Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Mending fokus ke fany,keluarga dan emak aja....kebanyakan tokoh malah bingung,tapi mantap suhu,,di tunggu lanjutannya 👍👍
 
Harusnya sekarang aku duduk manis di dalam kelas dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Tapi sekarang aku malah duduk di sini. Di atas motor pinggir jembatan. Ini semua gara-gara Rida. Gara-gara video persetubuhanku dengan Rani ada padanya. Ternyata Rida sudah tahu sejak awal. Sehingga di hari ketiga aku dan Rani permisi ke toilet, Rida mendahului kami. ia meletakkan hp Nokia N70 nya di atas toilet ujung yang biasa aku gunakan dengan Rani untuk bersetubuh. Parahnya lagi, rekaman videonya itu sangat jelas. Karena cahaya lampu dari atas searah dengan kamera hpnya.
Kesalahan juga ada padaku. Saat tadi Rida memperlihatkan video itu, emosiku langsung naik. Aku langsung memakinya. Karena tega merekam aksi temannya sendiri. Bukan hanya itu tentu saja, aku juga merebut hpnya dengan paksa untuk menghapus video tersebut dari hpnya. Bahkan Rida sampai terjatuh.
Itulah yang membuat Rida marah.Dia tidak memakiku, tapi dia mengatakan akan mengadu ke guru-guru di sekollah. Ia juga menunjukkan bahwa video itu sudah ia copy di memory card nya yang lain. Aku mengejarnya dan memohon untuk tidak berbuat sejauh itu Tapi Rida tidak bergeming. Ia terus berjalan cepat, dan terakhir aku melihatnya masuk ke ruang kepala sekolah.
"Kenapa jadi begini sih... Aaaahh."
Aku hanya berakhir pasrah. Tidak ada yang bisa kulakukan lagi selain menunggu waktu persidangan yang mungkin akan segera tiba.
Truuut truuut truuut...
Astagaaa.. aku terkaget mendengar getar hpku di keranjang Mio yang cukup keras.
Mau apalagi sih dia nih
"Haloo," jawabku lemas.
"Haloo Adaan, kamu lagi dimana? Kok nggak masuk?" Tanya Rida lembut.
"Mau apalagi?" Ucapku kesal.
"Kenapa kamu nggak masuk? Apa soal yang tadi? Tenang aja aku nggak ngelaporin kamu kok Dan"
"Hah,, serius ajalah Rid,. terus kenapa tadi kamu ke kantor kepala sekolah?"
"Bukan urusanmu, sini cepet balik. Aku tungguin. Awas aja kalau kamu nggak sampai di sini dalam 15 menit. Aku aduin beneran ke kepala sekolah ntar atau ke emakmu sekalian"
"Kamu serius Rid? Nggak ngaduin aku?" Aku mulai merasa langit di otakku kembali cerah.
"Cepetan Adaan.. langsung masuk aja ntar yaa. Udah aku izinin tadi. Aku bilang kamu pulang dulu sebentar. Yaudah aku mau masuk dulu Tut Tut"
Otakku seketika kosong. Jiwaku sempat keluar dari tubuhku selama beberapa detik, sebelum akhirnya getar hp ku kembali membuatku sadar.
"Cepetan Adan mesuuum" SMS dari rida.
Wuuuhh,,, Rida sepertinya memang tidak mengadukanku. Aah syukurlah, sukur Alhamdulillah tuhan. Rasanya benar-benar lega. Seperti mau tabrakan motor dengan kecepatan tinggi, tapi tiba-tiba kecelakaannya nggak jadi. Hahahaha..
Sampai di depan kelasku, aku lihat Buk Ira sedang menulis di papan tulis.
"Tok.. tok.. tool.. permisi Buk..." Buk Ira menolehbke arahku sebentar.
"Iya masuk aja" kata Buk Ira kembali menulis.
Ternyata benar Rida membuat alasan untukku. "Waduh sungguh beruntung dirimu Peng punya pacar sebaik dan sepengertian Rida." Aku menatap ke muka Gepeng yang sedang sengit menatapku curiga. Lalu kulihat Rida. Ia sibuk mencatat dibukanya seolah tidak peduli dengan kedatanganku. Ah sudahlah, yang penting aku masih baik-baik saja sekarang.
Selama beberapa menit kuperhatikan Rida, ia tidak tampak sedikitpun terganggu. Membuatku menjadi lebih tenang. Bahkan saat pulang sekolah Rida masih bersikap seperti biasa. Aku pikir ia akan mengajakku bicara. Ternyata enggak. Aku bahkan berpikir keras sejak tadi. Memikirkan tentang bagaimana cara menjelaskan segala sesuatunya ke Rida. Tapi untunglah, ia sudah beranjak pulang. Karena sebenarnya aku juga masih belum siap menghadapinya. Seenggaknya aku punya waktu sehari lagi sampai besok untuk berpikir.
*******

Di saat-saat kritis seperti ini, yang aku rindukan adalah Fany. Entah kenapa sosok Fany sekarang terasa menyejukkan. Meskipun sebetulnya hubunganku dengan Fany agak renggang belakangan ini. Tapi aku masih lebih beruntung. Edy bahkan lebih sial lagi. Ibu Fany pernah memberi tahuku bahwa Fany tidak ingin lagi berpacaran dan berniat untuk putus dengan Edy.
Fany sekarang agak berubah. Ia menjadi pribadi yang lebih baik. Ternyata ucapannya dulu bukan hanya isapan jempol belaka. Fany serius ingin berhijrah. Meskipun ia tidak berniat untuk berlebihan, tidak berniat untuk memakai baju longgar dan jilbab super dalam. Tapi jelas Fany tidak ingin memperbanyak dosa. Dan ia tidak mau lagi berbuat mesum denganku. Ah tapi belum pasti juga. Mungkin hanya karena kami belum memiliki waktu untuk mengulanginya lagi.Entahlah,, yang pasti aku tidak berniat untuk memaksanya. Kehadirannya saja sudah membuatku bahagia.
Aku pergi ke parkiran, sekalian mencari motor Fany. Kalau motornya masih ada, aku akan menunggunya. Benar saja, motor Fany masih ada. Dan di parkiran aku juga melihat Yana. Ia duduk dengan Ika yang memandangku super sengit. Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sehingga Ika menatapku penuh dendam begitu. Sementara Yana memberiku senyum manisnya.
Saat aku ingin menghampiri mereka, Ika langsung menyalakan motornya. Ia juga memberi perintah jahat ke Yana untuk cepat-cepat mengikutinya.
"Kenapa sih kamu Ka? Kamu cemburu Yana Deket sama aku?"
"Heishh..." Ika semakin dendam melihatku. Hahahaha.. entah kenapa aku suka sekali melihat cewek galak nggak jelas begitu. Lalu mereka pergi meninggalkanku.
Baru kemarin enak-enak dengan Yana. Ngerasain bulu jarang di pinggir memeknya.. eishh.. sadar Ndan, masalah dengan Rida bahkan belum selesai.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya bidadari sekolah yang ditunggu pun datang. Ia tampak lelah, tapi tersenyum melihatku.
"Hai Adaan, nungguin aku Yaa?"
"Capek banget yaa Fan" kataku mendekatinya.
"Iyaaa, tadi habis olahraga langsung belajar Fisika hukhuuuk" Fany kayak orang merajuk.
"Cup cup cuup.. yaudah pulang aja. Mau aku anterin pulang Fan?"
"Hihii, emang kamu nunggu aku pengen ngajak jalan yaa"
"Pengennya gitu sih, tapi nggak jadi deh. Kayaknya kamu capek banget" kataku agak manja.
"Hihiii.. aku mau kok jalan sama kamu. Tapi hari ini nggak bisa. Ibu aku mau ngajak aku ke Patin. Atau kamu ikut aja bareng. Ibuku sering nanyain kamu tuh"
"Hah, iya Fan. Nanyain gimana. Nggak yang buruk kan?"
"Enggaklah, kayaknya dia rindu sama kamu. Nggak jelas banget kan?"
"Hihiii iya.. ada-ada aja kamu Fan"
"Iish bukan aku, Ibu aku tuh yang ada-ada aja. Mau nggak ikut?"
"Mau aja sih Fan, cuma gimana caranya? Motor kita gimana?" Tanyaku. Entah kenapa aku jadi ingin pergi bareng dengan Fany dan Ibunya.
"Yaa ikutin aku aja yuuk" kata Fany. Lalu kami pergi ke rumah adik neneknya. Di sana sudah ada Ibu Fany. Ia menatapku heran tapi ia juga tersenyum.
"Bundaa, Adan boleh ikut nggak? Owh pasti boleh yaa" hahahaa, aneh, Fany bertanya ke Ibunya tapi ia jawab sendiri.
"Nggak boleh.. orang sombong gitu kok di ajakin" kata Ibu Fany jutek.
"Trus gimana?" Tanya Fany.
"Yaudalah udah terlanjur juga" ucap Ibu Fany membuka pintu mobilnya. Lalu aku dan Fany memasukkan motor kami ke dalam rumah. karena dirumah itu sedang nggak ada orang. Kemudian kami menyusul Ibunya ke mobil. Aku duduk di bangku tengah sementara Fany menemani Ibunya di depan.
Selama perjalanan kami hanya ngobrol biasa saja. Sambil ngobrolin maksud mereka datang ke Patin. Ternyata maksudnya datang ke Patin, karena nenek Fany, Ibu dari Ayah Fany itu sedang sakit. Aku baru tahu, ternyata maksud Fany mengajakku ke Patin dulu itu karena neneknya tinggal di sana.
Setelah sampai di tujuan. Fany mengajakku menyapa neneknya. Di sana ada 3 orang Ibu-ibu dan 2 orang bapak-bapak. Aku di perkenalkan oleh Ibu Fany, bahwa aku adalah teman sekolah Fany.
Saat mau pulang, Fany mengajakku bicara. Katanya ia enggak ikut pulang karena neneknya masih ingin dekat dengan Fany. Dan akhirnya aku pulang ber dua saja dengan Ibu Fany.
Saat di dalam mobil, kami hanya saling diam. Aku agak canggung juga hanya berdua dengan Ibu Fany.
"Buk, sejak kapan nenek Fany sakit?" Tanyaku basa-basi untuk mencairkan suasana. padahal tadi Fany sudah memberi tahuku.
"Buk? Siapa tuh?" Tanya Ibu Fany bercanda. Aku tahu maksudnya.
"Iya Bunda.. hehee, canggung Bund"
"Dibiasain aja, kamu kan sering ber dua sama emak kamu. Nggak beda jauh kan Bunda sama emakmu?"
"Iya sih Bund"
"Iyaa anggap aja Bunda Ibu kamu, biar nggak canggung" katanya enteng.
"Justru tambah canggung, masa di samain" kataku mulai cair.
"Yaa kamu sama-samain ajalah.Daripada kamu grogi gitu. Sama emakmu kan nggak grogi"
"Iyaa kan udah biasa. Dari kecil kan udah sama emak bund"
"Iya sih.. emang kamu sama emakmu itu kayak gimana kalau di rumah? Apa kayak pacaran atau gimana kedekatan kalian?"
"Uhuuuhuhuu,, ada-ada aja. Masa kayak pacaran. Yaa sama kayak Bunda sama bang Angga lah. Ibu sama anak"
"Bedalah Adaan. Abangmu itu nggak pernah mau dekat sama Bunda. Padahal dia anak laki-laki bunda satu-satunya. Kayaknya cuma sampai SD aja dia bisa bunda dekatin. Smp dia udah asik sama teman-temannya. Kalau ngomong cuma seperlunya aja. Nggak pernah ngobrol berdua kayak gini. SMA dia udah tinggal di kota. Kuliah juga di kota. Kerja di kota 2 tahun, terus nikah. Pokoknya nggak akan sama kayak kamu sama emakmu Dan"
"Sebenarnya aku juga nggak terlalu dekat sama emak Bund. Kayaknya ngobrol berdua cerita-cerita gitu juga nggak ada. Cuma sama-sama tahu aja Bund, kami saling sayang, saling peduli gitu."
"Eeish sama aja kamu ternyata. Yaa meskipun agak baik dikitlah. Seenggaknya kamu memperlakukan emakmu dengan baik. Tapi saran Bunda, kalau kamu sayang sama emakmu. Tunjukinlah gimana kamu sayang sama dia. Gimanapun emakmu itu perempuan, nalurinya udah perempuan. Dia hanya nunggu untuk diperhatikan. Kamu harusnya inisiatif sebagai anak laki. Anak laki itu agak beda sama anak perempuan. Kalau anak perempuan yaa sama-sama sayang juga. Tapi lebih cair. Kalau anak laki itu diharapkan lebih peka."
"Maksudnya gimana tuh Bund. Aku juga mau sebenarnya dekat sama emak. Cuma aneh aja rasanya Bund. Taulah orang sini, kalau terlalu dekat dengan keluarga yang perempuan, dibilangnya bodoh. Kan ada tuh Bund kata-kata itu. Emang perempuan keluargamu itu diciptakan untuk kamu? Buat orang lain kan? Gitu bund"
Di kampungku, memang dekat dengan saudara perempuan dan keluarga berjenis kelamin perempuan itu dianggap bodoh. Istilahnya itu, kayak nggak ada perempuan lain aja di luar sana. Itulah yang bikin kami tidak betah di rumah. Bahkan aku yang anak rumahanpun merasa malu kalau teralalu dekat dengan keluarga perempuan. Pemahaman itu sudah terdoktrin di otak semua laki-laki di kampungku.
"Hahahaaa.. iya juga sih. Tapi kamu mau seperti mereka? Apa mereka lebih penting dari emakmu?"
"Yaa nggaklah Bund. Emakku itu yang paling penting di dunia ini buatku hihihii"
"Daripada Fany? Penting mana emakmu daripada Fany?" Tanya Ibu Fany. Aku terdiam sejenak. Menganalisa apa maksud dari pertanyaannya. Jawaban kayak gimana yang ia inginkan. Apa ia ingin mencari tahu seberapa sayang aku ke Fany?. Tapi bodolah.
"Iya bedalah Bund. Emak itu orang tua aku, sementara Fany itu yaa gitulah" jawabku diplomatis.
"Jawab aja singkat. Kamu lebih sayang ke amakmu atau Fany?" Tanyanya aneh.
"Emakku Bund. Toh Fany belum siapa-siapa aku" jawabku masih diplomatis.
"Trus kalau Fany udah jadi siapa-siapa kamu. Udah jadi pacar kamu misalkan. Kamu lebih sayang ke Fany dariapada emakmu?" Waduuh kenapa pertanyaanya jadi begini sih.
"Tetap emak aku Bund" jawabku tegas. Aku sendiri belum yakin apa jawabanku sesuai dengan yang dia inginkan atau enggak.
"Nah gitu. Nggak usah muter-muter. Emang emakmu itu yang harus paling kamu sayang. Apalagi emakmu itu udah sendiri. Pastilah dia sangat menginginkan perhatian dari kamu." Jawab Ibu Fany sambil mengusel-ngusel rambutku.
Aku sendiri juga sebenarnya sadar akan hal itu. Aku ingat kayak gimana bahagianya emak saat aku belikan baju dulu.
"Nah sekarang kamu mau pentingin kata orang atau pentingin emakmu?" Tanyanya lagi menghentikan lamunanku.
"Emakku lah Bund"
"Sekarang Bunda tanya. Apa yang udah kamu lakuin buat emakmu selain membantunya kerja?"
Aku diam sambil mikir. Apa yang aku lakuin?
"Kamu tahu nggak emakmu itu suka makan apa? Atau jangan-jangan kamu belum pernah ngajak emakmu makan di luar?" Tanya ibu Fany. Aku menatapnya lalu mengangguk.
"Dasar laki nggak peka.. gini bunda kasih tau yaa. Bunda sangat ingjn diperhatikan sama bang Angga dulu. Sampai bunda ngemis-ngemis pengen diperhatikan. Tapi tetap aja dia nggak peka kayak kamu. Nah sekarang, bunda kasih tau ke kamu apa yang enggak bisa di sampaikan emakmu. Apa yang ia benar-benar inginkan. Semuanya itu kamu. Kamu yang paling emakmu inginkan. Kalau adikmu kan masih kecil. Bunda yakin hubungan mereka juga cair" Aku hanya mengangguk saja.
"Bund" kataku memotongnya.
"Humm" jawabnya
"Terus aku musti gimana Bund" tanyaku bingung. Memang aku benar-benar nggak tau apa yang harus aku lakukan. Aku bingung dengan batasan sampai mana perhatian itu aku tunjukkan.
"Hmmm.. yaa lebih perhatianlah"
"Maksudnya gimana Bund.. aku tuh bingung. Perhatian yang pantas itu seperti apa. Kan nggak mungkin aku perlakukan emak kayak pacar Bund."
"Kenapa nggak mungkin?" Tanyanya nyengir
"Yaa gini bund. Yang aku tahu perhatian itu kayak ke Fany. Kalau ngeliat dia sedih, yaa aku peluk. Masa emak aku peluk Bund"
"Hahahaaa.. iya juga sih. Bunda juga nggak tahu soal itu. Nggak pernah dibperhatikan soalnya. Menurut Bunda sih kamu ikutin naluri kamu aja sebagai anak, jangan sebagai pacarlah. aneh"
"Nah itu Bund, aku bingung."
"Hmmm yaa kalau perlu kamu perlakukan aja emakmu kayak pacar hahaa.. emakmu pasti nggak akan nolak. Paling cuma ngomel-ngomel dikit tapi dihatinya bahagia"
Aku melongo aja mendengar penjelasan yang enggak jelas ini.
"Terus gimana Bund.. nggak mungkin kayak gitu kan?"
"Mungkin aja, kalau perlu kamu cipok emakmu sekalian. Pasti tambah berbunga hatinya tuh"
"Masa gitu Bund.. emang bunda mau di cipok bang Angga?"
"Iiihh aneh yaa.. masa iya di cipok anak sendiri hahahaa" ia tertawa geli. Lalu kami terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Adan, kamu emang mau nyium bibir emakmu? Kalau dia bukan emakmu emang kamu mau nyium bibirnya? Jangan langsung dibjawab, tapi dibayangin dulu. Jangan pikirin pantas atau nggak pantas. Hanya bayangin aja mau atau enggak?"
Aku ikuti kemauan bunda. Aku bayangkan emakku bukanlah orang tuaku. Dan isi pikiranku. Emakku itu sebetulnya masih cantik dan juga sifat dan baik.
"Kalau bukan emakku yaa Bund?" Ucapku menatap mata bunda. Iya mengangguk semangat.
"Kalau bukan emakku, kayaknya mau bund. Emak itu perempuan yang sangat baik. Aku bahkan ingin punya istri yang sifatnya mirip emak" ku jawab jujur. Memang aku sangat mengagumi emakku. Terlalu banyak kelebihan dari sikapnya.
"Hihiihii udah Bunda duga. Lagian emakmu itu masih muda juga. Maaih pantas di cium pemuda sepertimu hihi"
"Sekarang coba bunda bayangin, bang Angga nyium bibir bunda."
"Ih nggak mau" jawabnya langsung
"Kok nggak mau bund, aku malah di suruh" sahutku kecewa.
"Bukan gitu Adan. Gini, meskipun Angga itu anak bunda, tapi bunda juga tahu Angga itu nggak sebaik kamu"
"Kok mikir gitu bund, emang bunda tau aku kayak gimana? Bisa aja sama kayak bang Angga"
"Beda Adan, Angga itu bahkan enggak bunda harapkan akan memperhatikan bunda. Bunda hanya ingin sedikit saja. Sementara kamu, jelas emakmu itu beruntung. Bunda tau kamu belum pernah ngomong keras ke emak ya kan?" Tanyanya. Aku berpikir sejenak. Aku memang nggak pernah sejahat itu sampai ngomong keraa ke emak. Lalu aku mengaguk.
"Tapi bund, gimana kalau bunda bayangin, bunda adalah emak. Apa yang bunda ingin aku lakukan. Apa bunda ingin aku mencium bunda?"
"Hmmm.. bentar.. itu perlu penjiwaan. Bunda bayangin dulu bunda jadi emakmu" Lalu bunda menghentikan mobilnya. Sepertinya ia serius membayangkan jadi emakku. Ia bahkan memejamkan matanya. Setelah 1 menit
"Mau nak, ciumlah emak sayang. Cium di bibir emak" katanya merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi. Aku hanya bisa bengong.
"Kamu minta bunda jadi emakmu kan? Bunda udah bayangin dalam banget nih. Sekarang ciumlah emak" aku ragu. Tapi bayangan emak dan juga ekspresi Ibu Fany ini berhasil membuat jantungku ber degup kencang.
"Bener bund?" Tanyaku mengira-ngira.
"Aku bukan bunda, aku emakmu. Sekarang cium emak nak. Cium di bibir"
Lalu aku mendekat, jakunku terasa sekali naik turunya. Aku semakin mendekat. Lalu aku benar-benar mengecup bibir bunda. Aah entahlah siapa yang aku cium. Bayangan emak dan bunda sama-sama membuatku bingung.
"Peluk emak sayang" lalu kupeluk tubuhnya canggung.
"Peluk yang erat, cium lagi bibir emak semaumu. Jangan sungkan, emak nggak akan marah apapun yang kamu lakukan nak"
*Aaah" desahku. Entahlah kata-kata yang keluar dari mulutnya terasa membuatku merinding.
Seperti yang ia katakan. Aku mencium bibirnya tidak lagi sekedar kecupan. Tapi ciuman basah. Kurasakan juga ia membalas ciumanku.
"Aaaaahh" ia meleguh melingkarkan tanganya di kepalaku.
"Terus nak, terus sayang.. lakukan semaumu."
"Iissshhh" aku mendesis seperti akan kehilangan kontrol sebentar lagi.
"Emak" kataku tanpa sadar. Lalu bibirku turun ke lehernya yang masih tertutup jilbab.Aku singkap jilbabnya. Terlihatlah leher dan dada bagian atasnya. Kulitnya masih kencang. Meskipun nggak sekencang Fany, tapi ini terasa aneh. Aku sangat menyukainya. Ingin kuterkam seluruh tubuhnya. Merasakan dadanya yang mungkin tidak lagi keras, tapi pasti masih kenyal. Tapi aku masih ragu.
Kualihkan pandanganku ke wajahnya. Matanya terpejam, lalu terbuka.
"Lakukan nak, lakukanlah semaumu. Kamu anak baik sayang cup" ia memegang ke dua pipiku lalu mengecup keningku.
Aku mendapat izin begitu, langsung ancang-ancang akan menerkamnya. Tapi sebelum itu, aku membuka kancing dan resleting celanaku. Kukeluarkan batang kebanggaanku. Lalu ku arahkan tangannya menyentuh batangku.
Ia menatapku nanar. "Kamu anak baik nak" katanya langsung mengocok batangku.
Aaaahh
Uuuhhh... Aku keenakan. Terasa ngilu sampai kebahuku.
Saat ia akan menunduk, aku menahanya. Karena aku ingin menikmatinya dulu. Kucium lehernya lembut sampai kasar. Kujilat-jilat kulitnya. Sementara tanganku mulai meremas dadanya.
Aaaahhh
Aaaaah
Adaaaan anakku.
Meakilpun aku diburu nafsu. Tapi aku tetap sadar tempat kami tidaklah aman. Aku tidak mau daerah yang paling kuinginkan tidak jadi tersentuh gara-gara orang datang nanti. Langsung aja aku naikkan roknya. Terlihat CD putih yang agak membayang. Aku pandangi pemandangan itu sangat romantis.
Mataku jalang menatap kedua pahanya yang masih kencang dan terawat. Lalu aku menunduk. Ku elus memek Ibu Fany ini.
Ooowhh luar biasa..
Empuk lenyet lenyet
Aromanya tidak seperti punya Fany. Ini lebih wangi. Sepertinya ini memek yang terawat dan ia tau cara merawatnya.
Aku hirup aroma memeknya. Kujilati CDnya sehingga makin basah, lepek. Aku bahkan bisa melihat isinya.
Ooowhh sayang
Kamu anak baik nak
Anak paling berbakti sedunia..
Ooowhh.. terus sayang..
Tubuhnya melenting dan ia mendesah sesukanya.
Aku turunkan CD nya, terlihatlah surganya. Bulu-bulunya lurus rapi. Memeknya agak coklat berlendir. Bibir memeknya kayak pial ayam tapi sungguh menakjubkan. Kenyataannya ini adalah memek Ibunda dari Fany.
Kukangkan kakinya. Kunaikkan ke kursi kedua-duanya. Lalu ku seruput memeknya.Tubuhnya tersentak. Tangannya mermas batangku lalu mengocok lagi lebih cepat.
"Sudah Dan sudah.. bunda takut. Mobil ini berasa bergoyang tadi." Katanya. Aku sendiri sebetulnya juga takut. Ada mobil goyang di pinggir jalan tentu bahaya. Meskipun jalan in cukupi sepi.Lalu kusudahi aktivitasku.
Ibu Fany membelai pipiku denga satu tanganya.
"Kamu benar mau melakukan itu sama emak?" Tanyanya lembut.
"Entahlah bund. Kayaknya enggak. Sama bunda aja enak ngebayanginya" jawabku jujur. Aku memang nggak berniat melakukan seperti tadi dengan emak. Cuma membayangkan emak dengan tubuh bunda rasanya luar biasa.
"Hihiii.. nggak usah malu. Kalaupun kamu lakuin itu sama emak nggak apa-apa kok. Asal jangan kamu masukin aja pentungan ini ke punya emak. Tadi bunda benar-benar membayangkan jadi emakmu hihiii." Katanya sambil ngocok batangku.
"Kamu belum bisa bawa mobi sih, kalau bisa kamu aja yang bawa. Bunda pengen mainin ini... Eh.." katanya melepaskan batangku.
"Hah, kenapa kita begini? Udah lepasin Adan." Katanya melepaskan tanganku dari memeknya. Lalu mobil kembali jalan.
Aku juga bingung setelah bunda kayak orang baru sadar gitu. Apa aku tadi menghipnotisnya? Sepanjang jalan kami hanya diam saja.
Setelah sampai di rumah adik nenek Fany. Kami berdua turun. Di sambut oleh adik nenek. Benar kata Fany, teenyata adik neneknya ini masih muda. Ia menatap kami curiga. Lalu mereka berbincang-bincang sebentar. Sementara aku mengeluarkan si Mio.
Sebelum aku pulang. Ibu Fany memanggilku.
"Adaan, bunda nggak marah kok. Jangan salah paham yaa. Tapi ingat kata bunda tadi. Jangan sampai di masukin ke emak hihiii" lalu ia berbalik meninggalkanku.
Luar biasaa. Aku tadi mengocok memek Ibu dari Fany.. luar bias-luar biasaa.. aku masih belum percaya yang tadi itu adalah nyata.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd