Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bosenin nggak sih?

  • Nggak sih, ceritain sampai ke akarnya dan seluruh kejadiannya walau nggak banyak adegan panasnya

    Votes: 74 85,1%
  • Bosenin, kelamaan, langsung ke intinya aja.

    Votes: 13 14,9%

  • Total voters
    87
  • Poll closed .
Bab 9
KARMA ITU ADA


Seketika itu Elvina terlihat shock, matanya memerah disertai isakan tangis yang lama-lama semakin keras dan menjadi-jadi. Aku yang sudah tertangkap basah pun hanya terdiam tak berkutik melihat dia menangis meraung raung. "Gua salah apa jing? Sumpah kelakuanmu itu anjing by! Semua udah tak kasih ke kamu, tega banget ya lu kek gini!" Teriakan Elvina seketika membuatku terkejut. Baru pertama ini aku melihat Elvina yang polos dan tidak pernah kasar apalagi sampai meneriakiku dengan kata "anjing", aku paham betul apa yang Elvina rasakan. Kecewa, marah, menyesal bercampur menjadi satu ketika mengetahui kebusukanku. "Lu itu siapa sih? Lu bukan Elvin yang gua kenal, mending lu pergi dari sini! Najis gua sama lu!" Teriak Elvina. Sambil melemparkan jaket, dan kunci motor dan mengisyaratkan untuk segera meninggalkan rumahnya. Sejak saat itu, hubunganku secara resmi kandas dengan Elvina, karena seluruh media sosialku telah di block olehnya.
Aku pun dengan langkah gontai menuju motor dan mulai menstaternya, masih terdengar suara tangisan Elvina dari kamarnya. Tangisan itu seakan-akan mengisyaratkan bahwa aku adalah manusia paling berdosa di muka bumi yang sudah dengan tega merusak masa depan anak orang dan menghianatinya. Entah apa yang harus kukatakan apa orang tuaku dan Om Andre nantinya.
Selama perjalanan, pikiranku kosong, hanya derai air mataku yang tak terasa keluar menyesali perbuatanku yang sebelumnya.
Tapi di satu sisi, aku bisa dengan bebas memacari Alda tanpa terhalang oleh Elvina. Dan itu membuat secercah harapan hidup muncul kembali.

handponeku berdering, terlihat Alda meneleponku.
"Iya me kenapa?"
"Belum sampe mas?"terdengar suara Alda disertai suara gaduh dari televisi yang ditontonnya
"Kecilin dulu napa tivinya" jawabku.
"Mas, lagi dimana? Kok belum sampe?" Tanya Alda khas dengan suara imut manja nya.
Mendengar ocehan Alda, hatiku sedikit terhibur.
Akhirnya perjalanan pulangku ditemani oleh suara Alda yang mengoceh di telepon. Entah kenapa seakan aku sudah tidak lagi memperdulikan Elvina yang tadi telah kusakiti.

Sesampainya di rumah, tempelengan ayahku mendarat persis di pipiku, sontak akupun kaget dan hapeku terjatuh, "anak go*lok, nyusahin orang tua" bentak ayahku.
Saat itu telepon belum sempat kumatikan pun terjatuh melihatkan foto profil whatsapp Alda dengan telepon yang masih tersambung.
Ditendangnya hpku sampai membentur tembok, dan akupun dihajar habis-habisan oleh ayahku saat itu juga.
Hantaman, tamparan, tendangan kuterima. Memang perbuatanku pada Elvina tidak bisa dimaafkan begitu saja. Aku tau bahwa Elvina telah menceritakan semua kejadian itu ke orang tuaku. Apalagi berberapa hari lalu masalahku dengan Om Andre belum selesai, Dan itu jelas membuat orang tuaku geram.

Setelah puas menghajarku, ayahku menyuruhku untuk segera meninggalkan rumah, atau istilah kerennya diusir. Saat itu juga aku yang tidak tau harus berbuat apa aku pun berusaha meminta maaf karena tidak ingin meninggalkan rumah yang kutempati ini, satu sisi karena aku belum mapan, dan aku pun juga masih butuh tempat tinggal. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, aku pun dengan terpaksa meninggalkan rumah itu. Entah aku akan pergi kemana, uang yang tersisa hanya uang yang diberi oleh Alda tadi. Hanya tiga ratus ribu. Aku pun mengecek rekening kulihat saldo hanya tersisa dua puluh ribu. Entah kesialan apa yang menimpaku saat ini, yang jelas, ini karma yang harus kuterima karena menyakiti dan mengecewakan Elvina. Dan siap tidak siap aku harus menerima konsekuensi ini.

24 panggilan tak terjawab dan ratusan emotikon menangis dari Alda membanjiri smartphone ku. Mungkin telepon yang belum sempat kumatikan tadi membuat Alda mendengar seluruh percakapanku, terlihat ujung layar smartphoneku juga retak karena tendangan ayahku tadi. Tak lama kembali Alda meneleponku
"Mas, mas gapapa?" Suara isak Alda terdengar khawatir disana.
Aku hanya diam tidak menjawab karena mukaku yang babak belur membuatku malas dan sulit untuk menjawab.
"Mas, jawab mas, huuu..." Suara tangisan khawatir Alda membuatku tersadar.
"Iya gapapa me"jawabku dengan terbata-bata.
"Syukurklah.., meme khawatir mas kenapa-kenapa" suara helaan napas Alda terdengar lega.
Pikiranku terpecah karena Alda, antara malam ini aku harus tidur dimana dan Alda yang terus menanyaiku macam-macam tidak bisa membuatku berkonsentrasi, dan membuatku terpaksa menutup telpon dari Alda.

Biasanya ketika terlalu lelah bekerja, aku bisa menginap di rumah Elvina. tapi sekarang? Itu mustahil. Maka akupun berinisiatif menuju basecamp ojol, karena saat itu psbb, warung biasa tempat basecamp ojolku terlihat tutup, hanya terlihat meja dan kursi kosong dan gelap. Padahal biasanya buka 24 jam. Aku hanya duduk termenung ditemani sebatang rokok sambil menikmati rasa sakit akibat pukulan tadi. Tak berselang lama, akupun tertidur karena badan ini sudah mencapai batasnya.

"Mas, tangi mas" (mas, bangun)1mas Wisnu, rekan sesama ojolku membangunkanku.
Terlihat mas warung basecamp sudah mulai buka, kulihat jam di handphoneku menunjukan jam setengah 6 pagi.
"Nopo sirahe sampeyan mas, sampeyan bar gelut karo sopo? (Kenapa kepala mu mas? Kamu habis bertengkar sama siapa?) Tanya mas Wisnu.
"Wingi mari misah arek tawuran nang kenjeran mas, kenek gibeng aku"(kemarin ada anak tawuran di Kenjeran mas, kena hantam aku) jawabku berbohong pada mas Wisnu.
Aku yang malu mengakui bahwa aku dipukuli dan diusir oleh orang tuaku terpaksa berbohong padanya.
Tapi mas wisnu yang sudah bukan remaja pun tahu betul, bahwa aku berbohong padanya. Karena aku baru pertama kali ini sampai tidur di basecamp dan membawa tas berisi baju. Maka Mas Wisnu pun langsung berinisiatif mengajakku untuk ke rumahnya yang kebetulan tidak jauh dari basecamp.
"Sampeyan ono masalah ta karo wong tuwone sampeyan?" (Kamu ada masalah ta sama orang tuanmu?)Tanya Mas Wisnu seakan-akan tahu akan segala masalahku.
Akupun mengangguk membenarkan tebakannya.
"Yowis ndang adus, ndang kerjo, barange sampeyan mengko titip nang basecamp disik wae"(yasudah, mandi dulu, terus kerja, nanti barang kamu titipkan di basecamp aja dulu) kata Mas Wisnu.
"Nuwun sewu mbak" (permisi mbak) aku permisi kepada istri mas wisnu yang kebetulan lewat didepanku dan segera menuju ke kamar mandi.

Setelah mandi, hanya ada istri Mas Wisnu yang sedang memasak, maka akupun bertanya "nyuwun sewu mbak, Mas Wismu teng pundi nggeh?" (Permisi mbak, Mas Wisnu kemana ya?)
"Jupuk orderan le, sameyan mangan sik wae, mengko dienteni Mas Wisnu nang basecamp" (ambil orderan dik, kamu makan dulu aja, nanti ditunggu Mas Wisnu di basecamp) jawab Mbak Tari sambil menyiapkan makanan untukku.
Setelah makan, akupun berpamitan dan segera menyusul Mas Wisnu ke basecamp. Sesampainya disana, terlihat basecamp mulai banyak didatangi ojol yang sekedar untuk ngopi, menunggu orderan, ataupun menumpang wifi.
Melihatku datang, Mas Wisnu memesankanku kopi dan mengajakku duduk berdua. Handphoneku yang sendari tadi kutinggal untuk charge di basecamp pun dibawakannya, terlihat berberapa chat dari Alda menanyakan posisiku.
"Ono opo? Cerito"(ada apa?, coba cerita) tanya Mas Wisnu.
"Aku selingkuh teko calon tunanganku mas, ebesku ngamuk, aku dikon minggat" (aku selingku dari calon tunanganku, ayaku narah, aku diusir)
Mas Wisnu pun hanya tertawa mendengar ceritaku, Mas wismu pun menyarankanku agar meminta maaf pada Elvina. Tapi aku yang sudah terlanjur putus asa dengan keputusan Elvina pun meragukan bahwa Elvina akan memaafkanku. Tapi tidak mudah juga aku harus meninggalkan Alda.

Tak lama akupun berpamitan pada Mas Wisnu, dan berterimakasih atas bantuannya, segera aku berangkat menuju Sidoarjo tempat Alda dirawat. Sebelum itu aku menyempatkan diri membelikan Alda mushroom cream soup kesukaannya di KFC, sesampainya di depan pintu kamar Alda, aku melihat Alda duduk termenung menatap kosong kearah tembok didepan kasurnya. Aku kaget ketika Alda mulai mencopot infus yang ada di tangannya dan menampari wajahnya sendiri dengan tangannya, seketika itu aku panik dan menerobos masuk dan menghentikan kelakuannya itu,
"Me, meme, meme kenapa sih?" Tanyaku.
Aku Pun refleks memeluk Alda, tetapi anehnya Alda memberontak dan berusaha melepaskan pelukanku. Kurasakan tangannya memukul mukul bahu dan punggungku sampai darah kembali merembes keluar dari luka sayatannya.
"Meme kenapa sih?Mas salah apa?, Mas sayang sama meme?" Kataku.
"Oh, bangsat ya lu vin." terdengar suara dari belakangku.
Seketika aku menoleh...
"Putra???"

Bersambung....
 
Terakhir diubah:
KARMA ITU ADA

Seketika itu Elvina terlihat shock, matanya memerah disertai isakan tangis yang lama-lama semakin keras dan menjadi-jadi. Aku yang sudah tertangkap basah pun hanya terdiam tak berkutik melihat dia menangis meraung raung. "Gua salah apa jing? Sumpah kelakuanmu itu anjing by! Semua udah tak kasih ke kamu, tega banget ya lu kek gini!" Teriakan Elvina seketika membuatku terkejut. Baru pertama ini aku melihat Elvina yang polos dan tidak pernah kasar apalagi sampai meneriakiku dengan kata "anjing", aku paham betul apa yang Elvina rasakan. Kecewa, marah, menyesal bercampur menjadi satu ketika mengetahui kebusukanku. "Lu itu siapa sih? Lu bukan Elvin yang gua kenal, mending lu pergi dari sini! Najis gua sama lu!" Teriak Elvina. Sambil melemparkan jaket, dan kunci motor dan mengisyaratkan untuk segera meninggalkan rumahnya. Sejak saat itu, hubunganku secara resmi kandas dengan Elvina, karena seluruh media sosialku telah di block olehnya.
Aku pun dengan langkah gontai menuju motor dan mulai menstaternya, masih terdengar suara tangisan Elvina dari kamarnya. Tangisan itu seakan-akan mengisyaratkan bahwa aku adalah manusia paling berdosa di muka bumi yang sudah dengan tega merusak masa depan anak orang dan menghianatinya. Entah apa yang harus kukatakan apa orang tuaku dan Om Andre nantinya.
Selama perjalanan, pikiranku kosong, hanya derai air mataku yang tak terasa keluar menyesali perbuatanku yang sebelumnya.
Tapi di satu sisi, aku bisa dengan bebas memacari Alda tanpa terhalang oleh Elvina. Dan itu membuat secercah harapan hidup muncul kembali.

handponeku berdering, terlihat Alda meneleponku.
"Iya me kenapa?"
"Belum sampe mas?"terdengar suara Alda disertai suara gaduh dari televisi yang ditontonnya
"Kecilin dulu napa tivinya" jawabku.
"Mas, lagi dimana? Kok belum sampe?" Tanya Alda khas dengan suara imut manja nya.
Mendengar ocehan Alda, hatiku sedikit terhibur.
Akhirnya perjalanan pulangku ditemani oleh suara Alda yang mengoceh di telepon. Entah kenapa seakan aku sudah tidak lagi memperdulikan Elvina yang tadi telah kusakiti.

Sesampainya di rumah, tempelengan ayahku mendarat persis di pipiku, sontak akupun kaget dan hapeku terjatuh, "anak go*lok, nyusahin orang tua" bentak ayahku.
Saat itu telepon belum sempat kumatikan pun terjatuh melihatkan foto profil whatsapp Alda dengan telepon yang masih tersambung.
Ditendangnya hpku sampai membentur tembok, dan akupun dihajar habis-habisan oleh ayahku saat itu juga.
Hantaman, tamparan, tendangan kuterima. Memang perbuatanku pada Elvina tidak bisa dimaafkan begitu saja. Aku tau bahwa Elvina telah menceritakan semua kejadian itu ke orang tuaku. Apalagi berberapa hari lalu masalahku dengan Om Andre belum selesai, Dan itu jelas membuat orang tuaku geram.

Setelah puas menghajarku, ayahku menyuruhku untuk segera meninggalkan rumah, atau istilah kerennya diusir. Saat itu juga aku yang tidak tau harus berbuat apa aku pun berusaha meminta maaf karena tidak ingin meninggalkan rumah yang kutempati ini, satu sisi karena aku belum mapan, dan aku pun juga masih butuh tempat tinggal. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, aku pun dengan terpaksa meninggalkan rumah itu. Entah aku akan pergi kemana, uang yang tersisa hanya uang yang diberi oleh Alda tadi. Hanya tiga ratus ribu. Aku pun mengecek rekening kulihat saldo hanya tersisa dua puluh ribu. Entah kesialan apa yang menimpaku saat ini, yang jelas, ini karma yang harus kuterima karena menyakiti dan mengecewakan Elvina. Dan siap tidak siap aku harus menerima konsekuensi ini.

24 panggilan tak terjawab dan ratusan emotikon menangis dari Alda membanjiri smartphone ku. Mungkin telepon yang belum sempat kumatikan tadi membuat Alda mendengar seluruh percakapanku, terlihat ujung layar smartphoneku juga retak karena tendangan ayahku tadi. Tak lama kembali Alda meneleponku
"Mas, mas gapapa?" Suara isak Alda terdengar khawatir disana.
Aku hanya diam tidak menjawab karena mukaku yang babak belur membuatku malas dan sulit untuk menjawab.
"Mas, jawab mas, huuu..." Suara tangisan khawatir Alda membuatku tersadar.
"Iya gapapa me"jawabku dengan terbata-bata.
"Syukurklah.., meme khawatir mas kenapa-kenapa" suara helaan napas Alda terdengar lega.
Pikiranku terpecah karena Alda, antara malam ini aku harus tidur dimana dan Alda yang terus menanyaiku macam-macam tidak bisa membuatku berkonsentrasi, dan membuatku terpaksa menutup telpon dari Alda.

Biasanya ketika terlalu lelah bekerja, aku bisa menginap di rumah Elvina. tapi sekarang? Itu mustahil. Maka akupun berinisiatif menuju basecamp ojol, karena saat itu psbb, warung biasa tempat basecamp ojolku terlihat tutup, hanya terlihat meja dan kursi kosong dan gelap. Padahal biasanya buka 24 jam. Aku hanya duduk termenung ditemani sebatang rokok sambil menikmati rasa sakit akibat pukulan tadi. Tak berselang lama, akupun tertidur karena badan ini sudah mencapai batasnya.

"Mas, tangi mas" (mas, bangun)1mas Wisnu, rekan sesama ojolku membangunkanku.
Terlihat mas warung basecamp sudah mulai buka, kulihat jam di handphoneku menunjukan jam setengah 6 pagi.
"Nopo sirahe sampeyan mas, sampeyan bar gelut karo sopo? (Kenapa kepala mu mas? Kamu habis bertengkar sama siapa?) Tanya mas Wisnu.
"Wingi mari misah arek tawuran nang kenjeran mas, kenek gibeng aku"(kemarin ada anak tawuran di Kenjeran mas, kena hantam aku) jawabku berbohong pada mas Wisnu.
Aku yang malu mengakui bahwa aku dipukuli dan diusir oleh orang tuaku terpaksa berbohong padanya.
Tapi mas wisnu yang sudah bukan remaja pun tahu betul, bahwa aku berbohong padanya. Karena aku baru pertama kali ini sampai tidur di basecamp dan membawa tas berisi baju. Maka Mas Wisnu pun langsung berinisiatif mengajakku untuk ke rumahnya yang kebetulan tidak jauh dari basecamp.
"Sampeyan ono masalah ta karo wong tuwone sampeyan?" (Kamu ada masalah ta sama orang tuanmu?)Tanya Mas Wisnu seakan-akan tahu akan segala masalahku.
Akupun mengangguk membenarkan tebakannya.
"Yowis ndang adus, ndang kerjo, barange sampeyan mengko titip nang basecamp disik wae"(yasudah, mandi dulu, terus kerja, nanti barang kamu titipkan di basecamp aja dulu) kata Mas Wisnu.
"Nuwun sewu mbak" (permisi mbak) aku permisi kepada istri mas wisnu yang kebetulan lewat didepanku dan segera menuju ke kamar mandi.

Setelah mandi, hanya ada istri Mas Wisnu yang sedang memasak, maka akupun bertanya "nyuwun sewu mbak, Mas Wismu teng pundi nggeh?" (Permisi mbak, Mas Wisnu kemana ya?)
"Jupuk orderan le, sameyan mangan sik wae, mengko dienteni Mas Wisnu nang basecamp" (ambil orderan dik, kamu makan dulu aja, nanti ditunggu Mas Wisnu di basecamp) jawab Mbak Tari sambil menyiapkan makanan untukku.
Setelah makan, akupun berpamitan dan segera menyusul Mas Wisnu ke basecamp. Sesampainya disana, terlihat basecamp mulai banyak didatangi ojol yang sekedar untuk ngopi, menunggu orderan, ataupun menumpang wifi.
Melihatku datang, Mas Wisnu memesankanku kopi dan mengajakku duduk berdua. Handphoneku yang sendari tadi kutinggal untuk charge di basecamp pun dibawakannya, terlihat berberapa chat dari Alda menanyakan posisiku.
"Ono opo? Cerito"(ada apa?, coba cerita) tanya Mas Wisnu.
"Aku selingkuh teko calon tunanganku mas, ebesku ngamuk, aku dikon minggat" (aku selingku dari calon tunanganku, ayaku narah, aku diusir)
Mas Wisnu pun hanya tertawa mendengar ceritaku, Mas wismu pun menyarankanku agar meminta maaf pada Elvina. Tapi aku yang sudah terlanjur putus asa dengan keputusan Elvina pun meragukan bahwa Elvina akan memaafkanku. Tapi tidak mudah juga aku harus meninggalkan Alda.

Tak lama akupun berpamitan pada Mas Wisnu, dan berterimakasih atas bantuannya, segera aku berangkat menuju Sidoarjo tempat Alda dirawat. Sebelum itu aku menyempatkan diri membelikan Alda mushroom cream soup kesukaannya di KFC, sesampainya di depan pintu kamar Alda, aku melihat Alda duduk termenung menatap kosong kearah tembok didepan kasurnya. Aku kaget ketika Alda mulai mencopot infus yang ada di tangannya dan menampari wajahnya sendiri dengan tangannya, seketika itu aku panik dan menerobos masuk dan menghentikan kelakuannya itu,
"Me, meme, meme kenapa sih?" Tanyaku.
Aku Pun refleks memeluk Alda, tetapi anehnya Alda memberontak dan berusaha melepaskan pelukanku. Kurasakan tangannya memukul mukul bahu dan punggungku sampai darah kembali merembes keluar dari luka sayatannya.
"Meme kenapa sih?Mas salah apa?, Mas sayang sama meme?" Kataku.
"Oh, bangsat ya lu vin." terdengar suara dari belakangku.
Seketika aku menoleh...
"Putra???"

Bersambung....
Diluar prediksi cok, asem. Wkwk
 
Tiit wes aku meleh Alda wae laah, eh matur suwoon yo lek wes di ngapdate, uasli cerito ne apik leek.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd