Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bosenin nggak sih?

  • Nggak sih, ceritain sampai ke akarnya dan seluruh kejadiannya walau nggak banyak adegan panasnya

    Votes: 74 85,1%
  • Bosenin, kelamaan, langsung ke intinya aja.

    Votes: 13 14,9%

  • Total voters
    87
  • Poll closed .
Walah alda urung metu.
Cak sekedar saran, pake bhasa indo aja biar suhu2 yg lain ngerti juga cak.
 
Bab 2
ALGORITMA HATI ALDA


Suara yang lembut keluar dari mulut wanita itu menyapa ku yang baru masuk ke kamar kos Putra.
"Iki Alda Vin, Ayu to gendaanku" (Ini Alda vin, cantik kan pacarku) celetuk Putra sambil tersenyum.
"Hahaha biasa ae, ayuan gendaanku", jawabku dengan sinis. Tapi disisi lain, aku mengakui bahwa Alda adalah orang yang sangat cantik, dengan wajah khas keturunan chinessenya, putih bersih , rambut panjang terurai, paha mulus dan payudara miliknya yang lumayan besar, mematahkan semua ekspetasiku bahwa Alda itu Jelek.

"Meme Alda ya? Kaget aku, ternyata cewek yang dibawa, soalnya semalem Putra bilang kalau temen yang dibawa itu cowo" tanyaku pada Alda.
Meme atau mei-mei adalah sebutan adik perempuan di kalangan orang chinesse. Walaupun aku pun keturunan Jawa tapi sedikit banyak bergaul dengan saudara keturunan chinesse juga.
"Iya Mas Elvin, maaf yah ngagetin" jawabnya dengan suara yang super lembut.
Pikiranku melayang-layang membayangkan bagaimana keindahan tubuh alda tanpa dibalut sehelai benang pun, permainan apa yang akan aku lancarkan untuk memberi dia kenikmatan........
"Ayo Budal Vin!!, Ojok ngowoh ae, keluwen ta?"(Ayo Berangkat Vin!!, Jangan ngelamun aja, kelaparan ta?) Hardik Putra seketika membuyarkan lamunan indahku.
Hampir lupa tujuanku kesini menemani putra untuk mengurus kasus kecelakaannya di rembang. Tak lama kami pun bersiap berangkat ke rembang. Tak terasa 8 jam perjalanan kami lalui sambil berbincang- bincang dijalan, saling bercerita, Dan iseng aku pun bertanya
"He awakmu kok iso tabrakan piye to?"(kamu kok bisa tabrakan itu bagaimana to?)
"Ngene lho vin, pas nang dalan gendaanku turu, aku gaonok seng ngejak ngomong, sakjane aku wes dikon mandek disek karo Alda, tapi yo aku mekso, akhire keturon sak sliutan karo nyetir,lha aku ero lek nabrak yo digugah karo gendaanku kok"(gini lho vin, di jalan pacarku tidur, aku gaada yang ajak ngomong, sebenarnya aku sudah disuruh berhenti sama Alda, tapi aku maksa, akhirnya ketiduran sekejap, lha aku tau kalau nabrak ya dibangunin sama Pacarku kok) pungkasnya.
"Lha kon kok iso kenal karo Alda iku critane piye?"(kamu kok bisa kenal sama Alda ceritanya bahaimana?) Tanyaku lagi.
"Yo teko Michat"(ya dari michat) jawabnya
"Lah lapo iso mbok gowo iku anak e uwong?, Bapake gak nggoleki ta? Ngawur ae kon iku!" (kenapa kamu bawa anaknya orang? Ayahnya nggak nyariin ta?, Kamu itu sembarangan) Tanyaku lagi.
"Yo nggoleki, tapi arek e seng njaluk jarene stress nang omah di amuk terus karo wong tuwone"(ya pasti nyarii, tapi anaknya sendiri yang minta katanya stress di rumah di marahin terus sama orang tuanya) jawab Putra
"Ealah cok bocah, kon yo ******, lek umpomoe dikasusno karo wong tuwone opo gak tambah jeru kon?"(ealah cok bocah, kamu ya bodoh, semisal dikasuskan sama orang tuanya apa nggak tambah dalam masalahmu?) Tanyaku lagi.

Tak lama kemudian kami pun sampai ke Polsek Lantas Rembang demi mengurus kasus Putra dan disini saya mengaku sebagai kakaknya. Setelah berusaha
Bernegosiasi, dan hasilnya pun bisa dibilang tidak berakhir baik. Maka kami pun pulang.

Sesampainya di kos Putra, aku pun ditawari untuk menginap, tanpa basa basi langsung saja kuiyakan karena sudah sangat lelah, disisi lain aku pun ingin sekali melihat Alda yang sedang tidur. Sesampainya di kamar, benar saja aku melihat Alda yang tertidur dibalut piyama tipis dengan dadanya menyumbul ditindih lengan. Ingin sedikit ku sentuh si Alda, tapi dia terbagun mendengar suara Putra menutup kamar mandi.
"Mas Elvin kalau mau makan, aku udah masakin nasi ya, nanti rebus mie sendiri" kata Alda
"Iya me" jawabku, dan kulihat semua menu yang ada disana hanyalah mie, mie dan mie. Betapa prihatin nasib kawanku ini, gitu berani"nya bawa anak orang. Pikirku. Tak lama setelah itu aku oun beristirahat demikian juga Putra karena besok dia harus berangkat kerja.

Keesokan harinya, tangan lembut menyentuh pipiku, "Mas Elvin bangun, sudah pagi, itu kopinya udah aku buatin ya",
Ternyata Alda membangunkanku.
"Oh iya me, xie xie ya" jawabku
"Mas nya kata si Putra disuruh disini dulu, soalnya motor mas dipakai berangkat kerja" kata Alda
Tertegun aku melihat belahan payudara putih cantik dihias kalung berbentuk simbol yang menjuntai indah cocok menghiasi belahan dadanya, wow..... Gila sumpah dimana putra dapat cewek secantik ini... Tanyaku dalam hati....
Alda seketika menutupi auratnya yang indah karena sadar aku melihat kedhasyatan organ ciptaan Yang Kuasa didepan mataku. Dan dia melengking
Dengan juteknya membuyarkan lamunanku "mas setelah makan nanti turun dibawah aja tunggu di ruang tamu kos" perasaanku pun gak karuan dibuatnya.
"Eh, iya" jawabku dengan agak malu karena ketahuan mataku jelalatan. Dari situ aku pun tau bahwa dibalik suaranya yang lembut ternyata ada singa yang sedang tertidur dan hampir terbagun kubuat. Aku pun langsung ngibrit turun ke ruang tamu kos. Tak lama Alda pun menyusul turun, rupanya dia telah berganti pakaian. Dress putih rumbai menerawang dengan rambut terurai basah dari jauh pun tercium aroma parfum mengisyaratkan bahwa Alda barusan mandi. Memang Sepi suasana di sana, karena rata-rata penghuni kos pada pulang kampung karena pandemi corona ini, mungkin tinggal 2 kamar yang terisi dari total 8 kamar kos.
Karena canggung, aku pun hanya duduk terdiam sambil menyesali tingkahku didepannya tadi. Aku pun berpikir keras mencari cara bagaimana mencairkan suasana canggung itu....
"Emm Alda pernah Mancing?" Tanyaku
"Gak, takut item" jawabnya dengan ketus.
Suasana semakin canggung
"Hobi kamu apa?" Tanyaku lagi berusaha menghilangkan rasa canggung.
"Entah" jawab Alda
"Pernah ke suramadu?" Tanyaku.
Kulihat dengan pertanyaanku ini dia mulai terlihat antusias.
"Jembatan yang puaanjaang itu ya?? Belumm, aku penasaran, mau doongg jalan- jalan kesana" jawab alda
Hp nya berdering ada telepon masuk, Putra!!!
Gawat sampai dia bilang ke Putra kalau mataku jelalatan. Mata oh mataa.... Aku pun berusaha mencari-cari kegiatan supaya tidak
Terlihat salah tingkah, sambil dag-dig-dug aku mulai sok-sok buka chat padahal nggak ada chat masuk, pura-pura telepon padahal gak ada yang telepon. Melihat kelakuanku Alda pun tertawa kecil sambil bercengkrama dengan Putra.
"Iya mas Elvin masih disini, kan motornya kamu bawa kerja sayang" kata Alda di telefon.
Tak lama Alda menutup telefon dan kembali sibuk dengan handphone nya, kulihat dia mengambil foto selfie. Cantik, fotogenik pula.. duh.....
"Kamu punya instagram ta me?" Tanyaku
"Punya kok, ig mas aja nanti aku follow, tapi follbek yah" celetuk dengan nada yang menggemaskan. Kulihat notifikasi instagram berbunyi menandakan bahwa Alda telah memberikan Follow, langsung 1 aku followback. Rupanya, selfie yang dia ambil barusan telah terposting di instagramnya.
"Mas suka mancing yah?" Tanya Alda sambil melihat foto-foto yang ada di instagramku.
Aku pun tak menjawab dan hanya menangguk karena menurutku sudah jelas bahwa aku hobi, toh ya foto terpajang di akun isntagramku yang notabene isinya foto-foto ikan hasil tangkapan semua.
Tak lama,Putra datang maka aku pun langsung berpamitan untuk pulang dengan alasan besok kerja.

2 hari aku tidak bertemu Alda, sedikit demi sedikit aku mulai melupakan kenangan tentang Alda, tiba- tiba ringtome handpone ku berbunyi kencang rupanya Putra menelepon.
"Mas..., Mas Putra tadi dibawa sama orang pergi, dipukulin" terdengar suara alda menangis tersedu-sedu di telefon.
"Hah??" Kok bisa?, Meme tunggu ya, mas langsung kesana sekarang"


Aku bergegas menuju kost Putra. Sesampainya disana terlihat Alda menangis di teras. Aku pun berusaha menanyainya, kenapa bisa Putra dibawa orang. Ternyata usut punya usut, mobil yang dibawa Putra menjemput Alda dan akhirnya kecelakaan dijalan. adalah mobil rental alias sewa.
Aku pun berusaha mencari tau siapa dan dimana rental tersebut berada. Rupanya Putra dibawa ke kantor polisi dan ditahan sementara untuk melakukan mediasi. Karena pihak rental menuntut pertanggungjawaban Putra untuk mengganti rugi kerusakan mobilnya. Akhirnya Alda oun kugandeng masuk kedalam. Rasa iba, prihatin, dan kasihan pun muncul. Sambil kuberi saran supaya Alda sedikit tenang, tiba-tiba Alda muntah. Kaget bukan kepalang. Langsung kugendong ke kamar mandi dan ku tepuk-tepuk punggungnya. Wajahnya memerah, badannya panas. Aku mencoba menenangkannya kembali sambil mengajaknya keluar mencari penjual wedang jahe untuk sekedar menghangatkan tubuh. Tanpa ada pikiran apa-apa dan hanya rasa kasihan yang ada padaku aku pun sekalian mengajaknya berkeliling sambil mencari angin diluar kost. Setelah agak sedikit tenang, kami memutuskan kembali ke kost. Aku hanya bisa melihatnya tertidur sambil sesekali mengusap air matanya yang kadang menetes. Kulihat dia mulai tertidur pulas. Hanya rasa Iba yang muncul ketika melihat di sana hanya terdapat Mie instant... Selama ini Alda disini hanya makan mie Instant.... Betapa tidak bertanggungjawabnya Putra. Akupun memutuskan turun untuk berbelanja disebuah minimarket, Membeli berberapa sachet kaldu bubuk dan kornet, berencana membuat bubur. Aku pun kembali ke kost dan melihat alda masih tertidur sambil sesekali menitikkan air mata. Darisana aku melihat betapa shocknya Alda atas kejadian yang dilihatnya barusan. Mungkin pertama kali, dia belum mengetahui kerasnya dunia. Dibilang begitu karena masih kuliah dan berumur 18 tahun, baru masuk kuliah mungkin.

Tak lama bubur matang, aku pun membangunkan Alda, sambil menyiapkan bubur, aku merebuskan air hangat dengan sedikit garam untuk mengganti cairan tubuhnya yang hilang ketika dia menangis tadi. "Meme makan dulu ya, nanti sakit, mas yang dimarahin Putra" ocehku sambil melontarkan sedikit candaan untuk menghiburnya.
Hanya angukan kecil lemas darinya menjawab pertanyaanku.
Aku menaruh bubur didepannya dan tak terlihat dia menyentuh bubur yang kubuat, hanya air mata yang terus mengalir di pipi mulusnya.
Sedikit-sedikit aku suapi bubur sambil sedikit memaksa dan berceramah bahwa makan mie instant setiap hari tidak bagus dll. Akhirnya sedikit demi sedikit dia mulai tersenyum. Aku pun sedikit lega. Tak lama Alda berlari menuju kamar mandi, disana dia kembali muntah.... Dan terduduk lemas sambil kembali menangis di kamar mandi. Astaga.... Gimana ini... Jarum jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Yang bisa kulakukan hanya menggendongnya kembali ketempat tidur. Disana aku mencari minyak kayu putih dan berusaha mengoleskan ke perutnya. Spontan Alda menolak dengan menepis tanganku.
"Mas nggak mau
Kamu kenapa-kenapa, mas cuma mau kasih minyak kayu putih, bisr kamu nggak gini terus. Kamu percaya deh sama mas, janji mas gak ngapa-ngapain kamu" kataku pada Alda berusha meyakinkan. Akhirnya Alda menganguk. Aku pun menyingkap kaos yang dipakainya, terlihat mulus, bukan main. Berapa duit yang dipakai buat perawatan biar kulit semulus ini, kataku dalam hati. Sambil mengoleskan minyak kayu putih ke perutnya sambil memberi sedikit pijatan-pijatan halus ke bagian bawah dadanya. Saat itu tak sengaja tersenggol payudaranya, walaupun aku tak melihat langsung, tapi aku dapat merasakan ukuran dan kelembutan payudaranya. Aku memberikan sedikit pijatan halus ke bagian pinggangnya. Diwajahnya yang cantik aku melihat dia mengerniykan dahi tanda kegelian. Maka akupun menghentikan aksiku. Dan bersiap untuk tidur.
Sengaja aku tidak tidur disebelah Alda, jaga-jaga bila sewaktu-waktu Putra pulang.
Dan disitu aku menyesali mengapa aku tidak melanjutkan aksiku ketika melihat Alda kegelian dan nafas yang memburu tanda dia mulai terangsang. Ah sudahlah belum rejeki, kubuang jauh-jauh pikiranku dan aku pun tertidur.

Keesokan harinya aku terbangun mendengar Alda kesulitan bernafas sambil menangis. Pikiranku tak karuan. Aku hanya bisa memeluknya sambil menenangkannya. Awalnya dia menolak, tetapi tak lama dia membalas pelukanku dan kembali menangis didalam pelukanku, terasa payudaranya menempel pada tubuhku membuat konti tegang, kuelus rambutnya yang berantakan sambil berkata "kamu mau mas pijetin Dadanya? Supaya kamu nggak sesak nafas, tapi kamu harus percaya dulu sama mas, kalau mas nggak ada maksud lain selain ingin kamu sembuh, ya?" Dia pun hanya menganguk sambil terus menangis. Kutidurkan dia diatas kasur, pelan-prlan kubuka kaosnya yang penuh noda bekas muntah, perlahan-lahan kuoleskan minya kayu putih ke perutnya, sambil memberikan pijatan-pijatan halus ke sekitar pinggangnya. Dia tidak meresoon seperti kemarin. Semakin lama tanganku semakin naik, kuberanikan menyentuh sekitar payudaranya, masih tidak ada respon.

"Bh nya dibuka dulu gapapa me?" Tanyaku dengan wajah serius sok jadi dokter kesiangan. Dia hanya menggeleng pelan, kunaikan perlahan bh nya, payudara mulus yang selama ini kubayangkan menyumbul keluar, puting berwarna pink kecoklatan miliknya sangat menantangku untuk segera mengulumnya, hatiku tak karuan, campur aduk antara nafsu dan rasa iba. Kucoba memberikan sedikit pijatan pijatan halus disekitar payudaranya, semakin lama semakin mendekati putingnya. kenyal, halus, kucoba sedokit mencuri-curi untuk sedikit menggosok bagian putingnya, pertama dia menepis dan menjauhkan tanganku, kedua dia hanya memegangi tanganku tanpa ada penolakan, sambil berkata lirih "geli mas" terdengar ucapan itu keluar spontan dari mulutnya. Nafasnya mulai memburu, semakin cantik bila melihatnya dengan kondisi seperti ini, terus kumainkan jari jemariku di putingnya sambil sedikit ku pelintir dan kuraba memberikan sensasi geli pada Alda. Dia tidak menolak, hanya memegangi tanganku, matanya sesekali memejam, keluar desahan-desahan pelan menahan rangsanhan bertubi-tubi yang kuberikan.
Seketika kuhentikan aksiku setelah melihatnya kenikmatan seperti itu, diraihnya kembali tanganku, ditempelkannya lagi pada payudaranya, aku semakin berani, kujilat payudaranya, kukulum dan kuberikan sensasi menggelitiik dan meraba area sekitar pinggangnya. Akhirnya tanpa pikir panjang, ku dekap Alda, mulai kucium bibirnya, dia membalas ciumanku sambil memainkan lidahnya. Lidah kami saling bertemu, saling bercumbu, nafas kami saling berirama, tangan kiriku mengelus rambut panjangnya sambil ku jilat lehernya, putih, halus dan harum itu yang kurasakan. Mulai tangan kananku meraba area sekitar kemaluannya dia mendesah, perlahan kumasukkan tanganku kedalam celana pendeknya, napasnya semakin memburu. Sambil kuelus rambut san kujilati lehernya, tangan kiriku bermain disekitar vaginanya.
"Mas Elvin... Ah...." Kata Alda spontan kenikmatan.
"Mas buka ya celana meme? Boleh?" Tanyaku.
Alda hanya mengangguk pelan sambil menikmati jilatan di lehernya,
Kumainkan jari jemariku disekitar klirotisnya dan Alda mulai mengerang sambil meremas baju ku. Vaginanya becek, semakin memudahkanku menggesek-gesekkan jariku ke klirotisnya, dia mengerang tak beraturan, mendesah kenikmatan. Sambil sesekali ku hisap puting dan kuraba sekitar pinggangnya memberikan sensasi geli.
Kulihat sekitar vagina yang mulus putih ditumbuhi rambut halus disekitarnya.
"Ahhh, Alda pun sudah organsme, tapi aku yakin, dia belum mencapai puncaknya.
"Meme, mas jilat boleh ya?"
Alda hanya menggeleng sambil menutupi vagina nya, sedikit kupaksa akhirnya kudekatkan wajahku ke vaginannya yang berwarna merah kecoklatan dan klirotis yang menonjol keluar itu, kupinggirkan tangannya ku taruh diatas kepalaku dan mulai kujilat dan kumainkan klirotisnya dengan jariku, dia mengerang, pinggangnya naik turun, keenakan. Kutahan pinggangnya dan kuhisap keras keras vaginanya dia berteriak "ah mass...." Lengkingan tajam yang berberapa hari lalu kudengar karena aku melihat belahan payudaranya terdengar lagi, kali ini karena cairan kenikmatannya keluar lumer kedalam mulutku, terasa asin bercampur pesing. Keringat membasahi seluruh tubuhnya, mengkilap, dan semakin menantangku untuk melanjutkan permainanku.
"Aku cape mas" kata Alda sambil terengah-engah
"Enak me?, Ini bakalan lebih enak lagi, meme bisa kan keluar sekali lagi?" Nanti meme langsung tidur aja ya abis ini" jawabku sambil membuka celana bersiap memasukkan konti ku kedalam vaginya nya.
"Jangan mas, jangan dimasukin, nanti mas Putra Marah" kata Alda sambil sedikit menutupi area vaginanya dengan jari-jari lentik nya.
"Udah percaya sama mas aja, meme percaya kan?"
Sambil kusingkirkan tangannya kesamping, kujilat sedikit lagi guna melicinkan proses masuk konti ku.
Erangan dan lengkingan kenikmatan khas Alda mulai kembali kudengar, sambil kusiapkan konti ku untuk masuk ke sarang baru nya.

Mulai kugesekkan kontiku ke vagina Alda, dia hanya mendesah kenikmatan.
"Mas mulai ya, meme tahan sebentar, nanti enak kok kalau sudah masuk" kataku
Dia merespon dengan menganguk pelan menikmati gesekkan ujung konti ke lubang vaginanya, kumasukkan ujung kontiku perlahan sambil kukeluarkan sedikit, dia mendorong menjauhkan tubuhku sambil berteriak kesakitan. Sedikit kupaksa pada akhirnya kutahan tangannya, mulai kumasukkan dan kukeluarkan perlahan ujung konti ku, setelah berberapa kali, sangat sempit rasanya, kulihat wajahnya yang cantik kembali berderai air mata sambil berusaha melakukan pemberontakan. Setelah kurasa kontiku masuk sedikit lebih dalam, aku pun bersiap menusuk. Untuk berjaga-jaga Alda berteriak, kulumat bibirnya dan blesss... Kontiku masuk sepenuhnya, kurasakan ada cairan keluar membasahi sekitar konti dan pahaku, Alda menangis kesakitan, kupercepat tempo seranganku pada vagina Alda. Desahan mulai keluar, erangan, lengkingan, keringat Alda yang membanjiri bagian depan tubuhku ketika aku menidurinya menambah gairahku untuk terus menambah dan mengimprovisasi serangan yang kuberikan pada vaginanya. Kulumat bibirnya, tangan kiriku memegang bagian belakang leher putihnya dan tangan kananku memainkan klirotisnya. Serangan bertubi-tubi terus kulancarkan. Tak lama cairan hangat membasahi konti ku, Alda sudah keluar ke 3 kalinya, kali ini mungkin dia sudah lelah dan pasrah dengan apa yang akan kulakukan selanjutnya pada tubuhnya.
"Mas mau keluar me!!!" Aku segera mencabut konti ku dan cepat cepat mengocok dan memuncratkan pada tubuh indah Alda. Crottt sperma putih menyembur keluar membasahi tubuh Alda dan kasur Putra. Seketika aku tersadar bahwa ada bercak darah keperawanan milik Alda, yang kukira sudah tidak lagi perawan karena berberapa hari ini dia tidur berdua dengan Putra. Seketika itu juga aku terjatuh lemas disamping Alda. Kembali Alda menangis tersedu-sedu sambil memelukku dan berkata lirih "kita udah dosa mas, kamu jahat".
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd