Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhwat Yang Ternoda ( No Sara )

Status
Please reply by conversation.
Chapter 18 : Runtuh


Nurul


Pak Sukani


Haris​

"Apa Mas mau menemani saya malam ini??" tanya Nurul tiba-tiba saja memberanikan dirinya berbicara seperti itu. Tapi tentu saja yang dimaksud oleh Nurul dalam hal "Menemani" tersebut adalah menemani dalam artian kata yang sebenarnya. Bukan menyangkut hal yang macam-macam ataupun sebuah ajakan untuk melakukan tindakan yang terlarang.

Dan Pak Sukanipun juga menangkap hal tersebut dengan tanggapan yang positif "Kalau Dik Nurul pengen ditemani, saya akan temani" balasnya sambil tersenyum dengan lembut. Pak Sukani tau ajakan Nurul tersebut mungkin saja terdengar sebagai ajakan untuk penyelewengan, tapi dengan segala macam pengalaman dan pengetahuannya tentang wanita, Pak Sukani tau kalau Nurul hanya bermaksud meminta untuk ditemani saja.

"Kalau gitu saya mau mandi dulu Mas! nanti saya siapin makan malam buat kita" ucap Nurul membalas senyuman Pak Sukani. Syukurlah pria tua itu tidak salah menangkap maksud dan keinginannya untuk ditemani. Sikap gentle Pak Sukani itu lagi-lagi membuat Nurul semakin melambungkan ekspektasinya terhadap orang tua itu.

Usai Nurul berpamitan untuk pergi mandi, Pak Sukani kemudian duduk di ruangan TV sambil menonton acara-acara dangdut kesukaannya. Sebenarnya sekarang Pak Sukani sedang berusaha untuk melawan dirinya sendiri agar dapat mengontrol napsu bejat yang tengah menggebu-gebu dalam pikirannya. Karena sedari tadi Nurul terus-terusan bersikap seperti menguji akal sehatnya yang seolah-olah minta diayomi dan dilindungi.

Tak berbeda jauh dari Pak Sukani, Nurulpun sebenarnya merasakan kalau badannya sudah bereaksi penuh terhadap sentuhan-sentuhan lembut Pria tua itu yang membuat seluruh tubuhnya menjadi panas tidak menentu. Rasa kesepiannya sebagai seorang wanita dan seorang istri itupun dibuat semakin menggebu menjadi-jadi. Tapi untungnya akal sehat itu masih ada disana untuk mencegah segala bentuk tindakan terlarang yang nanti mungkin akan membuatnya menyesal dikemudian hari.

Nurul tau kalau semua yang dirasakannya saat ini adalah bujukan dan rayuan syaiton semata. Untuk itulah dia berusaha membuang pikiran tersebut dengan memutuskan untuk pergi mandi menenangkan nafsunya. Segala bentuk angan-angan kenikmatan yang ada dipikirannya itu, berusaha ia tampik sejauh mungkin agar sebuah kesalahan tidak terjadi pada dirinya dan pernikahannya. Nurul tiba-tiba saja terbayang wajah Haris suaminya yang pasti akan sangat terpukul jika seandainya Nurul memutuskan untuk mengkhinati Pria baik hati tersebut.

Tenggelam dalam seluruh pikirannya, Nurul kemudian terkejut dengan sebuah ketukan di daun pintu kamar mandi "Dik!! Ini Mas Haris nelfon kamu" teriak Pak Sukani dibalik pintu tersebut mengabarkan kalau Haris ternyata menelfon saat Nurul baru saja memikirkan sosok suaminya tersebut.

"Diangkat saja Mas!! saya belum selesai" balas Nurul berteriak dari dalam. Memberitahu kalau dia belum bisa mengangkat telfon tersebut karena masih dalam keadaan yang basah dan berbusa oleh sabun mandi.

Pak Sukani yang sudah mendapat ijin itupun, kemudian mengangkat telfon Haris dari smarphonenya Nurul "Halo!" ucapnya sedikit pelan.

"Loh?? Pak Sukani?? kok bapak yang angkat telfon istri saya??" tanya Haris disebarang sana seperti orang yang terkejut.

Tapi Pak Sukani dengan santai menjawab "Istrimu lagi mandi mas, gak bisa angkat"

"Bapak ngapain dirumah saya??" selidik Haris.

"Tadi saya mengajak istrimu jalan-jalan keluar sebentar. Tidak apa-apa kan??" Tanya Pak Sukani seperti meminta persetujuan. Namun sebenarnya itu tidaklah berpengaruh karena mereka sudah terlanjur pergi tanpa izin Haris sekalipun.

"Ba--bapak ngapain aja sama istri saya??" tanya Haris tergugup. Memikirkan bahwa kesepakatan diantara mereka berdua masih berlaku sehingga Haris berpikir bahwa ada kemungkinan Nurul sudah jatuh dalam pelukan Pak Sukani.

Dan kegugupan Haris itupun membuat Pak Sukani tersenyum "Kenapa?? Mas Haris sudah merasa kalah??" tanyanya senang.

"Tidak! saya masih yakin sama istri saya!" balas Haris bertekad kuat.

"Yasudah kalau begitu Mas gak perlu tau apa yang kami lakukan" ucap Pak Sukani membuat Haris langsung mati kutu dengan kata-katanya. Pak Sukani seolah-olah menguasai pembicaraan ini dengan santai.

"Tapi kan--"

"Sudahlah! Apa untungnya kalau Mas tau?? yang ada nanti Mas bisa sakit hati" potong Pak Sukani dengan begitu cepat. Ia tersenyum ingin memancing bagaimana reaksi Haris jika dia mendengar kalau Nurul istrinya sudah jatuh kedalam pelukan lelaki lain.

"Saya akan berusaha untuk tidak sakit hati" balas Haris mempersiapkan dirinya jika saja Pak Sukani ternyata memang sudah menaklukan istinya.

Namun Pak Sukani masih bermain tarik ulur, "Usaha saja tidak cukup Mas! saya tidak mau jadi sasaran amarah dan amukan Mas nantinya" ucap Pria tua itu.

"Maksud bapak gimana???" Haris terdengar semakin bingung.

"Mas Haris sebenarnya mau hasil atau detailnya sih?? saya heran! Tujuan dari kesepakatan kita dari awalkan untuk membuat Mbak Nurul jadi hamil. Jadi saya rasa Mas Haris tidak perlu tau detailnya seperti apa" balas Pak Sukani bermain cantik. Seolah-olah dia adalah seorang pria sejati yang profesional dengan kesepakatan dan omongannya sendiri.

Haris jadi terdiam. Dia menjadi bimbang karena apa yang dikatakan oleh Pak Sukani adalah sebuah kebenaran yang masuk akal. Jika dirinya menginginkan hasil, seharusnya dia tidak perlu tau atau meributkan bagaimana detailnya terjadi. Tapi entah kenapa sekarang hatinya lebih condong ingin mengetahui tentang bagaimana istri akhwat nan shalihnya tersebut bisa jatuh dipelukan Pak Sukani.

"Saya hanya mau kejelasan Pak! apa bapak sudah melakukannya atau belum??" tanya Haris yang menyerah dengan rasa penasarannya. Sekarang lebih baik dia tau tentang kesegala detailnya daripada dia tidak bisa memejamkan matanya nanti.

Tapi Pak Sukani kembali menarik diri "Mas Haris jangan marah sama saya" ucapnya memancing. lalu dia melanjutkan "Tapi saya sudah----"

"Cukupp!!!" potong Haris pada perkataan Pak Sukani tersebut.

Sekarang dia sudah sadar dan paham kalau Istri shalihah nan dicintainya tersebut ternyata telah benar-benar membiarkan laki-laki lain menikmati tubuhnya. Haris tak menyangka kalau Nurul seorang perempuan akhwat dan muslimah taat tersebut juga mampu terjerumus kedalam lubang kemaksiatan. Badan Haris seketika jadi lemah seolah-olah tulangnya terasa dilolosi dari tubuhnya begitu saja.

Namun alih-alih merasa marah, Haris justru merasakan sebuah rasa cemburu yang terbalut dengan rasa terangsang yang amat sangat. Bahkan mencoba membayangkan istrinya sedang merangkuh kenikmatan bersama Pak Sukanisaja membuat nafsu syahwatnya menjadi menggebu-gebu seketika. Badannya yang lemah itu semakin merasakan panas dan dingin yang tak bisa dia artikan sama sekali.

"Mas Haris marahkan sama saya??" tanya Pak Sukani memelas seperti melakukan sebuah kesalahan yang besar. Namun itu semua tentu saja adalah akting semata dimana dia mencoba menarik simpati Haris dan membuat seolah-olah suami Nurul itulah yang berbuat salah.

"Eng--enggak Pak! saya gak marah. saya hanya sedikit terkejut" jawab Haris tergugup dan badannya menjadi bergetar. Berpikir suami macam apa dirinya yang tidak marah ketika tau istrinya tengah berselingkuh.

Sedangkah Pak Sukani terkekeh dalam hatinya sendiri karena tampaknya dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan, "Yasudah kalau begitu! Malam ini saya berencana untuk seranjang lagi sama istri Mas. Saya harap Mas Haris tidak keberatan" ucapnya menyerah psikis Haris.

"Tapi Pak!! bukannya bapak sudah??!!" tanya Haris sekarang sedikit merasa keberatan. Dia berpikir kesepakatan mereka sudah selesai karena Pak Sukani sudah menikmati tubuh istrinya.

Namun dengan cepat Haris diingatkan lagi oleh Pak Sukani "Kesepakatannya sampai istri Mas hamil bukan??? jadi sebelum itu saya bebas dong membuahi dia kapan saja??" tanya Pak Sukani dengan cerdik menyudutkan Haris.

"Tapi itu kan----"

"Sudahlah Mas!! dari awal saya sudah bilang kalau saya gak mau membicarakan detailnya karena takut Mas tidak setuju dan marah sama saya" potong Pak Sukani dengan cepat. Sekarang dia mencoba playing victim seolah-olah dia sudah memperingatkan Haris sebelumnya.

"Ja--jadi Bapak su--sudah melakukannya berkali-kali??" tanya Haris tergugup sangat tidak percaya.

Membuat Pak Sukani tersenyum dan mulai berbohong "Sudah 4 hari ini kami seranjang tiap malam"

BRAAAAAAKKKKK!!!!! Haris langsung terjungkal tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar. Dadanya menjadi sangat sesak dan api amarah itupun akhirnya terbakar menjadi-jadi. Akal sehat Haris langsung mengambil alih seluruh system syaraf yang ada dalam tubuhnya dan memberitahunya untuk segera mengakhiri kegilaan ini.

"In--ini bukan bagian dari kesepakatan kita Pak!!" Ucap Haris setengah berteriak merasakan amarah. Namun rasa gugup itu masih tetap menderu keras dalam hatinya.

Pak Sukani lagi-lagi tersenyum "Apa bedanya Mas?? mau saya lakukan sekali ataupun seratus kalipun, tetap saja saya masih punya hak sebelum Mbak Nurul hamil. Bukankah begitu???"

Skak mat. Mungkin rasa itulah yang dirasakan oleh Haris saat dia tahu kalau semua ini memang adalah suatu kebodohan yang seharusnya tidak dia setujui dari awal. Apalagi setelah dia menyadari kalau terdapat banyak celah dan lubang yang dapat dimanfaatkan dalam kesepakatan tersebut yang tidak Haris tutup dari awal dengan syarat-syarat khusus. Kini dia merasa kalah dalam permainan yang dia buat sendiri dan tak tau apalagi yang harus dilakukan.

"Sepertinya saya memang salah menyetujui kesepakatan seperti ini dari awal" balas Haris merasa dirinya sudah tak punya kekuatan lagi untuk melawan.

Namun tujuan Pak Sukani saat ini bukanlah untuk membuat Haris merasa kalah, "Tentu saja Mas Haris sudah salah!!! suami macam apa yang mengizinkan istrinya ditiduri oleh orang lain bahkan sampai hamil??? apakah Mas Haris tidak kasihan melihat Mbak Nurul?? dia itu wanita baik-baik mas" ucapnya mengubah haluan pembicaraan. Sekarang Pak Sukani malah berbalik menasehati Haris.

"Saya tau Pak!! tapi saya lebih tidak tega lagi kala melihat wajah istri saya yang selalu tampak menginginkan seorang anak dirumah atau setiap hari harus menjadi bahan omongan tetangga." balas Haris mengungkapkan alasannya.

"Saya paham itu! tapi apakah semua ini sepadan??" Pak Sukani balik bertanya.

"Tentu saja tidak!! tapi saya sudah kehabisan pilihan" jawab Haris mengakui semuanya. Dulu saat dia mengambil keputusan untuk menyetujui kesepakatan dengan Pak Sukani, Haris belum mengungkapkan alasan kenapa dia dengan gamblang dan mau saja menyetujui kesepakatan gila tersebut.

Sekarang, apa yang diinginkan oleh Pak Sukani sudah tercapai "Kalau begitu, selamat Mas!! kamu suami yang luar biasa! tidak banyak orang diluar sana yang rela mengorbankan keegoisannya sendiri demi istri-istri mereka. Saya salut kepada Mas Haris!! karena itulah saya belum ingin menyentuh Mbak Nurul" balas Pak Sukani memuji sekaligus membuat Haris menjadi lebih tenang.

"Ma--maksud Bapak??" tanya Haris.

Pak Sukani lalu tertawa "Hahaha. saya hanya bercanda ketika saya bilang kalau saya sudah seranjang dengan istri mas!!! Kami bahkan belum melakukan apapun yang melanggar aturan ataupun norma sosial" ungkapnya membongkar semua kebohongannya diawal.

"Jadi maksudnya Bapak belum ngapa-ngapain dengan istri saya???" Haris masih bingung dengan ucapan Pak Sukani.

"Iyaa!! saya belum menyentuh istri Mas karena dia adalah seorang istri yang menjaga diri dan seorang perempuan yang luar biasa" jawab Pak Sukani memuji keimanan dan kehebatan Nurul.

Haris lalu terdengar cukup shock karena sudah terbawa emosi yang begitu besar "Astagfirullah Pak!! becandanya tidak lucu sama sekali" ungkapnya menghela nafas yang begitu panjang. Ada perasaan lega dalam hatinya saat dia mengetahui kalau istrinya tersebut memang adalah seorang wanita yang patut diperjuangkan karena akhlak dan imannya.

"Hahahaha. saya tidak sepenuhnya bercanda karena kesepakatan kita masih tetap berlaku. Jadi saya akan tetap menunggu sampai waktunya Mbak Nurul mengijinkan saya" balas Pak Sukani terdengar masih sangat profesional.

Namun Haris sudah merasa dirinya diatas angin "Ooohh kalau begitu semoga beruntung Pak!! saya yakin istri saya pasti akan terus menolak Bapak" balasnya sambil tersenyum terkekeh. Haris sangat tidak sabar lagi untuk memenangkan kesepakatan ini karena waktunya pun akan berakhir dalam seminggu kedepan tepat pada saat kepulangannya. Dan sampai sekarang, Nurul istrinya masih tetap teguh dan belum runtuh pertahanannya.

"Hehehehe. kita lihat saja nanti!" kekeh Pak Sukani mengelus-elus batang kemaluannya. Merasa kalau naluri predatornya semakin tertantang untuk melanjutkan perburuan yang sudah ditahan-tahannya tersebut.

Dan dari arah kamar, Nurul yang ternyata sudah selesai mandi dan berganti baju, tampak diam-diam memperhatikan tingkah vulgar Pak Sukani yang sedang mengelus bagian selangkangannya yang membongkong besar tersebut. Nurul berkali-kali meneguk ludahnya sendiri tak dapat mengalihkan pandangannya dari benda tersebut. Dan Entah apa yang sedang dibicarakannya dengan Haris di telfon, tapi Nurul dapat melihat kalau Pak Sukani sangat bersemangat dan terkekeh-kekeh dengan bahagia.

"Ngomongin apaan nih?? seru banget kayaknya" tanya Nurul menghampiri Pak Sukani yang masih dalam pembicaraannya di telfon. Segala macam bentuk pikiran kotornya langsung dibuang begitu saja.

Pak Sukani yang sadar pun langsung tersenyum ke arah Nurul "Nih Dik!! Masmu nuduh dan bilang kalau kamu selingkuh sama aku" ucap Pak Sukani mulai ber-Aku kamu. Dia sengaja berbicara seperti itu agar dapat memancing rasa cemburu Haris dan menunjukkan kedekatannya dengan Nurul.

"Waahh! Abi parah! masa' Umi dituduh begitu" balas Nurul mengambil alih telfon genggam tersebut, lalu dia memencet tombol loudspeeker agar suaranya lebih terdengar besar. Nurul juga mengahamburkan tubuh harum miliknya disamping Pak Sukani sehingga semerbak bau wanita sehabis mandi itupun langsung tercium oleh hidungnya.

Disebarang sana, Haris juga tersenyum mendengar suara renyah istrinya "Abisnya Umi pergi kencan sih sama Pak Sukani" balasnya bermain-main tidak serius. Haris sekarang sudah tau kalau istrinya tidak akan mudah untuk di taklukan oleh pria tua itu.

"Kenapa?? Abi cemburu yaa???? makanya cepet pulang atuuuhhh!!! Umii kangeenn!!" balas Nurul bergerak-gerak begitu manja. Tidak sadar kalau disampingnya ada predator yang bersusah payah menahan nafasnya yang mulai terengah-engah. semerbak bau bunga mawar terpancar begitu harum dari tubuh Nurul yang baru saja selesai mandi dan membangkitkan syahwat Pak Sukani.

"Bentar lagi Umi!! sekarang Umi sama Pak Sukani aja dulu!! hahahahahhaa" ledek Haris tertawa begitu keras. Entah kenapa dia merasakan hatinya begitu senang dan ingin memancing-mancing istrinya dengan bercanda kearah yang menjurus kepada perselingkuhan tersebut.

Lalu Nurul menatap Pak Sukani dengan nakal "Iihhh.. Abi sudah gila!!" balas Nurul yang kemudian menyenderkan tubuhnya kearah Pak Sukani dengan santai.

"Hehehe. becanda Mi!! jangan dibawa terlalu serius" balas Haris terkekeh.

Kemudian Pak Sukani menyambung "Kayaknya saya jadi obat nyamuk!!" ucapnya ikut bercanda mencoba menahan dirinya sendiri. Salah-salah nanti dia bisa menerkam Nurul secara langsung saat ini dan disini juga.

Tapi untungnya baik Haris maupun Nurul tetap masih bercanda terus-terusan sehingga mau tak mau Pak Sukani pun ikut menimbrung bersama mereka dan mengobrol hal-hal konyol satu sama lain. Pikiran kotor yang tadinya ada dalam benak Pak Sukani pun kemudian perlahan-lahan terkikis lalu menghilang begitu saja dari otaknya. Hingga tanpa sadar, mereka bertigapun mengobrol selama satu jam lebih tidak berhenti-henti. Beruntung saja rasa kantuk menghampiri Haris duluan sehingga mau tak mau mereka bertiga pun harus mengakhiri kegiatan telfon menelfon yang cukup aneh ini pukul 12 malam.

"Hihihihi. seru juga ya nelfon bertiga" ucap Nurul terlihat senang ketika telfon Haris sudah ditutup dan mereka sudah puas berbicara dan bercanda.

Namun karena masih dalam moodnya, Pak Sukani pun kembali mengeluarkan candaannya "Lebih enak lagi kalau main bertiga" ucapnya bermaksud mengarah pada hal yang mesum.

"Ihh.. seru tuh Mas main bertiga!!" girang Nurul begitu manja tidak tau kalau yang dimaksud "Main" oleh Pak Sukani adalah hal yang berbau penyimpangan dan melanggar norma.

Melihat Nurul begitu polos, Pak Sukani langsung kembali tertawa "Hahahaha.. kamu lucu sekali Dik!" balasnya mencubit gemas pipi Nurul.

”Brrr, dingin gak Mas??” Nurul tiba-tiba saja merapatkan badan ke Pak Sukani, membuat Pria tua yang sedang mencubit pipinya itu sedikit kaget dengan keberanian istri Haris tersebut. Bau tubuh Nurul yang daritadi membuat gairah kelelakiannya bangkit, kini kembali tercium dengan jelas menusuk hidungnya.

”Kamu sih mandinya malam-malam Dik!! Sini deket-deket biar anget!!” meski mengomel, tapi tak urung Pak Sukani kemudian merangkul pinggang Nurul yang saat ini sedang menggunakan baju tidur tipis lengkap dengan hijab sorongnya berwarna putih. Tubuh kecil perempuan akhwat itupun kemudian mendekat ke arahnya dan terlihat mulai menempel nyaman dalam pelukan laki-laki tua itu.

”Makasih.” Nurul tersenyum. Dia lalu menyandarkan kepalanya di pundak Pak Sukani tanpa rasa canggung sama sekali.

Seharian ini selama jalan-jalan, mereka memang sudah sering melakukan "Cuddle" ringan layaknya seorang pasangan kekasih yang tengah di mabuk cinta. Jadi tak ayal saat ini pun Nurul tidak protes ataupun marah ketika Pak Sukani melingkarkan tangannya di pinggang kecil Nurul dan memberikannya rasa hangat yang sangat nyaman. Keduanya pun kemudian memasuki mode diam menatap televisi sambil berkutat dengan pikiran masing-masing.

Nurul terlihat lelah, badannya terasa panas dingin dari tadi pertanda kalau kondisi tubuhnya sedang dalam fase yang kurang baik. Tadinya dia sedikit dibuat bersemangat karena Haris menelfonnya dan mengajaknya bercanda ria melantur kesana kemari. Tetapi setelah telfon itu selesai, semua kesenangan dan kegembiraan yang Nurul rasakan kembali berubah menjadi rasa kesepian. Beruntung sosok tua yang sedang merangkul tubuhnya saat ini masih berada di tempatnya sehingga Nurul tidak terlalu merasakan kesendiriannya.

"Mas!" panggil Nurul lemah.

Lalu Pak Sukani menoleh menatapnya "Ya??"

"Makasih untuk hari ini, aku benar-benar bahagia" lanjut Nurul menggenggam tangan Pak Sukani yang melingkar di tubuhnya. Lalu menarik tangan tersebut dan mengencangkan pelukannya sehingga tubuh mereka berdua semakin merapat dalam pelukan. Tak sengaja, lengan kiri Nurul menyentuh selangkangan Pak Sukani yang dibaliknya sudah ada benda yang menegang dengan keras.

"Aku juga bahagia Dik!" ucap Pak Sukani membalas pelukan Nurul.

Namun tiba-tiba saja Nurul menoleh ke arah Pak Sukani dan mendekatkan wajahnya "CUP!!" sebuah kecupan singkat mendarat di bibir tebal Pak Sukani begitu saja. Meski hanya berlangsung sepersekian detik, tapi itu semua sudah cukup buat Pak Sukani untuk merasakan betapa kenyal dan lembutnya bibir istri akhwat milik Haris tersebut.

"Apaan tuh tadi?? kok kayak permen" canda Pak Sukani menggoda Nurul.

Tapi Nurul tidak menjawab dan membuang mukanya karena merasa sangat malu telah melakukan tindakan yang tidak seharusnya dia lakukan dengan laki-laki lain.
Hati kecilnya mengutuk perbuatan itu namun sebagian dari dirinya merasa sangat senang dan bahagia. Nurul tak menyangka kalau dirinya ternyata punya keberanian seperti itu dan sungguh Nurul merasa sangat nikmat meski hanya sebentar.

"Tanda terima kasih!" ucap Nurul tak berani memandang ke arah Pak Sukani. Jantungnya berdebar-debar takut kalau Pak Sukani marah kepadanya.

Membuat pria tua itu menjadi semakin gemas tidak karuan. Dengan satu tarikan, Pak Sukani kemudian mengangkat tubuh kecil Nurul kedalam pangkuannya dengan cepat. Tak ada kata protes sedikitpun yang keluar dari mulut istri Haris tersebut saat Pak Sukani kemudian memeluknya dengan begitu erat dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang mungilnya. Nurul mengikuti instingnya saja dan membiarkan tubuhnya jatuh dalam pelukan si pria tua yang Kini sudah berada dibawahnya.

"Lagi dong kalau gitu" pinta Pak Sukani menggoda Nurul untuk menciumnya sekali lagi. Dia sengaja membiarkan Nurul yang berinisiatif terlebih dahulu agar nantinya dia dapat dengan leluasa kepada Nurul tanpa harus diprotes lagi.

Nurul lalu menolehkan kepalanya kepada Pak Sukani kembali, menatap sendu wajah pria tua itu yang juga menolehkan kepalanya menatap Nurul. Satu detik mereka saling berpandangan dengan dua pasang mata yang menahan gejolak asmara saling menyorot satu sama lain. Dalam detik yang singkat itu, Nurul diyakinkankan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya diantara mereka.

Kulit wajah Nurul mulai merasakan hawa panas yang memancar keluar tiba-tiba, Nafasnya pun semakin dirasakan mulai berat dan terengah-engah. Bahkan Udara malam terasa lebih panas berkali lipat karena Nurul menyadari bahwa sebentar lagi dia akan mulai melakukan tindakan gila yang dapat mencoreng dirinya sebagai seorang akhwat dan istri shalihah.

"Maafkan Ya Allah!!" Ucap Nurul tak bisa menahan dirinya.

Sesuai dugaan Pak Sukani, Nurul lah yang menggerakkan kepalanya maju duluan. Membawa Bibir tipis miliknya yang lalu menempel perlahan di bibir tebal Pak Sukani. Sentuhan bibir tersebut terasa sangat menyengat bagaikan terkena setrum listrik, yang mengirimkan sinyal elektrik penuh birahi menguasai seluruh jaringan tubuh Nurul. Bahkan gejolak nafsu birahi itu membuat badan Nurul gemetar perlahan karena mengantisipasi sebuah kenikmatan yang sangat tabu tersebut.

"Mmmmpppphhhhh.." desah tertahan Nurul keluar dari mulut mungilnya.

Kecupan yang masih ringan tersebut berbunyi pelan menimbulkan suara-suara kecil yang hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya. Suara itu kemudian juga disambung oleh deru nafas Nurul yang sedikit demi sedikit mulai menjadi cepat tak beraturan. Nurul tak menghiraukan lagi rintihan hatinya yang berteriak untuk berhenti karena rasa nikmat yang sekarang dia rasakan ini begitu nyata dan memabukkan.

Tapi disinilah titik yang di tunggu-tunggu oleh Pak Sukani. Titik dimana dia akan melancarkan aksinya untuk membuat Nurul menjadi semakin lupa dengan dirinya sendiri dan menyerahkan seluruhnya kepada Pak Sukani.

Dengan agak kuat, Pak Sukani mendorong pelan bahu Nurul yang berada di pangkuannya "Hentikan Dik!! ini sudah terlampau jauh" ucapnya menolak segala kenikmatan yang tengah disuguhkan oleh wanita akhwat itu.

"Ta--tapi Pak??!" protes Nurul yang sudah berapi-api dan bernafsu.

Namun Pak Sukani justru memasang tampang bersalah "Aku tidak mau Dik, jadi penghancur rumah tanggamu dengan Mas Haris" ucapnya mencoba berbuat sesuatu yang benar meski semua ini hanyalah kebohongan saja.

Hening sejenak, Nurul mulai berpikir dalam tentang perbuatan yang baru saja dia lakukan dengan Pak Sukani. Perbuatan tercela yang meruntuhkan segala bentuk rasa malu dalam dirinya yang sudah dikuasai oleh nafsu syahwat yang begitu nikmat. Bahkan setelah Pak Sukani menolak seperti ini dan menyebut nama Haris sekalipun, hati Nurul tetap bersikukuh untuk berniat melanjutkan perbuatannya.

"Apa yang kamu tunggu?? semuanya sudah terlanjur, mending dilanjutkan saja" ajak si iblis dalam hatinya. Memberitahu Nurul untuk tetap pada keinginan awalnya untuk melepas semua dahaga dan rasa sepi yang ada dalam dirinya.

Dalam posisi seperti ini pula, Nurul dapat merasakan ada suatu benda yang mengganjal keras tepat dibagian selangkangannya. Benda yang diduduki oleh Nurul tersebut seperti bergerak-gerak meminta untuk dilepaskan dari sangkar yang mengikatnya. Sebatang penis yang keras menekan vaginanya tersebut membuat nafsu Nurul makin menjadi-jadi.

"Tidak bisakah mas melakukannya untukku?? aku sangat kesepian" Pinta Nurul memelas sambil menggoyangkan tubuhnya. menggesek batang Penis yang tegang itu dengan daging pinggulnya yang lumayan montok. Nurul tau kalau apa yang sedang dilakukannya saat ini adalah perbuatan dosa yang sangat besar, tapi rasa gatal yang ada dalam kemaluannya lebih besar dibandingkan iman dan rasa malunya sendiri yang sekarang memang sudah habis menghilang.

Namun Pak Sukani masih tetap menolak ajakan tersebut "Lalu bagaimana dengan suamimu Dik?? apa yang akan dia lakukan kalau dia tau kita menyeleweng dibelakangnya??" tanya Pak Sukani agak serius. Aktingnya sangat bagus sampai-sampai membuat Nurul pun menjadi gemas terhadap pria tua itu.

"Dia tidak perlu tau tentang semua ini Mas!" jawab Nurul begitu yakin.

Sekarang semua sudah terlanjur untuknya jika memilih mundur. Percuma saja Nurul bertingkah menjaga iman dan tubuhnya selama ini jika yang dia dapatkan hanyalah sebuah rasa hampa dan kesepian yang begitu dalam setiap harinya. Sementara diluar sana, Banyak sekali orang-orang yang mampu menikmati hidup mereka tanpa harus berpikir dua kali tentang sebuah tindakan maksiat. Nurul jadi berpikir jika seandainya memang tuhan benar-benar seorang pemaaf, Dia pasti akan memafkaan Nurul atas semua perbuatan terlarangnya ini karena selama hidupnya dia sudah berusaha menjadi hamba yang baik.

"Apakah Kamu punya masalah dengan Mas Haris??" tanya Pak Sukani mencoba mengulur-ulur waktu. Karena Semakin lama dia bisa menahan, maka semakin besar pulalah keganasan dan keagresifan Nurul nantinya karena sudah menahan nafsu begitu lama.

Nurul menggeleng "Tidak! aku tidak punya masalah apapun dengan Mas Haris" jawabnya.

"Lalu kenapa kamu melakukan ini Dik??" tanya Pak Sukani.

"Aku tidak tau Mas!! aku hanya ingin!" jawab Nurul membentak-bentak. Dia sudah sangat tidak sabaran dengan nafsunya yang seolah-olah meluap keluar melalui pori-pori kulitnya. Badannya pun ikut panas dingin tidak karuan karena merasakan gejolak birahi yang membakar seluruh tubuhnya seperti sebuah mesin uap.

Dalam pikiran Nurul, tak ada lagi Haris suaminya. Tak ada pula iman yang selama ini menjaga tembok pertahanannya. Dan tak ada lagi rasa malu yang membuatnya menjauh dari hal-hal terlarang. Sekarang yang Nurul rasakan hanyalah sebuah syahwat menggebu yang menuntut untuk dipuaskan. Dan sebuah rasa gatal yang ingin dituntaskan.

"Apa kamu yakin ingin melakukannya dengan orang tua sepertiku ini Dik??" tanya Pak Sukani memasang jurusnya. Jurus untuk menarik simpati Nurul.

Sehingga mau tak mau, orang yang dipancing itupun akhirnya terpancing lagi, "Memangnya kenapa?? Mas sudah terlalu baik kepadaku dan Mas Haris. Paling tidak ini adalah caraku membalas budi atas semua kebaikan Mas" balas Nurul mengutarakan segala alasan manis dan masuk akal agar bisa membuat Pak Sukani luluh.

Namun pria tua itu kembali diam seolah-olah dia sedang berpikir dengan keras.

"Mas tidak perlu khawatir! ini akan menjadi rahasia kita berdua dan Mas Haris tidak akan tau" lanjut Nurul memberikan sebuah pernyataan yang sedari tadi sudah di tunggu-tunggu oleh Pak Sukani. Karena sesuai dengan rencana awalnya, Pak Sukani hanya berniat mencicipi Nurul tanpa harus bertanggung jawab dengan sebuah hubungan.

Pria tua itu lalu tersenyum dan berkata "Kamu pasti akan menyesali ini suatu saat Dik!" Ucapnya yang kemudian merebahkan tubuh Nurul diatas sofa dan lalu menindih tubuh istri Haris itu dengan tubuh miliknya.

#Bersambung........


Sorry banget suhu buat cerita kentangnya lagi.
terpaksa harus ane bikin kayak gini karena ada yg mikir kalau ane banyak alasan gak update2. dan sumpah ane kesel banget bacanya. kwkwkwkwk
tadinya ane niat buat bikin part panjang bagian eksekusinya, biar bisa dapet feelnya dan jadi sesuatu yang istimewa gitu.
tapi karena ane ada kesibukan dan halangan lain. jadi belum sempat melanjutkannya,
biarlah ane update setengahnya aja daripada gak update sama sekali. daripada menunggu trus bacotin ane. kwkwkwk

Semoga exe nya sebagus pemanasannya...
 
Wow mantap... Saat inilah yg kutunggu, kapan, bagaimana, siapa dan senikmat apakah ternoda nya sang akhwat... Hahahaha.... Tp jgn lagi enak2 trus datang halimah
 
Chapter 19 : Ternoda Kenikmatan


Nurul


Pak Sukani​

Malam semakin larut saat kedua insan manusia berbeda status dan kedudukan tersebut memutuskan untuk berpindah ke dalam kamar. Usai keduanya saling meluapkan rasa kasih sayang dalam bentuk sebuah ciuman hangat diatas sofa ruangan tengah itu, muncul sebuah ide gila dari Nurul untuk mengajak sang lelaki tua pergi ke dalam kamar pengantinnya. Tempat sakral yang seharusnya menjadi bukti kesucian pernikahan dirinya bersama Haris.

Dan Kini tempat itu akan menjadi saksi bisu terjadinya sebuah petaka penyelewengan antara dirinya dan Pak Sukani.

Bahkan dinginnya suasana disekitar, nampaknya tak berpengaruh sedikitpun kepada Nurul dan Pak Sukani yang sama-sama sudah merasakan aliran panas yang terbakar api nafsu yang membara di tubuh mereka. Tatapan nanar keduanyapun saling memberitahu kalau mereka memang sedang memikat satu sama lain dan menginginkan hal yang sama. Suatu tujuan yang harus dicapai dengan mengayuh bersama berbarengan.

"Kamu cantik sekali Dik! aku beruntung" Puji Pak Sukani menyentuh wajah Nurul dan mengusapnya lembut. Wajah manis itu tak bisa menyembunyikan sebuah semu yang tampak merona kemerahan kontras dengan cahaya lampu kamar yang terang. Sentuhan kasih sayang dari pria tua itu benar-benar membuat Nurul nyaman dan seakan siap untuk mengarungi jurang dosa yang sudah berada di depannya.

Nurul memejamkan mata, menikmati seluruh sentuhan kulit kasar dari tangan pria tua itu di wajahnya sembari mencoba memantapkan hati sekali lagi serta membunuh segala keraguan yang masih berusaha melarangnya untuk melakukan hal ini.

"Emmmmmph" Gumaman lembut keluar dari mulut mungil Nurul saat dia merasakan getaran syahwat itu semakin mengguncang tubuhnya. Apalagi saat dia menyadari ada sebuah benda keras yang mendesak dan menusuk-nusuk bagian perutnya di bawah sana. Menandakan kalau sang Pria tua yang sedang menindih tubuhnya saat ini juga merasakan hal yang sama dengannya.

Dan Pak Sukani memang terangsang, melihat kemolekan tubuh perempuan yang merupakan istri dari rekannya tersebut. Meski saat ini tubuh itu masih terbalut pakaian dan sebuah hijab yang lebar, tapi Pak Sukani tau harta karun macam apa yang tengah bersembunyi di balik sana. Apalagi bau tubuh Nurul tercium samar-samar bercampur dengan wangi sabun wanita. Membangkitkan hasrat laki-laki Pak Sukani makin menjadi-jadi.

Pak Sukani menggerakkan kepalanya maju. Bibirnya kembali bersentuhan dengan bibir lembut perempuan akhwat itu yang tengah dilanda oleh nafsu yang demikian hebatnya. Sehingga ketika bibir keduanya bertemu, Nurul secara buas membuka mulutnya dan melahap bibir Pak Sukani dengan ganas. Lidahnya bergerak bagaikan belut licin yang segera dibalas dengan tautan lidah oleh Pak SUkani. Mereka berdua berpagutan, saling mengecup, berciuman, menjilat dan bertukaran air liur.

"Sssmmmooockk.. mmmpppuuaacchh... sluurppp.. aaaahhhhhhhhhh" berbagai suara bercampur menjadi satu dalam melodi indah yang semakin merangsang keduanya untuk berbuat lebih.

Tangan Nurul yang tadinya pasrah telentang kini mulai mengalung di leher Pak Sukani, menekan bagian belakang kepala pria tua itu agar semakin maju dan menempel erat dalam pelukannya. Nurul seakan ingin berkata kalau dia tidak ingin memisahkan bibir mungilnya itu dari pagutan ganas Pak Sukani yang tampak bersemangat menyusuri bibir dengan tekstur dan rasa yang nikmat.

"Luar biasa!!" gumam Pak Sukani bersorak sorai dalam hatinya. Tanpa disangka-sangka olehnya, Nurul bergerak semakin aktif dan semakin berani. Pertanda kalau memang Nurul telah begitu kuat menahan gairah seksualnya selama ini sehingga terasa bagaikan sebuah bom waktu yang akan meledak-ledak ketika dilepaskan.

Untuk itu, Pak Sukani pun tak mau berdiam diri membiarkan wanita itu berusaha sendiri memenuhi syahwatnya. Hal yang utama yang harus dia lakukan saat ini adalah memberikan sebuah kesan hebat dan nikmat dalam diri Nurul agar istri Haris tersebut bisa mengingat betapa menagihkan dan hebatnya permaianan seks beliau. Hingga suatu saat nanti, wanita akhwat itu akan meminta dan meminta terus. karena itulah, sebuah kesabaran tinggi harus dibutuhkan.

Berbeda dengan Nurul, tangan Pak Sukani berusaha menopang tubuh tambun miliknya agar tidak terlalu menghimpit tubuh kecil Nurul yang berada dibawahnya. Posisi itu mirip seperti orang yang sedang melakukan push up dengan tubuh yang terangkat.

Namun dibagian selangkangan sana, Pak Sukani bergerak-gerak seperti seorang biduan yang bergoyang menggesek-gesekkan penis tegang milknya pada daerah selangkangan Nurul yang masih mengatup. Dia memberi sebuah isyarat kepada wanita itu agar dapat mengangkangkan kakinya dan membiarkan kelamin mereka berdua saling bergesekan dan beradu satu sama lain.

Dan seakan bisa mengerti dengan semua maksud Pak Sukani, Nurulpun perlahan-lahan membuka kedua kakinya serta kemudian melingkarkan kaki jenjang itu di pinggang Pak Sukani. Membuat kedua alat kelamin mereka akhirnya dapat saling bertemu bergesakan dan bersentuhan satu sama lain dibalik celana yang masih menutupinya.

"Ssssssssssshhhhhhhh..." Nurul mendesis seperti seekor ular di sela-sela ciuman panas itu. Sebuah luapan batin dan syahwat yang begitu hebat menjalar disekujur tubuhnya sampai tiba-tiba dia merasakan ada sebuah alir cairan hangat yang keluar membasah dari dalam vaginanya. Bukti bahwa tubuh Nurul benar-benar bereaksi terangsang nikmat yang begitu hebat.

"Enak ya??" tanya Pak Sukani tersenyum menarik tautan bibirnya. Dia lalu mengusap-usap wajah Nurul yang mulai mengeluarkan bulir-bulir keringat dibagian dahinya pertanda kalau hawa panas memang sudah menjangkit dalam tubuh istri Haris itu.

Dan Nurulpun mengangguk mengiyakan. Tak perlu berbohong karena saat ini memang itulah yang dia rasakan. Rasa nikmat yang tak dapat di jelaskan dengan kata-kata bercampur aduk dengan sensasi tabu perselingkuhan yang mendebarkan. Sekarang dirinya mulai paham kenapa banyak orang selalu berkata kalau selingkuh itu nikmat. Karena saat ini, Nurul merasakan semua itu dalam dirinya sendiri.

"Aku panas Mass!" Ucap Nurul mendesah manja memberi kode kepada pejantannya.

Sebagai Pria yang berpengalaman, tentu saja Pak Sukani langsung paham dengan keinginan Nurul tersebut. Namun sekali lagi dirinya tak ingin terburu-buru mengambil aksi dan lebih memilih untuk memancing libido Nurul yang selalu tersimpan rapat-rapat dalam diri seorang istri shalihah yang tengah memagut liar bibirnya itu.

"Aku buka--boleh?" tanya Pak Sukani lembut meminta persetujuan dari Nurul saat dia memegang kancing baju tidurnya. Lelaki tua itu tampak juga sedikit tidak sabaran ingin melihat lebih dekat kemolekan tubuh Nurul yang selalu tertutupi oleh pakaian-pakaian syar'i setiap harinya.

Namun sebuah asa keraguan datang menghampiri hati Nurul. Dia yang tadinya merasa sudah sangat siap untuk melakukan tindakan penyelewengan ini, tiba-tiba saja menjadi tidak yakin dengan dirinya sendiri. Nurul merasa takut dan merinding saat dia membayangkan tubuhnya sendiri akan telanjang di depan pria yang bukan suaminya. Tubuh yang dari dulu benar-benar dia jaga semaksimal mungkin dari tatapan orang lain itu, rasanya seperti sebuah harta karun yang seharusnya benar-benar dia jaga.

Jadi untuk sekarang, rasanya Nurul masih ingin bernegoisasi terlebih dahulu agar jiwa dan dirinya bisa siap sepenuhnya "Tak bisakah kita tetap begini saja Mas??" ucapnya menolak.

"Bukannya kamu merasa panas??" senyum Pak Sukani begitu licik. Lelaki tua itu sangat pandai membalikkan semua perkataan kembali pada diri Nurul sendiri.

"Iya maksudku--"

"Kenapa?? kamu ragu Dik?! kita bisa mengentikan ini sekarang kalau kamu mau" potong Pak Sukani mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu sebuah tekni menarik diri dan bersikap seolah-olah dia tidak menginginkan hal ini sama sekali.

sebuah sikap yang secara tidak langsung mensugesti alam bawah sadar Nurul untuk memancingnya bergerak menahan. "Ja--jangan Mas!!" tahan Nurul tergugup.

Entah setan apa yang tengah beraksi, atau memang karena dorongan seksual begitu kuat dalam dirinya. Nurulpun sekali lagi harus menyerah dan takluk dalam permainan Pak Sukani. Rasa ragu yang tadi sempat membuatnya berpikir dua kali, sekarang malah hilang dan berubah menjadi keinginan untuk memasrahkan diri kepada pria tua itu.

"Jadi aku buka nih?!" Tanya Pak Sukani sekali lagi meminta persetujuan.

Dan dengan lembut serta sedikit bergetar, Nurulpun menganggukkan kepalanya lemah "Iya Mas! dibuka saja. Aku milikmu malam ini" jawabnya memberi Pak Sukani sebuah lampu hijau dengan kata-kata yang tiba-tiba saja keluar dari mulutnya. Entah darimana Nurul bisa berkata seperti itu, tapi yang pasti Nurul tau kalau dirinya benar-benar merasa lega sesudah mengucapkan kata itu dengan begitu lantang. Menepis segala sisa keraguan dalam hatinya jauh-jauh.

Tak ayal Pak Sukani yang tengah menindih tubuh Nurul itupun kemudian tersenyum begitu senang. Tubuhnya terasa semakin panas saat mendengar kata-kata persetujuan dari Nurul yang terdengar seperti sebuah ikrar penyerahan diri. Sebuah titik dimana akhirnya semua usaha dan kesabaran Pak Sukani selama ini membuahkan hasil yang tidak sia-sia.

Sehingga tak perlu berlama-lama, tangan kanan Pak Sukani pun kemudian mulai menyelusup masuk ke balik hijab lebar milik Nurul dan meraba-raba peyudara suci nan terawat milik istri Haris itu secara perlahan. Pak Sukani memang berniat membuka kancingan baju tidur Nurul dari awal, akan tetapi disaat yang bersamaan dia juga ingin membuat Nurul tetap merasakan sendiri getaran syahwatnya setelah bagian sensitif itu diraba oleh tangan Pak Sukani.

Dan benar saja, sesaat kemudian desahan-desahan pelan diselingi erangan binal meluncur di antara bibir istri salihah itu “Aaaahhh... maasssshhh.. geliihhh...."

"Tapi enak kan??" tanya Pak Sukani mencoba menebak apa yang tengah Nurul rasakan saat ini. Wanita manapun memang akan bereaksi sama jika diraba dan diperlakukan begitu lembut penuh kasih sayang.

Namun Nurul tak langsung menjawab, bibirnya kelu karena nikmat dan hanya bisa kembali memagut bibir Pak Sukani untuk memberitahu pria tua itu bahwa dia memang sedang merasa keenanakan. Keduanyapun kemudian kembali terlibat dalam ciuman panas yang sangat membara dan membakar birahi tanpa bisa dihentikan sama sekali.

Dalam pagutan tersebut, tangan Pak Sukanipun mulai beraksi menanggalkan satu persatu kancing baju yang menjadi penutup tubuh Nurul. Bak seorang pemain sulap yang begitu handal, Pak Sukani pun meloloskan seluruh kancing dari lubangnya dengan begitu cepat dan tak kasat mata. Bahkan Nurul sendiripun tidak sadar kalau bagian depan tubuh indahnya tersebut, sekarang sudah menampakkan wujudnya dan mengekspos diri dihadapan pria yang bukan mahramnya itu.

"Wow! badanmu indah sekali Dik" Puji Pak Sukani menatap tubuh setengah telanjang Nurul. Tak bisa dia menyembunyikan kekagumannya pada tubuh yang berkulit putih tanpa cela sedikitpun itu. Karena meskipun dulu Pak Sukani sudah pernah melihat sekilas ketelanjangan Nurul, namun kali ini semua terasa berbeda karena dia melihat dari jarak yang begitu dekat.

Merasa tak nyaman dengan tatapan Pak Sukani, Nurul pun kemudian reflek kembali menutup bajunya "Jangan diliatin gitu! aku malu" ucap Nurul memprotes. Karena baru kali ini ada seorang pria yang menatap begitu kagum pada tubuhnya. Bahkan untuk suaminya sekalipun, reaksi Haris tidak sebegitu hebatnya dibandingkan Pak Sukani.

"Kenapa malu Dik?? tubuhmu indah dan aku menyukainya" balas Pak Sukani memuji Nurul. Melambung tinggikan hati istri Haris itu sampai setinggi-tingginya. Menambah bukti bahwa wanita memang suka sekali perhatian dan pujian, terutama yang bersifat pengakuan. Apalagi kalau semua itu datang dari orang yang mereka cintai dan sayangi.

"Tapi aku gak suka ditatap begitu!" ucap Nurul membuang muka menahan senyum bahagia yang sedari tadi dia tahan. Hatinya begitu berbunga-bunga mendapat pujian dari pria tua yang menjadi sumber kenyamanan dan kenikmatannya tersebut. Mungkin inilah yang orang sebut sabagi momen jatuh cinta dimana sedikit pujian saja sudah dapat membuat jiwa menjadi begitu senang dan bahagia.

Pak Sukani mengulum bibirnya tersenyum gemas, ingin rasanya dia menerkam langsung tubuh ranum Nurul yang sekarang tampak malu-malu mengintip dari bagian baju tidurnya "Katanya tubuh ini sudah jadi milikku untuk malam ini?? berarti boleh dong aku liat isinya" goda Pak Sukani mengingatkan kembali sebuah perkataan penyerah diri yang tadi sempat Nurul ucapkan.

Membuat Istri shalihah Haris tersebut semakin malu dengan dirinya "Iiihhhh.. Mas nakal!!" balasnya mengalihkan tangan dari baju ke wajahnya. Tak sengaja, tangannya tersebut menggeser baju tidurnya dan menunjukkan gundukan payudara yang masih tertutup oleh sebuah BH berwarna hitam.

"Katanya malu kok malah dibuka?? mancing-mancing nih" lagi-lagi Pak Sukani menggoda Nurul yang semakin malu dan salah tingkah.

Namun Nurul tidak menutup kembali bajunya dan membiarkan saja pemandangan tersebut dilihat oleh Pak Sukani "Kalau Mas gak suka yaudah!!" balasnya cemberut.

"Eittss!! siapa bilang aku gak suka!! hehehee" Pak Sukani terkekeh bahagia. Matanya kembali nanar menatap tubuh Nurul yang begitu mengundang syahwatnya dan memaksa dia harus meneguk ludah sendiri beberapa kali.

"Yuk lanjut!!" ajak Nurul tersenyum begitu nakal pada Pak Sukani.

Dan pria tua itu juga tampak mulai tidak sabaran "Aku buka semua ya??" tanya Pak Sukani.

Tapi Nurul tidak segera menjawab. Ia hanya memejamkan matanya sambil berdehem ringan yang langsung diartikan Pak Sukani sebagai sebuah izin. Kali ini tidak ada lagi penolakan maupun keraguan dari dalam diri Nurul untuk mempersilahkan lelaki yang bukan suaminya tersebut melucuti pakaian yang menjadi penutup tubuhnya saat ini.

Bahkan sekarang Nurulpun ikut sedikit mengangkat badan memberi jalan kepada tangan Pak Sukani untuk melolosi bagian atas baju tidurnya. Tak lupa pula pengait BH yang berada dipunggung Nurul ikut ditanggalkan Pak Sukani agar tak ada satupun benda lagi yang menjadi penghalang tubuh bagian atas akhwat tersebut. Dalam sekejap, baju tidur dan BH itu telah tergeletak di atas kasur meninggalkan pemiliknya tanpa busana yang sekarang hanya menyisakan sebuah hijab lebar berwarna hitam dan bagian bawah yang masih tertutup lengkap oleh celana tidur bermotif bunga-bunga.

"Masyaallah indah sekali tubuhmu Dik!" Puji Pak Sukani yang tak dapat menyembunyikan kekagumannya sendiri.

Tubuh atas Nurul yang begitu polos dan indah tersebut nampak putih bersih begitu ranum dan menggairahkan seperti tubuh perempuan muda yang belum pernah tersentuh sama sekali. Bahkan dirinya yang terkenal tidak terlalu religius tersebut tak dapat memilih kata-kata lain untuk memuji keindahan tubuh istri Haris itu selain sebuah ungkapan rasa kagum pada sang maha pencipta itu sendiri.

Sedangkan Nurul kembali merasa canggung oleh tatapan liar itu, "Lebay!! kayak gak pernah liat aja!" ledek Nurul cuek tak paham dengan apa yang dirasakan oleh Pak Sukani.

Pria tua itu memang sudah pernah melihat Nurul telanjang, atau melihat perempuan-perempuan lain dalam keadaan bugil. Namun untuk saat ini, Pak Sukani harus mengakui kalau melihat dari dekat tubuh Nurul ini adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupnya. Dan tak ada satupun tubuh wanita yang pernah dilihatnya dapat mengalahkan tubuh Nurul. Bahkan tubuh Leni istrinya sekalipun.

"Ak--akku pegang boleh??!"

Badan Pak Sukani sedikit bergetar saat dia meminta persetujuan dari Nurul. Tak disangka seorang Sukani yang sudah sangat hapal dan khatam dengan tubuh wanita tersebut juga dapat berdebar-debar tidak karuan ketika dia mulai bergerak menyentuh gundukan daging payudara Nurul tersebut dengan tangan kanannya.

"Oouuggghhh... Massshh!" sebuah desahan keluar dari mulut Nurul saat telapak tangan Pak Sukani menyentuh dan meremas payudaranya secara utuh. Gundukan daging kenyal dengan ukuran 36B itu tampak begitu pas dalam genggaman Pak Sukani yang bertangan besar. Menutupi seluruh area sesitif itu dengan begitu nikmat dan hangat.

"Tetekmu indah dan begitu kenyal Dik! Pasti Mas Haris suka memainkannya" senyum Pak Sukani mulai menguatkan remasan tangannya. Mengirim beribu-ribu aliran syahwat ketubuh Nurul melewati bagian payudaranya tersebut. Tak lupa sebuah kalimat-kalimat nakal diucapkannya untuk menambah sensasi yang saat ini tengah Nurul rasakan.

Namun bukannya menjawab perkataan pria tua itu, Nurul malah mendesah nikmat "Ssshh... akkhhhh.. maasssshhh.. Mas Sukaniihh.. enak masssshh….!!” ucapnya menyebut nama Pak Sukani dalam desahannya saat pria tua itu bukan lagi meremas saja, namun juga sudah mulai bermain dengan kedua buah putingnya yang mencuat begitu keras.

Hal itu seolah menghapuskan rasa dahaga Nurul akan syahwatnya sendiri karena rasa geli yang terdapat dibagian putingnya malah membuat vagina Nurul terasa berdenyut-denyut sangat nikmat. Kedua tangan Pak Sukanipun kini meremasi kedua buah payudara putih Nurul yang lumayan besar dan membulat sempurna itu. Sedangkan jempol dan telunjuk Pak Sukani memilin-milin puting berwarna merah muda Nurul yang kini sudah mancung mengacung.

"Mauu ciuuummm!!" rengek Nurul begitu manja mengalungkan kembali tangannya ke leher Pak Sukani dan menariknya.

Nurul melenguh penuh nafsu saat bibir mungilnya itu kemudian bertemu kembali dengan bibir tebal Pak Sukani. Ia bahkan berusaha menyedot keras-keras mulut dan lidah pria tua sehingga membuat ludah mereka bercampur satu sama lain. Memberikan kesan yang begitu liar diantara mereka berdua.

Tapi tak berselang begitu lama, Pak Sukanipun kemudian menghentikan permainan tangannya di payudara Nurul.

"Kok berhenti Mas?" tanya Nurul sedikit kecewa.

Namun Pak Sukani hanya tersenyum saat kepalanya kini mulai beranjak dari mulut Nurul dan turun kebagian payudaranya. Dengan sigap dan cepat, Pria tua itu menyingkap hijab lebar milik Nurul sampai ke bagian leher. Lalu tanpa peringatan dan aba-aba sedikitpun, dia langsung mencaplok gundukan payudara Nurul sebelah kanan menggunakan mulut tebal miliknya.

"Awwwhhh.. geliihhh!!" teriak Nurul mengerang tanpa kenal rasa malu mengantisipasi kedatangan mulut nakal Pak Sukani di daerah dadanya.

Untuk pertama-tama, Pak Sukani sengaja tidak menyentuh bagian puting Nurul secara langsung karena ingin menjelajahi sekitaran bukit indah tersebut terlebih dahulu. Membasahi kulit dan pori-pori payudara itu dengan air liurnya sendiri. Tangan kiri Pak Sukani juga tidak diam dan bergerak membelai-belai serta meremas perlahan payudara Nurul sebelah sebelah kanan.

Nurulpun ikut memegang tangan kiri Pak Sukani dengan perlahan seakan menyemangati pria tua itu dalam aksinya. Sementara tangan kanannya mendekap kepala Pak Sukani yang tengah asik mengenyoti payudaranya dan meremas-remas rambut bagian belakang Pria tua itu sambil terus mendesah-desah.

"Uuuuggghhh.. masssh.." Ucap suara yang keluar dari mulut mungil Nurul.

Cukup lama juga Pak Sukani menikmati buah dada Nurul hingga membuat istri Haris itu semakin tak mampu menahan gejolak birahinya. Dari yang tadinya dia menciumi gundukan sebelah kanan, lalu berpindah kesebelah kiri bergantian. Semua dilakukan Pak Sukani sampai membuat kedua bongkahan payudara Nurul mengkilat oleh air liurnya sendiri. Kini, yang tersisa hanyalah puting ranum berwarna pink milik Nurul yang mencuat begitu tegang menantang Pak Sukani untuk segera melahapnya.

"Numpang netek ya Dik!" ucap Pak Sukani terkekeh bercanda dengan vulgarnya. Dia kemudian bergerak ringan mengarahkan bibirnya untuk segera menyedot kuat puting Nurul seakan mengharapkan ada yang keluar dari sana.

Membuat tubuh Nurul menggelinjang tak karuan merasakan tekstur kasar lidah Pak Sukani bersentuhan dengan puting miliknya "Aaawwhhhh... sshhhh.. geliii bangetttt!" teriaknya menggeser badannya tersebut kekiri dan ke kanan. Namun sejauh Nurul menghindar, mulut Pak Sukani tetap tidak terlepas dari putingnya itu.

Bahkan sekarang hisapannya tersebut mulai mengeluarkan bunyi-bunyi kecil "Mmmpppuuuaaahhhh... mpppppphhhhh... mmmpppppppphhhhh" pertanda kalau hisapan Pak Sukani tersebut sangat kuat dan menyedot-nyedot layak sebuah vacum cleaner.

Dan suara itupun berbalas dengan suara Nurul yang terus meracau dan mendesah, tak menduga kalau kegiatan "Menyusu" seperti ini juga dapat mendatangkan nikmat yang luar biasa kepada dirinya. Rasa ngilu, geli dan nikmat bercampur menjadi satu kombinasi yang berhasil membuat Nurul jadi semakin terlena dan jatuh ke dalam jurang syahwatnya sendiri. Apalagi ketika Pak Sukani dengan sangat pandai memainkan tempo dan saling memindahkan hisapannya dari puting kanan ke puting kiri secara bergantian. Membuat Nurul mau tak mau merasa tergelitik geli di sekujur tubuhnya.

Beberapa minggu yang lalu, Haris suaminya juga pernah melakukan hal yang sama kepada Nurul. Namun setelah merasakan hisapan kedua pria dewasa itu di putingnya, Nurul jadi tau perbedaan pengalaman diantara keduanya yang bagaikan langit dan bumi. Permainan Haris suaminya masih sangat kaku dan harus banyak belajar, sedangkan Pak Sukani tampak sudah begitu lihai dan pandai dengan apa yang dia kerjakan layaknya seorang ahli.

"Uuugghhhh... udaahh masshh!! gelii bangett!! rasanya aku mau pipis dicelana" Ucapnya mencegah kepala Pak Sukani yang bergerak liar dibagian dadanya. Nurul seperti hampir tidak dapat menahan sebuah rasa menggelitik dibagian rahimnya yang seolah mendesak untuk dikeluarkan dari sana. Rasa seperti ingin pipis itu tak diketahui Nurul bahwa dia sebenarnya sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya sendiri.

Berbeda dengan yang punya badan, Pak Sukani seolah tau apa yang maksud Nurul dengan kata "Pipis" tersebut berkat segala pengalamannya. Pak Sukani kemudian menghentikan gerilya panasnya di dada Nurul agar istri Haris itu bisa meredam kembali nafsunya yang sudah hampir memuncak.

Hal ini sengaja dilakukan Pak Sukani agar Nurul bisa lebih lama menikmati gejolak syahwatnya hingga pada titik yang benar-benar tidak dapat ditahannya lagi. Hingga pada saat Nurul meraih puncaknya, Istri shalihah milik Haris itu akan merasakan kedahsyatan dan kenikmatan orgasmenya berlipat-lipat ganda karena telah menahan diri sebelumnya secara tidak sadar.

Pak Sukani tersenyum mengangkat tubuhnya dari atas Nurul "Kamu pengen ice cream gak Dik??" tanya pria tua itu secara iseng menawarkan Nurul Penis miliknya secara kiasan.

"Emang Mas punya ice cream?? beli dimana??" tanya Nurul yang tidak mengerti.

"Gak beli! tapi hadiah dari tuhan" Pak Sukani melirik Nakal ke arah Nurul.

Barulah Istri Haris tersebut sadar apa yang dimaksud oleh pria tua didepannya "Iiiiihhhh... Mas nakal!!!" Protesnya begitu manja.

Secara reflek Nurul kemudian mengarahkan matanya yang tampak berbinar menatap ke arah selangkangan Pak Sukani yang membusung besar karena isinya. Nurul tau kalau benda yang tersembunyi dibalik sana berukuran sangat besar karena sedari tadi benda itu terus menghentak-hentak dibagian selangkangannya. Jantung Nurul tiba-tiba kembali berdetak begitu kencang mencoba membayangkan seperti apa bentuk dari benda tersebut dan seberapa besarkah ukurannya.

Nurul tiba-tiba menggigit kuku jari jempolnya karena merasa sedikit ragu untuk bertanya, namun dorongan nafsu itu begitu kuat sehingga dia tak dapat lagi menyembunyikan rasa penasaran itu. Dan usai menimang-nimang sebentar, akhirnya Nurul pun memutuskan untuk langsung pada maksudnya saja.

"Emang boleh??" ucap Nurul dengan sangat pelan. Cukup pelan untuk didengar oleh Pak Sukani.

Namun pria tua itu tak ingin menjawab langsung “Apa?? aku nggak denger Dik. COba ulang??”

Pak Sukani pun memancing rasa penasaran istri Haris yang sudah setengah telanjang itu dengan menyodorkan telinganya ke wajah Nurul. Syahwat Nurul pun makin berkobar melihat tingkah Pak Sukani yang seperti memancing dirinya agar lebih berani lagi dengan kata-katanya sendiri. Badan Nurul terasa panas dingin dibuatnya karena dia belum pernah bertindak meminta sesuatu se-binal dan se-vulgar ini.

Akan tetapi dengan segala birahi dalam dirinya yang sudah siap meledak, Nurul meraih telinga Pak Sukani dan berbisik lembut, “aku mau liat ice creamnya" Ucap Nurul yang kemudian menutup mukanya sendiri menahan malu.

Nurul merasa begitu cabul dengan tindakannya sendiri, merasa kalau harga dirinya sebagai seorang wanita akhwat dan seorang istri shalihah telah tercabik-cabik di depan pejantannya kali ini. Badan Nurul melemas seperti kehilangan tenaga usai mengucapkan permintaan yang begitu vulgar kepada pria yang bukan bagian dari mahramnya tersebut. Namun entah kenapa, ungkapan itu malah berhasil membuat Nurul semakin melayang-layang.

Sedangkan Pak Sukani malah makin bersemangat mendengar ucapan dari luapan syahwat istri Haris tersebut. Yang perlahan-lahan tapi pasti, telah menunjukkan kebinalannya itu dengan ikhlas sepenuh hatinya. Merelakan rasa malu yang menjadi bagian paling penting dalam kehidupannya sebagai istri dan seorang akhwat. Membuat Nurul sekarang tidak lebih dari seorang wanita yang haus akan dahaga seks dan kenikmatan duniawi saja.

"Buka sendiri dong kalau pengen liat!" goda Pak Sukani mengerlingkan matanya.

Semuanya belum terasa cukup karena Pak Sukani masih punya segudang teknik dalam dirinya untuk membuat Nurul semakin lupa diri. Sekarang adalah bagaimana caranya agar dia dapat merubah Nurul yang sedikit pemalu tersebut, menjadi seorang wanita pemberani yang agresif dan binal. Dan cara yang paling tepat untuk memuluskan hal itu adalah dengan membiarkan Nurul mengambil inisiatifnya sendiri.

"Gak mau ah! Mas bukain aja!" balas Nurul bersikap pasif. Hal yang tentu saja tidak sesuai dengan keinginan Pak Sukani diawal.

Akan tetapi pria tua itu tidak kehabisan akal begitu saja, "Coba deh kamu pegang dulu!" pinta Pak Sukani yang lalu membimbing tangan mungil Nurul ke bagian selangkangan tempat Penis besarnya bersembunyi.

Nurul tertegun sangat kaget sewaktu tangan mungilnya tersebut menyentuh benda pusaka Pak Sukani yang terasa sangat keras seperti sebuah balok kayu. Meski hanya meraba dari luar celana, dia tahu kalau Penis Pak Sukani tersebut amatlah sangat besar dari segi ukurannya. Nurul seketika jadi bergidik ngeri membayangkan bagaimana nantinya benda sebesar itu bisa muat dalam lubang peranakannya yang berukuran sangat kecil.

"Iiiihhh... Punya bapak terlalu besar!" tukas Nurul menarik tangannya dari selangkangan Pak Sukani.

Tak dapat dia sembunyikan jantungnya yang berdegub-degub tak beraturan karena tiba-tiba dia diingatkan oleh penis milik Pak Primus yang hampir berukuran sama dengan punya Pak Sukani. Nurul jadi teringat bagaimana dahsyatnya kenikmatan yang dia raih saat sebuah batang penis sebesar itu berada dalam vaginanya dan mengaduk-aduk setiap inci dari dinding kemaluannya tersebut. Dan sekarang, ada batang serupa yang berada tepat di depan matanya.

Pak Sukani tersenyum "Kenapa?? kamu gak suka sama yang gede Dik??" tanyanya menggoda.

"Gak tau! gak pernah nyoba" Nurul membuang muka.

Membuat Pak Sukani terkekeh gemas, "Berarti Punya Mas Haris kecil dong ya?? hehehehe"

"Siapa bilang??" Protes Nurul.

"Itu tadi ngakunya belum pernah nyoba yang gede. berarti punya Masmu kecil" jawab Pak Sukani menarik kesimpulan.

Entah bagaimana bisa, Nafsu Nurul menjadi kian menggebu saat Pak Sukani tiba-tiba saja membawa nama Haris suaminya dalam pembicaraan mereka. Nurul jadi terbayang bagaimana lucu dan imutnya penis sang suami yang berukuran sangat kecil dibandingkan dengan punya Pak Sukani. Darah Nurul jadi berdesir hebat saat dia mencoba membayangkan bagaimana kalau seandainya Pak Sukanilah yang menjadi suaminya dan menggunakan Penis besar miliknya tersebut untuk memuaskan Nurul tiap hari.

"Boleh pegang lagi gak Mas??" Nurul memberanikan dirinya.

Lalu disambut oleh sebuah anggukan dari Pak Sukani, "Boleh! tapi dibuka aja sekalian!" kerling Pak Sukani tersenyum nakal. Celananya terasa sangat sesak dan sudah saatnya dia melepaskan burung itu dari dalam sangkar yang mengekangnya.

Nurul yang memang sudah berada dalam badai nafsu itupun, tersenyum sumringah tanpa berpikir panjang beranjak mendekat ke arah selangkangan Pak Sukani. Menatap bagian yang menonjol itu dengan mata yang berbinar antusias lalu mulai bergerak membuka sabuk serta kancing celana yang dipakai pria tua itu. Nurul merasa waktu bergerak begitu lambat karena tak percaya seorang istri shalihah seperti dirinya mampu berbuat cabul seperti ini.

"Maafkan aku ya allah!! aku berdosa" ucap Nurul dalam hati. Namun bukan merasa menyesal ataupun ingin berhenti, dia malah semakin menggebu-gebu tidak dapat menahan diri.

Nurul lalu menurunkan celana bahan yang dipakai oleh Pak Sukani beserta sebuah celana dalam yang berwarna biru tua. Dan seketika dirinya meneguk ludah dalam-dalam begitu terkejut dengan apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Sebuah Batang penis berukuran besar meloncat keluar begitu saja dan mulai mengangguk-angguk gagah di depan wajahnya. Bahkan ukurannya berkali-kali lipat lebih besar dari milik Haris suaminya.

"Astagfirullah! besar!! besarrr!!!"
teriak Nurul dalam hatinya sekali lagi. Matanya begitu nyalang melihat Penis Pak Sukani dengan kepala membulat besar bak sebuah jamur berwarna merah hati.

Nurul mengangkat kepala dan memandang Pak Sukani dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa??" tanya Pak Sukani heran membalas dengan sebuah senyuman bangga.

Lalu Nurul kembali menatap kearah Si penis dihadapannya tersebut dan tiba-tiba ingin mencoba menggenggamkan satu tangannya. Namun dia jadi terperanjat saat jemari kecilnya itu ternyata tak sanggup menggenggam gumpalan otot keras itu dengan penuh. Penis pria tua ini benar-benar terlihat seperti sangat besar layaknya penis monster.

"Iihhh.. kok berdenyut!" Ungkap Nurul yang merasakan aliran-aliran pembuluh darah di Penis Pak Sukani tersebut seakan membuat benda itu hidup. Badannya bergetar tidak tahan ingin melakukan sesuatu terhadap penis tersebut karena merasa gemas dengan bentuk dan teksturnya yang terasa begitu nyaman dan enak dalam genggamannya.

Tiba-tiba, Pak Sukani mendekatkan wajahnya kearah telinga Nurul dan berbisik nakal "Coba kamu kocok pelan-pelan Dik!" Dia lalu menyodorkan Penisnya tersebut mendekat ke arah Nurul.

Dengan sedikit meragu, Nurul mulai mengocok penis besar milik pria tua itu naik turun dengan sangat pelan, dibantu oleh tangan Pak Sukani yang memegangi tangan Nurul seperti seakan mengajarinya cara mengocok Penis dengan benar.

Nurul lalu menatap ke atas memandang Pak Sukani.

"Begini Pak??" tanyanya begitu polos. Dia tanpa sadar jadi bertingkah seperti seorang gadis perawan yang belum pernah sama sekali memegang penis milik seorang pria. Dan dirinya seakan merasa begitu senang bisa di tuntun langsung oleh orang yang sudah mencuri hatinya tersebut dengan sangat gentle dan begitu lembut.

Berbeda dengan Nurul, Sekarang Pak Sukani merinding geli merasakan tangan halus nan lembut milik istri Haris itu bergesekan dan mengocok Penis miliknya. Pak Sukani tak mampu lagi menahan erangan dalam dirinya yang keluar seperti sebuah tanda kalau dia sedang dilanda nikmat.

"Uuuugghhh.. yahhh.. begitu Dik!! uuugghhhh terussshhh" racaunya tak tertahankan.

Menarik perhatian Nurul yang kembali menatap keatas "Suka??"

“Sangat suka” jawab Pak Sukani memejamkan matanya.

Lama kelamaan Nurulpun semakin rileks dan terbiasa dengan kocokannya pada penis itu. Hingga dia mulai berani mengocoknya tanpa harus di bantu oleh tangan Pak Sukani. Dan meski ukuran penis itu terlalu besar bagi tangannya yang mungil, namun Nurul terlihat begitu antusias menjalankan tugasnya dengan penuh penghayatan karena melihat Pak Sukani begitu tampak menyukainya.

"Ssshhh.. tanganmuu lembutt sekali Dikk!! ooogghhhh yeaahhhhh" Tampak pemandangan agak kontras antara tangan putih Nurul dan penis sawo matang Pak Sukani terlihat begitu menggairahkan.

Hanya dengan bermodalkan sebuah Insting, sekarang Nurul tak hanya mengocok, namun juga mulai reflek memberikan pijatan-pijatan berirama pada Penis itu dengan tempo yang berubah-ubah. Sekarang diapun juga sudah menggunakan kedua tangan mungilnya untuk menjelajah dibagian kemaluan Pria yang menjadi selingkuhannya itu. Mulai dari bagian kepala jamurnya, hingga pada pangkal penis dimana terdapat dua biji keramat menggantung di bawahnya.

Nurul tidak tau darimana dia bisa mengetahui cara memanjakan penis seorang pria seperti itu, akan tetapi dirinya sangat bahagia melihat sang pejantan mulai mendesah-desah enak di tangannya.

"Aaaachhhh.. kamu ngocoknya pinter banget Dik!! belajar dimana sih???" tak henti-henti Pak Sukani memuji kemampuan Nurul yang cukup membuatnya sedikit kaget tersebut. Tak menyangka kalau Nurul begitu natural dan seperti terlahir alami sebagai wanita yang ditakdirkan untuk memuaskan dahaga para pria. Dan kini Pak Sukanipun hanya bisa memegangi kepala Nurul yang terbalut hijab lebar itu dan menikmati setiap sensasi genggaman tangan Nurul di penisnya.

Sang Akhwat shalihah istri dari Haris itu juga tak dapat menyembunyikan kebahagiaan hatinya manakala Pak Sukani terus memuji-muji kemampuan yang baru dipelajarinya itu. Segala macam bentuk iman dan rasa malu dalam dirinya kini benar-benar sudah hilang tanpa jejak. Nurul sekarang bahkan tidak peduli lagi dengan statusnya tersebut dan hanya berpikir bagaimana caranya agar dia dapat memberi kenikmatan yang hakiki kepada pejantan yang sudah menguasai dirinya sekaligus mengharapkan balik kenikmatan-kenikmatan lain.

Tiba-tiba saja, sebuah ide gila terlintas dalam pikiran Nurul ketika dirinya teringat dengan kejadian tempo hari dengan Haris suaminya. Nurul lalu tersenyum menatap nakal mata Pak Sukani. Kemudian tanpa aba-aba sedikitpun, ia langsung memajukan mulutnya untuk mulai mengulum kepala penis Pria tua itu dan Menghisap ke dalam mulutnya dengan gerakan lambat.

"Gilaakk!! kamu kok??!!" Teriak Pak Sukani yang kaget dengan sergapan mendadak mulut Nurul. Kepala penisnya langsung terasa hangat dan basah saat mulut Nurul
melahap bagian paling sensitif dari kemaluannya itu.

Nurul mendorong kepalanya dengan teramat pelan, sedangkan matanya tak pernah lepas dari mata teman suaminya itu. Ia merasa semakin birahi saat menyaksikan raut wajah penuh kepuasan yang ditunjukkan oleh Pak Sukani karena perbuatannya tersebut. Vaginapun berdenyut-denyut dengan nikmat manakala dia berusaha meregang rahangnya selebar yang dia mampu, agar dapat menampung Penis besar itu dimulutnya.

"Oooogghhhh... uedaaannn.. kamuuu pernah nyepong Dik??" racau Pak Sukani meremas-remas kepala Nurul.

Sebuah anggukan pun kemudian diberikan Nurul saat dia menarik mulutnya "Puuuaaaahhhh!!! udaah Mas! punya Mas Haris" jawab Nurul yang kemudian mengocok batang penis itu kembali, membuat air liur yang berasal dari mulutnya merata di penis pria tua itu sampai mengkilat.

Memancing rasa penasaran Pak Sukani yang tidak menyangka kalau wanita akhwat sealim Nurul ternyata juga pernah melakukan blowjob pada sebuah penis, padahal setau Pak Sukani hal tersebut cukup tabu dan dilarang oleh agama.

"Udah sering??" tanya Pak Sukani singkat.

Lalu Nurul menggeleng "Baru sekali" balasnya menjawab jujur.

"Kok udah pinter aja???!!" Pak Sukani terheran.

Tapi Nurul membalas dengan mengangkat bahunya, "Gak tau! mungkin aku udah ditakdirkan pinter begituan kali mas! hihihihihi.." Nurul tertawa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Hal yang sepatutnya tidak pantas dibanggakan oleh seorang wanita akhwat seperti dirinya karena tujuan hidup mereka bukanlah untuk menjadi pemuas bagi para pria.

"Oh ya?? kalau begitu tunjukin lagi dong kepinteran kamu" Ucap Pak Sukani memancing sekaligus menantang Nurul untuk berbuat semakin liar. Dipegangnya kepala terbalut hijab warna hitam itu lalu dituntunnya kembali kearah selangkangannya tempat sang pusaka berada.

Nurulpun langsung mengerti keinginan Pak Sukani dan mulai kembali melancarkan aksinya. kali ini dengan hasrat yang begitu menggebu-gebu, Nurul menjadi sedikit beringas dan liar memasukkan batang besar itu kedalam mulutnya. Dipegangnya pinggang Pak Sukani, lalu dia mulai memasukkan penis besar itu disertai dengan hisapan kuat.

"Ssssllluuuuuuuuuuurrrrrrrrrppppppp" sebuah bunyi seperti anak kecil sedang menghisap es krim itu terdengar begitu nyaring saat Nurul menghisap penis itu. Menambah lagi napsunya berkali-kali lipat tidak bisa ditahan-tahan. Di bawah sana, Nurul dapat merasakan ada sesuatu yang keluar kembali dari dalam vaginanya, seperti sebuah cairan yang terasa hangat membasahi bibir kemaluannya.

Kembali pada aksinya, Kini Nurul sudah memaju mundurkan kepalanya menghisap Penis Pak Sukani. Begitu dia mundur sampai mencapai kepala penisnya, dia dorong lagi dengan pelan kedalam sepanjang yang bisa dia masukkan. Tak luput pula lidahnya turut menari menggelitik batangnya juga. Nurul Menghisap dan mengecap rasa penis Pak Sukani yang sangat memabukkan itu dengan semangat sampai-sampai batang itu begitu basah meluncur mudah keluar masuk dalam mulutnya.

"Ooouuugghhh... stopp sayangg!! udaaahhh!!! udaah!!" tahan Pak Sukani yang ternyata hampir saja kalah dalam permainan Nurul yang begitu natural dan alami.

Nurul yang sedang asyik itupun sedikit kecewa mendengar ucapan Pak Sukani, "Kenapa Mas??" tanyanya begitu polos. Nurul tidak tau kalau beberapa hari belakangan ini birahi Pak Sukani juga tidak terpuaskan, membuat rasanya sekarang lebih gampang untuk mendekati ejakulasi.

Tapi dengan pintarnya, Pak Sukani tau kapan dirinya harus berhenti dan meredam nafsunya untuk sementara.

"Gapapa Dik!! aku gak tahan" Pak Sukani berasalan. Memang nafsunya sudah berada di ubun-ubun dan menuntut untuk segera dipuaskan.

"Maksud Mas gimana??" tanya Nurul heran.

Namun Pak Sukani tak menjawabnya dengan kata-kata melainkan dengan sebuah gerakan halus yang menidurkan Nurul kembali diatas ranjang. Pak Sukani tersenyum nakal seraya kedua telunjuk tangannya meraih pinggang celana Nurul dan mencangkoknya seperti sebuah kail pancingan. Dengan satu tarikan kuat, Pak Sukani menarik celana tidur yang dikenakan Nurul tersebut kebagian bawah beserta sebuah celana dalam hitamnya

"Aaaawwwwwwwuuuuhhhhhhhh" Teriak Nurul kaget merasakan celana tidur beserta celana dalamnya sudah beranjak pergi dari tempatnya dengan cepat. Hawa dingin malam langsung menyinggung kulit dan pori tubuh bagian bawah Nurul yang membuatnya langsung merinding nikmat.

Pak Sukani lagi-lagi tertegun. Mata pria tua itu kembali melotot melihat pemandangan indah yang tersaji di depannya. Sebuah tubuh dengan lekuk sempurna, putih bersih tanpa cacat, Paha dan kaki yang juga amat sangat ramping terlihat indah dan mulus. Serta sebuah kemaluan yang masih terlihat tertutup sempurna dihiasi oleh bulu-bulu tipis dibagian atasnya. Mahakarya sang pencipta yang tidak ada dua sama sekali didunia ini.

"Mas kenapa?? kok diem aja??" Tatap Nurul heran kepada Pak Sukani. Pria tua itu nampak seperti mematung ketika melihat tubuh polosnya.

Pak Sukani lalu tersenyum sambil menggeleng, "Gapapa Dik! aku hanya kagum sama tubuhmu. sangat indah dan terawat. suamimu sangat beruntung memilikimu" jawabnya mengeluarkan pujian begitu tulus.

"Dan sekarang juga akan jadi milikmu Mas!" balas Nurul tiba-tiba membuka lebar kakinya mengangkang dan menunjukkan bagian selangkangannya. Memperlihatkan Vagina suci seorang akhwat yang jarang sekali dimasuki oleh sebuah Penis. Vagina yang tampak merekah merah dan basah berlendir itu seakan-akan seperti memanggil-manggil Penis Pak Sukani yang semakin mengangguk-angguk menegang.

Nurul memejamkan matanya, berusaha bertahan dalam posisi cabul itu selama mungkin dan menahan rasa malu serta perasaan hina dalam dirinya saat dia bertingkah layaknya seorang pelacur tanpa harga diri. Sekarang rasanya dia sudah siap kapanpun Pak Sukani menginginkan tubuh sucinya ini. Karena sekarang kenikmatan yang ada di depan matanya, jauh lebih penting dari segala keimanan, norma, dan aturan yang berlaku dalam hidup Nurul sebelumnya.

“Aku sudah siap Mas!“ Kembali Nurul mengeluarkan Kata-kata untuk menyentak Pak Sukani agar bertindak dengan segera.

Dan paham dengan apa yang diinginkan oleh betinanya, Pak Sukani pun kemudian beranjak menindih tubuh Nurul yang masih mengangkang tersebut. Tadinya dia berniat untuk sedikit bermain-main lebih lama dengan birahi Nurul dan memanfaatkan setiap momen dalam penaklukannya. Namun karena Nurul sudah merasa siap dan birahinya sendiripun juga tak dapat diajak komptomi lagi, akhirnya Pak Sukani memutuskan untuk segera mengeksekusinya langsung.

Di tatapnya sejenak wajah Nurul yang memejamkan mata menahan malu dalam posisi itu, lalu dia tersenyum puas sambil memegang penisnya dan menempelkan perlahan kepalanya diujung bibir vagina Nurul. "Maafkan aku karena menodaimu" Kata Pak Sukani seperti merasa seolah bersalah ketika muali melakukan penetrasi menusukkan ujung penisnya ke dalam liang vagina Nurul.

Sedangkan Nurul tak mendengarnya karena dia sedang berperang dengan batinnya sendiri. “Astaghfirullah.... Astaghfirullah.. maafkan aku Ya Allah! maafkan aku" teriaknya dalam hati memohon ampun atas perbuatan dosa berbalut desakan syahwat yang melanda dirinya. Amuk birahi yang menerpa begitu besar membuat Nurul akhirnya tenggelam dalam perzinaan yang nikmat ini.

"Oooooohhhhhh Mass!! Pelaaanhhh! mmmmppphhhh"

Sebuah desahan keluar dari mulut Nurul merasakan badannya menggeletar hebat ketika batang penis asing dengan kehangatan dan ukuran yang jauh berbeda dari milik Haris suaminya tercinta itu mulai merengsek masuk membelah bibir vaginanya dengan sangat pelan. Kontraksi otot vaginanya secara reflek mengatup rapat tak mengizinkan si benda asing tersebut masuk lebih dalam lagi.

"Jangan dilawan Dik!! rileks kan badanmu!" ujar Pak Sukani yang sudah merasa kepala penisnya telah terapit oleh bibir luar vagina Nurul. Dia merasa seperti sedang memerawani seorang gadis yang belum pernah disentuh oleh laki-laki manapaun.

Pantang menyerah, Pak Sukani kemudian mencoba menekan sedikit pantatnya kedepan memasukkan penisnya ke vagina Nurul secara paksa. Tapi lagi-lagi otot kemaluan istri Haris itu memasang pertahanan berlapis sehingga Pak Sukanipun semakin kesusahan.

Namun tanpa kehabisan akal, Pak Sukani yang merasa sudah kepalang tanggung itu langsung membungkukkan badannya dan meraih bibir Nurul menggunakan bibirnya. Sebuah ciuman dan pagutan penuh nafsu dilancarkan oleh Pak Sukani untuk bertujuan membuat Nurul lebih rileks dan melonggarkan otot-ototnya. Tak lupa pula kedua tangannya juga aktif meremas payudara Nurul beserta memainkan putingnya dengan jari.

Menghasilkan sebuah suara yang merangsang naluri dan nafsu Nurul itu sendiri "Mmpppppphhhhh....aaaacchhhh....ssssllllrruuppp... mmmpppphhhhh"

Keduanya bergumul di atas tempat tidur yang tampak sudah acak-acakan itu. Meski amat bernafsu, Pak Sukani masih bisa dengan sabar merangsang Nurul dan menunggu wanita akhwat itu menyiapkan dirinya untuk di penetrasi. Keringatpun sudah tampak mulai membasahi tubuh besar sawo matangnya, sehingga terlihat agak mengkilat terkena cahaya lampu kamar.

Dirangsang sedemikian rupa, kegatalan pun akhirnya mulai dirasakan oleh Nurul. Pelan-pelan kontraksi otot vaginanya melemah dan terbiasa dengan sebuah ganjalan daging keras didalamnya. Hal Ini tentu saja langsung dimanfaatkan oleh Pak Sukani untuk mendorong lebih dalam sampai akhirnya kepala penis hitam berebntuk jamur besar itu berhasil menguak pertahanan vagina Nurul sampai setengahnya.

"Mmmmmppphhh... ayoo seddikit lagi sayaangg!!" ucap Pak Sukani memberikan semangat.

Namun Nurul sudah merasakan begitu sesak dibagian vaginanya yang terasa sudah tidak ada ruang lagi "Punyaahh Mass terlalu bezzaarr!!! gakk muaat masss!! sakiitttt!!" Teriak Nurul mencoba mengatupkan kedua kakinya. Namun dengan kedua tangan besar berotot kekarnya, Pak Sukani mencoba menahan paha Nurul tersebut sambil terus mencium-cium mulut Nurul yang menganga karena kekurangan udara.

"Ssssssshhhhhhhhh... ayoo dibuka lagi sayang!! dikit lagi masuk kok"

Sedikit demi sedikit Pak Sukani mendorong Penis miliknya dengan perlahan inci per inci tanpa menghiraukan lagi rintihan dan penolakan dari Nurul. Ia tau kalu ukuran penisnya tersebut memang amat sangat besar bagi vagina Nurul tampak sehingga mau tak mau dia harus sedikit memaksakan dorongannya tersebut agar Nurulpun tidak merasakan sakit terlalu lama.

"Tahan ya Dik!! sedikiiitttt lagii!!" bujuk Pak Sukani yang mulai mendorong paksa.

Hingga pada akhirnya, seluruh batang penis berukuran ekstra besar miliknya tersebut tertanam mantap di dalam vagina Nurul secara utuh tanpa ada protes dari Nurul lagi. "Nah udah masuk semuaa!!" ucap Pak Sukani tersenyum sumringah menatap wajah Nurul yang memerah dan matanya begitu sayu. Diusap-usapnya wajah cantik nan ayu milik Nurul itu sebagai tanda selamat sudah berhasil melakukan tugasnya dengan begitu baik.

"Su--sudah semua Mas?" tanya Nurul tergugup. Tak percaya kalau vagina kecil miliknya ternyata dapat menampung benda sebesar penis Pak Sukani tersebut secara keseluruhan. Sejenak dia berusaha melirik ke bagian selangkangannya yang tampak sudah menyatu erat dengan selangkangan Pak Sukani itu bagai sebuah kunci.

Tanpa Nurul sadari, Ia pun tiba-tiba meneteskan air mata sebagai penggambaran rasa hina, sesal dan bahagia. Hina karena dirinya telah membiarkan laki-laki lain mengotori tubuh sucinya. Sesal karena sudah mengkhinati sang suami tercinta. Dan bahagia karena sudah mencapai apa yang diinginkannya. Kini, semua rasa itu bersatu padu dalam diri Nurul memacu syahwatnya menuntut lebih dari hanya sekedar penetrasi saja.

Namun Pak Sukani merasakan hal yang lain. Keinginannya dari bertahun-tahun yang lalu akhrinya dapat terjadi juga. Oleh karena itu, ia untuk sementara diam membeku meresepai dan merasakan seluruh sensasi nikmat yang ada dalam dirinya. Seluruh batang penisnya sudah ambles di dalam liang vagina akhwat yang menjadi incarannya tersebut.

Dan Seluruh dinding vagina itupun kini menjepit Penisnya erat-erat bagaikan tak mau melepasnya. Ia juga sadar bahwa dinding vagina Nurul itu seakan membuka dan menutup seirama dengan pompaan nafas wanita alim itu. Walaupun tidak terlalu keras, tetapi tetap terasa.

"Kamu kenapa sayang??" tanya Pak Sukani menghapus bulir-bulir air yang jatuh dari pelupuk mata istri Haris itu. Sekarang dia sengaja berdiam diri tak bergerak agar memberikan sebuah ruang adaptasi bagi Nurul supaya terbiasa dengan penis besar miliknya.

Nurul kemudian menggeleng lemah dan tersenyum sambil masih sedikit terisak, "Gapapa Mas! aku hanya bahagia bisa melakukan ini bersama Mas" ucapnya mengungkapkan setengah dari isi hatinya.

"Aku juga Dik! aku senang bisa memilikimu seperti ini" balas Pak Sukani membalas perkataan Nurul.

Tapi obrolan itu belum selesai karena Nurul kembali bertanya "Apakah nanti kita akan terus seperti ini Mas??"

"Entahlah! kalau kamu ingin, aku bersedia kapanpun" jawab Pak Sukani tersenyum puas.

Lalu kedua insan manusia berbeda status dan kedudukan itupun kembali berciuman mesra meluapkan seluruh rasa sayang dan birahi mereka dengan saling melumat dan berpagutan. Membakar kembali gairah mereka yang tadi sempat sedikit terhenti oleh percakapan singkat.

Lama kelamaan Nurul pun kembali terlarut dalam badai nafsu sehingga cairan kewanitaannya mulai meluber keluar membasahi penis Pak Sukani. Membuat liang surgawi istri Haris tersebut menjadi semakin licin dan ngilu terkena gesekan penis besar tersebut. Pak Sukani yang sudah mendiamkan penisnya lumayan lama itu, kemudian berinisiatif untuk mulai bergerak menggenjot.

Pak Sukani menarik perlahan penis besarnya keluar dari vagina Nurul, namun tidak sampai terlepas semua. Bagian kepala jamurnya dibiarkan masih tertanam didalam lalu dia mendorong pantatnya mencoba memasukkan kembali.

"Oooohhh.. nikmaattt!!!" desah Pak Sukani merasakan gesekan-gesekan yang begitu enak di penisnya.

Kegiatan yang sama dilakukannya berulang secara perlahan-lahan sampai bunyi kecil peraduan alat kelamin mereka itupun mulai terderang. Pak Sukani terus memaju mundurkan penis besarnya di lubang vagina Nurul yang sekarang mulai terlihat mudah untuk dimasuki, Tapi tetap saja jepitan vagina istri Haris itu masih sangat kuat seakan terlihat sedang melumat penis besar itu bulat-bulat.

"CLOKKKKK!!"

"KCLOOOKKKK!!"

"CLLOOOKKKK!!"

"KKOCLOOKKKK"


Suara vagina Nurul terdengar sangat basah, Meski ritme genjotan Pak Sukani masih pelan. Namun kenyaringan suara itu tak dapat disembunyikan begitu saja. Apalagi Saat Pak Sukani menarik penisnya keluar, vagina Nurul terlihat mengerucup. Namun, saat Pria tua itu menekan penisnya masuk, bibir vagina Nurul terlihat merekah lebar dan mengeluarkan suara layaknya sebuah benda becek.

Nurulpun akhirnya tak dapat menyembunyikan birahi liarnya dan mulai mendesah menikmati genjotan Pak Sukani yang mulai mempercepat temponya. “Oooouuhhhh...!! Aammpuun Massh!! ini Ennnaaakkkk bangeeeettttt.." ucap istri Haris itu begitu histeris. Ia hanya bisa merintih dan mendesah karena tubuhnya bagai lemas tak bertenaga menikmati setiap sodokan Pak Sukani di liang vaginanya.

"Ugghhh... mantaaappp!!" Pak Sukani melenguh menikmati jepitan dan kehangatan vagina Nurul yang begitu menggigit.

Wajah Istri Haris itu agak sedikit mengernyit saat Pak Sukani mulai menggerakkan penisnya maju mundur secara cepat tak beraturan. Setiap tusukannya terasa semakin tajam dan semakin dalam menusuk rahimnya sampai suara gesekan alat kelamin keduanya itu terdengar begitu merdu dan liar. Dipadu pula dengan rintihan lirih yang keluar dari bibir manis Nurul, maka sempurnalah ritual persetubuhan mereka malam itu.

"Ooooohhh Maassshh.. apaa iniihhh..!! enakkk bangettt... akuuu sukaaa.. ooohhhh akku enaaakkk"

"Nikmati sayang!! ini namanya surga duniaaa... Ohhhhh" ucap Pak Sukani tak kalah ingin mendesah.

Mata Pak Sukani nanar menatap payudara Nurul yang berguncang-guncang pelan akibat gerakannya. Dengan segera, ia lalu dengan gemas memeganginya sambil memijit dan meremas-remasnya, mata Pak Sukani berpesta pora menikmati tubuh indah dan putih mulus milik Nurul yang sekarang berada di dalam dekapannya itu. Ia sungguh beruntung bisa mendapatkan wanita ini, perempuan akhwat teramat cantik yang sudah disia-siakan oleh suaminya yang bodoh.

”Ooouuuugghhh Massshhh... enaaakkkkk” kepala Nurul terlempar ke kiri dan ke kanan menerima tusukan dari Pak Sukani yang semakin lama terasa semakin kuat. Matanya tertutup, tapi bibirnya yang merah merekah terlihat begitu indah mengeluarkan kata "Enak" berulang-ulang kali.

Pak Sukanipun segera mengecup dan melumatnya mesra. ”Mmmmmpp.. Dikk!!” panggilnya lemah. Nurul hanya mengangguk sambil membalas ciuman itu hingga mereka kembali berpagutan sejenak sebelum Pak Sukani mengalihkan mulutnya ke puncak payudara Nurul yang membusung indah. Pria tua itu kemudian dengan rakus mencucup dan menjilati puting berwarna pink Nurul secara bergantian. Sementara pinggulnya terus bergerak cepat di bawah sana menusuk dan mengobrak-abrik vagina sempit milik Istri shalihah Haris itu hingga membuatnya semakin basah dan lengket.

”Ouuuhhhh.. Maaashhh... akkuuu... akuuu.. mauu pipissshhhh.. berheeentti duluuhhh!!” pekik Nurul saat Pak Sukani makin menambah kecepatan genjotannya. Tak disangka ternyata Nurul sudah semakin dekat dengan puncak kenikmatannya yang seperti membayang dibalik desahan dan teriakan penuh nafsunya.

Namun Pak Sukani tak punya niatan untuk berhenti, Ia terus menggenjot cepat dan beringas menghujamkan batang penis besar miliknya tersebut ke dalam vagina Nurul, "Keluarkan sajaa diik!! keluarkan pipismuu ituu jangan di tahan!!!" teriaknya begitu kuat.

Bersamaan dengan itu, Pak Sukani merasakan ada semburan cairan hangat yang sangat banyak sekali dari lubang kewanitaan Nurul menyemprot enak batang penisnya.

"OOOOOOOOOOORRRRGGGHHHHHHH... PIIIPIIISSSHHH... MAAAAAASSHHH!!!!" lolong Nurul tepat dibawah Pak Sukani. Badannya seketika menegang seperti terkena kram pada urat-urat syaraf dan tubuhnya itu melengkung dan terpelinting, sedangkan matanya terbeliak keatas memperlihatkan bagian putihnya saja serta mulutnya menganga terbuka mencari-cari udara.

Nurul meregang selama beberapa saat meresapi perasaan nostalgia yang pernah dia rasakan ketika dirinya dizinahi oleh Pak Primus waktu itu. Perasaan nikmat yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata tersebut sekarang terasa semakin nyata karena Nurul tidak dalam pengaruh obat apapun.

Kenikmatan ini begitu jelas dan nyata menstimulasi otaknya seperti membuat dia melayang di awang-awang. Badannya terasa ringan dan merasa lemas, tulangnya bagaikan copot satu persatu dari tempatnya. Tapi di sisi lain, wanita akhwat yang menjadi istri Haris ini merasa amat sangat puas dengan sebuah pipis yang berbeda dari pipis seperti biasanya.

"Enaaak.. bangett.. Maaashhh!! uuuggghhhhh"

Sementara Nurul menikmati orgasmenya, Pak Sukani terus menggenjot vagina Nurul karena merasa penisnya dijepit dan diremas dengan amat kuat oleh kontraksi dinding vagina Nurul, membuat Pria tua itu juga mulai merasa kepala penisnya menjadi amat sangat gatal dan kantong kemihnya tergelitik ingin mengeluarkan sesuatu. Namun sekuat mungkin dia bertahan agar kenikmatan yang dia rasakan ini tidak berlalu begitu saja.

"Uuuuggghhh.. Diik!!" panggil Pak Sukani sambil mengerang.

Memancing Nurul untuk menoleh ke arahnya, "aa--aku sudah mau keluar. aku cabut ya?" ucap Pak Sukani terengah-engah.

Namun sebuah respon tak terduga justru datang dari Nurul. Dia yang masih dalam keadaan sedikit lemas sesudah diterjang badai orgasme itu, tiba-tiba saja melingkarkan kakinya ke pinggang Pak Sukani seperti seolah melarang pria tua itu untuk mencabut tusukan penisnya. Malah dalam genjotan cepat Pak Sukani tersebut, Nurul secara aktif mulai membalas dan menggoyangkan pantatnya.

"Hamili aku mas!" Pinta Nurul secara gamblang. Tak berpikir resiko macam apa yang akan menantinya dikemudian hari. Tak berpikir pula bagaimana perasaan Haris nantinya jika dia benar-benar hamil oleh benih Pak Sukani.

Dalam hati Nurul sekarang, dia hanya bisa berharap agar permintaannya ini dapat benar-benar terkabulkan sehingga nantinya dia bisa memiliki seorang anak. Tidak peduli kalau anaknya tersebut adalah buah hasil dari perselingkuhan sekalipun. Yang terpenting, dirinya terbebas dari caci maki lingkungan sekitar dan mewujudkan impiannya untuk memiliki buah hati.

Permintaan gila itupun, sukses menyihir birahi Pak Sukani yang memang sudah berniat membuahi Nurul dari awal persetubuhan mereka. Dia hanya berpura-pura ingin mencabut penisnya agar Nurul sendirilah yang meminta untuk dibuahi secara langsung.

Suara becek dua organ kelamin yang saling bergesekan itupun kian menjadi-jadi memenuhi ruangan kamar pengantin Haris dan Nurul manakala Pak Sukani juga semakin cepat dengan genjotannya. Sebuah irama perselingkuhan yang tentu saja juga masih diiringi oleh melodi rintihan dari kedua pelaku penyelewengan tersebut. Bahkan hawa malam yang dingin tak mampu lagi menahan panas tubuh mereka berdua sampai-sampai peluh keduanya sudah meleleh dan saling bercampur menjadi satu.

"Kita akan punya anak sayang!!" Ucap Pak Sukani tersenyum penuh semangat 45 berteriak Bagaikan orang kesetanan. Pak Sukani meningkatkan gerakan maju-mundurnya dengan sangat cepat sampai matanya semakin melotot dan dengusannya semakin menguasai ruangan kamar tersebut. Hingga akhirnya, disertai teriakan membahana, Pak Sukanipun melepaskan arus syahwatnya yang sudah bersiap meluncur dari batang kemaluannya itu.

"Oooouuuggghhhh...terimaa pejuhkuuuu ini Diiik!!!" teriaknya menyemprot rahim Nurul dengan air maninya yang menyembur mengirimkan pasukan "pembuah" yang jumlahnya miliaran tersebut.

"CROTTT... CROOOTTT... CROOTTTTT.. CROOOTTTT.. CROOOTTTT"

Total 6 kali semburan sperma Pak Sukani tersebut sangat hangat terasa oleh Nurul yang menjadi penyambutnya. Nurul merapal berbagai macam doa dalam hatinya pada yang maha kuasa agar usaha pembuahan ini dapat menghasilkan seorang buah hati yang dirindu-rindukannya selama ini.

#Apakah cerita ini tamat??? kwkwkwkkw.
========================


Sumpah suhu!!! ane mengetik begitu saja hingga tak sadar sudah beribu-ribu kata yang terangkai. Ane berharap chapter ini gak mengecewakan bagi para suhu pembaca. dan feelnya dapet gak ada yang dipermasalahkan.
mohon maaf kalau ada typo atau salah penulisan kata. ane gak ngedit chapter ini langsung posting gitu aja. jadi harap maklum ya suhu.
hehehehe..
 
akhirnya nurul sukarni bisa enak2, tinggal nunggu hamil aj
 
Bangke. Beruntung amat itu Si Sukani semprot di dalam. Asik...Si Nurul kayaknya bakal hamil nih.
 
Gila..Gila..
lebih intens dan lebih hot dibanding waktu sama primus..edan..kalo g inget jumat udah coli ini mah
 
Wow.pak sukani untung..nurul akhirnya selingkuh..hehehe

Makasih suhu.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd