Dilanjut Suhu..
Dengan perlahan dan suara yang tak terlalu keras, serta dengan menahan detak jantung yang seolah berdegup kencang ku utarakan semua kepada Tito. Kulihat kejut diwajahnya saat mendengarkan cerita serta permohonanku padanya. “ Bagaimana Tito.. Maukah kau membantuku?”, tanyaku menegaskan. “ aduuhh…. Bingung saya mas., apa tidak salah yang saya dengar ini..”, ucapnya dalam bingung. “ tidak Too.. Tidak… Kamu tidak salah dengar, mungkin bisa saja aku meminta orang lain untuk memeperkosa mbak Yayu biar Mbakyumu itu mendapatkan kepuasan…., tapi tidak mungkin itu kulakukan, karena aku paham betul tabiatnya serta itu pasti akan lebih menyakitkan hatinya, makanya aku memilih kamu untuk melakukannya..”, jelasku padanya.
“ Tapi mass…. Saya takut nanti mbak yayu membenci saya…”, jawabnya
“ Hmmm… itu artinya kamu mau, hanya saja kamu takut mbak yayu marah, dan tandanya kamu juga tertarik khan sama mbak yayu..?”, perkataanku membuat mukanya menjadi merah, mungkin dia merasa malu krn aku tau apa yg dia rasakan.
“ Jujur mass… saya memang tertarik dengan mbak yayu…., siapa laki-laki yang tak mau diper-istri olehnya, ia begitu cantik, sholehah,pengertian, dan sangat menyayangi keluarganya. Sangat berbanding terbalik dengan mantan istriku dulu”, ucapnya penuh kejujuran.
“ syukurlah… kalau memang kamu sangat menyukai mbak yayu…., Karena sex bukan hanya sekedar menuntaskan nafsu syahwat belaka, karena sesungguhnya sex itu adalah cara kita menyatukan semua perasaan yang kita miliki terhadap pasangan kita, dengan begitu kenikmatannya akan lebih terasa dalam”, jelasku padanya
saking asyiknya kami berbincang tak kusadari dari balik tirai jendela kulihat sosok istriku Yayu berkelebat meninggalkan ruang tamu saat tiba-tiba aku melirik ke arahnya. “ apakah dia mendengarkan pembicaraan ini?”, batinku bertanya-tanya. Namun aku berharap semoga ia tidak mendengar apa yang telah aku utarakan kepada Tito.
“ Bagaimana Tito… Maukah kamu membantu mas Arya?”, kembali kuminta jawaban darinya atas permintaanku padanya.
“ bagaimana yah mas… mungkin saya belum bias menjawabnya sekarang”, jawabnya.
“ Iya sudah tidak apa-apa… saya tunggu kapan saja jawabanmu, tapi sekali lagi aku mohon kamu memahami”, sekali lagi kutegaskan padanya kalau aku memang benar-benar serius.
“ serius amat sih ngobrolnya…, ngomong-ngomong kamu nginep disini tidak Too…?”, Kejut kami bersamaan karena tiba-tiba istriku keluar dan membuat kami berdua menjadi sedikit salah tingkah.
“ Owhh… Tidak mabak… saya masih ada pekerjaan, mungkin hingga besok pagi baru pulang”, jawab Tito pada istriku.
Kulihat kini pandangan Tito sedikit berbeda terhadap istriku, entah apa yang dia rasakan sebenarnya. “ jangan terlalu di porsir kalau kerja, nanti kalau sakit repot karena kamu masih sendiri belum punya istri lagi, siapa nanti yang mau ngurusin kamu”, ucap istriku sedikit member perhatian pada Tito. “ iya mbak… itupun kalau sudah lelah saya istirahat selalu kok”, jawab Tito.
Saat berbincang dengan Tito kulihat istriku tdak banyak berubah dan sikapnya seperti biasanya dia berbincang dengan Tito. “ syukurlah… berarti ia tidak mendengar semua perbincanganku pada Tito, terutama menyangkut permintaanku pada Toto”,pikirku.
Kembali kami asyik berbincang-bincang dan kini istriku turut ikut dalam obrolan seru kami hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17:00, dan Tito akhirnya pamit dari kediaman kami untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai tenaga IT di kantornya.
“Maaf mass… berhubung sudah sore saya pamit dulu, mau langsung ke kantor ini”, pamitnya pada kami. “ Owh iyaa… tidak apa-apa khan bias disambung lain waktu”, jawabku.
“ hati-hati dijalan jangan melamun..”, tambah istriku.
“ iyaah Mbak… mass…, ya sudah saya pamit dulu Assalamu alaikum..”, serunya sambil mencium tangan kami. WA ALAIKUM SALAMM.. ucapku dan istriku bersamaan.
Sesaat Tito sudah manaiki motornya kuhampiri dirinya seraya kuberkata “ saya tunggu yah jawabannya…”,
“ Eehh… Iyah mass…”, jawabnya gugup.
Selepas kepergian Tito dari kediamanku aku kembali masuk kedalam rumahku bersama istriku dan berkumpul bersama anak-anakku. Kulihat tak ada yang berubah dari sikap istriku, dan kuyakin kalau ia memang tak mengetahui rencanaku dan Tito. Kini yang kuharapkan Tito mau mengabulkan permintaanku, sehingga aku mampu memberikan apa yang tak pernah istriku dapatkan dan tentunya juga aku bias mewujudkan fantasyku.