Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Sudah ada getar2 cinta antara manajer kim lee dengan hyun in.

Penasaran dan masih misteri siapa sebenar nya cucu pemilik perusahaan hyung-gyeko?

Apakah akan terjawab di update berikut nya?
 
Sudah ada getar2 cinta antara manajer kim lee dengan hyun in.

Penasaran dan masih misteri siapa sebenar nya cucu pemilik perusahaan hyung-gyeko?

Apakah akan terjawab di update berikut nya?
Hehehe padahal udah ada clue-nya Om di part sebelumnya.
Misteri siapa cucu pemilik HUNG-GYEKO.

Terimakasih sudah mampir Om...

Next lanjut....
 
Hehehe padahal udah ada clue-nya Om di part sebelumnya.
Misteri siapa cucu pemilik HUNG-GYEKO.

Terimakasih sudah mampir Om...

Next lanjut....
Ia suhu... ane udah membaca part sebelum nya anak lelaki nya menikahi gadis dari panti asuhan, yang saat itu tidak ia restui, sekarang cucu nya belum tau nenek nya itu pemilik tunggal Hyung-Gyeko.

Tapi biarlah suhu ane ikuti aja nanti terjawab juga siapa cucu nya yang akan mewarisi HYUNG-GYEKO.
 
Part Nine

20170610_230433.jpg

Kyo In

2524237911f14bebec3e2a0e8599c588c6edccd0.jpg

Andra
"Taman di sekitar kolam asrama sudah di bersihkan ?" Tanya seorang wanita bertubuh gemuk dan berambut keriting itu kepada pemuda berjaket abu-abu yang baru saja memasuki ruang pengurus asrama putri di Institut Seni CHEONAN itu.

"Sudah" jawab singkat pemuda itu yg tidak lain adalah Andra.

Dengan tenang ia melangkah menuju salah satu sudut ruangan dan menata peralatan kebersihannya di sebuah lemari penyimpanan, sementara wanita bertubuh gemuk itu tetap duduk tak bergeming membaca beberapa berkas di hadapannya. Saat ini, ada sekitar lima orang pengurus asrama yang berkumpul di ruangan tersebut termasuk Andra sendiri.

"Sudah dua hari ini, kamar nomer dua puluh tiga dari lorong nomer empat di ujung itu melaporkan adanya kebocoran saluran pipa air." Tiba-tiba salah satu pengurus asrama yang ada di ruangan itu berbuka suara. Dia seorang wanita kurus berusia hampir lima puluh tahun dan termasuk pengurus senior di asrama tersebut.

Tiada seorangpun menjawab. Semua nampak sibuk dengan aktivitas masing-masing. Andra yang mendengar tampak mengerutkan dahi. Nomor dua puluh tiga dari empat lorong ujung sana, baginya sudah tidak asing lagi. Ia tahu persis siapa mahasiswi yang menghuni kamar tersebut. Kyo in, dialah penghuni kamar nomer dua puluh tiga.

"Kasihan jika tidak segera di perbaiki," pengurus asrama tadi bicara kembali mengulang penjelasannya dan kali ini ia mendekati seorang lelaki tambun berambut tipis yang sedang membereskan kotak perkakas nya.

Merasa kalimat itu di tujukan kepada dirinya sang lelaki tambun hanya melengguh singkat sembari meraih kotak perkakas di lantai.

"Dia harus bersabar. Masih ada pekerjaan lain yang harus ku kerjakan. Disana aku setidaknya mendapatkan upah. Baru menyelesaikan yang di sini." Ucap lelaki tambun itu sembari beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut .

Wanita bertubuh kurus yang tadi bicara hanya menghela nafas tanpa mampu berbuat apa pun untuk mencegah kepergian rekannya itu. Sementara pengurus asrama lainnya juga tampak tidak begitu memperdulikan. Apa yang baru saja di saksikan membuat Andra tak habis pikir. Ketika seorang yang tidak memiliki banyak kekayaan, orang lain seakan mengabaikan dan tidak memperdulikan. Kyo in gadis dari keluarga miskin yang berjuang meraih kesuksesan di akademinya dari sebuah beasiswa yang ia peroleh, dan harus merasakan itu. Semua orang memandang sebelah mata. Bayangkan sudah sejak dua hari yang lalu, penghuni kamar dua puluh tiga memohon perbaikan, namun tiada yang langsung menanggapi. Sedang pada beberapa laporan yang baru beberapa menit di pagi ini masuk dengan cepat langsung di tindak lanjuti.

"Miriss, tiada berbeda dengan di negeriku sendiri " dalam pikir Andra bergumam.

"Siapa yang menghuni kamar tersebut?" Andra mendadak mengajukan pertanyaan kepada para pengurus asrama yang lainnya. Sebuah jawaban yang sebenarnya ia udah ketahui sebenarnya. Tapi ia mencoba berpura-pura mengelaknya.

"Bukan siapa-siapa" tiga pasang mata memandang pemuda itu. Mereka tidak mengira Andra akan tertarik dengan permasalahan itu.

"Ia salah seorang mahasiswi semester akhir," pengurus bertubuh kurus yang pertama kali tadi menyela ucapan rekannya, menanggapi dengan singkat dan bahasanya sedikit tidak mengenakkan.

"Seharusnya dia bersyukur karena sudah mendapatkan keringanan biaya kuliah, dan beasiswa yang ia terima. Sedikit kebocoran pipa seharusnya tidak menjadi masalah. Lagi pula, sebentar lagi dia akan meninggalkan asrama ini." Salah seorang pengurus lainnya menimpali dengan angkuhnya, seperti yang dilakukan oleh pengurus bertubuh tambun dan gemuk tadi.

Andra mengatupkan rahangnya, menunjukkan rasa tidak senangnya terhadap sikap kedua pengurus asrama itu. Dia pernah melihat sendiri bagaimana kedua pengurus itu melayani para mahasiswi lain dengan penuh rasa perhatian dan sikap ramah. Bahkan mereka tidak segan-segan turun langsung menangani kebutuhan para mahasiswi itu. Berbanding terbalik dengan sikap dan perlakuan nya terhadap Kyo In. Tentu saja, karena semua mahasiswi di Institut Seni CHEONAN mayoritas mahasiswi yang berasal dari keluarga yang terpandang bahkan konglomerat.

Jauh berbeda dengan Kyo In , seorang gadis yatim piatu yang tidak memiliki orang tua. Satu-satunya keluarga yang ia miliki hanyalah kakak nya seorang. Jika bukan karena kecerdasannya dan beasiswa yang di dapat, tentu sulit bagi Kyo in untuk dapat berkuliah di Institut Seni CHEONAN itu. Kakaknya bekerja keras untuk membiayai kuliah Kyo In dan untunglah beasiswa yang ia terima telah cukup mengurangi beban biaya yang harus mereka penuhi.

Andra terdiam selama beberapa saat dan tak menyadari pengurus asrama bertubuh kurus yang berada tidak jauh darinya sudah mendekat.

"Maukah, kau memeriksa keadaan kamar tersebut?" Ucap wanita bertubuh kurus itu.

Andra yang kini berhadapan langsung dengan wanita tua bertubuh kurus itu hanya tersenyum kecil dan mengangguk kan kepala. Andra menerima kunci cadangan pemberian sang pengurus asrama yang bertubuh gemuk. Andra membalikkan badan, keluar dri ruang pengurus tersebut.

Andra melangkah perlahan menyusuri lorong asrama. Kamar demi kamar telah ia lewat, namun hanya satu tujuan nya, kamar dua puluh tiga. Saat ini , para penghuni asrama sedang mengikuti kegiatan perkuliahan. Hanya kesunyian yang bersedia menemani langkah pemuda itu, mengantarkan hingga ke depan sebuah pintu kamar yang terletak di ujung dari empat lorong di lantai dua.

Angka dua puluh tiga tertera jelas tertulis di depan pintu kamar. Andra memandang dengan seksama pintu di hadapan nya. Pemuda itu menoleh, memastikan kesunyian di sekitarnya. Untuk pertama kalinya ia masuk kedalam kamar seorang gadis. Entah kenapa jantungnya berdetak lebih kencang . Andra menghela nafas panjang, memantapkan hati sebelum akhirnya memutar anak kunci yg telah terpasang kokoh di tempatnya.

"Krieekk...!"
Suara pintu yang terbuka sedikit mengusik kesunyian. Perlahan , Andra masuk ke dalam kamar , kosong dan sunyi tiada seorangpun di sana karena seperti mahasiswi lainnya, Kyo In juga tengah mengikuti kegiatan perkuliahan.

Selangkah demi selangka, adra memasuki kamar itu. Pandangan nya menerawang ke seluruh sudut ruangan. Menyimak segala sesuatu yang ada di dalam kamar tersebut, mencoba memahami apa yang si rasakan oleh Kyo in setiap kali menghabiskan waktunya dalam kesendirian di dalam kamar yang sunyi ini.

Andra terpaku di tengah ruangan, tiada hal istimewa yang ia temui di dalam ruangan itu. Hanya sebuah lemari tua yang hampir usang, meja, dan sebuah kasur lipat tergulung di lantai, yang menghiasi kamar sederhana Kyo In. Namun di balik kesederhanaan itu, Andra dapat merasakan kenyamanan, sebuah ketenangan batin. Ada sesuatu yang berbeda di kamar itu, sesuatu yang membuat jiwanya serasa melayang, sebuah seruan tanpa wujud seakan memanggil jiwanya dan mendatangkan perasaan hangat yang seketika membungkus seluruh tubuhnya. Dan , Andra merasakan getaran aneh itu, getaran yang terus menjalar ke setiap sendi tubuh dan merasuk kedalam jiwanya setiap kali membayangkan gadis itu.

Andra tertegun, ia tidak yakin dengan apa yang tengah ia rasakan saat ini. Ruangan yang sederhana namun bersih tertata rapi. Itulah pandangan yang ia saksikan. Namun bukan itu yang telah menyentuh bagian terdalam dari batinnya. Segenap panca indera nya terus berkelana dan menjelajahi seisi ruangan, mencoba mwnghayati dan memahami makna semua yang ia rasakan hingga akhirnya tatapan pemuda itu tertuju pada sebuah buku tebal yang terbaring dalam sebuah altar kesunyian, tepat di sebuah meja yang ada di hadapan Andra.

Antara keraguan dan keinginantahuan, Andra melangkah mendekat. Buku itu bergeming, seakan telah menanti kedatangan pemuda itu. Cahaya matahari menembus masuk melalui jendela di belakang meja terasa semakin terang menyinari tubuh Andra dan menghadirkan ketenangan baru yang mengusir segala keraguan dalam benak nya.

Andra terus mendekat , semakin mendekat, dan getaran aneh itu semakin ia rasakan. Entah kenapa lututnya mulai terasa goyah, seluruh tubuhnya gemetar dan pandangan nya sedikit kabur. Getaran aneh itu semakin memuncak, mengacaukan aliran darahnya. Anda mencoba bertahan sekuat tenaga, namun getaran itu semakin kuat menguasai dirinya.

Andra limbung dan nyaris terjatuh, ia terus bertahan, berpegangan pada tepi meja dengan menahan rasa nyeri yang mendadak menghujam seluruh tubuhnya. Andra sakit yang luar biasa, ribuan jarum seakan menusuki kepalanya. Dengan pandangan dan dengan tenaga tersisa. Sebisa mungkin ia memusatkan perhatian pada buku tebal di hadapannya dengan tubuh yang mendadak gemetar hebat ini.

"I... I... Inii..." Suaranya lirih dan terbata, sulit baginya mempercayai apa yang terlihat di hadapannya saat ini.

Sebuah mushaf suci bersayam di atas peraduannya, memancarkan aura yang mampu menggoyahkan. Tubuh Andra bergetar hebat, dalam kekalutan yang ia rasakan, Andra terus memandang tanpa berkedip sebuah mushaf suci yang tetap terbaring tenang di atas meja. Andra tidak sedikitpun mengira bahwa buku di atas meja itu adalah mushaf suci Al- Q****. Jiwnya bergejolak seakan sesuatu hendak bangkit dari dalam dirinya, menuntut kembali haknya untuk kembali menguasai raga pemuda itu, sebuah isyarat kerinduan yang tiada lagi tertahankan.

"Sebenarnya, gadis itu siapa? Kenapa mushaf seperti ini bisa ia miliki? Dan seakan semua seperti telah terencanakan? " Andra memejamkan matanya dan berusaha menguasai dirinya. Entah mengapa ia merasakan pergolakan besar terjadi dalam batinnya seakan cahaya dan kegelapan tengah bertarung dalam jiwa pemuda itu untuk mempertahankan keberadaannya masing-masing. Dua kekuatan maha dahsyat bertemu dengan satu jiwa dan hanya satu yang akan tetap bertahan.

•••••0000•••••
Andra menarik nafas panjang, sedikit demi sedikit aliran darah nya mulai kembali tertata. Perlahan ia membuka matanya yang beberapa saat lalu sempat terpejam . Dengan jantung yang masih sedikit berdebar, ia kembali memandang mushaf suci di depannya. Sedemikian indah, tenang, dan menyejukkan. Andra berjalan sambil mengadahkan kepala dan memandang keluar jendela. Tatapannya tertuju pada barisan awan di angkasa. Hatinya mencoba membaca apa yang sebenarnya menjadi kehendak dari langit pada dirinya.

"Apa maksud semua ini? Dan siapa sebenarnya gadis itu?" Suara Andra terdengar sedemikian lirih seakan berbicara untuk dirinya sendiri.

Terbayang olehnya masa-masa beberapa tahun silam, masa dimana ia berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan nya. Masa dengan perjuangan dakwah dan kehangatan ukhuwah. Namun mendadak, Andra mengatupkan rahang dan memejamkan kembali matanya dengan tangan terkepal di atas meja karena teringat pula pada masa dimana keyakinan telah di cabik oleh kepalsuan dan keteguhan nya terkikis oleh kemunafikan.

Andra menyadari bahwa sejak saat itu, ia telah kehilangan arah dan tujuan hidup. Ia tak yakin dengan apa yang sebenarnya di kehendaki oleh langit pada dirinya, atas semua yang ia tinggalkan dan telah ia kesampingkan. Andra menarik nafas dalam-dalam dan memandang kembali mushaf suci itu. Sedikit pun ia tak mengira bakal melihatnya kembali bahkan menyentuhnya. Sudah beberapa tahun ia meninggalkan keyakinan itu.

"Siapa sebenarnya gadis itu?" Pertanyaan itu muncul kembali dalam pikiran nya, rasa ingin tahunya akan diri gadis itu semakin tinggi, seolah ada ikatan yang menghubungkan batin mereka berdua.

"Dan apa sebenarnya yang di rencanakan tuan Sung Ji padaku, dengan gadis itu?" Batin Andra lagi.

"Anda siapa?"

Sebuah suara lembut dari arah pintu yang di belakanginya dan seketika membuat Andra terperanjat , membuyarkan semua lamunaannya. Andra menegakkan tubuhnya, memandang jendela di hadapannya dengan tetap membelakangi sang pemilik suara yang masih berdiri di dekat pintu, penuh tanda tanya. Andra dapat menerka siapa gadis yang baru saja datang tersebut. Ia cukup terkejut karena tidak menyangka jika gadis itu akan kembali secepat ini ke kamarnya.

"Maaf Anda siapa?" Kembali suara lembut Kyo In terdengar. Gadis manis itu terus memandangi wajah Andra penuh selidik.

"Saya datang ke sini untuk memperbaiki pipa air yang bocor. Maaf jika telah lancang masuk tanpa memberi tahu Ade?" Jawab Andra sembari membalikkan badannya dan berhadapan langsung dengan Kyo In.

Untuk pertama kalinya, mereka saling berpandangan dalam jarak yang cukup dekat. Jarak yang sedemikian dekat membuat Andra dapat melihat jelas wajah gadis di hadapannya. Kyo in juga sedikit terkejut dengan adanya seorang pemuda asing di dalam kamarnya diam terpaku. Untuk beberapa saat mereka hanya bisa saling bertukar pandangan, seakan berusaha menyelami hati serta pikiran masing-masing.

"Pipa yang bocor ada di sebelah sana!" Akhirnya Kyo In membuka suara kembali. Gadis itu mengarahkan telunjuknya ke sebuah instalasi pipa air yang merapat di dinding bagian bawah tak jauh dari lemari pakaiannya.

"Iya, de!" Andra tidak banyak bicara, ia mengeluarkan peralatan seadanya dari dalam tas pinggangnya dan langsung mengerjakan tugas.

Kyo in gadis manis yang pendiam itu melangkah mendekati meja. Dari tempat nya bekerja, Andra dapat mendengar helaan nafas lega Kyo In saat melihat mushaf suci milik nya masih tergeletak di atas meja sebagaimana mestinya. Seakan tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh sang pemilik kamar, Andra terus menyibukkan diri dengan peralatannya.

Berbeda dengan Andra yang sibuk bekerja , Kyo In justru merasa bimbang. Ia merasa canggung berada dalam satu ruangan bersama seorang pria yang tidak dikenalnya. Namun disisi lain ia juga merasa ragu meninggalkan pria itu seorang diri. Dalam keraguan yang tengah ia rasakan, akhirnya Kyo In merendahkan tubuhnya, duduk di lantai dengan menekuk kedua kakinya, sembari memperhatikan Andra yang sedang bekerja.

Sunyi, Tanpa percakapan maupun suara berarti. Kyo In meletakkan dagu di atas lutut yang terlipat di depan tubuh rampingnya. Ia hanya diam dan memperhatikan Andra tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Andra yang merasa dirinya tengah di perhatikan mulai merasa kikuk. Perasaan aneh mulai merasuk kembali, namun dengan cepat Andra menyadari hal itu dan sebisa mungkin ia memenangkan hati serta menjernihkan pikiran negatif nya itu.

"Apa kuliah hari ini sudah selesai?" Tanya Andra berusaha menepis kesunyian di antara mereka.

"Sudah..." Jawab Kyo In dengan singkat.

Hanya itu. Selanjutnya hanya keheningan kembali membungkus mereka. Tiada lagi percakapan berarti, tiada lagi kata-kata pemecah sunyi. Tanpa sadar Kyo In terus memandangi Andra penuh arti. Ia tenggelam dalam pikiran serta perasaannya. Perlahan namun pasti, kehadiran pemuda itu telah membangkitkan perasaan asing dalam dirinya. Ia merasa jauh lebih tenang, hatinya merasa nyaman saat berada di dekat Andra. Kesendirian yang selama ini ia nikmati telah terusik dengan kedatangan pemuda itu. Namun entah kenapa, batinnya justru merasa kehadiran Andra telah melengkapi sisi lain dalam hatinya dan mengikis kehampaan di dalam jiwanya.

Untuk beberapa saat lamanya, mereka hanya diam membisu dalam keheningan. Hingga akhirnya Andra memasukkan satu per satu peralatannya ke dalam tas pinggang, pertanda bahwa pemuda itu telah menyelesaikan tugasnya. Andra berdiri tegak di hadapannya Kyo In yang sudah lebih dulu beranjak bangun. Kemudian mereka saling berpandangan. Ada rasa enggan untuk mengucapkan kata perpisahan, seakan masih ada ganjalan dalam pikiran mereka masing-masing. Sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu dan mampu memahami nya.

"Sudah selesai, saya permisi dulu!" Ucap Andra dengan nada yang sedikit berat seakan terbersit keraguan dalam hati nya.

Kyo in hanya mampu mengangguk kepala perlahan mengiringi langkah kaki Andra yang berjalan keluar dari dalam kamar nya.

"Maaf...! Ehhh....!" Tiba-tiba gadis itu membuka suara membuat langkah Andra terhenti tepat di depan pintu.

"Nama kakak siapa?" Tanya Kyo In.

"Andra..."jawaban singkat itu terucap dengan datar.

"Terimakasih sudah mau membantu. Aku Kyo In." Ujar gadis itu dengan senyum malu-malu, membuat pipi putihnya nampak di hiasi rona kemerahan.

"Aku sudah tahu...!" Jawab Andra dengan nada yang masih datar dan hanya sedikit menoleh sebentar ke arah Kyo In. Tapi sepasang mata itu saling bertemu, hanya senyum simpul yang terlontar dari bibir Andra. Berbeda dengan Kyo In ia merasa sangat gugup dan malu.

Andra kemudian berlalu meninggalkan Kyo In. Meninggalkan gadis itu kembali dalam kesunyian dan kesendirian. Kyo In bersandar pada pintu kamar yang telah ditutupnya kembali. Pandangan nya menerawang ke langit- langit kamarnya, masih tersisa ganjalan dalam hati dan pikiran nya.

"Dia tahu namaku? Siapa kak Andra itu? Aku seperti sudah mengenalnya lebih dekat? Merasa nyaman berada di dekatnya? Apa jangan-jangan aku ini sedang jatuh cinta pada pandangan pertama pada kak Andra? Aku masih belum yakin?" Suara Kyo In tenggelam dalam kesunyian, tanpa seorang pun menjawab, tanpa seorang pun memahami apa yang tengah ia rasakan.....




To be conti......
 
Terakhir diubah:
Ijin sandar didunia kpop...gua suka, kotanya kaya apa ga tau...kebayangkan..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
owkeh.. Lah dulur lanang.... Hehehe
tak enteni ngasi tekan rampung tutupe layar :Peace:
Inggih pak de, aku wau ne rep update. Tapi Dino iki tembe mulai mlebu kerjo, dadi rung siap pakde.

Layar opo iki. Misbar kah, hihihi
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
njih om. Di maklumi to yo, po meneh urusan kerjaan PNS yo akeh nemen, po meneh tes prei suwi.

Q sing neng DLH yo mung iso prei 2 dina. Penak sampean preine suwi.
Maklum sampah yo langka preine. Wkwkwkwk....

Di rampengke disit gaweane om. Sing podo ndumel yo jorke wae, penak ra penak, gayem ra gayem yo urusane kae wong lia. Penting panginyongan tetep bombong (seneng/hepi).
:beer:
Iyo pakde, tpi bkal update meneh, ko pakde.

Ojo ngomong ngono, lah pean. Iku yo lantaran ono sesuatu pakde, preine sui..
Hahaha

Nuwun pakde, overal comingg bkal update.... Tpi mlem pakde
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd