kami tiba di depan rumahku. Aku sempat berganti driver di tengah jalan, menyiasati jika ada yang membuntutiku. "Terima kasih ya Pak," kataku pada Bapak juru mudi sambil menyerahkan helm.

"Ini dari saya," lanjutku sambil menyerahkan selembar 50 ribu.

"I–in… Ini buat saya semua??" tanyanya tak yakin.
"Iya, Pak. Maaf belum bisa kasih banyak," kataku merendah.
"Alhamdulillaahh… " Tangan si Bapak berusaha meraih tanganku untuk bersalaman.

"Eh? Udah Pak, nggak papa," kataku. Kutolak dengan halus ketika tiba-tiba ia ingin mencium tanganku.

"Makasih ya Bang, lumayan buat tambah beli beras," katanya memancarkan senyum.

Sungguh iba hatiku dipertemukan dengan orang tulus seperti ini. Doa mereka, penambah rejekiku juga.

Ia pun pamit dan berlalu. Kutekan bel rumahku sendiri. Sengaja kupasang agak tinggi agar tak dapat digapai anak-anak kecil yang iseng.

"Den, ada tamu, nyariin Aden, orangnya cakep, pake anu… Pake… cadar!" ucap Mang Ujang memberondong ketika aku masuk.

Keningku mengkerut.
"Siapa, Mang?"
"Aduh, siapa ya? Mamang lupa…" jawabnya sambil menggaruk jidatnya yang licin.
"Bukan yang kemarin ke sini? Jamilah?" tebakku.
"Mm… Kayaknya bukan, Den," jawabnya sambil masih terlihat bingung.

"Siapa, ya?" pikirku. "Ya sudah, makasih ya, Mang."

Aku melangkah ke teras dan menuju pintu rumahku yang sepertinya telah terbuka sedari tadi. Mataku sengaja memburu ke arah sosok wanita bercadar coklat gelap yang sedang menatap layar handphonenya.

"Assalaamu'alaikum,” kuharap aku tak membuatnya kaget.

"Wa'alaikumsalaam," balasnya. Aku bersiap membuat gestur bersalaman jarak jauh.
Sesuatu yang kupelajari dari Jamilah. Ah, Jamilah...

Kuperhatikan lekat-lekat wanita ini.

Tubuhnya memang terbungkus tanpa celah. Namun aku merasa pernah melihat sepasang mata itu sebelumnya. Ah, tapi di mana?

"Maaf, Mbak cari saya?" kataku memulai.

"Apa kabar, Joe?" katanya. Seolah telah mengenalku lama.

Ia memakai handsock warna senada. Dipadu dengan tas wanita yang kutaksir tak seberapa harganya. Bagian bawah tubuhnya tak kuamati, takut kalau sampai ia menganggapku tak sopan dengan tatapan mata yg menyapu dari ujung kepala hingga tumit.

POLLING: Kira-kira ada yang bisa tebak, wanita itu siapa?
Ketebak
58.5%
Nggak ketebak
41.5%
53 votes
 
PART 7A
FIRASAT INI, RASA RINDU ATAU TANDA BIRAHI

Akhirnya kami tiba di depan rumahku. Aku sempat berganti driver di tengah jalan, menyiasati jika ada yang membuntutiku. "Terima kasih ya Pak," kataku pada Bapak juru mudi sambil menyerahkan helm.

"Ini dari saya," lanjutku sambil menyerahkan selembar 50 ribu.

"I–in… Ini buat saya semua??" tanyanya tak yakin.
"Iya, Pak. Maaf belum bisa kasih banyak," kataku merendah.
"Alhamdulillaahh… " Tangan si Bapak berusaha meraih tanganku untuk bersalaman.

"Eh? Udah Pak, nggak papa," kataku. Kutolak dengan halus ketika tiba-tiba ia ingin mencium tanganku.

"Makasih ya Bang, lumayan buat tambah beli beras," katanya memancarkan senyum.

Sungguh iba hatiku dipertemukan dengan orang tulus seperti ini. Doa mereka, penambah rejekiku juga.

Ia pun pamit dan berlalu. Kutekan bel rumahku sendiri. Sengaja kupasang agak tinggi agar tak dapat digapai anak-anak kecil yang iseng.

"Den, ada tamu, nyariin Aden, orangnya cakep, pake anu… Pake… cadar!" ucap Mang Ujang memberondong ketika aku masuk.

Keningku mengkerut.
"Siapa, Mang?"
"Aduh, siapa ya? Mamang lupa…" jawabnya sambil menggaruk jidatnya yang licin.
"Bukan yang kemarin ke sini? Jamilah?" tebakku.
"Mm… Kayaknya bukan, Den," jawabnya sambil masih terlihat bingung.

"Siapa, ya?" pikirku. "Ya sudah, makasih ya, Mang."

Aku melangkah ke teras dan menuju pintu rumahku yang sepertinya telah terbuka sedari tadi. Mataku sengaja memburu ke arah sosok wanita bercadar coklat gelap yang sedang menatap layar handphonenya.

"Assalaamu'alaikum,” kuharap aku tak membuatnya kaget.

"Wa'alaikumsalaam," balasnya. Aku bersiap membuat gestur bersalaman jarak jauh.
Sesuatu yang kupelajari dari Jamilah. Ah, Jamilah...

Kuperhatikan lekat-lekat wanita ini.

Tubuhnya memang terbungkus tanpa celah. Namun aku merasa pernah melihat sepasang mata itu sebelumnya. Ah, tapi di mana?

"Maaf, Mbak cari saya?" kataku memulai.

"Apa kabar, Joe?" katanya. Seolah telah mengenalku lama.

Ia memakai handsock warna senada. Dipadu dengan tas wanita yang kutaksir tak seberapa harganya. Bagian bawah tubuhnya tak kuamati, takut kalau sampai ia menganggapku tak sopan dengan tatapan mata yg menyapu dari ujung kepala hingga tumit.

POLLING: Kira-kira ada yang bisa tebak, wanita itu siapa?
Ketebak
58.5%
Nggak ketebak
41.5%
53 votes
Larissa kali yaa..
Dia pake cadar biar gaada yg ngenalin dia pergi k rmh ikhwan yg bkn mahram nya sendirian lagi kekeke...
 
Bimabet
dan akhirnya joe di izinin buat make risa , rohim main aman ama tetangganys



mksh updatenys hu

Tidak sekompleks itu cerita ane :D

Boleh minta alamat Mbah Wiryo hu hehehehe
Ane juga lagi nyari Om... :p
Emak nya kali
Wahahahaha... Tokoh ini sudah pernah keluar di cerita sebelumnya.
Larissa kali yaa..
Dia pake cadar biar gaada yg ngenalin dia pergi k rmh ikhwan yg bkn mahram nya sendirian lagi kekeke...
Nice try. Tapi masih salah :D

Waiki .... Tapi yang pasti perempuan ... Semangat pokok'e
Masak pake cadar jenggotan Om.. :D
Mungkin karakter baru wkwkwk
Nggak, udah pernah dimunculkan di part sebelumnya. :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd