Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
3 minggu sejak kejadian di rumah Fany, tidak ada hal menarik yang terjadi. Hubunganku dengan Fany hanya berjalan seperti biasa. Aku pernah bertamu ke rumah Fany dua kali. Tapi kami tidak bisa melakukan apapun. Ibu Fany mengawasi gerak-gerik kami. Bahkan saat aku tidak sengaja memperhatikan dada Fany, ibunya langsung berdehem. Langsung mengingatkan untuk tidak berpikiran mesum di rumahnya. Kadang ia ikut dalam pembicaraan kami. Katanya ia senang ngobrol-ngobrol dengan anak muda seperti kami. Tentu saja menyenangkan untuknya, tapi tidak menyenangkan untuk aku dan Fany. Karena Ibu Fany sebetulnya hanya membuly kami. Kadang membahas hal-hal nyerempet ke kejadian masa lalu. Saat aku dan Fany tertangkap basah telanjang bulat di kamarnya.
Hal positifnya adalah, aku menjadi akrab dengan Ibu Fany. Bahkan, kami telponan sampai ber jam-jam. Membicarakan apa saja. Kadang ia bercerita tentang masa lalunya, kadang curhat soal kebosanannya, kadang juga membahas soal masa depanku.
Dengan teman-teman sekolah juga hanya berjalan seperti biasa. Sementara Yana, entah apa yang dia pikirkan tentangku. Ia seperti sangat anti terhadapku. Setiap kali kami bertemu, Yana terang-terangan menghindariku. Bahkan ia melarang Ika sahabatnya untuk dekat denganku. Misalkan seperti minggu lalu, saat aku duduk-duduk di depan kelas dengan teman-temanku. Ika secara kebetulan duduk di sampingku. Lalu Yana datang entah darimana, lalu menarik Ika menjauh dariku. Dia bilang ke Ika "udah aku bilang jangan dekat-dekat dengan dia". Meskipun Yana tidak melihat ke arahku, tapi semua orang disitu tau bahwa orang yang ia maksud itu adalah aku.
Ika dan Gepeng sering bertanya padaku, kenapa Yana sampai membenciku seperti itu. Aku hanya bisa menjawab "tanya ke dialah, aku juga nggak tahu."
*****
Saat libur UN kelas XII, kami anak-anak kelas XI dan kelas X diliburkan. Bagiku, satu minggu itu sangat membosankan. Ibu Fany melarang kami bertemu di luar, sementara Gepeng makin sibuk dengan Rida pacarnya.
Kulirik jam dinding kamarku, masih jam 4 sore. Kalau tidur sekarang maka aku akan terbangun saat maghrib. Tapi nanti malam sudah pasti mataku tidak akan bisa tidur lagi. Padahal besok pagi aku harus bangun pagi untuk bekerja. Tapi kalau pergi keluarpun, juga nggak tau mau kemana. Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke daerah Pasar Rambai, hanya untuk mencari angin saja.
Jam 6 sore setalah puas berputar-putar di daerah Pasar Rambai kuputuskan untuk pulang. Namun saat perjalanan pulang, kulihat dari arah berlawanan ada seorang yang kukenal. Sedang dibonceng dengan motor Vixion keluaran terbaru. Itu Yana. Ia terlihat menempelkan wajahnya di samping wajah pria yang sedang memboncengnya itu. Tangan Yana melingkar erat di perut pria tersebut. Sudah pasti punggung orang itu tersiksa karena dorongan dada Yana yang keras.
Saat hampir berpapasan, Yana melihat ke arahku. Sepertinya ia kaget. Tapi aku berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Meskipun ada rasa sakit dihatiku. Setelah berpapasan, kulihat di spion, ternyata Yana masih melihat ke arahku.
"Kampreeet" teriakku saat Yana sudah tidak lagi terlihat.
"Udah bisa selingkuh kamu sekarang Na? kenapa nggak selingkuh denganku aja? kenapa kamu malah menghindariku. Padahal akulah yang mengajarimu selingkuh dulu" Gumamku.
Teringat saat dulu aku dan Yana duduk di pinggir pengairan. Kami berciuman mesra dengan sensasi perselingkuhan. Hangat dan nikmat. Sampai-sampai air liur kami menjuntai diantara bibir kami saat terlepas. Dulu Yana seperti masih ingin menlanjutkan ciuman itu, tapi kuhentikan. Karena aku tidak ingin Yana berpikir terlalu buruk tentangku. Lalu akan menghindariku di hari-hari berikutnya.
Dan sekarang, melihat betapa nempelnya Yana dengan laki-laki tadi. Aku yakin bibir Yana yang lembut dan kenyal itu sudah di gigit dan hisap-hisap oleh laki-laki tadi. Atau mungkin bibir itu sudah digunakan untuk mencium dan mengulum kontolnya.
"Aaah sial, kenapa bukan kontolku aja sih Na. Nyesel aku ngajarin kamu selingkuh" gumamku. Sambil kubayangkan, memek Yana yang katanya banyak bulu waktu kami phone sex dulu itu. Mungkin sudah di gosok-gosok sama kontol laki-laki tadi. Atau mungkin sudah di sodok-sodok sampai muncrat-muncrat. Kurasakan batangku di dalam sana menggeliat bangun. Aah kenapa aku malah terangsang membayangkan Yana di kentot orang lain sih. Cepat-cepat kubawa motorku pulang. Setelah sampai di rumah, aku di ajak adik-adikku untuk sholat maghrib berjamaah.

Hari-hari berikutnya, aku masih sering bertemu dengan Yana secara tidak sengaja. Entah itu di kantin, di perpus dan di tempat-tempat lain. Hanya saja, kami tidak pernah ber dua. Selalu ada teman di sekitar kami. Yana seperti tidak lagi menghindariku. Justru beberapa kali Yana memberi kode untuk berbicara denganku. Tapi kutanggapi dingin. Sudah terlanjur aku sakit hati melihat tingkahnya.
Saat pulang sekolah, Yana selalu di jemput oleh Egy pacarnya. Mereka terlihat sangat mesra seperti pasangan yang baru jadi.
"Munafik" kataku dalam hati saat melihat Yana menyuapi Egy cemilan saat Egy menjemputnya.
Semakin lama, aku semakin muak melihat tingkah Yana. Sok perhatian banget, sok sayang, padahal memeknya mungkin sudah di kasih sama orang lain. Sama orang yang kemaren memboncengnya. Mungkin tiap hari di kentot memeknya tuh. Kasian sekali kamu Gy. Nggak tau pacarmu itu selingkuh. Hahahaa aku tertawa melecehkan Egy.

******

"Kak Tya" kusapa seorang yang kukenal di toko Foto Copy dekat sekolahku. Ia tampak sedang membereskan barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas.
"ehh kamu, lagi mau Foto Copi yaa?" ucapnya menoleh ke arahku.
"iya kak, Kakak lagi ngapain di sini?"
"nih, sambil nungguin foto di cuci juga" katanya, menunjukkan sebuah buku yang ia pegang.
"owhh, cuci foto kak. Kok jauh banget ke sini? di palau kan juga banyak?" tanyaku sambil menyerahkan kertas yang akan ku copy ke karyawan disana.
"berapa kali kak?" tanya karyawan Foto Copy. Lalu kujelaskan apa saja yang akan kucopy.
"Iya, soalnya tukang fotonya kemarin itu karyawan sini" jawab kak Tya.
"oowh, emang foto apaan kak?"
"Foto sama abangmulah, eh blum jadi abang yaa. Kamu kan cuma selingkuhan Fany hihiiii" kata kak Tya meledek. Aku cuma menunduk malu sama senyum-senyum masem.
"hihii... dasar kamu itu yaa. Masih kecil udah suka main telikung pacar orang aja. Gimana nanti kalau udah gede?" Kata kak Tya menyindir.
"udah besar kali kak, kalau kecil mah segitu" kataku menunjuk anak yang duduk di kantor Foto Copy itu.
"iya iyaa percaya udah besar.. kan kakak udah ngeliat sama Bunda dulu. hahahaa" katanya tertawa masih meledekku. Aku cuma diam saja menoleh ke arah jalan.
"hahaha nggak usah malu-malu gitu. Masa udah besar gini masih pemalu."
Setelah itu kami lanjut terus ngobrol-ngobrol ringan. Sesekali kak Tya masih meledekku tentang kejadian di rumah Fany dulu.
"Kakak udah selesai nih, kamu masih mau disini?" kata kak Tya setelah menyelesaikan urusannya.
"eh nggak lah kak. Aku juga masih ada pelajaran" kataku. Kak Tya hanya mengangguk, lalu berjalan keluar dari kantor Foto Copy.
"Rumah kakak dimana sih kak?" tanyaku saat kak Tya membuka pintu mobilnya. Lalu ia tersenyum ke arahku.
"kenapa emangnya? mau main ke rumah kakak? takut ah.. iii.." ucapnya kayak orang menggigil.
"Hah takut kenapa emangnya kak?"
"hihii nggak apa-apa sih. Emang kamu nggak sekolah?" Tanyanya.
"Yaa kalau demi kakak yang cantik ini sih aku rela nggak sekolah kak" rayuku receh.
"iishh nggak nyambung. Kakak aduin sama Fany loh. Kakaknya aja berani kamu gombalin gini" katanya berkacak pinggang.
"hehe nggak gombal kok kak. Kakak kan emang cantik. Cuma orang buta yang nganggep kakak nggak cantik" kataku lagi. Kak Fany makin melototkan matanya.
"yaudah kalau mau main ke rumah kakak nanti aja pulang sekolah"
"ok kak, tapi aku nggak tau rumah kakak dimana?"
"catat aja nomor kakak" katanya, lalu kukeluarkan hp ku dan menyimpan nomornya.
"ok, yaudah kakak pulang dulu yaa" katanya mengangkat tangan melambai. Kubalas melambaikan tangan.

******
Setelah berbalas sms dengan Kak Tya, pikiranku tidak lagi bisa konsentrasii untuk belajar. Kak Tya bilang bahwa dia hanya sendirian di rumah dengan anak kecilnya yang baru berusia 3 bulan. Kak Angga suaminya, sekaligus Abngnya Fany, baru akan pulang kerja jam 5 sore.
Jam 12 siang saat pergantian mata pelajaran, aku langsung cabut keluar sekolah. Aku sms kak Tya, Kukatakan padanya, jam terakhirku kosong. Dan aku akan datang ke rumahnya secepatnya. Kak Tya hanya bilang Ok.
Jam setengah satu, aku sudah sampai di depan rumah Kak Tya. Rumahnya bagus, tapi tidak sebesar rumah Fany. Saat ia membuka pintu, aku langsung terpana melihat kecantikan kak Tya yang tidak memakai jilbab.
Kak tya memakai daster merah tanpa lengan. Ada 4 kancing di tengahnya. Mungkin agar gampang untuk menyusui.
"Tuuh kan serem kalau kamu ke sini? pulang ajalah yaa" katanya menyilangkan tangan di dadanya.
"Maaf kak." Aku cuma senyum-senyum masem karena tertangkap basah memperhatikan dadanya.
"Kamu blum makan kan? ayo masuk kakak udah masak tuh" katanya mempersilahkanku masuk.
Aku masuk mengikutinya dari belakang. Kulihat ada Foto pernikahan Kak Tya dengan Bang Angga di ruangan tengah. Terlihat sangat serasi. Bang angga tinggi, putih, ganteng. Cocok bersanding dengan kak Tya yang cantik innocent.
"Bener kamu nggak cabut sekolah?" tanyanya sambil mengambil piring dan gelas di rak.
"Iya bener kok kak, ngapain juga bohong."
"cishh" kak Tya meledek.
"Si Olive mana kak?" kataku menanyakan anak kecilnya.
"Tidur, kerjaannya cuma tidur aja seharian."
"Bagus dong kak, kan nggak repot kakak jadinya"
"Iya sih, hehe"
"Cuci tanganmu dulu disana" Kak Tya menunjuk ke arah tempat cucian piringnya.
"Bunda kayaknya suka sama kamu Dan.. semangat kali dia cerita soal kamu"
"Hah, bohong bangetlah kak" Kataku sambil cuci tangan.
"lah ngapain bohong, gak ada untungnya. Oya kelakuan kamu sama Fany waktu itu ada untungnya buat kakak"
"eiishh jangan di ungkit-ungkit lagi dong kak. Sama aja kalian berdua, Bunda juga sukanya ngungkit masalah itu" Ucapku mulai duduk di depanya.
"cieeee, udah panggil-panggil Bunda aja nih" lagi, kak Tya medekku.
"eh,, nggak kok kak. Oya apa untungnya buat kakak karena itu tadi?"
"karena itu apa? owhh iya, yaa kakak jadi deket sama Bunda. Jadi sering cerita-cerita juga. Bunda paling semangat kalau udah cerita kamu tuh"
"Hah masak kak, emang cerita apa aja? perasaan Bunda tuh, eh Ibu Fany tuh nggak terlalu suka sama aku kak.
"kalau bilang Bunda ya Bunda aja, ribet amat pake Ibu Fany segala. Emangnya kenapa kamu mikir Bunda nggak suka sama kamu? Apa karena dia nyuruh kamu menjauhi Fany? atau karena Bunda sering ngebully kamu?"
"eh iya itu salah satunya kak. Tapi aku juga nggak terlalu yakin sih."
Kak Tya hanya senyum misterius.
Kami terus ngobrol sampai selesai makan. Lalu Kak Tya memintaku mencuci piring sementara dia membereskan meja.
"Olive tidurnya dimana kak" kataku kembali ke meja setelah selesai mencuci piring.
"Di situ" katak kak Fany memonyongkan bibirnya ke arah kamar depan.
"Mau liat dong kak?"
"hihii, liat aja sana. Nanti kasih tau kakak dia itu mirip siapa"
"ok deh" kataku. Lalu berjalan ke tempat Olive.
Saat masuk ke kamar, aku baru sadar ternyata kamar itu adalah kamar pengantin mereka. Ranjang dan kasurnya memberi kesan romantis. Sprey dan selimutnya warna ungu gelap. Aku berpikir, disnilah tempat Kak Tya dan Bang Angga biasa berbagi kehangatan. Tempat mereka ngentot. Hihii..
"Lah kenapa kamu ketawa?" ucap Kak Tya yang tiba-tiba sudah ada di belakangku.
"hihii.. kebayang aja kak disini tempat Kakak sama Bang Angga bikjn Olive"
"hussh ngacok kamu, pikiranmu itu emang udah jorok dari lahir kali yaa" katanya menepuk lenganku. Lalu ia berjalan ke ranjang Olive.
"Waaaah cantik banget yaa kak, mirip Fany" kataku spontan. Karena Olive benar-benar mirip dengan Fany. Mulai dari dagunya, hidungnya dan auranya itu mirip sekali dengan Fany.
"Hahahaa iya, coba kamu liat ini" katanya memberikan sebuah foto padaku.
"Ini Fany kak"
"Wiihh keren kamu bisa langsung tau yaa" katanya. Yaiyalah tau. Foto yang dia kasih itu adalah foto yang mirip dengan Olive. Tapi foto itu adalah foto lama. Yaa nggak mungkinkan itu foto Olive. Pasti Fany. Kemudian Kak Tya mencium-cium pipi dan bibir olive.
"Mau juga dong kak di cium" kataku. Kak Tya langsung menoleh ke arahku dengan alis terangkat. Setalah itu dia kembali memutar tubuhnya mencium-cium anaknya.
Kulihat pantat Kak Tya agak nungging. Meskipun daster bagian bawahnya itu agak longgar, tapi aku tetap bisa melihat bentuk pantat Kak Tya.
"iiih tuh kan mesum kamu. Pulang ajalah yaa"
"Yaa aku kan normal kak, ngeliat punya cewek cantik kayak kakak ini yaa aku suka" kataku membela diri. Meskipun dia tidak terlihat bersungguh-sungguh akan mengusirku.
"Pulang ajalah yaa, makannya kan udah tadi" katanya sedikit mendorongku.
"Kak, maafin aku yaa. Aku pengen nyium kakak cup" langsung kusosor bibirnya.
"iih kamu ini, pulang sana. Nggak mau kakak kalau kek gini" kali ini kak Tya sepertinya serius akan mengusirku.
"Kak, maafin aku yaa. Aku suka sama kakak" kataku langsung memeluknya.
"ih lepasin nggak, jahat kali kamu ini" kak Tya mendorongku agak kuat. Tapi aku memeluknya lebih kuat lagi. Tercium rambutnya wangi. Lehernya halus dan dadanya lembut tertekan oleh dadaku.
"Kak maafin aku kak" kucium lehernya lalu kujilat-jilat. Entah kenapa leher Kak Tya lebih membuatku nafsu. Bahkan di banding saat dengan Fany. Mungkin juga karena sensasinya bahwa Kak Tya adalah perempuan bersuami. Atau juga mungkin karena aura kamar itu yang terasa mesum-mesum romantis.
"lepasin Dan, kakak nggak mau kayak gini. Kakak udah bersuami. Tolong Dan lepasin, jahat banget sih" katanya memukul-mukul punggungku.
Entahlah, entah setan atau naluri kelaki-lakianku yang bekerja, membuatku merasa semakin bernafsu saat Kak Tya memberontak. Kuremas pantat kak Tya, kucium dan kugigit-gigit bibirnya. Saat ia mau teriak, bibirnya kugigit lebih kuat. Kugoyang tubuhku seperti orang bersetubuh. Cukup lama kulakukan seperti itu sampai kudengar kak Tya mendesah.
"Aaahh,, jangan Dan, jahat banget sih" katanya. Tapi kali ini tidak ada lagi dorongan kurasakan.
"Kak, maafin aku yaa kak, maafin aku" Tapi aku semakin menggila menghirup bau tubuh kak Tya.
Kubuka 3 kancing dasternya, lalu ku tarik turun. Daster itu langsung melorot. Kuperhatikan sejenak tubuh kak Tya. Pakaian dalamnya sangat seksi, celana dalamnya warna hijau tua, kecil dan tembus pandang. Kembali kupeluk tubuhnya, kuremas pantatnya sampai kedalam. Saat jariku menyentuh bagian memeknya. Ah basah, sangat basah. Lalu kudorong kak Tya ke kasurnya. Kubuka pakaianku secepat kilat sehingga aku telanjang bulat.
Kulihat mata Kak Tya memperhatikan batangku yang mengacung menunujuk ke arahnya sebentar. Kemudian ia menoleh ke arahku lalu memejamkan matanya. Kukangkan kaki kak Tya lalu kutindih ditengahnya. Kubuka cup BHnya, sambil kujilat-jilat bagian yang terbuka. Setelah cup BHnya kubuka, langsung kujilat dan kuhisap.
"Jangan dicupang" kata kak Tya manja. Ku pandang wajahnya, matanya tetap masih tertutup. Kulanjutkan aktifitasku. Saat melihat ke dadanya lagi, ternyata putingnya mengeluarkan Asi. Ahhh ku hirup Asinya, tercium bau yang lembut. Entah bau apa, agak mirip sabun tapi lebih lembut. Lalu kuhisap asinya, kuremas dadanya. Semakin kuremas semakin banyak Asinya keluar dan masuk kedalam tubuhku.
"Aaahh, aahh" Desahan Kak Tya semakin lama semakin terus terang.
Di bawah sana, batangku terus menggosok memeknya yang dibalut celana dalam mungilnya. Setelah puas dengan dadanya, aku turun ke perutnya. Kucium-cium, kujilat. Badan kak Tya melenting diiringi sambil terus mendesah. Saat sudah sampai di CDnya, aku ingat yang ia pakai adalah CD transaparan. Kuhentikan jilatanku. Aku ingin melihat tampilan CDnya. Kuperhatikan memang sangat seksi.
"terusinlah. Jangan berhenti" Seru kak Tya. Aku menoleh ke wajahnya, ah sangat cantik dan hangat.
Aku kangkangkan kakinya, lalu kujilat paha bagian dalamnya. Kuhembus dan kuhirup nafasku lebih dalam agar ia merasakan nafasku dikulitnya. Kak Tya mendorong-dorong memeknya seperti mencari wajahku. Kugeser celana dalamnya, sehingga terlihat memeknya bersih tanpa bulu. Langsung kujilat kasar memeknya, mulai dari kacangnya sampai ke lobang pantatnya. Cukup lama kulakukan itu sampai ia menjambak rambutku menekan lebih dalam ke memeknya.. Aaaaaahh Kak Tya teriak lalu kurasakan air memeknya menyembur wajahku.
Aku kembali naik menindih tubuhnya. Kucium keningnya, lalu kak Tya tersenyum.
"Aku tau kamu bakal kayak gini. Dasar otak memek" katanya menjitak keningku.
Kak tya mendorongku untuk telentang. Lalu ia mengurut, mengocok dan mengulum batangku.
"Ahh kak enak" kataku sambil mengentak-hentak batangku saat kak Tya mengulunnya. Cukup lama kak Tya melakukannya . Sampai-sampai aku merasa akan muncrat. Lalu kak Tya melepaskannya.
"Masukin sayang" kata kak Tya berbaring di sampingku.
Aku duduk mengambil posisi untuk bersetubuh. Inilah saatnya aku akan merasakan ngentot yang sebenarnya setelah selama ini hanya bisa membayangkanya. Apalagi dengan kak Tya yang cantik ini, aku sangat ingin melakukannya.
Kak Tya memegang batangku, digesek-gesekkan ke bibir memeknya. Sampai ia meletakkan ujung batangnya di lubang liang memeknya.
"Aaah tekan sayang" kata kak Tya. Kutekan batangku masuk kepalanya. Aah sangat sempit, basah dan hangat terasa di ujung kontolku.
"Aaahh tahan dulu, sakit." Kak Tya menarik wajahku lalu mencium keningku.
"Tekan sayang pelan-pelan. Hancur memek kakak karena kontol gedemu"
Kutekan terus ke dalam, kurasakan gumpalan-gumpalan lembut di dalam sana berdenyut-denyut memeluk batangku. Rasanya lebih enak dari bayanganku selama ini.
"aaahh tahan sayang, sakiit" katanya menahan perutku.
"Sekarang kamu goyang dulu yang ini, pelan-pelan nanti masukin semuanya"
"iya kak" Kataku menarik kontolku keluar, lalu kutekan lagi. Karena memeknya basah, tusukan-tusukan lebih lancar masuknya.
"aah terus sayang enak, terus masukin semuanya, sodok sayang cup cup" Kak tya mencium tanganku.
Tusukanku semakin lancar semakin dalam semakin cepat.
"Aaah terus cepat Adaan cepaat" ku genjot cepat-cepat karena aku sendiri sudah tidak tahan lagi.
"Kak aku udah nggak tahan kak"
"tahan sayang, tahan kakak juga mau keluar"
"aah kaaak" ku genjot sekencang-kencangnya. Aku tidak tahan lagi. Mungkin aku akan keluar lebih dulu daripada kak Tya. Aku sudah tidak peduli.
"aaaaahhh Adaaan" kami muncrat bersamaan. Kurasakan spermaku muncrat sangat banyak didalam sana.
Setelah menikmati orgasme kami beberapa saat. Kak Tya menarikku. Ia menciumku mesra. Wajah kami nempel, hidung kami beradu. Kak Tya memeluk tubuhku dengan tangan dan kakinya.
"Kuat juga kamu pejaka, udah dikocok-kocok masih bisa juga bikin kakak keluar." Ia membelai mesra wajahku.
Lembut sekali perlakuannya. Pantas saja orang-orang ingin cepat-cepat menikah. Karena bisa merasakan hal-hal seperti ini. Bukan hanya nafsu tapi juga perlakuan hangat setelahnya.
"eh," kak Tya menatapku heran. Aku yakin dia merasakan batangku yang sudah kembali bangun.
"Dasar pejakaaaa" katanya kembali mencium bibir dan keningku.Lalu kak Tya melepaskan tubuhku. Kami mengambil posisi untuk kembali bersetubuh.
Kali kedua ini kami bersetubuh cukup lama. Tidak seperti sebelumnya, kali kedua ini aku bertahan lebih lama. Tubuh Kak Tya kubolak balik. Mulai dari doggy, saling miring, macam-macam gaya kami lakukan. Kak Tya muncrat 3 kali untuk ronde kedua.
Setelah itu kami istirahat sebentar. Kak Tya memasakkan telor setengah matang untukku. Katanya untuk mempercepat produksi spermaku. Setelah istirahat kami mengulangi dua ronde lagi sampai jam 5 sore. Kata Kak Tya, suaminya Bang Angga sudah pulang dari kantornya.
Sejak hari itu sampai 4 berikutnya. Aku datang ke rumah Kak Tya setiap pulang sekolah dan selesai jam 5 sore. Di hari kelima, kak Tya melarangku untuk datang lagi karena Bang Angga mulai curiga.
Aku yang sudah merasakan nikmatnya bersetubuh, tidak bisa menghilangkan rasa ingin untuk mengulanginya lagi dari otakku. Mulai dari bangun tidur, sampai tidur lagi, pikiranku hanya pada selangkangan perempuan. Sehingga kalau Kak Tya tidak bisa, berarti aku harus mencari lobang yang lain


Ohlala. Jatuh di pelukan binor deh!
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd