Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Amplas

Status
Please reply by conversation.
Dua tahun lalu SMA kami pernah berperang dengan SMK. Pemicunya sama dengan yang sekarang. Ada salah satu anak SMK yang di keroyok, lalu di buang ke sawah. Besok siangnya, anak SMK datang ke SMA kami lebih dari seratus orang. Waktu itu SMA kami belum siap, karena kebanyakan dari kami tidak tahu apa-apa soal pengeroyokan itu. Ditambah lagi, para jagoan SMA kami banyak yang tidak ada di tempat. Sehingga hari itu sekolah kami jadi bulan-bulanan anak SMK.
"Palingan kayak dulu Peng. Meskipun mereka banyak, tapi yang akan berdiri di depan itu yaa sebanyak kita ini juga. Kan nggak mungkin mereka datang ke sini langsung mukul-mukulin atau lempar-lempar batu atau molotov gitu. Pasti mereka nyari dulu siapa yang mukulin temannya tadi. Baru deh mulai ribut-ribut." Kataku ke Gepeng pelan.
Aku memang hanya bermaksud untuk diskusi dengan Gepeng saja. Sebab aku nggak percaya diri dan belum yakin juga dengan apa yang aku omongin ini. Tapi, berdasarkan pengalaman dua tahun lalu, ditambah dengan bayangan kalau aku jadi mereka. Maka menyerang sekolah lain tanpa ba bi bu gitu nggak masuk akal.
.
"Terus gimana?" Tanya Gepeng.
"Yaa kalau kita tunggu di sini, udah pastilah sekolah kita bakal hancur lagi"
"Yaa terus gimana? Kita kan kalah jumlah Adaan ganteeng" kata Gepeng mengusap-ngusap kepalaku.
"Bodo ah" kataku kesal mengibas tangan Gepeng.
"Haha haa... Terus gimana Adaaan hah hah" Gepeng menanyaiku seperti menanyai anak kecil, membuatku kesal.
"Au ah"
Tapi akhirnya Gepeng ngomong ke Boby dan anak-anak lain persis seperti yang aku katakan tadi. Sehingga kami memutuskan untuk menunggu di warung Pak Ha. Kira-kira 10 meter dari sekolah kami. Kami yang berkumpul di warung Pak Ha, kira-kira 60 an orang. Sisanya menunggu dengan batu-batu di balik pagar sekolah.
Tidak lama setelah kami sampai di warung Pak Ha, Boby mendapat telpon dari temannya. Lalu memberi tahu kami bahwa anak-anak SMK sudah mulai berangkat. "Jumlahnya sekitar seratusan orang" kata Boby.
Aku ngangguk-ngangguk, ternyata Boby ini sudah memasang mata-mata. Jago juga dia.
Setelah itu aku melihat ke wajah-wajah di sekitarku. Setiap orang yang aku lihat, membalasku dengan senyum getir. Termasuk juga Gepeng.
"Apaan senyum-senyum" kata Gepeng.
"Haha haaa.. santai aja Peng. Nanti kamu di belakang aku aja, biar aku lindungin wkwkwk"
"Njiir,, bisa-bisa kita berantem duluan sebelum mereka datang nih" kata Gepeng panas.
"Haha haa...ah ah aaah ha"
Aku sendiri sebenarnya juga agak takut-takut, jantungku sudah berdebar-debar. Terbayang ada kayu reng atau besi mendarat di kepalaku. Tapi anehnya, aku merasa bersemangat. Adrenalinku terpacu untuk melakukan hal berbahaya ini secepatnya.
Kalau dulu, mungkin aku tidak akan seberani sekarang. Jangankan untuk pertarungan seperti ini, untuk berkelahi satu lawan satu saja aku akan menghindar.
Dulu, ekonomi keluargaku pas-pasan. Dan aku juga tulang punggung keluarga. Kalau terjadi apa-apa padaku, bagaimana dengan adik-adikku, bagaimana dengan emakku. Bagaimana kalau aku terkena masalah, apalagi sampai berurusan dengan polisi. Siapa yang akan mengurusku?. Itu yang aku pikirkan.
Yang aku punya cuma emak. Aku tahu emak akan melakukan apa saja untuk mengurusku kalau aku terkena masalah. Tapi mau gimana? Emakku hanya perempuan yang tidak punya uang. Malah aku lebih menghawatirkan dia kalau sampai aku mendapat masalah. Bisa-bisa emakku jadi sakit-sakitan nantinya.
Tapi sekarang sudah berbeda. Aku sudah punya bapak yang aku tahu dia akan mengurusku. Dia adalah Om Gun ayah Kak Tya sekaligus adik bapakku. Om Gun pernah bilang ; kalau nanti ada apa-apa, dan orang nanyain kamu anak siapa, bilang aja kamu anak Om. Tentu saja aku senang dengan itu. Apalagi masih ada Kak Tya. Dia bisa saja meminta suaminya untuk mengurusku. Kemudian adalagi Bunda (ibu Fany) yang sudah jadi ibu angkatku. Inilah yang membuatku lebih berani sekarang.
Setengah jam berlalu, lalu satu jam. Anak-anak SMK itu juga masih belum datang. Aku lihat ke wajah teman-temanku, nampak wajah-wajah yang mulai bosan. Memang menunggu itu bukan hal yang gampang. Apalagi menunggu hal-hal yang tidak pasti. Adrenalin kami yang tadinya tinggi sudah mulai turun.
15 menit berikutnya, datang rombongan polisi. Ada 8 orang polisi mendatangi kami. Kata polisi, mereka sudah tau masalah kami dengan anak-anak SMK. Polisi bilang, anak-anak SMK itu sudah disuruh pulang ke rumah mereka masing-masing. Itulah sebabnya mereka tidak jadi datang. Ternyata sudah di bubarkan sama polisi.
Polisi-polisi itu meminta kami untuk bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Tapi tidak ada diantara kami yang pergi meninggalkan lokasi. Kami sama-sama menunggu. Mungkin kalau ada 3 orang yang putar balik, maka semuanya akan putar balik dan bubar. Tapi ini nggak ada sama sekali. Kami tetap stay di tempat kami, sambil saling pandang wkwkwk..
Setelah capek meminta kami untuk pulang, dan mengancam untuk membawa kami ke kantor, akhirnya polisi itu memanggil perwakilan kami. Boby. Lalu Boby memanggil 3 orang lain.
"Daan, ayooo" kata Boby mengajakku.
Aku menoleh ke teman-teman disamping kiri dan kananku. Mereka cuma memberiku senyum manis. Akhirnya aku bergabung dengan 4 teman yang lain untuk berbicara dengan polisi.
Polisi meminta kami untuk menyerahkan teman-teman kami yang memukul anak SMK tadi.
"Pak, temen-temen kami itu nggak salah. Anak SMK itu yang datang ke sekolah kami dan mengganggu cewek-cewek di sekolah kami. Ini soal harga diri pak, emang mereka pikir di sekolaj kami nggak ada laki-laki?" Kata Boby.
Aku ngangguk-ngangguk mendukung ucapan Boby. Berani juga dia ngomong kayak gitu sama polisi.
"Soal itu biar diselesaikan di kantor polisi saja nanti. Sekarang tunjuk teman-temanmu itu dulu" kata polisi agak marah.
Aku lihat ke muka Boby, sepertinya dia tidak takut sama sekali sama polisi-polisi ini. Apa dia punya bekingan kuat yaa..
"Ayoo kawan-kawan bubar saja.. bubar-bubar.." Boby memberi kami instruksi. Akhirnya kami bubar, meskipun polisi mengancam akan membawa kami semua. Tapi kami tetap bubar.
Salah satu polisi itu sempat memegang tanganku. Tapi aku cuek pura-pura nggak sadar aja menarik tanganku. Di dalam hati, aku sudah berdebar-debar. Nggak asik banget kalau sampai aku yang diseret ke kantor polisi.
Setelah bubar dari warung Pak Ha, kami kembali ke sekolah. Banyak dari kami yang masih stay di sekolah. Untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba anak SMK datang. Tapi sampai jam 5 sore kami menunggu, tidak ada juga yang datang. Dan akhirnya kami semua pulang.

Aku masih salut dengan Boby tadi. Ternyata dia mau pasang badan demi melindungi teman-teman yang tadi mukulin anak-anak SMK. Kayaknya memang pantas dia jadi pemimpin.

Kemudian soal kami yang tidak jadi bertempur dengan anak-anak SMK, sebetulnya aku masih kecewa. Harusnya tadi itu, polisi membiarkan saja. Supaya masalah diantara kami anak SMA dan anak-anak SMK itu cepat selesai.
Kalau begini, tidak jadi bertempur hari ini. Bukan berarti masalah sudah selesai. Justru masalahnya akan semakin rumit. Anak-anak SMK itu masih menaruh dendam ke kami. Sehingga cepat atau lambat, pertempuran pasti akan terjadi juga. Menunda pertemuan antara SMK dan SMA hanya akan membuat ketegangan-ketangan makin meluas. Kami anak-anak SMA tidak akan bisa lagi pergi-pergi ke arah yang dekat dengan SMK. Anak-anak SMA kami juga akan takut-takut kalau pergi sendiri-sendiri. Bahaya kan, kalau lagi motoran sendiri, tiba-tiba dari belakang ada yang mukulin kepala kita. Jadi masalah ini akan berlarut-larut nantinya. Toh ujung-ujungnya akan tetap bertempur juga. Hanya nunggu waktu saja.
Lebih baik kayak yang dua tahun lalu itu. Masalah selesai dalam waktu dua hari. Setelah itu, tidak ada yang berani lagi nyari gara-gara. Baik dari anak-anak SMA, maupun anak-anak SMK.
Dua tahun lalu, setelah anak-anak SMK menyerbu sekolah kami. Hari berikutnya, kami anak-anak SMA 1, bergabung dengan anak-anak SMA 2 dan SMA 3 menyerbu ke SMK. Terjadilah pertempuran sengit di sana. Banyak yang masuk rumah sakit, baik anak-anak SMA maupun anak-anak SMK. Baru setelah uneg-uneg dan dendam masing-masing keluar semuanya, polisi datang nggak apa-apa. Lalu mencokok orang-orang yang menjadi pemicu masalah.
Tapi setelah itu semuanya selesai. Semuanya kapok. Anak-anak SMK tidak lagi petantang-petenteng masuk ke SMA-SMA. Dan anak-anak SMA juga tidak ada yang mencari masalah dengan anak-anak SMK.
Tapi kalau kondisinya seperti sekarang, maka tidak ada jalan lain. Hanya harus lebih hati-hati. Kalau pergi-pergi harus dengan teman.



**********
Malamnya setelah magrib, aku telponan dengan Fany. Kami membahas soal kejadian tadi siang di sekolah dan juga soal persiapan lombanya besok. Setelah cukup lama kami ngobrol sambil bermesra-mesraan, tiba-tiba aku teringat tentang Edy.
"Eh Fan, Edy tuh kuliahnya dimana?"
"Di sini" kata Fany.
"Di kampus tempat kamu lomba sekarang?"
"Iyaa" jawabnya santai.
Njiirr...
"Trus kamu ketemu sama dia?"
"Hmm... Iya." Katanya pelan agak ragu.
Duh sial.. diam-diam dia ketemu dengan Edy. Kalau nggak aku tanya mungkin dia nggak akan cerita nih.
"Ketemu dimana? Ngapain aja?" Tanyaku sesantai mungkin, padahal hato sudah panas.
"Ketemu di dekat sini aja. Dia ngajak aku main ke kampusnya, liat-liat kampus gitu. Tapi cuma gitu aja kok. Setelah itu langsung pulang."
Aku terdiam dan dadaku terasa agak sesak.
"Aku sayang kamu Adaan. Tadi itu beneran cuma ketemu gitu aja. Aku nggak enak juga nolak, soalnya dia udah tau aku di sini." Jelas Fany. Mungkin dia sudah tahu bahwa aku sudah mulai marah.
"Fan, emang dia nggak tau kalau kita udah pacaran?" Kataku.
Sebenarnya kami belum pacaran, tepi kami sudah seperti orang berpacaran. Dan juga, anak-anak di sekolah taunya kami sudah berpacaran. Jadi nggak mungkin Edy ini nggak tau.
"Dia tau kok, dan aku juga udah bersikap berbeda sama dia"
"Hah, maksudnya gimana Fan?" Tanyaku bingung..
Masa iya dia sudah tau, tapi tetap mau menerima Fany. Kan Fany itu selingkuh. Ini aku yang error atau gimana sih.
"Dia udah tau, dan udah dari lama juga dia tahunya. Tapi dia itu nggak percaya kalau aku pacaran sama kamu"
"Hah.. gimana sih maksudnya. Kamu cerita ke dia itu gimana? Masa dia nggak percaya?"
Nih yaa.. kalaupun dia nggak percaya. Yaa tetep aja seenggaknya dia itu bakal marah ke Fany. Fany itu perempuan dan aku laki-laki. Ok lah dia nggak percaya kami pacaran. Tapi dia sudah tau kalau Fany itu deket sama aku. Apa dia nggak cemburu atau nggak berpikir pacarnya itu bakal di apa-apain? Apa dia nggak apa-apa dengan itu?
Aku ubah posisi tidurku menjadi bersandar di dinding yang melekat ke ranjangku. Saking seriusnya aku menganggap obrolan ini.
"Aku nggak ada cerita ke dia. Tapi aku yakin dia udah tau sejak lama. Cuma kayaknya dia tuh nggak percaya gitu kalau aku pacaran sama kamu"
"Yaa kenapa begitu? Apa dia nggak cemburu sama aku?"
"Hmm... Mungkin. Mungkin juga karena dia lebih percaya sama aku dan nganggep aku ini emang tercipta untuk dia. Atau mungkin lagi dia itu takut kehilangan aku. Makanya dia nggak mau ngebahas itu. Dia kan tau kalau aku nggak akan mutusin dia. Semuanya mungkin sih hehee"
Aku terdiam sebentar menganalisa kata-kata Fany. Aku tau Edy itu tipe laki-laki dewasa dan beepikir logis. Tapi aku masih belum mengerti kenapa bisa begitu?
"Fan... Aku masih belum mengerti. Gini, aku lurusin aja yaa biar nggak multitafsir."
"Iya"
"Gini.. semua orang juga tau kamu cantik Fan, baik lagi, pinter lagi, kaya lagi.. Tapi kamu itu selingkuh. Masa dia nggak marah sama kamu. Masa dia mau menerima cewek yang sudah nyata berselingkuh gitu. Edy itu kan juga punya semuanya Fan. Jadi selevel sama kamulah. Artinya dia juga bisa dapet cewek lain yang kayak kamu. Kenapa mau bertahan sama kamu yang udah selingkuh gitu?. Aku nggak paham Fan." Jelasku.
"Kamu nggak usah nyari tau gimana cara berpikirnya dia. Yang pasti dia itu lebih dewasa dan lebih gentle daripada kamu. Selingkuh? Enak banget kamu ngomong gitu yaa. Udahlah.. kamu bilang dia punya semuanya tadi, apa kamu nggak berpikir sampai di situ? Mungkin dia itu enggak nganggep kamu sebagai saingan, karena level kalian berbeda." Kata Fany marah.
"Aahh pusing aku Fan. Apa kamu juga berpikir kayak gitu?"
"Yaudah kalau pusing matiin aja tuut tuuut" telpon langsung terputus.
Anjiiir.. maksudnya apa nih. Edy itu nggak nganggep aku sebagai saingan? Segitu rendahkah levelku dimata dia? Apa dia nggak tau kalau aku sudah agak ganteng sekarang?
Awaslah nanti kalau Fany pulang bakal aku entot ajalah lagi.. biar Edy tuh tau, kalaupun nanti Fany itu jodohnya, tetap aja sudah aku sodok-sodok. Biar dia sadar sudah salah meremehkan orang.
********

Jam 9 malam saat aku nonton TV dengan adik-adikku, ada nomor tidak di kenal misscall.
"Halooo" sapaku.
Tuut tuut tuuut...
Telponnya dimatikan..
Tidak lama setelah itu, nomor itu nelpon lagi..
"Haloo"
Tuut tuut tuutt.. telpon dimatikan lagi.
Sampai lima kali nomor itu hanya miscall saja. Aku kirim sms..
"Anjiing" smsku
"Astaghfirullah kasar kali. Ini nomor Adaan kan? Aku Fitri."
Oowh.. nomornya Fitri. Aku berpikir sebentar, lalu aku cek sisa paket nelpon dengan Fany tadi. Ternyata masih ada setengah jam lagi.
Mending telpon ajalah, daripada sms ngabisin pulsa, pikirku. Lalu aku masuk ke kamar nelpon Fitri.
"Assalamualaikum..." Sapa Fitri.
"Haha haa.. kamu Fit. Aku kira nomornya tukang kredit tadi" candaku.
"Salam tuh di jawab duluu..."
"Ha haaa haaa iya iyaaa" malu juga aku ditegur begitu.
"Malah ketawaa.. jawab dulu salamnya"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaaaatuuh.. nggak ikhlas kali rasanya Fit baru jawab setelah di suruh gini" kataku
"Tuh tau.. makanya biasain salam dulu. Ngucap salam itu sunnah, jawab salam itu wajib"
Njiir belum apa-apa sudah dikasih ceramah lagi..
Setelah itu Fitri nanya-nanya soal kejadian tadi siang. Aku ingetin ke dia; jangan dulu jalan ke arah SMK kalau nggak ada temennya, bahaya. Lalu dia berceramah lagi nasehatin aku untuk tidak ikut-ikutan berkelahi begitu..
"Kalau itu nggak bisa Fit"
"Kenapa nggak bisa?" Tanya Fitri.
"Yaa kalau semua orang kayak aku dilarang buat bela sekolah kita, trus siapa lagi yang bela dong?" Kataku.
"Iya juga sih.. hehe hee.. yaudah berantem aja sana" ledeknya.
"Trus nanya itu aja? Nggak ada yang lain?" Tanyaku.
"Hmm... Ada sih sebetulnya. Tapi nggak usahlah"
"Haha haa.. dia kira aku tolol kayak dia kali yaa. Pasti minta dirayu; nggak apa-apa Fit tanya aja. Nggak perlu sungkan, gituuu?? Sayangnya aku nggak bakal tanya Fit. Maaf yaa haha haa"
"Enggak yaa, enak aja. Siapa juga yang mau nanya sama kamu. Nggak sudi juga dengar jawaban dari kamu weeek" balasnya.
Kami terus saja ngobrol, dan aku terus saja membulinya. Entah kenapa aku merasa lebih Superior kalau dengan Fitri ini. Aku berasa lebih bebas aja. Dan Fitri, meskipun di bully tapi dia tetap ketawa.
"Terus tadi mau tanya apa Fit?" Kataku setelah tidak ada lagi bahan omongan.
"Nggak ada, nggak sudi haha haa. Rasain kamu"
"Yaelah masa gitu aja ngambek Fit? Tanyalah, aku nggak ada bahan obrolan lagi nih" ucapku.
"Ha ha haaa.. nggak di tulis dulu bahan obrolannya? Mikir dulu sana. Kalau udah ada ntar telpon lagi" ledeknya.
"Owh kamu pemgalaman gitu ya Fit, nulis dulu apa-apa yang mau di obrolin gitu? Wkwkwk"
"Yaa nggaklah enak aja.. gini.. tadi itu aku mau nanya, tapi jawabnya serius yaa"
"Ok" jawabku.
"Hmm.. tadi pagi kami belajar sama pak Ijal. Dia bilang, kalian yang cewek-cewek nih nggak usah deket-deket sama cowok. Mereka itu suka bikin film di otaknya, gitu"
"Bikin film apaan Fit?"
"Bikin film itu, yang film orang dewasa"
"Oowhh.. terus?" tanyaku.
"Emang iya gitu?"
"Iya" jawabku.
"Hah iyaa... Kamu juga?"
"Iyalah.. katanya kan semua cowok tadi"
"Kok gitu sih?" Ketusnya.
"Haha haaa.. ya gitulah Fit. Semua cowok itu kan onani. Kalau lagi onani yaa mereka bikin film di otaknya"
"Nggak semua cowok kayak gitu yaa" potong Fitri.
"Yaa semuanyalah"
"Enggak..."
"Kecuali yang suka melambai Fit"
"Enak aja. Pokoknya nggak semua cowok kayak gitu. Aku tau ada cowok yang nggak onani" kata Fitri dengan nada kesal.
"Hah.. mana ada cowok nggak onani Fit? Cowok itu ada sperma yang musti di keluarkan dalam jangka waktu tertentu."
Entah kenapa hatiku panas. Rasanya kayak sedang dibanding-bandingkan dengan orang lain. Orang yang dia maksud itu orang baik karena tidak onani, semtara aku punya sifat buruk karena onani.
"Yaa itu kan bisa keluar sendiri secara alami" sambung Fitri.
"Keluar sendiri gimana?" Tanyaku.
"Yaa kan bisa keluar lewat mimpi basah"
"Yaa nggak bisalah. Emang ngeluarin sperma segampang itu? Mimpi itu kan cuma sepotong-sepotong Fit. Masa iya bisa muncrat ngeluarin sperma hanya karena mimpi. Aku belum pernah tuh. Jadi memang harus onani Fit. Semua cowok itu pasti onani." Belaku lagi tetap ngotot.
"Kamu aja yang sakit. Kalau nggak bisa keluar lewat mimpi terus kenapa namanya mimpi basah?"
Njiir kenapa jadi berdebat sih. Tapi aku masih belum terima juga.
"Kamu pernah mimpi begituan kan? Sampe muncrat emangnya?" Tanyaku.
"Iya" jawabnya singkat tapi seperti menantang.
"Owh.. tapi cowok beda Fit. Mimpi basah itu paling cuma ujungnya aja basah karena pelumas. Kalau sperma nggak akan keluar hanya karena mimpi. Tanyalah sama yang lain, pasti sama kok. Kecuali dia ejakulasi dini" tantangku.
"Udahlah yaa aku mau tidur.. Assalamualaikum.. tuut tuut"
Kampreet bikin kesel aja nih. Dua kali nelpon dua kali dibuat kesal.
Untuk meredakan kekesalanku, aku bermain game susun kotak di hpku. Tapi rasa kesalku tidak juga hilang. Entah kenapa aku lebih kesal dengan Fitri dibanding dengan Fany tadi.
*****
Kira-kira jam setengah sebelas malam, emak masuk ke kamarku. Dia tersenyum sambil berjalan ke arahku.
"Geser" katanya sambil mendorongku ke pojok ranjang. Lalu emak rebahan disampingku dan menjadikan lenganku sebagai bantalnya.
Kami sudah beberapa kali tidur bersama kayak gini. Kadang di kamar emak, kadang juga di kamarku.
"Emak pengen bikin roti pisang, kamu mau nggak ngaterin ke warung-warung nanti?" Tanya emak memiringkan badanya menghadap ke arahku.
Aku mengernyit nggak percaya.
"Roti pisang? Emang kayak gimana tuh?" Tanyaku.
"Besoklah emak bikin, kamu cobain dulu aja ntar. Kalau enak, baru kita jual. Mau kan jadi tukang antar? Hihiii"
"Mau..." Kataku.
Setelah itu aku berpikir sebentar, ngitung warung mana saja yang mungkin untuk aku titipkan.
"Kenapa nggak keripik aja mak, kan udah jelas banyak orang yang suka"
"iih, kripik itu terlalu biasa. Udah jangan banyak cincong kamu hehee"
"Hmm emangnya mau bikin berapa banyak? Kalau warung itu 20 kayaknya bisa. Tapi kalau laku nanti kita tambah lagi. Wihh bisa-bisa jadi pengusaha kita nanti tuh mak. Bisa kita edarin ke kota juga. Ayolah kita bikin sekarang aja yuuk" kataku bersemangat.
"Eish.. kamu tuh nggak tahu apa-apa. Belum tentu juga laku ntar. Kalau laku barulah kita pikirin lagi"
"Eh iya juga ya mak. Kalau kita titipin itu kan jarang yang sampai habis yaa. Misalkan kalau kita titip 25 per warung, terus dikali 20 warung. Berarti uangnya dikit dong mak. Kalau habis semuanya itu 500 ribu, potong kira-kira 100 ribu ya untuk yang punya warung, tinggal 400. Itupun kalau abis. Kalau nggak habis gimana tuh, dikit banget untungnya"
"Heish.. bodoh kali anak emak nih" katanya sambil mencubit dadaku.
"Duuhh... Bercanda kok maak. Lagian kan nganternya bisa sekali seminggu yaa. Sebulan kan bisa empat kali." Kataku sok tau.
"Iyaaa.. yg penting cobain dulu besok enak apa enggak. Hihii.. kalau sekarang nggak bisa, soalnya bikinnya musti pakai oven. Nanti emak numpang di rumah tetangga dulu. Kalau enak baru kita modalin." Jelas emak.
"Ok mak, toss" kataku mengangkat tangan.
"Apaaan sih, nggak ah haha haa"
Emak memeluk badanku agak erat membuat gundugan dadanya kegencet di dadaku. Dan itu membuat barangku yang sudah tegak, menjadi semakin keras. Hal seperti ini sudah sering terjadi. Kadang kalau lagi bercanda gitu, emak suka nggak sadar bagian-bagian kenyalnya menempel ke tubuhku.
Tapi aku yakin, batangku berdiri itu hanya karena reaksi biologis saja. Bukan karena nafsu. Bagaimanapun aku ini bejantan, dan emak betina. Meskipun emak, tetap aja dia betina. Jadi wajar saja batangku bangkit kalau bergesek-gesekan dengan emak. Yaaa....Aku yakin itu, hanya karena reaksi almiah saja, bukan karena Nafsu. Lagian, emak sepertinya berbeda. Dia berdekatan dan bersentuhan denganku, itu sepertinya hanya untuk membuatnya nyaman. Dan memamg kelihatan bahwa emak nyaman-nyaman saja. Sama seperti Ibu bermanja-manja dengan anaknya.
*******"
Esok harinya....
Aku sengaja datang ke sekolah lebih pagi, sebab aku ingin bicara dengan Yana. Dia sudah lama menghindariku, sejak tersiar gosip tentang aku sudah berpacaran dengan Fany. Apa salahnya aku mendekati Yana dan jalan denganya. Toh, Fany juga jalan sama Edy. Lagian, aku sudah rindu dengan celotehan-celotehan Yana itu.
Kalau Fany, aku mengaguminya. Karena itu, aku jarang memaksakan pendapat padanya. Lagian dia itu lebih pintar dariku. Jadi kalau berdebat, akulah yang bakal kalah. Kadang aku merasa kesal, tapi ujung-ujungnya, akulah yang meminta maaf. Berbeda dengan Yana. Kalau dengan Yana, aku merasa setara. Bukan soal penampilan, tapi soal tek toknya, soal celotehan. Kalau ngomong dengan Yana itu, aku merasa kayak ngomong dengan teman. Memang dia lebih sering menang debat dariku, tapi aku masih bisa mengimbanginya. Sementara dengan Fitri, aku lebih superior. Dia itu garing, jadi aku tega saja ngomong seenaknya sama dia. Loh kok bahas Fitri juga sih.
Setelah cukup lama menunggu di parkiran, akhirnya Yana yang aku tunggu datang juga. Aku samperi Yana ke motornya.
"Na, aku mau ngomong" kataku menegur Yana yang lagi ngaca di spion motornya.
"Eh.. yaa ngomong aja" katanya sedikit kaget.
"Jangan di sini, di belakang aja" kataku menunjuk arah belakang perpustakaaan.
"Sini ajalah" kata Yana cuek.
"Janganlah, di sini banyak orang."
"Iiihh.. nyusahin aja." Katanya. Lalu berjalan ke arah yang aku tuju.
Setelah sampai di TKP..
"Udah, ngomonglah. Jangan lama-lama" katanya sambil melipat tanganya di depan dada.
"Hihii.. makin cantik kamu Na. Lesung pipi juga makin dalam kayaknya nih" candaku.
"Mau ngomong apa?" Tanyanya melunak.
"Na, kamu kenapa ngindarin aku? Nggak enak tau nggak..."
"Kamu nanya kenapa?? Ha?" Ia memotong omonganku.
"Karena Fany?" Tanyaku.
"Au ah, nggak peduli juga" ketusnya.
"Terus kamu mau apa? Kamu mau pacaran sama aku?"
"Aaahh....." Yana mau ngomong tapi nggak jadi.
Aku melotot menatapnya seolah memaksa dia untuk nerusin kata-katanya.
"Enggak. Enak aja" katanya lagi.
"Itulah kan.. kamu juga nggak mau jadi pacar aku. Kalau kamu mau, ayo kita pacaran. Kamu putusin Egy, aku jauhin Fany. Lagian aku tuh belum pacaran sama Fany" jelasku sengaja ingin memancing emosinya.
"Iihh enggak ah. Enak aja"
"Tuh kan.. berarti posisi kita tuh sama aja kayak awal-awal dulu Na. Kamu sama Egy, aku sama Fany. Terus kenapa kamu tiba-tiba ngejauhin aku ha? Nggak enak banget tau Na. Kamu yang deket sama aku, tiba-tiba ngilang gitu aja."
"Hemmm... Terus kamu mau apa?" Tanyanya
"Aku mau kita deket lagi.." rayuku.
"Enggak ah.. nggak sudi. Lepasin" katanya mengibas tanganku yang mencoba untuk meraih tangannya.
Yana memang masih ketus, tapi sekilas aku bisa melihat ada perubahan darinya. Dari yang tadinya ketus cuek, sekarang jadi ketus marah-marah. Dan aku melihat sekilas ada senyum di wajahnya. Bodo amatlah, yang penting aku sudah menyampaikan uneg-uneg padanya.
"Udah kan?" Katanya.
"Iya udah.. tapi nanti telponnya di angkat yaa"
"Bodoo" lalu dia berputar dan pergi meninggalkanku.

******
Pulang sekolah aku pergi ke rumah Bunda. Bunda bilang; dia lagi kesepian karena nggak ada orang di rumahnya. Fany sama ayahnya sedang pergi ke kota.
"Bund, aku sudah sampai nih. Pagarnya ditutup" kataku lewat sms. Biasanya pagar rumahnya ini selalu terbuka sebagian.
"Dorong aja, nggak dikunci kok. Pintunya juga nggak di kunci."
Lalu aku dorong pagarnya dan masuk dengan motor.
"Sinii.." bunda melambaikan tangannya mengajakku ke meja makan. Aku balas dengan anggukan dan senyuman.
Bunda memakai daster batik warna kuning rumahan yang standar. Lengannya pendek dan bawahannya selutut. Tapi bunda tetap kelihatan cantik. Nggak heran kenapa anaknya bisa cantik juga. Ini toh sebabnya, mesin pencetaknya juga cantik begini.
Kalau dinilai secara objektif, harus aku akui bunda lebih cantik daripada emak. Kulitnya glowing putih bersih, pakaiannya juga mahal. Eh nggak tau juga sih, soalnya kan dia cuma pakai daster. Tapi kok kelihatan mahal yaa.
Wajah bunda ini mirip dengan artis korea bintang drama Saimdang. Beneran loh, cuma bund ini versi Indonesianya. Kalau emak perawakannya mirip-mirip juga sih dengan Bunda, cuma kurang glowing. Kulitnya agak coklat dan kelihatan agak kusut hehe.. maap maak.
"Kok banyak kali bund, kan nggak ada orang" tanyaku melihat banyaknya menu makanan di atas meja.
"Iyaa.. tadi pagi bunda masak. Eh dikirim juga makanan sama temen bunda yang lagi ada acara. Bunda yang minta juga sih hihii. Kelihatan enak kan?" Ujarnya.
Di meja makan memang banyak jenis makanan. Ada ayam kecap, ada rendang, ada sate yang ditusuk-tusuk, dan ada banyak sayur juga. Memang beda makanan orang kaya dengan makanan yang biasa aku makan sehari-hari. Kalau makananku, biasanya lebih banyak nasi daripada lauknya. Sementara ini... Lauk semua.
"Bund, emang bisa ngabisin sebanyak ini sendiri?"
"Yaa kamulah yang abisin. Bunda lagi diet"
"Looh, enak di aku dong bund? Hehe, cobain yang ini boleh yaa" kataku sambil.mengambil satu tusuk sate.
"Hush... Bersih-bersih dulu sana" kata bunda sambil melotot.
"Iya bund.. umm." Aku pergi ke toilet sambil memakan dua tusuk sate.
"Heehhhh." Teriak bunda. Aku balas dengan tertawa.
Setelah cuci muka, sama cuci badan sedikit, aku balik lagi ke ruang makan. Lalu makan dengan bunda.
"Makan ajalah bund, masa diet-diet sih. Bunda itu udah kurus loh. Aku jadi nggak enak makan sendiri gini"
"Emang bunda kurus yaa" katanya memperhatikan badanya.
Malah bangga dia hehee..
"Iya bund, kurus kering" kataku bercanda.
"Enggaklah, nggak mungkin. Ini aja lemak banyak" katanya memperlihatkan sedikit lemak di lengannya.
"Itu kan emang harus ada lemak bund, kalau nggak ada nanti kayak orang busung lapar. Ayolah bund makan, nggak enak aku nih" bujukku.
"Alah sama Ibu sendiri kok malu. Yaudah deh bunda makan dikit aja" katanya mengambil sate tusuk.
"Sama ini juga bund" kataku mengulurkan daging rendang.
"Hihii.. iya iyaaa" katanya.
Lalu kami makan dengan lahapnya. Bukan kami sih, aku yang makan dengan lahap. Sebenarnya aku agak malu makan banyak, tapi karena disosorin terus yaa apa boleh buat.
Setelah itu kami duduk di depan tv sambil cerita-cerita. Aku ceritakan juga soal kejadian di sekolah kemarin. Dia penasaran dan juga khawatir. Dia minta aku untuk ngejagain Fany.
"Iyalah bund, tenang aja itu mah. Fany itu tanggung jawabku" kataku.
"Iya deh.. oia tunggu bentar."
Bunda pergi ke kamarnya, lalu datang lagi, membawa cream.
"Sinii.. udah kusam lagi mukamu" katanya sambil menepuk-nepuk pahanya. Lalu aku rebahan menaroh kepalaku di atas pahanya.
"Huummmmhh... Wangi bund"
"Apanya yang wangi?" Tanyanya.
"Nggak tau juga, wangi aja. Kayaknya bau badan bunda nih.. hmm hmm" aku mencium-cium bau di daerah perutnya.
"Plaak...Gelii ah.. .masa gitu sama bunda.." dia menepuk keningku.
"Emang kenapa bund, hmm hmmhh... Kayak bau emak dikit bund" kataku kembali mengirup aromanya.
"Emangnya iyaa.?? Kayak gimana baunya?"
"Gimana yaa.. kayak ginii.. hmm uummmhh." Aku kembali menbauinya di sekitar perutnya.
"Emang kamu membaui emak kayak gitu?" Tanyanya.
"Iyaa"
"Owhh.. yaudah terserah kamulah. Kalau suka bauin aja kayak emak" katanya sambil menyiapkan cream.
Setelah mendapatkan izin begitu, aku langsung membaui bunda lebih dalam lagi. Aku baui pinggangnya sampai ke samping, terus ke atas sedikit.
"Sshhhhh... Masa kamu bauin emak kayak gitu?" Bunda menegurku yg lagi asik.
"Emangnya kenapa bund?" Tanyaku.
"Kamu bauin emak kayak gitu tadi?"
"Iya"
"Terangsang emak tu, hahaa haa" katanya
"Enggaklah bund.. kan aku anaknya. Lagian emak tuh keliatan nyaman-nyaman aja. Nggak mungkinlah terangsang."
"Enggak mungkin gimana? Emang kamu tau apa yang dia rasakn? Bisa aja emak tuh cuma pura-pura tenag, tapi menikmati" kata bunda.
Aku melihat ke mata bunda sambil berpikir; apa iya emak kayak gitu. Apa yang aku lakukan ke bunda sekarang ini belum apa-apanya dengan yang aku lakukan dengan emak. Kalau pulang sekolah, aku sering tidur-tiduran di pahanya. Paha emak aku jadikan kayak bantal. Kadang kepalaku ngadep ke atas, kadang ke samping ngadep ke perutnya, kadang juga ke bawah ke arah belahan pahanya. Belum lagi waktu kami bergelut. Semua tubuh emak bisa kepegang oleh tanganku tak sengaja.
Tapi sejujurnya itu bukan murni tak sengaja. Karena kadang aku memanfaatkan kesempatan juga. Misalkan saat kami bergelut rebutan sesuatu. Emak akan mengunci tanganku diantara pahanya kayak di film-film action. Kalau sudah begitu, aku akan pura-pura tidak kuat untuk melawan. Paling tanganku hanya akan aku geser-geser saja, bahkan sampai ke pangkal pahanya.
Sshhh duh.. masa sih emak terangsang. Membayangkan itu, membuat nafsuku jadi naik dengan cepat.
"Bund, emangnya bunda terangsang aku giniin?" Tanyaku sambil mencium ke pinggangnya. Aku tekan sedikit ke arah bawah.
"Sshhh... Jangan gitu ah. Plakk" bunda menepuk kepalaku.
"Udah duduklah, jangan begini. Kamu tuh udah nafsu, tuh udah berdiri kan. Ngebayangin emak yaa cik cik cikk" bunda mendorong kepalaku.
Setelah aku duduk, aku memperhatikan tubuh bunda. Mulai dari wajahnya sampai ke kakinya ya. putih bersih. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku tidak menatapnya sebagai anak, tapi sebagai pejantan yang lagi nafsu.
"Bund, boleh meluk nggak??" Tanyaku.
Bunda menatapku curiga. "Enggak ah, bahaya hehee"
"Kalau nyium boleh bund?"
Dia masih curiga menatapku. "Cium pipi nggak apa-apa" katanya.
Aku langsung mendekat untuk memeluk kepalanya, lali mucium pipinya dengan kasar.
"Eh jangan kayak gituuu" bunda berusaha melepaskan tanganku yamg memegang kepalanya.
Entah kenapa, ciuman di pipinya yang lembut dan kepalanya yang aku rangkul membuatku merasa nanggung hanya mencium begitu. Lalu aku cium bibirnya agak memaksa..
"Uumm... Bluk bluk... Plaak" bunda menaparku setelah berusaha melepaskan ciumanku di bibirnya.
"Kurang ajar kamu nih. Bunda udah baik-baik, kamu malah perlakukan bunda kayak gini" katanya marah.
Lalu aku tersadar dengan apa yang sudah aku lakukan. Aku langsung duduk bersimpuh mengjadap ke bunda.
"Bund, maafin aku.. aku khilaf bund, maaaf" kataku memohon.
Aku tidak berani melihat ke arah wajahnya, sehingga aku tidak tahu bagaimana ekspresinya.
"Kita kan udah janji dulu kalau udah jadi ibu-anak nggak boleh kayak gini lagi. Kamu masih ingat kan janji kamu dulu?" Tanya bunda pelan.
"Iya masih ingat bund" kataku.
Dulu, setelah bunda bilang mau menjadikanku anak angkatnya. Bunda membuat permintaan agar memperlakukannya seperti seorang ibu. Menghormati dan menghargainya seperti seorang ibu. Sejak itulah hubunganku dengan bunda menjadi hubungan sehat antara anak dan ibu. Tidak seperti awal-awal dulu yang sudah menjadi hubungan mesum.
Setelah itu aku tahu alasan kenapa bunda mau menjadikanku anak angkatnya. Alasannya adalah karena ia tidak ingin hubungan mesum itu berlanjut. Bagaimanapun dia adalah wanita bersuami. Tapi dia juga ingin dekat denganku. Sementara disaat bersamaan, dia tahu dan sadar konsekuensinya kalau dekat denganku dia akan aku mesumin.
Kata bunda dulu "entah kenapa bunda rasanya nyaman sama kamu. Dari awal bertemu di pasar sejak kamu nyelametin bunda itu, rasanya nyaman aja. Apalagi kamu bisa ngejaga rahasia"
Rahasia yang dimaksud bunda adalah, tentang bapak-bapak yang datang setelah aku nyelamatin bunda waktu itu. Bunda memintaku untuk tidak memberitahu Fany yang saat itu juga ada di lokasi.
Ribet yaa diceritain lagi. Intinya sudah ada di ceritain di bagian-bagian awal cerita ini.
"Maafin aku bund" kataku lagi.
"Sinii..." Bunda memintaku untuk memeluknya.
"Nggak apa-apa.. jangan sedih gitu. Bunda ini ibumu. Ibu akan maafin semua salah anaknya kan? Apapun dan sebesar apapun salahnya." Kata bunda menepuk-nempuk punggungku.
"Makasih yaa bund.. bunda itu ibu terbaik di dunia." Kataku merayu.
"Yakiin... Bunda aduin sama emak yaa" katanya
"Eh jangan bund, uuhh" aku memeluknya makin erat.
Cukup lama kami berbicara sambil berpelukan. Lalu bunda berbisik "yang kamu lakuin tadi kurang ajar, tapi bunda maafin. Apapun yang kamu lakukan akan bunda maafin. Bunda akan jadi ibumu selamanya" katanya.
"Makasih bund, kalau gini di maafin nggak bund" tanyaku sambil mencium lehernya.
"Iya dimaafin, kan bunda bilang apapun tadi" katanya lagi.
Aku berpikir; batas apapun itu sampai mana. Apa aku perkosa bakal di maafin juga?
"Maafin bund, cup" aku cium pipinya.
"Hihi.. itu nggak usah minta maaf"
"Kalau gini minta maaf ya bund cup" aku mencium bibirnya.
"Iyaa.. masa nyium bibir. Emang kamu nyium bibir emak juga?" Katanya mulai cemberut lagi.
"Belum sih bund"
"Tuh kan? Masa sama bunda berani sama emak enggak. Berarti kamu belum anggap bund kayak ibu sendiri"
"Maaf bund, katanya tadi dimaafin hehee" kataku sedikit bercanda.
Bunda melototkan matanya..
"Mmmuuaah.. maaf bund" kataku setelah mencium matanya.
"Hihiii... Meskipun bunda bakal maafin semua kesalahan kamu, bukan berarti kamu boleh ngelakuin apa aja lalu minta maaf.. begundaaal." Katanya.
"Tapi dimaafin kan bund?"
Bunda mengangguk.
Lalu aku memeluk bunda lagi. Tapi karena dia belum siap, tubuhnya terjatuh kelantai. Posisiku ada di atas mendindihnya.
"Hihii... Udah lepasin" katanya ketawa.
Entah kenapa, melihat wanita sebaik bunda ada di bawahku. Dan tubuhnya sepenuhnya ada dalam pelukanku, membuat nafsuku naik lagi. Aku menatap wajahnya yang sedang bingung. Dalam hati aku mengutuk diriku, bisa-bisanya berpikir kurang ajar kepada orang yang sudah baik begini padaku.
"Mmmuuuaaaahh maafin aku bund mmmuaaahhc mmmuuahh" kucium bibir bunda dengan kasar.
"Lep....aaasiin uh" bunda berusah mendorongku.
"Maafin aku bund, maafin aku bund"
Kucium dan kujilat seluruh wajahnya dengan kasar. Terasa asin air matanya saat aku mencium dan menjilat di sekitar matanya. Entah kenapa badanku terasa panas dan air liurku rasanya semakin banyak. Aku nafsu sekali memikirkan siapa orang yang sedang aku tindih ini.
"Maaf bund, maafin aku bund" terasa ada perasaan sedih dihatiku. Tapi nafsuku semakin menjadi.
Aku turun menjilati leher bunda. Aku jilati dari kanan ke kiri, ke tengah , ke atas sampai ketemu lagi dengan bibirnya. Sementara bagian badan dan bagian bawahku terus aku gesek ke tubuhnya"
"Aaaaaahhhh duuh udaaah sayaaang..Ini bunda nak.."
Ciumanku turun ke bawah melewati lehernya, sampai ke gundugan dadanya. Kubuka kancing dasternya yang hanya tiga kancing itu. Aku jilati bagian atas dadanya, turun ke bh nya, lalu bh nya aku naikkan ke atas. Terpampanglah dada telanjangnya. Tidak semengkal punya Fany, tapi masih sangat menarik untukku.
Aku jilati dari tengah, ke kiri, ke kanan, sampai basah semuanya.
Bunda tidak lagi bersuara maupun mendesah. Tidak ada suara apa-apa yang keluar dari mulutnya. Tapi mengangkat-ngangkat tubuhnya saat aku berpindah-pindah menjelajahi dadanya.
Saat aku rasa perlawanan bunda sudah surut, aku buka celanaku sampai telanjang bagian bawahku. Kugesek-gesekkan dengan kasar, kadang kusodok-sodok selangkangannya yang tinggal di tutupi celana dalam warna hitam satin. Sementara dasteenya sudah naik sampak ke perut.
Uuuuuhhh.. sshhhh...
Akhirnya dia mendesah juga. Semakin semangat aku beraksi.
Tanpa melihat ke arah wajahnya, aku turun menciumi pahanya. Aku jilati pahanya sampai basah. Kadang aku sengaja memberi ludah, karena stok air liurku terasa sudah habis.
Akhirnya sampai ke daerah paling pribadinya. Aku hirup celana dalamnya yang sudah basah.
Uuummmmhh... Aku tekan bibirku di bagian cd nya yang basah.
"Uuuwhhh...sshh" bunda mengangkat pinggulnya.
Aku ciumin terus celana dalamnya, dari bawah sampai ke atas. Sampai ke bagian bawah pusarnya. Aku cium dan aku jilat berulang-ulang..
"Ssssshhhhh aahh... Jangan sayaang" bunda mendorong-dorong kepalaku pelan.
Aku tarik cd nya kepinggir.. aku perhatikan bentuk vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu pendek. Sepertinya dia lupa mencukur bulunya, atau dia berniat untuk kembali memanjangkannya..
Lalu tiba-tiba tangannya turun menutupi vaginanya.. "jangan naak, jangan liat punya bundaaa sayaang" katanya.
Aku ciumi punggung tanganya yang menutupi vaginaya itu. Lalu aku jilat-jilat. Sampai akhirnya bunda melepaskan tanganya, membiarkanku berhadapan langsung dengan vaginanya.
"Ssssshhhh" desahnya.
Slurrp sluurrpp mmmuuuah
Sluurp lik liiik liikk,
Aku mainkan lidahku dengan cepat kiri kanan di kacangnya..
"Oowwhhb...sshhhh... Sayaaaang..."
Mendengar itu sebetulnya aku agak ketawa.. lucu aja, dia menolak tapi tetap manggil sayang..
Sluuuuuhrrp aaahh sluurpp
Sluup mmmujach...
Aku julati, aku hisap-hisap vaginanya sampai bunyi "plak" saat aku menghisap dalam-dalam kelentitnya lalu aku lepasin.
Duuhh aaaah
Sssshhh
Olwhhssshh aaaaah...
Kutarik cd nya ke bawah sampai lepas.. lalu naik menghimpitnya. Kuposisikan batangku di vaginanya yang banjir, campuran ludahku dengan air vaginanya.
"Maafin aku bund, aku nggak tahaan" bisiskku di telinganya sambil menggesekkan batangku di vaginanya.
"Aaaahhh.. lepasin dulu sssshh" kata bunda.
Aku hentikan gerakan gesek-gesekku. Lalu kuarahkan batangku ke lubangnya..
"Kalau kamu masukin kita nggak akan jadi ibu-anak lagi" kata bunda tegas.
Aku menoleh ke wajahnya yang berekspresi datar..
"Kamu mau masukiin?" Tanyanya.
Aku diam saja sambil berpikir. Kalau setelah ini bunda jadi orang yang berbeda dan tidak baik lagi padaku, aku sendiri yang akan rugi. Belum lagi hubunganku sama Fany bakal berantakan karena tidak lagi disetujui oleh bunda. Bahkan mungkin bunda akan melarangnya.. duuh kenapa jadi mikirin Fany sih..
Aku jadi ragu dan berhenti beegerak..
"Kalau mau masukin, masukinlah. Tapi jangan panggil bunda lagi nanti" katanya agak merajuk
Aku masih diam.
"Kenapa diam aja? Kenapa nggak dimasukin? Masukin lah nih." Katanya sedikit mendorong vaginanya ke batangku.
"Mau masukin atau mau jadi anak bunda?" Tanyanya.
"Jadi anak bunda" jawabku ragu.
"Hihii... Yakiin? Yakin nggak mau masukin? Nih bund pasrah aja. Kalau mau masukin, masukin aja" katanya.
Lalu pandanganku kembali ke vaginanya dan batangku. Aku jadi ragu, ingin sekali memasukkannya. Itu lubanya sudah pas, tinggal di tekan.
Aku tekan sedikit..
"Aaaahhh..." Bunda mendesah..
"Mungkin ini sudah lampu hijau" pikirku. Aku tekan lagi..
"Jangan panggil bunda lagi habis ini" kata bunda membuatku berhenti.
"Kenapa nggak jadi? Masukinlah. Udah mau masuk tadi tuh" kata bunda dengan manis.
"Hmmm" dengusku.
"Mau jadi anak bunda atau mau masukin ke sini?" Katanya sambil membuka lebar vaginanya.
"Ssshhh.... Jadi anak bunda" kataku mendesis.
"Kalau kamu masukin, nggak bisa lagi jadi anak bunda. Kalau jadi pacar mungkin" katanya
Duh aku bingung, ini maunya gimana yaa. Lebih bagus masukin atau nggak yaa.. duuhh..
"Jadi pacar aja bund" kataku
"Yakiin? Kalau jadi pacar sikap bunda nanti juga bakal berubah. Kamu nggak bisa lagi pacafan sama Fany."
"Duuh... Jadi anak aja bund" kataku bingung.
"Yakiin aaah" bunda menekan lubangnya ke kepala batangku.
"Iya yakin, jadi anak aja." Kataku.
"Kalau jadi anak nggak boleh masukin, uuwhhh" kata bunda memegang batangku. Lalu digesek-gesekkan ke permukaan vaginanya.
"Yakin nggak mau masukin ke sini?"
"Aaahh" desahku. Bunda memasukkan ujung batangku ke lubangnya.
Aku diam saja, menunggu apa yang akan dia lakukan.
"Mau tetap jadi anak bunda?"
"Iya" kataku.
Ssssshhhhh... Bunda kembali menekan lubangnya ke kepala batangku.
"Kamu mau masukin dan tetap jadi anak bunda?" Tanyanya.
"Iyaa bund uuuhh" kurasakan tangan bunda menekan kepala batangku lebih dalam.
Entah kenapa omongan bunda yang nggak singkron begini membuat nafsuku kembali bergolak. Katanya nggak boleh masukin kalau mau tetap jadi anaknya. Tapi tiap kali aku milih untuk jadi anaknya, dia malah semakin menancapkan batangku ke lubangnya.
"Sini.." bunda memintaku untuk mendekatkan wajahku ke wajahnya.
Aaaahhh
Aaahhh
Kami mendesah bersamaan. Saat aku mendekatkan wajahku, otomatis batangku mendorong ke lubanya yang sudah di buka dengan jarinya.
"Cium bunda sayang"
Aku cium sekali..
"Kamu harus janji dulu sama bunda kalau mau masukin dan juga tetap jadi anak bunda."
"Iya janji bund" kataku. Padahal belum tau bakal berjanji apa.
"Janji untuk tetap menghormati bunda. Jangan anggap bunda pacarmu"
"Iya janji bund" kataku.
"Bener yaa. Bunda nggak mau diperlakukan seenaknya nanti. Sama satu lagi, kamu harus janji untuk mematuhi perintah bunda. Tenang aja, perintah bunda tetap sebagai ibu ke anak"
"Iya bund janji"
"Yaudah.. masukinlah pelan-pelan" katanya.
"Serius buund.." tanyaku
"Iyaa, sayangku. Anakku mmuuahh.. masukin kontol gede ini memek ibumu ini" kata bunda sambil memegang batangku.
"Makasih bund.. muuahh"
Buda tersenyum.. "masukinlah nak, goyang ibumu ini"
Lalu aku menegakkan badanku mengambil posisi tempur..
"Bundaku yang baik, aaaaahh"
"Sssshh duh... Pelan-pelan sayang. Sakiit, tapi terusin aja"
Aaahhh
"Duuuuhhh.... Anak bunda.. terusin aja nak. Masukin aja semuanya"
"Aaahh bundaku..." Aku tekan batangku sampai habis.
"Oowhh anakku.."
Aku mulai menggoyangkan pantatku pelan-pelan.
"Uuuhh bunda, denyut-denyut."
Kurasakan lubang vagina bunda denyut-denyut menghisap batangku.
"Iyaa sayaang.. bunda peluk dengan memek bunda"
Aku goyang semakin cepat
Ploook plookk
Ploolk
Aaaaahhh uuuhh saayyaaaang..
Ssshhh uuhh..
Lebih cepat sayaang..
Aku goyang semkin cepat, kadang juga kubengkokkan ke atas seperi kail.. lalu genjot lagi dengan cepaat..
Aaaaaahhh
Uuhh naaak..
Plak plokk plokk
Uuh bunda...
Aaaahh anakku...
Bundaaa aaahh
Anakku.. aaahh sayang
Bundaa memek bunda enak..
Owwwhh iya sayaang bund milikmu nak...
Aaah
Plak plak plaaaak
Cepet nak, bunda mau sampai..
Aaahh... Plak plak plak plak...
Aaaaaaaaaaahhhhb.... Criiiittt criit criit...
Kurasakan semburan air di dalam lubang memeknya yang lembut...
"Heheee hee udah bund?" Kataku
"Plak... Pake ditanya lagi" bunda menampar lenganku dengan manja.
"Peluk dulu ibumu ini nak" bunda menarik badanku. Lalu mengusap-usap rambutku.
Kampreet nih kok bunda memlerlakukanku kayak anak kecil yaa..
Kugoyang lagi batangku pelan-pelan...
Sssshhh... Mmmuuaah.. bunda mencium bibirku. Sementara di bawah sana batangku sudah mulai keluar masuk lagi. Terasa sangat licin..
"Bundaaa" bisikku di depan mulutnya.
"Anakku... Mmmuuuahh"
"Bundaku terbaik sedunia"
"Anakku paling pengertian dan paling berbakti sedunia hihii... Sssahh"
Di bawah sana aku bergoyang kayak kail, mengait- ngait ke atas ke bawah ke samping.. semua dindingnya kujelajahi..
"Aaaahh enaaak saayaang.. bunda enak banget sayaaang... Uuuhhh anakku.."
Plak plak
Ploook
Ploolk....
Goyangangku berubah kembali menusuk-nusuk...
Aaaaahhh terus sayang...
Aaaah bundaa
Plook ploolk plook...
Terasa semakin basah dan sempit dan berdenyut-denyut memek bunda..
Aku tegaakkan badanku, kupegang kedua telapak kaki bunda, lalu kukangkangka sengangkang-ngangkangnya...
Plook plokk
Plookk
Semakin banyak air yang keluat dari memeknya...
Aaahh sayaaaaang uuuhh
Bunda mengelus-elus perutku dengan manja..
Aku percepat goyanganku... Sampai aku merasa spermaku mulai berkumpul di pankal batangku..
Aaaaaaaaaahhhhkk sshh criit criiiit criiit... Ah ah... Bunda mengejang sebentar..
"Eeehh bunda keluar lagii" katanya sangat manja.
"Bunda.. ganti posisi yaa.. aku ingin lihat bunda nungging." Kataku.
"Iiihh nggak sopan.. masa ibu sendiri disuruh nungging. Telanjang lagi.."
Duh kata-kata bunda ini sesuatu banget.. bikin aku ingin mengasarinya karena gemas.
Lalu bunda menunggingkan pantatnya..
"Niihh, liatlah ibumu nungging sayang. Liat memek bunda sayang nih"
Bunda mengelus-elus memeknya.
Plaaak
Aku tampar pantatnya karena gemas dengan ucapanya. Ditambah lagi pantatnya yang kayak bola agar-agar menggiurkan.
"Aaaahh... Sayaaang.. kenapa pantat bunda sendiri ditampar. Ini pantat milik ayahmu nak, kenapa ditampar.." katanya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
Plaaak plaaak...
Kutampar pantatnya kiri kanan, gemas sekali aku dengan kata-kata bunda nih..
"Aaaahh kenapa ditampar sayaaang.. makin basah memek bunda nih. Liat nih sayang memek ibumu banjir..aaah"
"Iishhh bundaaaa... Sluurrp sluurpp sluurpp.." aku makan memeknya saking gemasnya.
"Aaaah sayang kenapa dijilat sayang memek bundaa. Duuuhh yaudalah jilatlah.. jilat sepuasmu nih.. puas-puasinlah anakku. Memek ibu sendiri kok diginiin" kata bunda menekan-nekan pantatnya ke wajahku.
Nantangin banget...
Lalu aku berdiri...
Plaaak plaak.. "bund pantat nakal kayak gini memang harus dihajar bund.."
Kuarahkan batangku ke lubang memeknya..
"Iyaa sayang, pantat bunda nakal. Hajar aja sayang.. hajar pakai kontol besarmu nak" bunda semakin melengkungkan pantatnya.
Anjiirr... Gghhk.. gemes sekali..
Aku tusuk memek bunda dengan kasar.. langsung kugoyang.
"Bundaa kok nakal banget sih.. gemes kali bund" kataku sambil menggenjotnya.
"Aaaaahh iissshh sayaaang... Bunda emang nakal sayang, nakal sama kamu. Terus nak hajar aja"
Oooowhh aaahhh
Ssshh
Ploook plook plookk
Plaaak plaak..
Aku genjot pantatnya sambil kutampar-tampar bongkahan pantatnya.
Setelah cukup lama aku goyang. Aku merasa sperma kembali berkumpul di pangakal batangku..
"Terus sayang cepat cepat nak.."
Kugoyang cepat-cepat.. "bundaa aku mau keluar bund" bunda diam saja, otot-ototnya sudah menegang..
"Aaaaaaaaaaaaahhhkkk... Criit criiit criiiit" kurasakan lagi air mengalir dari dalam memeknya.
Bunda langsung luglai..
Aku yang sudah diujung mempercepat genjotanku...
"Aaaah udaaah bunda udaaah..."
Aku goyang terus cepat-cepat..
"Bundaa aku mau keluar, di dalam atau di luar" tanyaku
"Di dalam aja sayang sama-sama"
Plaaak plook plookk...
Aaaaaaaaaahhhh crit crot criit croot kami muncrat bersamaan..
Bunda memutar badanya lalu tersenyum...
"Kalau bunda hamil gimana Daan" tanyanya memanggilku dengan nama.
"Hah, katanya di dalam tadi bund" kataku khawatir..
"Uuhh bunda emang udah mau mens sih.. tapi gimana kalau hamil juga?"
"Hah, gimana dong bund" kataku khawatir..
"Hihii... Nggak apa-apa kok. Nggak akan hamil.
"Sssshhh ini kenapa masih berdiri?" Tanya bunda.
"Nggak tau bund, biasanya loyo dulu. Mungkin karena bundaku yang cantik dan baik ini hehee" rayuku.
"Bentar dulu yaa.. duh bunda capek sayang aaaahh"
Aku goyang lagi batangku sedikit-sedikit..
"Iisssh... Terserahlah.." katanya.
Lalu aku goyang lagi memeknya di ronde ke dua. Dan berlanjut sampai ronde ke 4. Di ronde ke 4 bunda benar-benar sudah tidur..
Aku juga agak heran kenapa aku bisa main sampai 4 ronde non stop... Apa karena sama bunda ini nafsuku nggak berhenti-berhenti yaa..
Setelah bunda tidur, aku sebetulnya ingin pulang. Tapi aku masih khawatir, jangan-jangan tadi itu bunda cuma khilaf. Terus nanti kalau dia sudah sadar, dia malah mengamuk padaku. Jadi mendingan aku tunggu saja dulu sampai bunda bangun. Nanti kalau dia sudah bangun aku akan minta maaf.
Sudah 2 jam aku menunggu, belum juga ada tanda-tanda bunda akan bangun. Lalu aku inisiatif untuk membangunkannya.
"Bundaa... Bund" kataku sambil menggoyangkan badanya.
"Hhmmm... Anak bunda masih di sini. Peluk dulu bunda sayang." Katanya mengulurkan ke dua tanganya.
Saat bunda mengulurkan tangan itu, selimutnya agak turun. Sehingga susunya terdedah begitu saja di depan mataku.
Aku mendekatkan diri untuk memeluknya. Tapi tanganku reflek memegang salah satu susunya.
"Iiiihh.. susu bundanya kok dipegang lagi sih" bisiknya di telingaku.
Anehnya, mendengar itu aku merasa seperti diminta untuk meremas yang satu lagi. Lalu aku remas kedua susunya dengan kedua tanganku.
"Eiishh nakal ah.. masa susu bundanya digituin?" Kata bunda. Tapi dia tidak melarang sama sekali. Dia hanya bergelayut manja di leherku.
"Lanjut ajalah" pikirku. Lalu aku tarik selimut bunda sehingga tubuh telanjangnya terpampang.
"Ee eeh.. nakal kali anak bunda nih" katanya menutup dadanya dengan tanganya.
Setelah itu langsung aku himpit dan aku jarah lagi seluruh tubuhnya.. akhirnya kami main satu ronde lagi sebelum aku pulang.
Akhirnya aku baru pulang jam setengah 5 sore.
*******
Malamnya, setelah maghrib nafsuku bangkit lagi. Terbayang lagi nikmatnya jepitan memek bunda. Lalu aku telpon bunda.
"Haloo..." Sapanya.
"Haloo bundaaa.. lagi apa?"
"Eh anak kesayangan bunda. Nggak lagi apa-apa, lagi istirahat aja. Soalnya bunda masih ngilu"
"Hah, apanya ngilu bund?" Tanyaku.
"Hihii.. pakai ditanya. Tadi siapa yang bekerja bikin bunda ngilu yaa?" Katanya.
"Hehee... Bunda... Rendangnya masih ada nggak?" Tanyaku.
"Masih, masih banyak tuh? Mau?"
"Mau bund, aku jemput yaa?" Kataku basa basi. Niatku aslinya bukan itu.
"Hmmhh... Mau jemput rendang atau mau nakalin bunda?"
"Hehe hee... Itu juga kalau boleh. Soalnya aku sudah rindu bund" rayuku.
"Hmmm... Yaudah jemputlah rendangnya. Rendang aja kan? Hihii"
"Iya bund, rendang aja.." kataku.
Setelah itu aku kembali ke rumah bunda dan mengulangi lagi persetubuhan ibu-anak. Jam 10 malam, baru aku pulang lagi ke rumah.
Setelah sampai di rumah, aku hidupkan hp ku yg tadi kehabisan batrai. Lalu ada 2 sms dari nomor berbeda. Satu dari Yana dan satu lagi dari Fitri. Tidak ada sms dari Fani. Terserahlah, mungkin dia lagi jalan sma Edy, atau dia hanya lagi marah padaku dan tidak ingin berbicara denganku.
Lalu aku cek sms Yana
"Katanya mau nelpon tadi? Mana? Nggak ada tuh, nomornya aja nggak aktif"
Hehee... Apa Yana udah nggak marah lagi yaa..
Lalu aku balas sms Yana "udah tidur belum? Maaf tadi hp ku habis batrai" kataku.
Aku tunggu beberapa menit, tidak juga ada balasan. Yasudahlah, mungkin dia sudah tidur.
Lalu aku cek sms Fitri
"Assalamualaikum Adaan.. kamu marah yaa sama aku? Maafin aku yaa.. bener yang kamu bilang kemarin, ternyata temenku itu sama aja" isi sms Fitri
Aku berpikir sebentar, ini soal apa yaa. Katanya soal temennya, temen yang mana? Lalu aku balas sms Fitri.
"Waalaikumsalam Fit.. udah tidur belum?" Tanyaku.
"Belum. Adaan maafin aku yaa" sms Fitri
"Maaf kenapa Fit. Maksud sms kamu itu apa? Temen yang mana?" Tanyaku
"Itu soal yang kemarin. Ternyata bener yang kamu bilang. Ternyata temen aku itu juga pernah onani 2 kali" sms Fitri.
Haaaaahhhh..... Apaan ini??
Bahh.. ciamik kali eps ini.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd