Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Aku bersandar di dinding mushollah selepas melaksanakan sholat Zuhur. Aku berpikir tentang dosa-dosa yang telah kuperbuat beberapa hari ini. Aku juga mengutuk diriku sendiri, sebab tidak memiliki keteguhan. Aku sengaja tidak berdoa selepas sholat tadi. Karena apa gunanya berdoa lagi. Sudah seringkali aku berdoa meminta hal yang sama setiap harinya, tapi tindakanku tidak pernah sesuai dengan apa yang aku harapkan. Aku ingin berhenti berbuat maksiat. Aku meminta tuhan memberiku jalan untuk berhenti. Tapi nyatanya, jalan itu justru semakin kuperlebar.
Sudah 5 hari sejak pertama kali aku bersetubuh dengan Rani. Nyatanya sampai sekarang kami melakukannya setiap hari. Bahkan sampai 2x dalam sehari. Saat jam pelajaran pertama atau jam ke dua, aku dan Rani akan permisi minta izin keluar kelas. Padahal kami bertemu di toilet perempuan untuk melakukan quick sex. Kadang setelah pulang sekolah kami masih mengulanginya lagi.
Sebanyak kami melakukan sex, sebanyak itu juga janji yang kubuat pada diriku sendiri untuk tidak akan mengulanginya lagi. Tapi janji hanya tinggal janji, tekad hanya tinggal tekat. Saat melihat pantat teman-teman perempuanku yang dibalut rok ketat itu, aku tak mampu menahan keinginan untuk tidak bersetebuh. Dan tentu saja Rani yang menjadi korbanku.
Namun, untuk beberapa hari kedepan, aku tidak akan bisa melakukannya lagi dengan Rani. Sebab Rani sedang menstruasi. Harusnya ini bisa menjadi titik balik, dimana aku bisa kembali menjadi diriku sebelum mengenal sex.
*****
Setelah ashar, aku main ke rumah Gepeng. Untuk mengajaknya main bola di lapangan dekat rumah kami.
"Weew weew kenapa kamu Ndan, tiba-tiba mau olahraga sore?" tanya Gepeng saat aku mengajaknya.
"Pengen aja, ayuklah Peng"
"Aku lagi males Ndan, lagian sekarang tuh anak-anak pada nggak main. Masa main berdua aja sama kamu, uuwh nggak mau ah males." ucap Gepeng, lalu merebahkan tubuhnya di kasur.
"Yaelah Peng, ngapain kek. Masa tidur jam segini sih?"
"Terserah akulah, siapa suruh kamu kesini. Pulang aja sana."
"Peng, main PS aja yuuk." kataku menarik bantalnya.
"Ogaah, kamu tuh udah nggak bisa ngimbangin aku main lagi"
"Yaudah pokoknya ngapain kek Peng, selain tidur deh." Lalu gepeng bangun menatapku menyelidik.
"Oya, kamu bikin salah sama Rida Ndan? kenapa dia jadi aneh gitu sama kamu?"
"Mana aku tau, tanya sama pacarmu itulah. Aku aja nggak pernah ngomong sama dia." kataku. Aku juga penasaran kenapa Rida beberapa hari ini menatapku aneh. Matanya selalu menyipit ketika melihatku. Kayak orang marah tapi juga nggak kayak orang marah. Nggak taulah apa arti tatapan cewek kayak begitu.
"Yaelah kalau dia mau jawab, ngapain aku tanya sama kamu setan." kata Gepeng.
"Emang Rida itu marah sama aku atau gimana sih Peng? dia kayak orang marah tapi kenapa dia malah pindah duduk deket kita?"
"Yaa karena ada akulah, pake nanya.... kayaknya sih Rida emang marah sama kamu Ndan. Coba ingat-ingat lagi kamu pernah bikin salah nggak sama dia? soalnya kalau aku tanyapun, dia kayak alergi gitu denger nama kamu. Tiba-tiba dia langsung alihin pembicaraan gitu." kata Gepeng menjelaskan.
"oowh gitu yaa, kenapa coba dia marah sama aku. Bodo amatlah Peng, bukan pacarku ini. Mau dia alergi kek, mau terangsang kek denger nama aku. Bukan urusanku" kataku menjauh dari gepeng.
"Sialan anjing" kata Gepeng melempar bantalnya ke arahku. Sementara aku sudah menjauh karena sudah memprediksi Gepeng bakal melempar sesuatu.
"hahahaaa makanya Peng ayuk keluar" aku tertawa renyah.
Setelah bersusah payah mengajak Gepeng keluar, tapi dia tetap tidak mau. Alhasil kami hanya ngobrol ngalor ngidul di kamarnya sampai mau maghrib. Kami sering ngebahas soal Rida. Karena Gepeng sangat bersemangat kalau sudah ngobrolin soal pacarnya itu. Sementara aku, ada beberapa hal yang membuatku penasaran soal Rida. Tapi sepanjang cerita dari Gepeng, aku tidak dapat menemukan jawabnya.
Selama beberapa hari ini Rida terlihat aneh. Dia seperti marah padaku tapi juga seperti tidak marah. Tapi entah kenapa Rida justru kelihatan menawan dengan tatapan mata yang seperti itu. Rida beberapa hari ini duduk di depan bangku Rani yang duduk di sampingku. Sehingga aku sering secara sengaja ataupun tidak sengaja melihat kearah pantatnya Rida. Rida sering memakai rok standar yang dibeli di sekolah. Tidak terlalu ketat tapi juga tidak terlalu sempit. Bajunya dimasukkan ke dalam rok. Kalau ia duduk agak membungkuk, maka bagian bawah roknya itu menempel ketat di pantatnya. Sehingga garis celana dalamnya sering terlihat dari arah samping. Bentuk pantatnya juga terdedah seluruhnya. Itulah yang membuat mataku betah melihat ke arahnya. Sementara Gepeng, ia duduk di paling pojok dekat jendela. Tapi aku yakin dia juga sering melihat ke arah pantat pacarnya itu. Hanya saja ia tidak mau membicarakannya.
Beberapa kali Rida menangkap basah mataku yang sedang memperhatikannya. Kalau sudah begitu, mata Rida akan menyipit kayak orang marah. Setelah itu ia akan mengubah posisi duduknya. Tapi itu tidak lama, cepat atau lambat posisinya akan kembali ke posisi yang enak dipandang mata. Pantatnya akan kembali tercetak jelas. Sementara untuk bagian dadanya, tidak terlalu menarik. Karena Rida memakai baju seragam dari sekolah yang tidak terlalu ketat. Selain itu juga, jilababnya selalu menutupi area dadanya.
Rida ini adalah salah satu alasan yang membuatku semakin sering melakukan hubungan badan dengan Rani. Bahkan saat menggenjot Ranipun, bayangan pantat Rida beberapa kali berseliweran di otakku. Membuatku semakin bergairah. Tapi tentu saja, semenarik apapun Rida. Aku takkan pernah merayunya. Karena Rida adalah pacar sahabatku satu-satunya. Dan aku juga sangat tahu seberapa besar cinta Gepeng untuk Rida. Biarlah hanya menjadi hayalan saja. hihiii.

*****
Hari selasa 3 hari setelah dari rumah Gepeng, aku bertemu dengan Yana di parkiran motor. Motorku dengan motor yana hanya dibatasi dua motor.
"eh Yana, tumben kok nggak di jemput Egy" kataku basa basi.
"eish emang kamu kira Egy tu supir aku? kemarin-kemarin aku juga bawa motor kok." kata Yana saat mencapai motornya.
"Masaaaa, tiap hari tuh aku liat kamu dijemput sama dia." kataku ke Yana mengejek. Entahlah, kalau dengan Yana ini aku merasa lebih hidup. Beda saat dengan Rani lebih banyak diamnya. Diam-diam lalu tiba-tiba ngentot.
"Bilang aja kamu cemburu wuuek" Yana meleletkan bibirnya.
"iiih siapa juga cemburu. Malah aku kasian sama Egy tu Na. Pacarnya di angkut orang lain" kataku menyindir kejadian saat aku melihatnya dibonceng mesra laki-laki lain. Lalu kulihat Yana turun dari motornya dan berjalan ke arahku.
"Jangan kenceng-kenceng ngomongnya.. Kamu itu salah paham. Kemarin tuh, nggak kayak yang kamu pikirin. Nggak semua orang punya pikiran kotor kayak kamu" kata Yana berkacak pinggang saat sampai di depanku. Hahaaa lucu sekali ekspresinya.
"Yaudah iya Na, iyaa.."
"jangan iya iyaa.. bersihin dulu otakmu itu biar nggak salah paham lagi. Emang kamu pikir aku ini cewek apaan"
"iya Na iyaa... tapi kok kamu ngotot sih mau benerin paham aku? biasanya yang ngotot-ngotot gitu....."
"Apaaaa,, ha, apa.. maksud kamu aku ada apa-apa sama cowok kemarin? aku selingkuhin Egy gitu? yang bener ajalah" kata Yana semakin menyalak.
"hihii santai Na, santai.. lagian bukan urusan aku kok Na. Kalau kamu selingkuhpun nggak ada hubunganya sama aku kan?" kataku berusaha sesantai mingkin. Tapi kulihat muka Yana memerah seperti akan marah.
"udahlah, malas aku ngomong sama kamu. Udah aku bilang nggak selingkuh kamu masih nggak percaya. ckak" Kata Yana menendang motorku. Lalu pergi lagi ke motornya. Aku hanya senyum-senyum masam melihat ke Arah Yana. Sementara Yana melotot sengit ke arahku sebelum ia pergi dari parkiran. Entah kenapa aku merasa sedikit lega setelah Yana mengatakan bahwa dia tidak selingkuh.
******

Setelah pulang sekolah hari berikutnya. Kulihat Yana sedang duduk di atas Varionya di parkiran. Saat melihatku, datang Yana langsung melotot bengis. Hahahaa, suka sekali aku melihat ekspresi Yana ini.
"Ikutin aku" kata Yana saat aku melewati motornya. Lalu Yana menghidupkan motornya dan memberi kode padaku untuk mengikutinya dari belakang. Mungkin Yana tidak mau berboncengan denganku karena tidak ingin ada gosip. Akupun juga begitu, aku tidak ingin berboncengan dengan Yana di sekolah. Karena bisa saja Fany akan marah kalau mendengar musuhnya itu berboncengan denganku.
Setelah beberapa menit akhirnya kami sampai di tempat yang diinginkan Yana. Tempat ini tidak jauh dari jalan raya. Tapi cukup tertutup.
"Mungkin Egy sering membawa Yana pacaran di sini" pikirku.
"Jangan salah paham Adan, aku ngajak kamu kesini karena aku nggak mau ada orang yang melihat kita berduaan. Jadi jangan mikir aneh-aneh" kata Yana turun dari motornya lalu duduk di batang kayu besar yang sudah mati. Sepertinya sudah biasa dijadikan tempat duduk oleh orang-orang yang datang kemari.
"Trus kenapa dong Na kamu ngajak aku kemari. Aku udah senang loh Na"
"Eiishh, jangan mikir aneh-aneh. Makanya duduk dulu disini" kata Yana mengajakku duduk di sebelahnya.
"Aku mau jelasin sama kamu soal kemarin itu. Aku beneran Adan, aku nggak selingkuh. Namanya Rido, dia emang suka sama aku sejak lama. Tapi aku nggak mau sama dia karena aku udah punya Egy. Kemarin yang kamu lihat itu, mungkin kelihatan mesra. Padahal sebetulnya enggak. Aku tuh cuma lagi senang aja kemarin, terus dia kan bawa motor baru juga. Jadi aku agak takut-takut gitu. Makanya aku kelihatan kayak meluk dia. Jadi tolong jangan salah paham lagi yaa" kata Yana menjelaskan panjang lebar.
Aku nggak tau cara berpikir Yana ini. Justru penjelasannya yang nggak logis ini bikin aku semakin yakin kalau Yana ini ada apa-apa dengan orang yang memboncengnya kemarin. Kalau alasannya karena takut dengan motor cowok itu, terus dia meluk. Egy bahkan lebih gahar lagi motornya Ninja. Sementara motor cowok itu cuma Vixion. Terus juga, kenapa Yana ngotot banget mau ngasih penjelasan sama aku? Aneh banget kan? hahaa. Yana, kamu bukan pembohong yang baik.
"Iya Na, aku percaya kok. Lagian kayak yang aku bilang kemarin. Mau kamu ngapain kek sama dia, itu bukan urusan aku. Kalau kamu pikir aku akan ngadu ke Egy atau aku bakal ngomong sama orang lain, atau aku akan manfaatin itu. Tenang aja Na, aku bukan cowok kayak gitu. Kalau sakit hati iya Na dikit" kataku meyakinkankan Yana.
"Hah, sakit hati? kenapa kamu sakit hati Dan?"
"Iyalah Na, setelah kita phone sex...."
"diem" kata Yana memotong omonganku.
"Iya aku sakit hati aja Na, tiba-tiba kamu berubah gitu. Kamu jauhin aku dengan cara yang gak enak Na. Kayak jijik banget sama aku. Terus kamu ternyata meluk cowo itu mesra" kataku ingin mengingatkan Yana tentang saat-saat dia menjauhiku. Bahkan dia ngelarang Ika sahabatnya untuk tidak dekat-dekat denganku.
"Hihiii, kamu kan emang pantas di jijik in kayak gitu. Pikiranmu itu jorok." kata Yana mengejekku.
"Owh gitu yaa, emang Egy sama cowok kemaren pikirannya nggak jorok?. Sama ajalah pasti. Sama-sama cowok ini. Kecuali mereka melambai" kataku memperagakan gaya banci.
"iya sama aja sih, tapi nggak separah kamulah. Kamu itu baru ngomong dua kali langsung aja main nyosor."
"hehe yaa nggak juga kali Na. Kemarin itu momennya aja pas" Aku tau yang Yana maksud adalah saat aku tiba-tiba mengecup bibirnya dan berlanjut menjadi ciuman panas di pengairan dekat sokolah dulu.
"Emang dasar bawaannya aja kamu kayak gitu. Udahlah akuin aja, kamu itu memang cowok paling mesum seduania wuuek" Ucap Yana sambil melelet lidahnya. Lidah yang pernah aku hisap-hisap dulu. Duh ingat moment itu bikin yang bawah pelan-pelan bangun.
"Terserah kamu lah Na. Aku juga yakin cowok kemarin itu juga udah pernah nyium kamu."
"eh, enak aja. Aku sama dia nggak ada apa-apa yaa. Kami cuma jalan aja" kata Yana kembali tegang.
"Udahlah Na, jujur aja sama aku. Aku bukan cowok cupu soal begituan. Logika aja, kemarin itu kamu meluk dia erat banget kayak begitu. Sebagai cowok normal dia pasti bakal nafsu Na ngerasa empuk-empuk di punggungnya. Terus wajah kamu juga nempel ke pipinya. Aku yakin kalian ada apa-apa. Apalagi kayak kamu bilang tadi, dia udah suka sama kamu sejak lama. Pasti dia comotlah pipi atau bibir kamu seengaknya. Tenang aja Na. Aku bukan cowok ember. Buktinya aku nggak ngomong apa-apa kan?" Entah kenapa tiba-tiba aku kesel, lalu ngomong kayak begitu ke Yana.
Kulihat mata Yana mulai berkaca-kaca. Duh kasian juga. Nyesel aku ngomong kayak tadi.
"Maafin aku Na, aku nggak maksud nuduh kamu kayak gitu" kataku ingin menenangkan Yana. Lalu Yana menoleh ke arah lain. Mungkin dia marah. Tapi mataku secara nggak sengaja melihat bulatan dada Yana di balik logo osisnya. Dan karena Yana menatap ke arah lain. Mataku yang tadinya tidak sengaja melihat berubah menjadi sengaja.
" Aahh kelihatan keras banget dada Yana ini" pikiranku mulai kacau.
Lalu Yana kembali menatap mataku. Mungkin dia mencari tahu apa yang ada dipikiranku sekarang." Apa dia juga sama kayak Fany yaa, bisa tau saat laki-laki sedang berpikiran mesum paanya?" kataku dalam hati.
"ughm, emang cowok semuanya kayak gitu yaa Dan?"
"eh maksudnya gimana nih Na" kataku sambil menebak-nebak arah pembicaraan Yana.
"Yaa kayak kamu bilang tadi. Kalau cowok normal bakal mikir mesum kalau dipeluk gitu?"
"Owwh iya kali Na, aku juga nggak tahu. Kan cuma tebakan aja hehe.. Eh berarti bener kan kamu juga di cium sama cowok kemarin?" tanyaku penasaran. Agak deg degan juga. Lalu Yana mengangguk.
"Tapi kamu bener kan nggak ember? Aku peecaya kok sama kamu Adan. Udah terlanjur juga kamu ngeliat aku sama Rido waktu itu di motor." kata Yana agak merayu. Aku yakin Yana merayu agar aku menepati janji.
"Na, tenang aja. Aku bisa jaga rahasia kok. Lagian nggak ada untungnya kan nyebar-nyebar kayak begitu. Malah rugilah, bakal sedih aku ngeliat cewek kayak kamu sedih. Eh tapi beruntung banget yaa dia Na. bisa nyium cewek kayak kamu."
"hihii, emang aku cewek kayak gimana Dan?" tanya Yana lalu menggit bawahnya.
"Yaa cewek cantik lah Na. Eh Na, emang kayak gimana dia nyium kamu?" tanyaku merayu.
"hihii aku cantik yaa Adaan. Ya gitu, sebetulnya aku nggak mau jalan sama dia. Udah sering aku tolak. Udah aku bilang aku udah punya cowok. Tapi tetap aja dia nggak berhenti ngerayu-rayu aku. Katanya cuma mau ngajak makan aja atau mau ngajak jalan-jalan aja. Macem-macemlah ajakannya. Sampai waktu itu. 3 hari sebelum ketemu kamu itu, aku lagi kesel sama Egy. Jadi aku iyain aja ajakannya. Aku pikir nggak apa-apalah sekali aja. Tapi setelah itu, dia makin perhatian. Dia nganterin bakso, martabak ke rumah aku. Jadinya waktu dia ngajak lagi aku nggak enak buat nolak Dan. Terus waktu dia nganterin aku pulang udah agak malam. Dia nyium bibir aku. Gitu aja sih" Kata Fany mulai terbuka.
"Owwh, setelah itu dia minta cium lagi yaa?" tanyaku tegang.
"Iyaa, besoknya dia nyium aku lagi"
"Kenapa kamu ngejauhin aku setalah kita ciuman, kenapa dia enggak kamu jauhin?" Tanyaku.
"Yaa bedalah.. kalau dia itu masih bisa aku kontrol. Kalau aku bilang nggak mau, yaa dia nggak bakal nerusin. Kalau sama kamu, jelas-jelas aku bakal selingkuhin Egy. Kamu itu nggak ke kontrol."
"Owwh, terus ngapain aja kamu sama dia Na?" Enggak tau kenapa aku jadi horny membayangkan Yana di cium orang.
"Yaa gitu aja kok, cuma ciuman aja"
"Masaa, kamu aja tadi udah nanyain soal cowok bakal nafsu apa nggak? berarti lebih dari ciuman dong?" tanyaku ingin tahu lebih.
"Yaa dikit sih" ucap Yana malu
"Enak banget dia ya Na, bisa megang tangan kamu kayak gini" ku pegang tangan Yana. uuh halus sekali.
"Megangnya kayak gini nggak Na, di cium kayak gini juga nggak?" kataku sambil mencium punggung tangan Yana.
"iiih kamu itu kan? nyari kesempatan" kata Yana menarik tanganya.
"Enggak kok Na, aku tuh cuma bayangin aja seenak apa jadi dia gitu" kataku kembali mencium punggung tanganya. Kali ini Yana tidak menariknya lagi.
"Trus dia ngapain lagi Na, di cium yaa.. cium pipi kayak gini atau cium bibir kayak gini" kataku mengecup pipi dan bibir Yana. Kulihat pipinya mulai memerah. Lalu Yana mengangguk.
"Ciumnya pasti lama ya Na?" kataku mendekatkan bibirku ke bibirnya lagi. Tapi Yana menahan kepalaku dengan tanganya.
"Heheee, cuma pengen tau aja Na." kataku menggaruk kepala malu. Yana lalu menatap mataku tanpa ekspresi. Lalu kucium lagi pipinya. Yana tetap menatapku. Aku tidak tahu apa arti tatapannya. Setelah beberapa detik terdiam. Kucium bibir Yana cepat. Yana tetap diam menatapku.
"Kayak gini ya Na dia nyium kamu.. cuup mmmuuaahh cup" Kataku mencium basah bibir Yana.
Karena Yana diam saja, aku teruskan mencium bibir Yana lebih panas lagi. Kujilati bibir atasnya dan bibir bawahnya saat Yana mengatup erat bibirnya. Setelah kurasa bibirnya agak terbuka. Mulai kumasukkan lidahku mencari lidahnya.
"kayak gini yaa Na dia nyium kamu. Enak banget yaa jadi dia. Bisa nyium kamu kayak gini" kataku tidak jelas karena sibuk melumat bibir Yana. Yana hanya mengangguk.
"Terus dia ngeremas ini juga nggak Na?" kataku sambil meraba dada Yana.
"aaah " Yana mendesah.
Setalah 3x remasan. Kurasakan Yana menahan tanganku untuk tidak melanjutkan remasan di dadanya. Tapi kami masih tetap berciuman.
"Trus dia ngapain lagi Na" tanyaku saat bibir kami terlepas.
"Dia nggak ada kayak gitu tadi, nggak aku bolehin" ucap Yana menirukan saat aku meremas dadanya tadi.
"Trus ngapain lagi Na? nggak mungkin ciuman aja kan?" tanyaku. Yana menggeleng.
"Dia ngeluarin itunya" kata Yana memandang ke arah batangku. Segera saja kukeluarkan senjataku dari sarangnya.
"iiihh kok gitu?" kata Yana menatapku.
"gitu gimana Na"
"kok Gede sih" tanya Yana. Aku sudah panas dingin ingin menerkamnya.
"emang punya dia sama Egy nggak kayak gini?" tanyaku memegang batangku mengarahkannya ke Yana.
"Yaa nggak segede ini"
"Yaudah terus dia ngapain lagi Na, dia minta kamu megangin punya dia kayak gini yaa?" kataku mengarahkan tangan Yana untuk memegang batangku. Yana hanya diam saja lalu menatapku. Kemudian Yana sedikit mengangguk.
"oowh, di kocok-kocok ya Na. Coba Na" kataku mulai berdesah. Lalu Yana mengocok batangku pelan.
"aaah kok gede sih" kata Yana mendekatkan bibirnya. Langsung saja kusambut dengan ciuman panas.
"aaaahh duh" desah Yana mengocok batangku semakin cepat.
"Na, masa iya dia nggak megang ini sih." kataku kembali meraba dadanya. Yana menatapku lalu menggeleng.
"Kan nggak aku bolehin"
"oowh nggak kamu bolehin remas-remas gini yaa Na?"
"ooowhh" leguh Yana dalam.
"Iya nggak boleh" kata Yana. Tapi tidak melarangku meremaa dadanya.
"Berarti cuma Egy ya Na yang boleh remas-remas begini" kataku meletakkan satu tangan lagi di dadanya.
"aaahh iyaa" desahan Yana semakin membakar nafsuku.
"Enak banget Egy ya Na, bisa ngeremas dadamu sepuasnya"
"aaahh iyaa" sahut Yana tidak jelas di tengah desahanya.
"enak banget tuh Na, pasti dia sering nenen ya Na?" tanyaku membuka 3 kancing atas bajunya. Meskipun Yana menahan tanganku, tapi aku tetap bisa membukanya.
"Aaaah enggak Adaan, aku cuma mau di balik baju aja" kata Yana mendesah. Kurasakan seskali Yana mengocok batangku dengan cepat.
"Berarti Egy belum pernah liat ini yaa Na" kuremas dada Yana di balik BH nya. Yana menatap mataku dalam lalu menggelengkan kepalanya.
"Aaah Na, padahal enak banget tuh Na, bisa nyusu di sini." kataku mulai mencium kulit dada Yana.
"aaah" Yana tersentak sambil meremas batangku agak keras.
"terus Egy nggak pernah nyusu di sini dong Na" kataku menyingkap cup BH nya. Aah kuliaht puting susu Yana merah kecoklatan. Kecil, hanya sedikit lebih besar dari putingku. Tapi dadanya sangat bulat dan keras.
"Aaahh mantap sekali Na, indah banget. Kenapa Egy nggak pernah nenen di sini Na" kataku langsung mencaplok puting susu Yana.
"aaaah uuuhh duuh" Yana tersentak-sentak sambil menahan kepalaku. Tapi aku terus saja melumat putinya, kuhisap-hisap kadang kugigit juga.
"Kenapa Na, kenapa Egy nggak nyusu di sini" ucapku di sela-sela lumatanku.
"Karena nggak boleh Adaan aaah" kata Yana mengocok batangku dengan cepat.
"Kenapa nggak boleh sih Na, kan Enak" kataku berpindah ke puting yang satunya.
"Aaahh Adaan, nggak boleh karena cuma buat suami aku nanti uuh"
"oowh nggak boleh ya Na. Yaudah Na, aku suka prinsipmu Na. Kasih ke suamimu aja nanti" Aku masih melumat dada Yana. Mulai dari puting turun ke tengah pindah ke puting satu lagi. Setelah puas nyusu, aku pakaikan lagi kancing baju Yana.
"Jangan sampai di buka orang ya Na, jaga sampai nanti udah halal" kataku sambil mengecup bibirnya.
"kalau ngulum kontol udah belum Na?" tanyakaku. Lalu Yana mengangguk.
"punya Egy ya Na? punya cowok kemarin pernah juga?"
"punya Egy aja kok."
"Owhh kayak gimana kamu ngulum punya Egy Na?" kataku menundukkan kepala Yana ke batangku.
"Kayak gini aja pluuak" Kata Yana mengulum kepala kontolku lalu melepaskanya lagi.
"Owwh yaudah terusin Na kasih tau aku"
"nggak bisa, ini terlalu gede" kata Yana memasukkan batangku ke mulutnya.
"tuh kan nggak bisa." kata Yana melepaskan batangku lalu menatapku dengan bibir yang basah. Kulumat bibir Yana sambil ku pegang selangkangannya. empuk panas kurasakan.
"Diginiin juga nggak sama Egy Na?"
"iya" kata Yana. Lalu ku usap terus memek depan Yana. Agak susah karena rok Yana agak ketat.
"Tapi nggak aku bolehin masuk ke dalam"
"Oowhh nggak boleh masuk kayak gini yaa" Kataku memasukkan tangan dari bawah.
"aaah" desah Yana sambil mengangguk.
"Berarti Egy belum pernah megang kayak gini Na?" tanyaku memgobel-ngobel CD Yana yang sudah banjir. Entah kayak gimana ekspresi Yana aku tak peduli lagi. Aku sangat gemas dengan rasa memeknya. Lunak, hangat, basah, ingin sekali aku menerkamnya. Lalu ku pinggirkan CD Yana.
"Jangaan" kata Yana menahan tanganku.
"Aku cuma pemgen tahu aja Na, katamu bulunya banyak" kuteruskan meraba memek Yana. Entahlah memek Yana ini membuatku geli-geli gemas. Kurasakan beberapa helai bulu di pinggir2 bibir memeknya.
"Jangan Adaan please" kata Yana serius.
Aku yang sudah tidak tahan, masih berpikir bagaimana enaknya. Nggak mungkin aku membuka roknya di tempat seperti ini. Lalu kutarik Yana berdiri. Kusandarkan Yana ke batang kayu sebesar lengan di tempat paling tertup di sana. Lalu kuangkat rok pahanya agak ke atas, agar bisa mengakases memeknya lebih dalam.
Kutempelkan batangku di bawah gundugan memeknya. Setengah batangku menyentuh memek bawah Yana . Lalu kukocok batangku pelan sampai cepat.
"aaaahh, uuuh duuuh" Yana mendesah merasakan getaran batangku di memeknya saat kukocok-kocok cepat.
"Adaaan duuh aaah" desahan Yana agak keras. Aku tahu Yana akan klimaks. Sehingga aku menghentikan kocokanku. Yana melotot menatapku.
"Kenapa Na" tanyaku datar.
"Terusinlah" ucap Yana manja dengan mata hangat. Aku tak mau mood Yana berubah. Lalu kukocok lagi dari pelan sampai kencang.
"aaahh Adaaan" Yana mencium-cium bibirku dengan mesra.
"aaaaaahhhhh" Yana menegang, agak teriak dimulutku sambil menggigit bibirku. Nafasnya masuk ke dalam mulutku. Lalu Yana luglai. Kutahan badanya kemudian kupeluk.
"Na aku belum sampai" kataku.
"hihii," Yana tersenyum menampilkan gigi gingsulnya.
"Dikocok aja yaa, aku capek" ucap Yana berbisik.
"Madap sana Na" kataku memutar tubuhnya. Lalu ku kocok batangku di belahan panatat Yana. Tangan kiriku meremas-remas pantatnya.
"gelii, di kocok aja yaa" ucap Yana memohon. Aku yang nggak mau ngocok sendiri, terus aja mengocok pantat Yana. Tangan kiriku sesekali meremas dadanya.
"Aaaah" Yana kembali mendesah.
"Terus Dan terus" ucap Yana. Dengan senang hati kuteruskan ngocok di bawah pantat Yana. Pantat Yana pelan-pelan menungging.
"Aaaahh Na, aku mau sampe Na"
"Terus aja aku juga"
Aku sudah mau sampai sebetulnya. Dan tidak berpikir akan muncrat di roknya. Tapi karena Yana bilang terus, aku teruskan saja mengocok lebih cepat.
"aaaaaaahhh" leguh kami bersamaan. Aku menyeprot di rok Yana di belahan pantatnya.
Yana memegang tanganku, lalu berbalik.
"Kamu iniii, dasar cowok gilaa" katanya mengecup pipiku.
Setelah itu kami duduk beberapa saat. Baru pergi lagi setelah Yana merasa kehausan. Malamnya Yana meng sms ku. Katanya memeknya membiru gara-gara aku. Aku hanya tertawa geli.
Dengan Yana aku tidak pernah merencanakan untuk berbuat mesum. Pikiran itu muncul ketika kami bersama. Entahlah bagaimana hubunganku dengan Yana kedepannya. Yang jelas aku berharap Yana tidak akan menjauhiku lagi seperti sebelumnya. Karena bukan hanya nafsu, tapi ada sedikit rasa sayang untuknya.

******
Saat jam istirahat, aku tidur-tiduran di dalam kelas. Gepeng sudah pergi pacaran dengan Rida. Saat aku merasa akan tertidur, kulihat Rida dari luar mendekatiku. Lalu berbisik.
"kok nggak toilet lagi dengan Rani Dan?"
Mataku langsung menyalak menatap Rida. Rida hanya tersenyum lalu pergi lagi.
"Ridaaaa" kataku memanggilnya

Perlu ditiru cra Adan ngolah Yana....
As smooth as a shaved virgin's pussy...

TSnya pasti dewa SSI, neeh..
Soalnya bsa buangin sdkt ilmunya d karyanya ini...

Maturnuwun sanget update, n ilmunya ya, hu...

:ampun: :ampun: :ampun:
 
pelan tapi pasti....
sedikit bicara banyak bekerja nih agan yang satu ini.... sampe sampe rida kasih kode juga tuh..
ditunggu apdetnya hu...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd